"Yuu! Astaga, Yuu! Yuu!"
Alis Boboiboy bertemu. Dahinya berkerut dan sorot matanya menunjukkan emosi yang bercampur antara kesal dan pasrah. Meninggalkan daging ayam yang tengah ia bersihkan, Boboiboy mengeringkan tangannya asal di celemek lalu menghampiri tangga dengan tergesa-gesa.
Tangannya terulur keatas, menangkap tubuh kecil Yuu yang tengah memeluk pegangan tangga sambil tertawa bahagia. Di ujung pegangan tangga, seekor kucing duduk dengan angkuh. Lidah kecilnya menjilat salah satu kaki depannya.
"Aaaaa! Lepaskan aku!" jeritannya bergema dan membuat Boboiboy pusing. Ia menepuk bokong Yuu geram, berusaha mendiamkannya.
"Huhuhuhu! Ayaaaah!"
"Ssst! Ayahmu tidak di rumah." Boboiboy menaiki tangga dan menangkap kucing abu-abu yang membuat Yuu memanjat pegangan tangga. Yuu di tangan kanan dan kucing di tangan kiri. Aku tak tahu mana yang akan diberikan padaku~. Eh.
Ulang tahun Pang ehehehheh
Tidak ada hubungannya sama main story karena saya sendiri malas lanjutin.
Ya aku adalah author yang tidak bertanggung jawab. Habis ini saya cao.
maap kalo ga nyambung yak. saya mau uts.
Waktu baru menunjukkan pukul empat pagi saat Boboiboy terbangun oleh suara gerbang yang terbuka. Tahun demi tahun berlalu dan ia semakin sensitif saat tidur. Suara sekecil apa pun dapat membuatnya terbangun dari tidur. Melirik sisi tempat tidur yang kosong, Boboiboy langsung duduk dengan wajah panik.
Pria yang nampak tidak menua itu langsung melirik meja di dekat ranjang, berharap ada selembar kertas memo. Setelah mencari di seluruh kamar dan tidak menemukan apa pun, Boboiboy segera turun ke dapur dan memeriksa pintu kulkas yang penuh tempelan foto keluarga kecil. Gugup, Boboiboy memasuki kamar Yuu dan masih tidak menemukan apa pun.
Pria itu duduk di sofa, mengusap layar ponselnya dengan hati gelisah. Lagi-lagi, ia tidak menemukan satu pun pesan dari orang yang seharusnya tidur di sebelahnya.
Kegelisahannya bukan tanpa sebab. Ia sadar umurnya semakin bertambah. Mau sebanyak apa pun perawatan yang ia lakukan, tentu saja ia akan kalah oleh gadis dan pemuda di luar sana. Orang yang ia sayangi itu sendiri masih mempesona seakan-akan umur tidak bisa memakan keindahannya. Mata itu masih semerah dan seseksi dulu. Kemana pun orang itu pergi, puluhan pasang mata akan mengikutinya dengan lapar.
Mungkin ini yang dinamakaninsecure.
Frustasi, Boboiboy kembali ke kamar dan memutuskan untuk kembali tidur. Berusaha menghilangkan segala macam imajinasi yang muncul, Boboiboy menghitung ochobot yang melayang-layang mengelilingi kedai.
Tak sampai satu jam kemudian, ia kembali terbangun. Boboiboy langsung membersihkan diri dengan aura gelap yang mengelilngi tubuhnya. Ia melirik kamar Yuu dan melihat anak itu masih tertidur pulas. Pria itu lalu memasuki dapur, mulai berkutat dengan pisau dan menyiapkan sarapan pagi.
Tak lama kemudian, Tok Aba bangun dan turut memasuki dapur. Ia mengambil secangkir kopi yang telah disiapkan Boboiboy. Merasakan ada yang tidak beres dengan cucunya, ia tertawa.
"Kamu ini kenapa, Boboiboy?" tanya Tok Aba.
"Tak apa, tok. Tunggu sebentar, ya. Boboiboy buatkan nasi goreng," ujar Boboiboy dengan senyum kecil.
"Fang pergi lagi, ya? Sudahlah. Kau tahu sendiri dia sering mendapatkan panggilan dadakan. Lagipula tidak tiap hari dia pergi pagi buta."
"Ya…" Aktivitas Boboiboy memotong sosis terjeda. Lalu dengan senyum pahit ia melanjutkan kegiatannya. "Boboiboy tahu, tok."
"Kamu tidak perlu memikirkan hal yang tidak perlu. Kalian berdua sudah terlalu besar untuk hal seperti ini," ujar Tok aba santai.
"Tapi, kan…"
"Kamu lihat saja abangnya itu. Sekejam apa pun dia pada Fang, dia tetap menelpon Fang saat senggang. Aku yakin Fang pasti memiliki sisi seperti itu juga. Meski terkadang ia dingin, bukankah ia lebih sering tertawa saat bersamamu? Mereka menunjukkan kepedulian mereka dengan cara yang berbeda."
"Dia tidak meninggalkan pesan, tok."
"Kamu juga sering pergi tiba-tiba. Emangnya waktu kamu ke bulan, kamu kabarin dulu?"
Boboiboy tertawa. "Cucu Atok aku atau Fang, sih?"
"Atok kan sayang sama menantu."
Boboiboy sontak tertawa mendengarnya. Sambil menggelengkan kepala, ia memasukkan berbagai bahan nasi goreng ke dalam wajan dan mulai memasak. Wangi bawang putih mengudara. Suara desisan saat minyak menyentuh sosis mengisi rumah yang penuh kehangatan itu. Boboiboy menumisnya sebentar lalu memasukkan sayuran. Dengan cekatan, ia memasukkan nasi lalu berbagai bumbu untuk menambah rasa.
Selesai dengan masakannya, Boboiboy segera membangunkan Yuu dan memandikannya. Memakaikannya seragam yang bersih dan membuatnya terlihat tampan. Wajah manis dengan warna mata merah menyala yang memukau itu membuat Boboiboy tersenyum bangga.
Menaiki sepeda motor, ia mengantar anak satu-satunya di rumah itu ke sekolah. Sesampainya di tujuan, ia mengecup pipi gembul Yuu lalu melambaikan tangan pada anak yang memasuki sekolah dengan penuh semangat.
Meski begitu, hanya Boboiboy dan Tuhan yang tahu apa yang ada dibalik senyumnya pagi ini.
Boboiboy pulang masih dengan hati gelisah. Ia membuka toko dengan gelisah dan melayani pembeli dengan gelisah. Ia bahkan tidak memarahi beberapa pria yang bersiul padanya. Oh, tapi ia tentu tidak lupa untuk menampar tangan nakal yang menyentuh pinggangnya.
'Aku ini pria yang sudah menikah,' ujarnya dalam hati dengan penuh rasa bangga.
Sayangnya kebanggaan itu langsung padam begitu ia ingat Fang tidak meninggalkan pesan untuknya tadi pagi.
Eh, oh. Kejadian yang di atas atas dan atasnya lagi itu terjadi saat Boboiboy tengah menyiapkan makan siang. Yuu pulang lebih cepat dari biasanya dan ia berencana memasak ayam tonik. Pertama-tama, kamu harus memastikan isi ayam telah bersih dari segala organ dan darah. Lalu masukkan berbagai rempah tak lupa ginseng dan berbagai tanaman herbal yang baik untuk kesehatan. Sebentar lagi Yuu akan ujian tengah semester, jadi ia harus memastikan putranya sehat secara jasmani. Untuk masalah rohani, biarkan itu menjadi urusan kakeknya.
Sambil menunggu ayamnya selesai direbus, Boboiboy memeriksa buku-buku Yuu dan memastikan tidak ada nilai yang tidak pantas dilihat. Untungnya Yuu sangat pandai dibidang matematika dan selalu mendapatkan nilai yang sedap dipandang. Rasa bangga membuncah didadanya. Boboiboy mengangguk senang lalu merapihkan kembali buku-buku yang telah ia buka.
Yuu menghampirinya, menggenggam ujung bajunya dengan wajah penuh rasa penasaran.
"Kenapa, sayang?" tanya Boboiboy.
"Tanggal hari ini dilingkari warna merah. Apakah hari ini ulang tahun seseorang? Apa akan ada kue?" tanya Yuu.
Begitu mendengar pertanyaan Yuu, Boboiboy menyadari bahwa ia telah melupakan sesuatu yang penting. Bibirnya sedikit terbuka dan matanya terbelalak. Terdiam beberapa saat, ia akhirnya dengan panik turun ke bawah dan melihat kalender yang kata Yuu telah dilingkari.
"Ah! Aku lupa! Ayahmu berulang tahun, sayang!" ujar Boboiboy panik.
Yuu tidak merasakan ada yang aneh dari kepanikan Boboiboy dan malah meloncat kegirangan. "Yey! Berarti hari ini ada kue 'kan? Aku mau kue yang banyaaaak krimnya!"
Boboiboy dengan buru-buru membuka ponselnya dan berniat mengontak toko kue. Namun, mengingat hubungan mereka yang sepertinya dalam bahaya, Boboiboy memilih memesan berbagai bahan untuk membuat kue dan membuat kuenya sendiri.
Mungkin ia terlalu sedih. Mungkin ia terlalu gelisah. Mungkin perasaan tidak aman itulah yang membuatnya melupakan hari penting ini. Ia bahkan tidak menyiapkan hadiah apa pun. ia sendiri sudah terlalu tua untuk menjadikan diri sendiri sebagai hadiah. (Kalau Fang mendengarnya, ia akan tertawa gila dan mengatakan kalau ia bodoh.)
Untungnya, di tengah kepanikan itu, ia masih ingat ia sedang memasak ayam. Setelah menyiapkan makan siang untuk Yuu, ia mengeluarkan berbagai peralatan kue dan menunggu pesanannya tiba.
Dengan waktu yang terbatas, ia tentu saja tidak bisa membuat kue yang aneh-aneh. Jadi, bebekalkan enam putih telur, ia membuat meringue dan mencampurkannya bersama dengan adonan kuning telur. Dengan cetakan khusus, ia memanggangchiffon cake. Oh, iya. Ia masih ingat dengan permintaan Yuu, jadi ia kembali menyibukkan diri membuat krim.
Siang itu adalah siang yang sangat sibuk. Ia memasak mie panjang umur dan dilanjutkan dengan berbagai masakan Tionghua yang identik dengan ulang tahun. Kalau ia punya waktu, mungkin ia akan membuat tumpeng juga hahahaha.
Apa pun itu, ketika ia selesai dengan segala kegiatannya di dapur, hari sudah menggelap dan adzan sudah berkumandang.
Boboiboy membersihkan diri dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya. Ia lalu duduk di sofa dengan Yuu dipelukannya.
Bintang bertaburan menghiasi langit dengan indah. Sayangnya, senyum Boboiboy sudah pudar. Yuu hanya bisa menatap sedih kue yang tidak bisa ia makan karena si mpunya masih belum pulang. Selesai makan malam, ia diusir Boboiboy ke kamarnya untuk mengerjakan PR.
Dadanya sesak. Wajahnya memerah menahan amarah. Menatap dingin pada meja makan, Boboiboy keluar dan menaiki motornya untuk pergi ke pusat kota. Entah apa tempat yang ia masuki, namun tawa dan nyanyian yang ambigu mengisi ruangan itu. Boboiboy tidak peduli dengan orang-orang yang mengelilinginya dan hanya fokus bermain kartu dengan pengunjung yang duduk di sebelahnya.
Mungkin Fang lupa. Mungkin Fang pulang. Mungkin Fang kabur.
Apa pun itu, Boboiboy tidak peduli.
Saat kedua jarum jam menunjuk ke angka 12 dengan bersamaan, nyanyian yang keras berganti menjadi petikan gitar yang lembut. Suara serak yang seksi mengisi sudut-sudut ruangan. Puluhan pasang mata tertuju pada panggung. Seorang pria berkacamata menyanyikan lagu yang tidak pernah didengar oleh satu orang pun. Kecuali Boboiboy.
Ia mendongak, menatap pria yang Ia tunggu seharian. Siapa sangka ia sekarang ada di bar dan bernyanyi entah untuk siapa. Boboiboy tidak mengabari siapa pun kemana ia pergi, jadi pasti pria itu bernyanyi untuk orang lain yang datang bersamanya.
Ia geram mendengar lirik lagu yang dulu mengisi salah satu hari terpenting dalam hidupnya. Ia berdiri kesal dan hendak pulang. Namun siapa sangka sorot lampu tiba-tiba jatuh ke tubuh mungilnya. Membuat orang-orang menatapnya bingung.
Pria dipanggung itu turun. Masih sambil bernyanyi dan memainkan gitarnya, ia menghampiri Boboiboy. Ketika mereka saling berhadapan, pria itu mendekatkan bibirnya pada telinga Boboiboy dan mengucapkan kata maaf. Boboiboy belum selesai berpikir, pria itu telah menjauhinya.
Tanpa banyak berdebat, Fang membawanya ke lapangan pribadi mereka dan menunjukkan kapal angkasanya yang kembali diperbaiki. Ia tertawa kaku dan mengatakan bahwa ia tidak berani memberitahu Boboiboy kalau ia merusak kapalnya lagi saat kembali dari misinya dua hari lalu.
Boboiboy diam-diam memeriksahistorykapal itu dan melihat bahwa kapal ini memang baru kembali dari bengkel yang berada jauh di atas sana.
Boboiboy tertawa kecil. "Aku pikir kamu selingkuh."
Fang hampir struk di tempat. Ia buru-buru mencium wajah Boboiboy dan menggenggam pundaknya erat. "Sumpah demi apa pun aku tidak akan pernah menduakanmu." Dada Fang terasa sesak. "Mau semirip apa pun seseorang denganmu, aku tidak akan pernah jatuh cinta pada mereka karena hanya ada kamu di hatiku." Ia memeluk Boboiboy. "Meski pun ia ibunya Yuu."
Intinya, Yuu berhasil makan kue yang ia idam-idamkan sebagai sarapan keesokan harinya. Meski hanya kakek dan ochobot yang menemaninya, ia tidak peduli karena kue dengan krim adalah kekasihnya.
Mungkin Boboiboy terlalu takut. Mungkin Boboiboy takut karena Fang tidak melaporkan hal yang tidak ia tanyakan lagi. Mungkin ia merasa bahwa Fang tidak sebucin dulu. Tapi sebenarnya, meski tidak menunjukkannya dengan langsung, Fang selalu memerhatikan apa yang dipakai Boboiboy. Sedikit saja kotoran menempel pada sepatu Boboiboy, ia akan langsung membersihkannya dan memastikan Boboiboy hanya memakai yang terbaik.
Mungkin Boboiboy hanya tidak tahu bahwa orang yang menyentuh pinggangnya tadi pagi sekarang tengah terbaring di ranjang rumah sakit.
Apa pun itu, cintanya tidak pernah berubah.
AAAAA pendek dan agak ga nyambung but bodoamat i make this in half an hour.
Fang memainkan rambut Boboiboy. Mengelus sisi wajahnya yang masih tersisa jejak air mata cinta.
"Boboiboy," panggil Fang.
"Eung..kenapa?"
"Kamu kan sebenarnya bisa track lokasi aku pake jam..."
Boboiboy tertegun, lalu memukul dada Fang kesal.
Fang tertawa lepas. "Gapapa. Artinya kamu masih sayang sama aku, muah."
