5. Melarikan Diri.

Solar menjajarkan botol-botol bekas cairan pembersih kamar mandi yang telah dibersihkan dan diisi dengan serbuk kristal pembersih toilet itu di pinggiran bak mandi dengan hati-hati agar tidak ada yang tumpah. Total seluruhnya ada lima buah botol plastik yang akan menjadi senjatanya untuk melarikan diri dari tempat ia dan kakaknya disekap.

Sementara Thorn hanya memperhatikan hasil karya dadakan adiknya itu. Keraguan terbesit dalam benaknya akan rencana Solar untuk melarikan diri itu. Masih ada berbagai kemungkinan yang belum diperhitungkan, namun paling tidak mereka sudah mempunyai rencana. Tinggal menjalankannya saja.

"Oke, siap untuk kabur, kak?" tanya Solar sembari melirik ke arah kakaknya.

"Tunggu dulu ... Mereka kuat lho, belum lagi punya senjata. Kita cuma punya botol-botol itu. Apa cukup?" Akhirnya Thorn mengutarakan keraguannya akan rencana si adik yang dadakan itu. "Aku ngga mau ditangkap lagi begitu keluar dari kamar mandi ini."

Pertanyaan Thorn membuat Solar berpikir lagi karena memang ada benarnya. Mereka berdua praktis tidak memiliki apa-apa untuk melawan penculiknya selain botol-botol yang sudah disiapkan oleh Solar. Namun berapa kali pun Solar berpikir, ia tidak menemukan jawabannya karena memang tidak ada benda yang bisa digunakan sebagai senjata di dalam kamar mandi bobrok itu.

"Kita masih punya ini?" Solar bertanya balik dengan nada yang jauh dari meyakinkan sembari mengepalkan kedua tangannya.

'Tangan kosong?!' jerit Thorn dalam batinnya. "Solar, aku bukan Kak Hali," ketusnya sembari bertolak pinggang. "Berkelahi pun aku ngga pernah."

"Tapi Kak Thorn pernah berantem lawan Kak Blaze-"

"Ya, aku babak-belur, masih bagus ada Kak Taufan yang memisahkan ..."

"Nah, contek saja gaya Kak Blaze berantem," ujar Solar asal-asalan sembari cengengesan.

Thorn hanya bisa melenguh panjang mendengar komentar adiknya itu. Keyakinannnya untuk melarikan diri mendadak surut. "Aku jadi ragu ..." gerutunya yang sama sekali tidak senang dengan saran adiknya yang asal-asalan itu. "Kalau sampai kita tertangkap lagi, aku ngga akan mau membantumu melepaskan diri ...," ancam Thorn dengan nada ketus.

Solar meneguk ludahnya mendengar ancaman kakaknya yang bernada serius itu. "Ah ... Kita pasti berhasil kak, tenang ... Aku 'kan jenius."

"Jenius atau sinting sih kamu itu sebenarnya?"

Solar terlihat tersinggung dengan sindiran Thorn itu, namun diabaikannya sindiran kakaknya itu karena ada hal yang lebih penting untuk dilakukkan daripada beradu mulut. "Jenius, sinting, gila, beda-beda tipis," ketusnya sembari mengalihkan perhatiannya pada kelima botol-botol plastik yang tengah disiapkannya. "Kalau rencanaku berhasil, kamu berhutang maaf padaku, Kak ..."

Dengan hati-hati Solar melanjutkan merakit senjata daruratnya. Air di dalam baskom yang tadinya disediakan untuk mereka minum dituangkan kedalam botol-botol itu. Dalam hitungan detik saja serbuk kristal di dalam botol-botol itu langsung terlihat seperti mendidih dan mengeluarkan uap panas. Secepat mungkin Solar mentup kelima botol itu rapat-rapat. Karena tekanan uap panas serbuk kristal pembersih toilet yang terkena air, seluruh botol-botol yang sudah ditutup itu langsung menggembung.

"Siap, kak?" tanya Solar sembari melirik ke arah kakaknya dengan sebuah botol yang dipegangnya pada bagian lehernya.

Thorn hanya mengangguk sebagai jawaban.

Solar menarik napas panjang dan melemparkan botol yang dipegangnya itu kearah pintu kamar mandi tempatnya disekap.

Waktu terasa berjalan lambat ketika botol yang dilemparkan Solar melayang melintasi kamar mandi itu dan membentur gagang pintunya. Benturan itu cukup kuat untuk meledakkan botol yang bertekanan uap dan menjebol gagang pintu kamar mandi itu.

"APA ITU!?"

"BOCAH-BOCAH ITU KABUR!"

Thorn dan Solar mendengar teriakan dan keributan yang terjadi diluar kamar mandi tempat mereka disekap. Pastinya suara ledakan tadi itu cukup keras untuk membuat penculik mereka itu bersiaga. Artinya tidak banyak waktu bagi mereka untuk secepatnya melarikan diri dari tempat itu

Adrenalin Thorn dan Solar langsung terpompa ketika mereka berdua berhamburan lari keluar dari kamar mandi tempat mereka disekap. Terbayang di benak mereka masing-masing akan kebebasan yang sebentar lagi akan mereka raih. Bayangan akan kepulangan mereka kerumah menjadi pemecut semangat Thorn dan Solar untuk melarikan diri.

Setelah berhasil keluar dari kamar mandi tempat mereka disekap, kini Thorn dan Solar berada di dalam sebuah kamar tidur yang berukuran besar. Nampaknya kamar tidur dimana mereka berada adalah kamar tidur utama di rumah bobrok itu.

Thorn langsung menuju pintu kamar tersebut dan meraih gagang pintunya. "Sial! Dikunci dari luar!" pekik Thorn ketika ia mencoba membuka pintu kamar tidur utama itu. Panik kembali membanjiri dirinya yang berusaha menarik-narik gagang pintu itu.

"Kak, minggir!" teriak Solar yang sudah mengenggam sebuah botol lagi di tangannya

Thorn yang kini mengetahui seperti apa kekuatan senjata darurat rakitan adiknya itu langsung menyingkir dan bahkan sudah berdiri di belakang badan adiknya itu.

Solar melempar botol yang berada dalam genggamannya tepat ketika pintu kamar itu dibuka dari luar. Ketiga penculik mereka Rob, Robert, dan Roberto terlihat akan masuk kedalam kamar itu ketika botol yang dilempar Solar itu mengenai salah satu dari mereka.

Roberto yang terkena botol lemparan Solar itu menjerit kesakitan ketika botol yang mengenainya itu meledak dan menghamburkan uap panas yang menyakitkan. Bahkan kedua rekannya turut terkena semburan uap dan air yang bercampur bubuk kristal pembersih toilet itu. Tak urung ketiganya langsung tersungkur dan tidak mampu meneruskan untuk masuk kedalam kamar itu.

Kesempatan itu dimanfaatkan oleh Thorn untuk menarik Solar keluar dari dalam kamar itu. Namun, salah seorang penculik mereka, Rob, sempat menangkap Thorn pada kakinya.

"Lepas!" Thorn mendesis sembari menendangi penculik yang menangkap kakinya itu. Ujung sepatu Thorn yang berbahan karet padat mendarat telak pada hidung Rob dan membuatnya melepaskan kaki Thorn yang dipeganginya.

"Kejar! Kejar mereka!" teriak Robert sembari mengusap-usap wajah dan badannya yang terkena uap panas dari senjata rakitan Solar.

Solar yang melihat para penculiknya mulai bangkit dan mengejarnya langsung berteriak. "Lempar kak! Lempar semua botolnya!" serunya sembari memberikan dua dari tiga buah botol yang tersisa kepada Thorn.

Thorn yang terpacu adrenalinnya langsung melemparkan botol-botol yang dioperkan kepadanya oleh Solar secepat mungkin. Ia tahu bahayanya senjata darurat rakitan adiknya itu dan tidak mau berlama-lama memegangi botol yang terasa panas di tangan itu.

Lemparan Thorn terlalu kuat bahkan botol pertama malah melewati sasarannya dan meledak di belakang ketiga penculik yang menghampirinya.

Botol kedua malah melenceng dan meledak cukup jauh dari sasaran.

Sedangkan botol ketiga malah terlepas dari tangannya.

"Huaaa!" Thorn menjerit ketika botol terakhir itu meledak di dekat kakinya. Serpihan plastik botol itu menimbulkan luka gores yang lebar dan dalam pada kakinya dan uap panas yang terkekang dalam botol itu menyembur mengenai lukanya.

Thorn yang jatuh terduduk hanya bisa berteriak kesakitan sembari memegangi kakinya yang terluka dan mengucurkan darah.

"KAKAK!" jerit Solar yang melihat kakaknya yang terjatuh dan terluka cukup. Ia sendiri tidak terluka, namun seluruh badannya yang hanya terlindung oleh singlet tipis itu terasa perih dan gatal akibat terkena uap dari senjata rakitannya yang meledak di dekatnya.

"Lari!" perintah Thorn pada adiknya yang hendak menolongnya.

"Ngga akan!" protes Solar sembari menarik kakaknya berdiri dan memapahnya.

Sayangnya usaha Solar untuk menolong kakaknya dan melarikan diri itu berakhir sia-sia. "Mau kemana kalian, hah?" Dengan mudah ketiga penculik itu menghadang dan menghentikan Solar dan Thorn.

"Rob, Roberto. Tangkap mereka." Perintah Robert, penculik yang bertubuh pendek.

Thorn dan Solar hanya bisa meneguk ludahnya ketika kedua penculik yang menghampiri mereka mengeluarkan dua pasang borgol.

Lilitan lakban masih bisa dipotong, demikian juga tali, namun borgol berbeda urusannya. Dengan borgol, tidak akan ada lagi peluang bagi Thorn dan Solar untuk melepaskan diri.

Bersambung.