Dislcaimer :
Naruto Masashi Kishimoto
Highschool DxD Ichiei Ishibumi
Dan unsur-unsur lain dari anime, novel, game, buku, dll adalah milik creator mereka masing-masing, not me.
Warning : Bahasa, Tanda baca, Typo, Many Element from Anime, Novel, books, etc.
Chapter 6 : Phenex's most Rare Thing.
.
.
.
.
One Weeks Later
Naruto berada di depan seorang pria yang terikat kaki dan tangannya, juga matanya dan mulutnya tertutup rapat.
"Anjuro Katagiri, setelah lari ke Amerika, ia masih melakukan berbagai macam kejahatan, yang paling parah adalah terlibat terorisme lintas negara yang mengakibatkan ratusan orang mati dan ribuan lainnya luka dan cacat, demi keuntungan pribadi huh? belum lagi pemerkosaan, perampokan." Ujarnya membaca buku kecil.
"Ia dijebloskan ke Alcataraz dan akan menerima hukuman tembak mati pada hari ini, jam 12.00 AM." Ujarnya. Ia lalu melirik jam dindingnya.
"Aku ingin menghidupkan dua orang hari ini... aku sebaiknya tidak memaksakan keberuntunganku untuk sekarang." Gumam Naruto menatap sebuah batu berwarna hitam legam dengan corak ungu yang terlihat seperti batu membara. Dan sebuah buku yang sangat usang dan sobek dimana-mana dengan judul "The Call of Cthulhu"
11.59 AM.
"Sudah saatnya." Naruto meletakkan sebuah batu obsidian berwarna hitam dan ungu tadi di dekat pria itu. Ia juga telah menyiapkan gulungan sihirnya. Dan lingkaran sihir dimana pria itu berada di tengahnya.
"Menurut panduan, aku membutuhkan dna atau setidaknya barang paling berharga yang pernah dimiliki, aku membeli Crying Obsidian yang terkenal itu dari rumah lelang di Underworld, kita lihat apakah berhasil."
12.00 AM
Naruto bergumam dalam bahasa aneh lalu meneteskan darahnya. "Impure World Reincarnation!"
Lingkaran sihir itu bersinar dan debu-debu menyelubungi orang yang sedang pingsan itu. Dalam sekejap telah menelan tubuhnya. Dan debu-debu itu mulai membentuk tubuh lain dengan perawakan yang berbeda.
Aura Iblis dalam jumlah masif langsung membanjiri ruangan Naruto. Namun karena ia terbiasa menghadapi Fallen Gods, ia tidak terlalu terpengaruh.
Tubuh pria dewasa dengan tubuh yang ideal, tidak terlalu berorot namun tidak terlalu kurus. Dengan rambut coklat panjang dan pakaian serba cokelat, serta enam pasang sayap Iblis.
"Jackpot..." Gumam Naruto menggunakan matanya untuk membongkar nama dari pria yang berhasil dihidupkannya.
"I see... Salah satu dari 72 Original Demons Pillar, yang pernah melayani King Solomon... Demon Morax." Gumam Naruto merasakan aura iblis yang besar ini. Ia dapat menilainya berada pada tingkat Super-Class Devil.
Pria itu membuka matanya mendengar ucapan Naruto.
"Kontrakku dengannya sudah selesai, begitu juga dengan Lucifer, sekarang kau yang memanggilku ke dunia manusia, katakan apa maumu." Morax membalas Naruto dengan tenang.
Meski ia merasakan ada yang berbeda dengan tubuhnya, tentunya ini bukan kemampuan penghidupan yang pernah ia ketahui sebelumnya.
Naruto tersenyum kecil. Sihirnya, tidak, Shamanismnya berhasil. Impure World Reincarnation, tekhnik sihir pertama yang diciptakan untuk memanggil yang telah mati. Di masa lalu, tekhnik ini digunakan untuk memanggil roh nenek moyang sementara waktu untuk memberi sebuah suku petuah dan petunjuk.
Namun Naruto tidak menemukan satupun catatan atau rekaman yang memuat penggunaan tekhnik terlarang ini untuk pertarungan.
"Aku menawarkan kontrak padamu, Lord Morax." Naruto tetap berdiri dan menghadapi iblis dihadapannya tanpa bergetar oleh aura demonic yang kuat itu.
"Kontrak? Katakan padaku apa tawaranmu, manusia." Morax membalas dengan tenang.
"Aku menawarkan kesempatan padamu untuk sekali lagi menginjakkan kakimu di dunia ini, setidaknya hanya itu terpikirkan olehku." Ujar Naruto.
Morax menarik nafas pelan. "Saat aku berada sedang lengah, sebagai salah satu dari segelintir yang tersisa dari 72 generasi asli, aku diajak bergabung dengan fraksi Lucifer dalam perang saudara..."
Naruto terdiam dan menyimak ucapan Morax. Faktanya, ia bahkan tidak tahu mengenai kontribusi Morax dalam perang saudara itu.
"Tetapi aku menolaknya, bagiku batu itu melambangkan kesolidan dan kebijaksanaan, dan meskipun aku telah mendapatkan setiap jenis batu di bumi ini, rasa hausku belum terpuaskan, aku rasa itu sifat alami kami para iblis..."
Morax lalu mendongakkan kepalanya keatas. "Lalu aku berfikir, seberapa banyak batu yang ada di lautan kegelapan disana itu? Sayangnya sebelum sempat memulai hobi baru itu, bocah sialan Lucifer itu berhasil menipuku dan membunuhku dengan racun Samael..."
Ia lalu kembali menatap Naruto.
"Manusia, aku mengajukan perubahan, aku akan menuruti perintahmu, tetapi sebagai gantinya, aku menginginkan hukuman pada bocah Rizevim Lucifer itu, dan tentunya memulai hobi baruku."
Naruto sediki terkejut mendengarnya. Ia tidak menyangka salah satu keturunan Lucifer menipu dan membunuh Morax, terutama dengan racun Samael. Seingatnya makhluk itu dikurung di Dunia bawah dibawah yurisdiksi Hades. Atau jangan-jangan?
Kalau benar begitu, mereka punya musuh bersama bukan? Ia rasa tawarannya sudah jelas disini.
Ia lalu mengangguk dengan senyuman lebar. "Deal."
"Giliranku bertanya, siapa kau manusia? Teknik apa yang kau gunakan untuk menghidupkanku?" Tanya Morax memandangi kedua tangannya yang ada sedikit retakan. Kedua matanya pun juga hitam dengan pupil putih.
"Prototipe Sihir, bisa disebut salah satu sihir pertama yang pernah digunakan, teknik yang biasanya digunakan untuk memanggil roh nenek moyang, Impure World Reincarnation."
"Oh, dimana sopan santunku? Namaku adalah Naruto 'Uzumaki', aku hanyalah pemuda yang hobi membersihkan rumput liar." Ujar Naruto sedikit menundukkan kepalanya.
"L—" Ucapan Morax terpotong oleh sebuah lingkaran sihir bergambar Phoenix yang muncul dari sudut ruangan.
Naruto segera menatap Morax dan disambut dengan anggukan. Morax lalu menghilang dalam lingkaran sihirnya.
Lalu, dari lingkaran sihir phoenix itu muncullah Ravel. "Hari ini huh? Aku hampir lupa."
"Naruto, Nii-sama memenangkan rating gamenya kemarin, dan ia tidak mendapat pelajarannya, Tou-sama memberitahuku ini saatnya." Ujar Ravel. "Aku sempat merasakan demonic power yang besar... dari siapa itu?"
Naruto mengangguk mengerti. Ia mendekatkan kepalanya ke Ravel, ia sedikit membungkuk karena perbedaan tinggi badan.
"A-apa yang k-kau lakukan?" Ravel sedikit terkejut dan memerah melihat wajah Naruto berada tepat dihadapannya.
"Akan kukatakan rencanaku, aku ingin memastikan bahwa kau mendengarnya dengan jelas dan mengerti, aku tidak menerima ada kesalahan sedikitpun karena akan menyebabkan nyawa melayang."
Ravel menghela nafas menenangkan dirinya. "Baiklah, akan kukatakan juga rencanaku untuk membuatmu menerobos kediaman Phenex."
Underworld
1 Hour Later
Bam!!
Ledakan sedang terdengar dan suara langkah kaki yang berlarian juga terdengar dimana-mana.
"Phenex sialan! Dimana kau huh?!!"
"Hei sia—" Ucapan salah seorang Iblis penjaga terpotong saat bogem mentah berkekuatan tinggi mengantarnya meluncur menghantam tanah dengan keras.
"Sialan kau manusia!!" Beberapa dari mereka menciptakan lingkaran sihir api dan bersiap menembakkannya.
"Minggir kalian, dasar kompor portabel!" Dengan itu Naruto menciptakan lingkaran sihir Irish dan menembakkan air berkonsentrasi tinggi, membuat semua penjaga Phenex itu terdorong dan terhempas.
"Manusia... apa maumu?"
Naruto menoleh dan mendapati seseorang pria berambut pirang yang cukup dewasa, kira-kira seumurannya.
"Kau bukan Riser... apa kau kakaknya?"
"Benar, namaku Ruval, aku lihat kau punya urusan dengan Riser, apa yang ia lakukan padamu?"
Naruto terkekeh pelan. "Kau terlihat berpengalaman dengan adikmu huh?" Naruto membuka perban ditangan kirinya dan menunjukkan luka bakar.
Ruval hanya memandangnya dengan datar. "Begitu, bagaimana menurutmu, Ayah?"
Lord Phenex keluar dari pintu mansionnya dan menatap Naruto dengan tatapan yang sama.
"Cih, kukira ada apa, ternyata kau serangga?!" Riser keluar dengan tatapan sombongnya bersama para peeragenya.
"Kau... manusia yang lari dari Nii-sama huh?!" Ravel juga memainkan perannya dengan baik.
Kini hampir seluruh anggota inti dari klan Phenex berdiri menatap Naruto.
"Riser Phenex, kau telah menjatuhkan harga diriku dengan meninggalkan luka bakar ini padaku, ditempatku berasal, luka dari perseturuan konyol adalah hal yang memalukan!"
"Satu-satunya cara untukku mengembalikan harga diriku adalah dengan mengalahkanmu!" Ujar Naruto tanpa takut sedikitpun. Meskipun hawa intimidasi disini kuat, namun bukan apa-apa baginya yang pernah menghadapi berbagai Fallen Gods.
"Hahaha! Setelah lari seperti serangga dariku, kau ingin menantangku? terlebih didalam wilayah phenex? Sadarilah posisimu serangga!"
"Lalu, aku telah memenangkan rating game dengan Rias, dia akan segera menjadi milikku!" Balas Riser sambil tertawa. "Sekarang enyahlah karena aku harus bersiap untuk pertunangan besok!"
"Begitu, jadi kau takut huh? Kalau begitu, kau benar-benar membuatku kecewa, apa semua phenex begini?! Hanya sekumpulan anak burung yang hanya bisa berlindung dibalik sayap kecilnya dari seekor serangga?"
Ravel menggigit bibirnya. Ia dan ayahnya memang telah mengatur agar Naruto membuat kekacauan, namun untuk berani mengolok keluarga Phenex tepat di depan mereka, Naruto pasti punya bola yang besar.
"Sialan!!"
"Cukup Riser! Kita tidak bisa membiarkan manusia ini mengolok klan kita lebih jauh lagi, terima tantangannya dan ajari serangga ini dimana tempatnya." Ujar Ruval.
"Manusia, umumnya aku akan membakarmu habis, katakan, pertarungan seperti apa yang kau mau?" Tanya Lord Phenex dingin.
"Rating game... antara seluruh peerage Ayam bakar itu melawanku!" Ujar Naruto menunjuk Riser.
"Hahahaha?! Kau sendiri melawanku dan seluruh peerageku?! Nyalimu gila juga, serangga gila!" Balas Riser tertawa.
"Baiklah, ada arena simulasi kecil di tengah kompleks, kalian kemarilah!" Ujar Ruval.
Riser dan peeragenya terkekeh pelan dan berjalan duluan menuju arena.
"Sebaiknya kau berhasil, Naruto-kun." Ujar Lord Phenex lirih saat Naruto berpapasan dengannya. "Yeah, berdoalah agar Riser belajar."
Arena Simulasi Rating Game.
Arena itu terletak di area kompleks klan Phenex. Meski tidak sebesar arena resmi, namun cukup untuk latihan.
Riser diteleportasikan ke gedung Osis yang sama dengan rating game mereka dengan Rias sebelumnya. Hanya saja lebih kecil. Sementara Naruto ditempatkan di gedung klub milik Rias.
Riser dan peeragenya berniat membahas rencana, sampai sebuah suara ledakan terdengar dan bongkahan gedung ORC melayang dan jatuh menghantam lapangan yang ada di tengah arena.
"Tidak ada gunanya membuat rencana, Riser Phenex! Kau yang telah melukai harga diriku, sampai kapan mau bersembunyi?"
Dengan suara keras yang dipancarkan melalui sihir itu, bongkahan gedung lain melayang dan jatuh di lapangan.
"Cih, kalau begitu tunjukkan pada sersngga bar-bar itu arti Phenex! Jangan menahan diri!" Seluruh peeragenya mengangguk dan menyebar sesuai posisinya.
"Niisama, manusia itu sampai di gedung olahraga!" Ujar Ravel mengamatai dari sihirnya.
Riser mengangguk tenang. Ia hanya duduk mengamati layar bersama adik dan Queennya, seperti seorang Raja dalam artian sebenarnnya.
Gedung Olahraga
Boom!
Naruto menatap datar kearah lima orang di depannya. Ia masuk setelah menjebol atap seng itu.
Dua gadis berambut hijau dengan tatapan psikopat bersenjatakan gergaji mesin, dan dua orang gadis bertelinga kucing dengan rambut biru dan merah bersenjatakan sarung tinju, dan seorang gadis berambut biru gelap dengan sebuah pedang.
"4 pawn dan satu knight? ." Ujar Naruto. Ia menatap sebuah garis tengah lapangan basket itu lalu kembali menatap mereka.
"Karena kalian adalah wanita, akan kuperingatkan kalian, jika kalian maju melebihi garis itu hanya rasa sakit yang akan menanti." Ujarnya menunjuk garis lapangan badminton yang ada disana.
"Kau meremehkan kami huh?!"
Naruto menggeleng. "Aku mengetahui kekuatan kalian, karenanya, diamlah disana."
"Heh? jangan membuat kami tertawa, kami memiliki tugas untuk mengalahkanmu sekuat tenaga kami disini!"
Naruto sedikit mengangkat alisnya mendengarnya. "Kalau begitu maafkan aku, kalian punya tugas yang harus kalian tunaikan, dan aku punya kontrak yang harus kupenuhi..."
"Lalu ini adalah medan pertempuran, wanita atau bukan, disaat kalian melangkahi garis itu, kalian adalah petarung dan musuhku... aku tidak akan segan."
"Jika mau maju, majulah sekaligus dengan niat membunuh."
"Kau akan menyesalinya." Ujar Siris aka si Knight. Ia membawa Great Swordnya dan melesat kearah Naruto.
Naruto bersiap saat ia mendapati tiba-tiba Siris melompat dan memutari tubuhnya, berniat membelah tubuhnya dari belakang.
Suara besi dengan cepat terdengar saat tangan kanan Naruto menahan pedang besar itu. "Knight, tapi kau tidak memiliki kebanggan itu huh?"
"Kebanggaan yang menyedihkan, aku hanya harus mengikuti perintah, itu saja." Balas Siris berusaha menarik pedangnya, namun cengkraman tangan Naruto kuat.
"Begitu..." Dengan itu, Naruto membuang pedang itu ke samping, membuat Siris kehilangan keseimbangan sebelum terhempas saat ditendang dengan keras oleh Naruto tepat di perutnya.
Suara desingan gergaji mengalihkan perhatian Naruto. "Mainan yang cukup berbahaya." Ujarnya menarik nafas melihat dua orang gadis yang mengayunkan gergaji kearahnya.
Kedua gadis itu, Ile dan Nel, tidak mengerti kenapa pria di depan mereka hanya menarik nafas. Namun yang mereka rasakan detik berikutnya, kedua tangan mereka terasa sangat sakit dan membuat mereka menjatuhkan gergajinya.
"Ittai... E-eh?"
Keduanya terkejut saat Naruto berdiri didepan mereka dan menatapnya datar. Tangan kanan Naruto membentuk gerakan akan menjentik.
Detik berikutnya, mereka berdua terbang dengan dahi yang merah total dan sedikit berdarah, seakan puluhan jentikan didaratkan bersamaan.
"2 Pawn Riser-sama tidak dapat bertarung!"
"Haa!"
Naruto memiringkan kepalanya menghindari kepalan tinju itu. Ia berkali-kali menghindari kepalan tinju dari kedua gadis kucing itu, Ni dan Li.
"Cih sialan! Berhenti menghindar dan kenalah!!" Geram Li melihat Naruto terus menghindari serangan mereka.
"Heh... Aku bukan pro westler..." Ujar Naruto mengambir satu langkah lompatan ke belakang. "Jadi maaf kalau kelembutan pukulanku akan menidurkan kalian!"
Dengan itu, ia melancarkan serangkaian pukulan ke perut mereka, dan terakhir, menghantam mereka berdua pada bagian bawah dagu, mengantar mereka melayang dan jatuh dengan keras.
"2 Pawn Riser-sama kembali keluar!!"
"Sialan!!"
Naruto melihat Siris yang kembali dan melesat kearahnya dengan kecepatan Knight. "Percuma saja..." Ujarnya menarik sebuah pedang dari Gate-nya.
Itu bukan pedang spesial lainnya, hanya salah satu pedang di abad pertengahan yang tidak memiliki nama, namun terbuat dari besi berkualitas.
Naruto menahan pedang raksasa itu. Ia melakukan beberapa tebasan cepat dan menghempaskan Siris.
"A-apa? Seolah-olah ada beberapa tebasan di saat—"
Ucapannya terpotong saat ia merasakan belasan luka sayat muncul di tubuhnya. "Bersamaan?" Disaat-saat tubuhnya masih melayang, Naruto meraih Curtana dan menusuknya di bagian perut.
Sirin menghujam keras ke permukaan lantai dengan memuntahkan air liur dan mata memutih.
"1 Knight Riser-sama keluar!"
Dengan masih menggenggam dua pedang, Naruto berlari ke area selanjutnya yang berupa lapangan maraton.
Ia melihat beberapa figur wanita disana, salah satunya sempat ia kenali.
"Ooh, Rook waktu itu? Apa kau mau pukulan panas di perut lagi?" Ujar Naruto.
"K-khh!! Kau akan membayarnya!" Xuelan berteriak marah. Ia berlari kearah Naruto bersama dengan rekan pedang dan Rooknya, Karlamine dan Isabela.
Tubuh mereka dilapisi aura hijau di Xuelan dan Isabela dan biru di Karlamine. Naruto melirik Bishop mereka yang membaca sihir khusus.
Karlamine melesat kearah Naruto dengan kecepatan melebihi knight biasanya. Ia menebaskan pedangnya namun masih bisa ditahan oleh Naruto.
Disaat bersamaan, Isabella dan Xuelan muncul di sampingnya dengan kaki yang telah tergerak.
Naruto tersenyum kecil. Ia melepaskan pedangnya dan membuat Karlamine terkejut. Ia lalu memegang tangan Karlamine dan melemparnya ke udara dengan cepat.
Naruto tidak melepaskan tangan Karlamine sehingga membuat tubuhnya ikut terangkat oleh gaya kinetik yang berasal dari tubuh Karlamine, membuatnya terhindar dari tendangan dua sisi itu.
"Apa?!" Kaget kedua Rook itu.
"K-kau?!" Karlamine sembuh dari keterkejutannya dan hendak melawan. Namun Naruto yang masih memegang pergelangan tangannya, mengayunkannya ke bawah dengan kuat dan melepaskannya.
"Makan ini." Ujar Naruto membakkan laser Irish magic yang berupa laser air terkonsentrasi tinggi hingga menabrak tubuh Karlamine dan semakin menguatkan dorogannya kebawah.
Bam!
Tubuh Karlamine terbenam ke retakan tanah.
"1 Knight Riser-sama keluar!"
Belum sampai disitu, Naruto yang masih di udara, melempar Curtana kearah Isabella. Ia langsung melompat menghindari pedang itu.
Naruto mendarat dan langsung melancarkan Nine Livesnya pada Xuelan.
"Bakar rasa sakit ini kedalam ingatanmu." Ujar Naruto sebelum mengirim Xuelan tidur tanpa halangan berarti.
"1 Rook Riser-sama keluar!"
"K-kau!!"
Dari balik debu, Isabella melompat dari asap. Namun ia terkejut saat Naruto telah memegang sebuah busur.
"Huft..."
Hanya dengan satu tarikan nafas, sembilan anak panah tumpul memukul sembilan titik lemah di tubuh Isabella, membuatnya jatuh dan langsung pingsan.
"1 Rook Riser-sama keluar!"
Ia mengedarkan pandangannya ke tempat dimana Bishop tadi berada, namun ia tidak menemukannya, mungkin ia mundur.
Area selanjutnya adalah sebuah atap kelas tepat beberapa belas meter sebelum ruang Osis.
Ia juga menemukan beberapa peerage Riser disana.
"Aku akan membalasmu serangga!!" Salah satu dari mereka yang Naruto ingat pernah ia pukul tengah berteriak dan menyerangnya.
"Tak belajar dari kesalahan huh?"
Naruto menahan tombak kayu Mira dengan busurnya, ia menarik senarnya dan melancarkan anak panah ke pawn itu. Ia terdorong ke belakang dan bernafas berat. "??!!!" Satu-satunya yang ia lihat sebelum kegelapan mengambil alih adalah sembilan cahaya merah mengenai tubuhnya.
"1 Pawn Riser-sama keluar!"
"Saatnya ganti mainan." Ujarnya melenyapkan busurnya dan menggantinya dengan tombak. Ia menatap dua gadis maid dan Shuriya yang maju kearahnya.
"One step, four maiden fall." Ujar Naruto tersenyum kecil.
Ia melesat dan muncul di depan Shuriya yang terkejut. Dengan cepat mengeratkan kakinya dan melempar keras gadis itu dengan punggung tombaknya.
Naruto dengan cepat menggunakan tombaknya sebagai alat untuk melompat dan dalam sekejap ia sudah dalam posisi yang sejajar dengan pawn itu. Dan tanpa jeda, ia langsung memukulnya tepat di punggung, mengirimnya kembali ke permukaan lantai dengan keras.
"Sialan kau!!" Salah satu gadis maid itu mengeluarkan pisau pendek dan hendak menusuk Naruto.
"Cobalah untuk tidak bersuara saat bermain menjadi Assassin." Naruto mengeratkan pegangannya dan mengangkat tubuhnya dengan bertumpu pada tombaknya.
"A–" Maid itu tidak bisa menyelesaikan ucapannya saat tendangan yang tidak terlalu keras mendarat di bahunya, membuatnya sedikit terlempar.
Maid yang satunya terlihat terkejut, namun Naruto tidak memberinya jeda. Ia langsung berlari kearah gadis itu dan menusukkan tombaknya.
Gadis maid itu sedikit terkejut, namun ia bisa menghindarinya dengan susah payah. Tombak itu memotong sebagian kecil rambut kirinya. Namun tombak itu berhenti disana, dan bergerak menghantamnya dari samping.
Ia terjatuh dengan keras dengan nyeri dibagian bahunya. Dan Naruto tanpa belas kasih langsung memukul tengkuknya keras, membuatnya pingsan.
"K-kau..."
Naruto menghela nafas dan menggerakkan jarinnya di udara. Sebuah huruf kecil muncul dan bersinar terang, membuat gadis itu menutup matanya.
"Sampai bisa jatuh pada ilusi rendah seperti ini, Riser, kau harus melatih peeragemu lagi." Gumam Naruto memukul tengkuknya dan menbuatnya tidur.
"2 Pawn Riser-sama keluar!"
Ia lalu memegang erat tombak besinya dan melemparnya keatas dengan sudut 45. Tombak itu melesat langsung ke gedung Osis.
Namun saat hampir mencapainya, lingkaran sihir muncul di depan gedung dan meledakkannya.
"Queen... 2 Bishop, lalu... King." Gumam Naruto menatap datar mereka yang tersisa di depan gedung.
"Oh, aku melihatnya, kau manusia yang spesial rupanya, namun itu tidak mengubah fakta bahwa kau akan kalah dibawah kakiku... Yubelluna!"
Queen dengan segala aspek yang boombastis itu terbang diatas gedung Osis.
Ia lalu menggerakkan tongkat sihirnya dan beberapa lingkaran sihir muncul di sisi Naruto. "Shit, Eksplosion Magic!" Naruto langsung melompat mundur tepat sebelum lingkaran sihir itu meledak.
"Aku paling benci dengan lawan yang bisanya hanya 'boom' dan 'baam', dasar maniak." Ia menembakkan air terkonsentrasi tinggi, namun lingkaran pelindung melindungi Yubelluna.
Ia melirik Ravel dan salah satu Bishop tadilah yang menciptakannya.
"Terbakarlah!!" Riser melesat dengan tinju berapi. Naruto mendecih pelan dan membalas tinjunya dengan tangan kanannya.
Riser tersenyum kecil saat tubuhnya terlapisi aura hijau. Ia lalu menendang Naruto melebihi kecepatan normalnya.
Naruto terpaksa melompat mundur menghindari tendangan Riser. Namun sialnya, tempatnya akan mendarat telah diisi oleh lingkaran sihir milik Yubelluna.
Boom!!!
Naruto segera melancarkan sihir perlindungan secepat yang ia bisa untuk meminimalisir dampaknya.
Meski kemeja dan celana orange yang ia kenakan agak terbakar sekarang, namun ia bisa bertahan. Sepatu olahraganya? Sudah hangus menjadi abu.
"Kombinasi yang bagus... Aku akan lebih serius."
Kaki Naruto mengambil kuda-kuda. Dan dalam kecepatan yang hampir tidak bisa diikuti, Naruto melesat kearah Riser.
"Ap?!" Riser yang merasakan bahaya langsung menyilangkan kedua tangannya, namun dalam sekejap ia merasakan kedua tangannya remuk dan hampir hancur. Tubuhnya juga terlempar menghancurkan tembok gedung Osis.
"Riser-sama!!!" Yubelluna berteriak khawatir.
"Huh? Lancang sekali mengalihkan perhatian dari lawanmu!" Naruto melompat kearah Queen itu dengan satu hentakan yang membuat kawah kecil disekitarnya.
"Cih, meledaklah!!" Yubelluna menciptakan beberapa lingkaran sihir di depan Naruto.
"Switch-On... Airgetlam!!!"
Divine Light muncul dari tangan kanan Naruto dan langsung ia gunakan untuk menebas dan menghancurkan seluruh lingkaran sihir di depannya.
"Ap—"
Yubelluna terpotong saat tangan besi Naruto menghantam tubuhnya dan mengirimnya meluncur membentur tanah.
"Yubelluna-sama!" Bishop disamping Ravel terkejut melihat Queennya jatuh.
"Lalu kalian!"
Naruto mendarat di depan Ravel dan rekannya. Mereka berdua segera bergerak mundur, namun jentikan kepala dari Naruto membuat mereka terpelanting jatuh.
"Sialan dasar rendah!!"
Ledakan muncul dari tubuh Riser. Sebuah bola api sebesar rumah meluncur kearah Naruto.
Ia hanya menyeringai kecil. Airgetlam kembali menyala dan Naruto melesat, membelah bola api itu dan menciptakan jalan kearah Riser yang terkejut.
Bugh! Bagh! Dugh! Dagh!
Naruto melancarkan beberapa tendangan dan pukulan pada Riser dan mengirimnya menghancurkan sisi lain gedung dengan kondisi babak belur.
"Hehe... hanya seginikah kekuatan Phenex itu?"
"Aku benar-benar akan membunuhmu manusia rendahan...!!" Geram Riser dengan api yang mulai muncul di sekelilingnya dan menari dengan liar.
Permukaan lantai dan tembok di sekelilingnya mulai meleleh, menunjukkan betapa panasnya api yang terkonsentrasi itu.
Naruto bisa merasakan konsentrasi energi yang besar dari Riser. Energinya sedang berubah menjadi energi yang lebih murni dengan aspek hewan disana.
"Aku adalah Phenex, dan dengan kekuatanku, aku akan menjadi Phoenix yang sesungguhnya!!"
Booommm!!!
Ledakan pilar api muncul dari tubuh Riser berdiri. Sepasang mata merah muncul dari pilar itu dan bersama sepasang sayap api.
"Blazing Phoenix!!!"
Pilar itu lenyap dan menampakkan makhluk di dalamnya.
Riser mengubah dirinya menjadi burung Phoenix dan meraung keras di atas sana. Mengakibatkan semua peeragenya yang tersisa terkejut.
"Aku mengerti dasar dari kesombonganmu sekarang..." Ujar Naruto tersenyum kecil.
Riser tidak menanggapinya dan mengepakkan sayapnya melesat kearah Naruto.
"Establishing Divine Core... Capitolium Vetus..." Partikel emas muncul di sekitar tubuh atas Naruto, kedua tangannya, dan kedua kaki bagian lutut kebawahnya.
"Balance Breaker... Collis Quirinalis!!"
"!!!!"
Tempat berpijak Naruto hancur menjadi debu tepat ketika pria itu menghilang dari tempatnya. Kilatan cahaya merah melesat jauh melebihi daya tangkap semua pasang mata disana.
Phoenix yang merupakan perubahan Riser tadi telah berbalik arah?
Lebih tepatnya cahaya tadi melesat menyeret phoenix itu. Membenturkannya ke berbagai sisi penghalang dan arena dengan keras, seperti cahaya yang melesat dengan liar.
Bam!!!
Tubuh Phoenix api itu menghantam lantai dan menimbulkan ledakan api besar.
Sosok serba emas melangkah keluar dari sana. Bagian tubuh Naruto yang tadinya muncul pertikel emas kini telah terututup oleh armor emas.
"Mustahil... Balance Breaker?!" Gumam Ravel terkejut.
Phoenix itu berusaha bangkit, namun Naruto dengan mengulurkan tangan kanannya. Lima buah tombak petir berwarna merah darah muncul dan berputar cepat diatas Phoenix itu.
Dan tepat saat Naruto menggenggam tangannya, seluruh tombak itu menghujam pada sang Phoenix dan meledakkannya.
Phoenix itu meraung dan mengepakkan sayapnya kembali untuk terbang, ia telah meregenerasikan luka yang ia dapat dari Naruto.
"Sepertinya aku harus memberimu luka fatal..." Naruto berada tepat di depan phoenix itu dan memukulkan tangan kanannya yang penuh dengan energi kemerahan.
"Magnus!"
Bamm!!
Cahaya petir merah keluar dari belakang Phoenix itu disaat Naruto memukulkan kepalan tangannya.Tubuhnya berlubang besar dan dengan cepat sembuh. Meski begitu, Phoenix tadi terdiam sebentar ditempatnya.
"Eh, lumayan..."
Bam! Bam! Bam!
Lubang... tertutup... lubang... tertutup. Naruto berulang kali mendaratkan serangan yang sama, ia lalu menyadari kecepatan penyembuhnya berkurang. Dan dengan itu, ia melancarkan serangan terakhir dengan menusukkan sebuah tombak petir dan meledakkannya.
Naruto mundur sejenak saat merasakan energi Riser telah jauh menurun.
"Sudah selesai? Teknik yang hebat, meski mungkin masih dibawah milik kakakmu." Ujar Naruto melangkah pada sosok Phoenix yang perlahan lenyap dan menampakkan tubuh Riser Phoenix yang penuh luka bakar dan sengatan petir. Balance Breakernya telah menghilang.
Naruto berdiri dan menatapnya datar. Ia mengambil sebuah air mata phoenix dari Gatenya dan menuangkannya ke tubuh pria itu.
"H-haah... haaah?!" Riser terbangun dengan wajah terkejut. Namun ia harus menerima pukulan keras dari tangan besi Naruto.
Riser terpelanting hampir empat meter dari sana. Naruto kembali berjalan mendekatinya.
"J-jangan dekati aku!!!"
Ia memang sudah sembuh akibat air mata Phoenix, namun energinya sudah hampir kosong.
"Mudah sekali kau bicara... kau sombong padaku, aku juga akan sombong padamu."
"Jika aku adalah kau, maka aku akan membunuhmu, Iblis rendahan."
Naruto melangkah dengan dingin. Tangan kanannya menggenggam sebuah tombak cahaya.
"R-riser-sama!!!" Yubelluna dan Mihae yang telah babak belur berlari kearah tuannya. Mereka berdiri di depan Riser dan berusaha menyiapkan sihir terakhir mereka.
"Jalang... maunya kalian melindungi sampah ini, enyahlah!" Naruto menembakkan dua buah tombak petir kecil dengan kondensasi energi pada mereka berdua.
"Riser-sama, bertahanlah!!" Kedua tombak petir itu membentur lingkaran sihir perlindungan milik mereka, lalu meledak dengan ledakan yang menyakitkan.
"Akhhh!!" Mereka berdua terlempar dengan luka bakar di kedua tangan mereka.
"Yubelluna! Mihae!!" Riser berteriak terkejut melihat kedua peeragenya.
"Q-queen dan B-bishop Riser-sama keluar... Aku mohon menyerahlah Riser-sama!!" Bahkan penyiar suara itu terlihat khawatir.
"Aku... Aku Meny—"
"Kaupikir semudah itu? Menyerahlah pada Hades sana!"
Naruto muncul di depannya dengan kecepatan kilat. Ia menghujamkan tombaknya ke arah Riser. Riser hanya bisa melebarkan matanya melihat tombak petir yang sebentar lagi akan mewarnai tubuhnya dengan warna yang sama.
"Nii-sama!!"
Dan disaat itulah, duniannya serasa membeku. Ravel menggunakan sihir teleportasi khas iblisnya untuk muncul di depan Naruto dan melapangkan tangannya.
Jleb...!!
Tombak itu menembus perut Ravel bagian kanan. Riser bisa melihat ujung tombak itu tepat dihadapannya, menembus pinggang adiknya.
Naruto menatap datar. Ia mencabut tombaknya dan membiarkan darah mengalir deras dari kedua sisi. Dari pinggannya, wajah Riser yang membeku terkejut terkena darah adiknya sendiri.
"Nii-sama... Uhuk... Hiduplah..." Dengan itu Ravel terhuyung dan jatuh kedepan.
"R-ravel!" Pikiran Riser berusaha menjangkaunya, namun tubuhnya masih membeku oleh keterkejutannya.
Naruto menangkap tubuh Ravel. Ia mengeluarkan air mata phoenix lainnya dan meminumkannya pada Ravel.
Dalam sekejap lukanya sembuh, namun Ravel tidak sadar. "Lukanya sembuh, namun ia masih shok." Ujar Naruto menggendongnya.
Ia kemudian menatap Riser yang masih terkejut.
"Tidakkah kau lihat, Iblis?"
"Seluruh peeragemu, mereka semua setia padamu dengan atau tidak nama Phenex."
Riser menegakkan kepalanya dengan seluruh tubuh yang bergetar. Ia menatap tatapan dingin Naruto.
"Bahkan adikmu sendiri siap mengorbankan nyawanya untukmu, tapi apa yang kau berikan? Dengan arogansimu kau memanfaatkannya."
"Ketahuilah bahwa fakta kau masih hidup saat ini adalah karena tekad peeragemu dan pengorbanan adikmu."
"Namun ini adalah rating game, aku akan menghukummu." Ujar Naruto memunculkan pedang birunya.
"Hukuman? A-apa yang mau kau lakukan?! Kalau mau membunuhku cepat bunuh aku!" Ujar Riser beteriak.
"Dasar rendahan! Kau tidak mengerti tekad dan pengorbanan mereka huh?! Kalau begitu biar kuambil apa yang tidak pantas kau dapatkan!"
Pedang biru yang melayang di depan Naruto itu langsung bergerak menebas tubuh Ravel yang masih pingsan digendongan Naruto.
"Ravel!!" Riser berteriak terkejut dan menggerakkan tangannya untuk meraih adiknya, hanya untuk terbentur dengan sesuatu yang terlempar.
"!!!"
Riser melebarkan matanya saat bidak Bishop terjatuh di depannya.
"Aku menghapus koneksi tubuhnya pada bidak Bishopmu, Ravel bukan lagi peeragemu."
Riser kembali terkejut. Ia tidak membayangkan Naruto untuk bisa melakukan hal semacam itu.
"Dua Bulan."
Riser kembali mendongakkan kepalanya.
"Dalam dua bulan kau akan berhadapan lagi denganku, jika kau bisa mengalahkan lawanmu, kau menang."
"Namun jika kau gagal, aku menghancurkan semua bidak Evil Pieces yang ada di tubuh peeragemu, dan kau akan menjadi King tanpa peerage, sebuah sistem catur yang cacat selamanya."
Ucapan Naruto memberi tambahan getaran pada tubuh Riser. Untuk pertama kalinya ia merasakan ketakutan yang sangat besar. Ia sudah kehilangan adiknya, lalu jika ia kalah ia akan kehilangan seluruh peeragenya? Bahkan ia akan kehilangan martabat dan kebanggaan akan keluarganya jika itu terjadi.
"Wajah yang menyedihkan, tapi selanjutnya pertarunganmu bukan denganku, tapi dengan musuh yang lebih lemah dariku namun musuh terburuk untukmu, kau akan sangat penasaran siapa dia."
Riser hanya terdiam dengan ketakutan dan memikirkan perkataan Naruto. Apakah musuhnya selanjutnya pengguna cahaya? Atau pengguna Air seperti Sitri?
"Aku... menyerah..."
"Pemenangnya, Naruto Uzumaki..."
Naruto hanya menghela nafas dan berbalik membawa Ravel keluar dari arena itu.
"Ravel... semuanya..." Riser jatuh pingsan sambil menatap kepergian Riser.
Tap! Tap!
"Dasar gadis yang nekat, aku akui aku sedikit berlebihan tadi, aku tidak menyangka Riser akan serendah itu." Ujarnya lirih sambil menatap wajah Ravel yang sedang pingsan.
"Tapi, kuakui tekadmu itu."
Flashback
"Ravel, aku ingin kau melindungi Riser disaat-saat terakhirnya."
"Apa maksudmu?"
"Aku akan berakting seperti akan membunuh Riser, kau hanya harus menghalanginya, dengan tubuhmu."
"K-kenapa harus begitu?! Itu menyakitkan bukan?!"
"Jika kau ingin membuka mata kakakmu, kau harus berani membuat pengorbanan, lagipula aku hanya akan memukulmu."
"Tenang saja, aku akan langsung menyembuhkanmu dengan air mata phoenix, tunjukkan tekadmu, dan bukalah mata kakakmu."
Ravel terlihat ragu dengan ucapan Naruto. "Aku juga akan memutuskan ikatanmu dan mengeluarkan Evil Pieces itu."
"Apa?!"
"Aku akan membuatnya kehilangan adiknya, dan memberinya waktu dua bulan, aku akan menilai apakah ia termakan keputusasaanya atau tidak..." Balas Naruto.
"T-tapi... Nii-sama..."
"Percayalah padaku, resiko memang ada, tapi ini untuk menjaga martabat dan masa depan kakakmu."
"..."
"Huft... Baiklah... asal lemahkan perlakuanmu agar tidak terlalu menyakitiku!"
"Itu... bisa diatur."
Flashback End
Tanpa seorangpun sadari, Morax sedang mengamati pertarungan Naruto dari sudut panggung penonton, dengan jubah putih dan terhindar dari seluruh pasang mata. Ia juga sudah menekan aura iblisnya, lebih tepatnya menyamarkannya. "Begitu..."
.
.
.
"Aku senang kau menang, Naruto-kun." Ujar Lord Phenex menyambut Naruto di pinggir arena.
"Maaf-maaf, kalau kau ingin membakarku lakukan sekarang." Ujar Naruto terkekeh sambil meletakkan Ravel.
"Hahaha, kau orang yang menarik, meski aku sangat ingin membakarmu karena menusuk Ravel, tapi aku mengurungkannya, aku harap Riser mendapat pelajaran hari ini."
Naruto hanya tersenyum dan berbalik menatap ke arena. "Yeah, dia akan, aku sudah menanamkan pelajaran yang dibutuhkan." Ujarnya melihat dari kejauhan tubuh Riser yang diangkat oleh beberapa medis dari Phenex dan Ruval.
"Naruto-kun, aku sangat berterimakasih hari ini, semuanya benar-benar terlihat sangat nyata." Ujar seorang wanita berambut pirang dengan perawakan yang anggun.
"Lady Phenex?" Ujar Naruto dengan sedikit ragu.
"Benar, dia adalah istriku." Lord Phenex berucap dengan bangga.
"Aku mengerti, maafkan aku telah menusuk putrimu tadi." Ujar Naruto menundukkan kepalanya
"Itttai Temeee!!!"
Ravel bangun dan berteriak dengan jengkel. Ia berlari dan memukul Naruto dengan keras. "Katamu hanya pukulan huh?!!"
"Baka Baka Baka Baka!!"
Ia memukuli perut Naruto, namun pria itu hanya tertawa canggung. Ia tidak kesakitan.
"T-tapi aku tetap berterimakasih padamu... aku harap Nii-sama sadar..." Ujar Ravel menghentikan pukulannya dan berlari kearah ibunya dan membenamkan wajahnya pada gaunnya, benar-benar terlihat seperti anak ayam.
"Naruto-kun, sesuai perjanjian aku akan memberikan hal yang langka dari klan kami, bukan memberikan, lebih tepatnya memercayakan." Ujar Lord Phenex.
"Hm? tidak usah hal seperti pusaka atau apapun." Ujar Naruto.
Lady dan Lord Phenex berturkar pandangan sejenak.
Lady Phenex memegang dan mengangkat tubuh Ravel. "Eh?"
"Ravel Phenex adalah putriku satu-satunya, hal yang langka bukan? Satu-satunya Ravel Phenex di dunia ini, kupercayakan dia padamu."
Naruto.exe and Ravel.exe has stopped working.
"Eeehhhh?!!!/Haaaahhh?!!"
To be Continued...
Yes, Its Morax! Salah satu dari 72 pillar yang ada dalam Ars Goetia dan dinyatakan 'punah' dalam LN dxd. Untuk karakternya, dari karakter 'Zhongli' dari Genshin Impact. Entah ngapa saya suka dengan karakter-karakter badas yang punya pengetahuan, lore, dan filosopi yang dalam example Romulus, Gil and Zhongli. Mungkin ada yang tau lagi karakter seperti mereka? terserah dari apapun itu, mungkin bisa kumasukkan dalam fict.
And yeah, that spider, and many more. Mungkin juga akan kupinjam referensi dari monsterverse.
So anyways, hope you like this chapt and see ya next chapt. Feel free to tell me anything.
