Previous chapter

"Noir itu sebenarnya apa, sih?"

"Dan sepertinya para pemburu gelap itu memiliki hubungan dengan para Noir itu."

"Sepertinya kita memang sudah ditakdirkan, ya?"

"Kau hanyalah halangan yang harus ku hancurkan."

"Yukihira tidak pantas bersama orang sepertimu."

"Aku tidak akan kalah darimu."

"Kau sudah tidak punya kesempatan,..."

"Yukihira, kau harus menang."

"Baik."


Kuga dan Isshiki menemani Eishi yang masih sedikit terguncang atas kekalahannya. Souma menatap mereka dengan simpati, dan rasa kesal terhadap Asahi yang sebelumnya melontarkan kata-kata yang menjengkelkan.

"Tidak kusangka Tsukasa-senpai kalah begitu saja melawan Asahi."

Souma menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nafasnya perlahan.

"Aku harus menang melawannya. Pasti, akan kutunjukkan padanya. Akan kubuat dia menyesal atas apa yang dia katakan malam itu!"

Megumi yang hendak memanggil Souma untuk menonton Takumi yang akan bertanding, berhenti setelah melihat Souma yang berapi-api. Dia berpikir sepertinya Souma sama kesalnya atas kekalahan yang dialami Eishi. Megumi tersenyum lembut. Dia yakin Souma pasti akan menang.

"Berjuanglah, Souma-kun."


.

.

.

Souma masuk ke arena untuk menjadi anggota pendukung, menggantikan Isami yang masih belum datang.

Dari balik panggung ada Asahi dan Sarge yang sedang melihat mereka. Ekspresi tidak suka terpampang di wajah Asahi.

.

.

.

.

Pertandingan dimenangkan oleh Takumi dan Souma. Megumi bersorak senang atas kemenangan temannya.

Souma melirik lawannya yang telah kalah sedang memberikan 'alat' memasaknya pada Sang Pemimpin Noir, Saiba Asahi. Dia memiliki tatapan kritis pada Asahi.

"Dia pasti akan menggunakannya untuk pertandingan selanjutnya seperti yang dia lakukan sebelumnya."


(Skip pertandingan-pertandingan lain)

Pertandingan final sudah semakin dekat.

Kini tersisa tiga kontestan yang meliputi Nakiri Erina, Yukihira Souma, dan Saiba Asahi.

"Jadi, bagaimana keadaan Yukihira Souma?" kata Doujima pada Joichirou yang sedang menatap ke layar.

"Entahlah. Jujur saja, semenjak aku datang ke sini, aku belum bertemu dengannya." katanya.

"Kenapa?"

"Aku sudah bertanding dengannya sebanyak 500 kali. Kurasa itu sudah cukup." Joichirou mulai menceritakan tentangnya.

...

"Tapi serius, Souma harus menang melawannya. Aku tidak akan sudi kalau Souma menikah dengannya."

"Hah?" Tatapan Doujima kosong dan bingung.

Joichirou menarik nafas sebelum meledak. "DARI APA YANG KUDENGAR DARI SOUMA, ASAHI MEMBUATNYA BERJANJI UNTUK MENIKAH DENGANNYA APABILA ASAHI MEMENANGKAN KOMPETISI INI! AKU TIDAK MAU HAL ITU TERJADI!!!!" Singkat dan jelas.

"HAAAHHHH!!?!?!?!!" Doujima memiliki tatapan ngeri dan tidak percaya di wajahnya. Benar-benar terkejut dengan informasi yang baru dia dapat.

"Menikah?! bukannya itu hal yang sangat buruk!?! Jika Yukihira-kun menikah dengan pria sepertinya, aku tidak yakin apakah Yukihira-kun akan 'baik-baik saja'! lagipula masih terlalu muda baginya untuk menikah!!" Bayang-bayang Souma yang dikasari oleh Asahi membuatnya bergidik ngeri.

"Aku tau itu!" Joichirou mengacak-acak rambutnya frustasi. "Aku tau pada akhirnya ini semua adalah salahku. Jika saja aku tidak meninggalkannya begitu saja, dia pasti tidak akan membalas dendam seperti ini, ini semua salahku sampai-sampai Souma terlibat. Saat ini masa depan Souma akan ditentukan. Aku tidak mau kehilangan anakku satu-satunya, Gin!" Joichirou terlihat sangat frustasi dengan dia yang memegangi kepalanya menggunakan kedua tangannya.

"Aku tentu saja tidak menyetujui hal ini." "Aku sudah menganggapnya seperti anakku sendiri."

"Tapi tidak ada yang bisa kita lakukan. Semuanya bergantung pada pertandingannya. Berharap saja yang terbaik untuk Yukihira-kun."

"Ya, mari percayakan saja padanya. Putramu, Yukihira Souma."

Mereka berhenti mengobrol saat melihat Asahi bersama rombongannya.

"Asahi." Joichirou dan Gin sama-sama menghadap pada orang yang baru saja mereka bicarakan.

Asahi terdiam sebentar lalu menyeringai "Aku akan mengalahkan anak berhargamu itu dan menjadikannya milikku."

"Kali ini takkan ada ampun." katanya dengan suara yang dalam saat dia berjalan melewatinya.

Kekhawatiran terlihat jelas di wajah Joichirou.


Hari ini, pertandingan antara Yukihira Souma dan Saiba Asahi. Pertandingan inilah yang akan menentukan, apakah Souma akan menikah dengan Asahi dan menjadi pendamping hidupnya?

Para penonton sudah menunggu dengan tidak sabar untuk melihat pertandingan mereka. Sebagian besar penonton mendukung Saiba Asahi si Cross Knive. Namun para pendukung Yukihira Souma juga tidak kalah semangat menyorakinya. Bahkan sekarang Joichirou bergabung dengan Senzaemon dan yang lainnya untuk menonton pertandingan.

Joichirou yang masih depresi tidak sengaja menyebutkan soal Souma yang (mungkin) akan menikah. Yang lain bingung dan bertanya lebih lanjut. Pada akhirnya Joichirou menceritakan semuanya pada mereka (Senzaemon, Azami, Erina, Hisako, Alice). Toh, dia juga tidak berusaha untuk menutup-nutupinya. Siapa tau mereka akan membantu.

'EEEEEHHHHHH!!!' Adalah tanggapan dari sebagian besar orang. Doujima hanya mengangguk sedih.

"Orang itu...!" Erina mengepalkan tangannya kesal.

Hisako menggertakkan giginya. "Jadi dia memeras Yukihira-kun? benar-benar pria yang kurang ajar! awas saja kau... Saiba Asahi!"


Kedua kontestan sudah dipanggil untuk masuk ke arena. Asahi berhenti saat berpapasan dengan Eishi.

"Ah, ada si pengganggu rupanya." Asahi menyeringai.

"Dengar ya, aku akan memenangkan pertandingan ini, dan menikahinya. Yang akan menguasai dan mendapatkan segalanya adalah aku." Asahi masih memasang seringai mengejek di wajahnya.

"Satu hal yang harus kau ketahui."

Eishi mengangkat kepalanya dan menatap Asahi rendah.

"Kau takkan bisa membahagiakan Yukihira." ucapnya

"Ucapanmu lancang sekali, ya. Untuk seseorang yang telah kalah telak melawanku." Kata Asahi saat menyipitkan matanya. Sebenarnya dia sangat geram mendengar hal itu keluar dari mulut saingannya.

Eishi tidak menanggapi apa-apa. "Yah, aku harus segera masuk ke arena. Souma-kun pasti sudah menungguku." Kata Asahi yang sudah kembali ke sikap biasanya.


Yukihira Souma dan Saiba Asahi berdiri berhadapan di arena.

Orang-orang dari asrama bintang kutub menyoraki Souma dengan semangat.

"Pastikan kau menepati janjimu." ucap Asahi yang hanya dibalas dengan tatapan.

"Aku tidak akan kalah lho." Souma berkata dengan enteng sambil menyilangkan tangannya.

Asahi hanya tersenyum seperti biasa.

Setelah Bookmaster WGO memutuskan tema masakannya, kedua kontestan mulai bersiap untuk memasak.

"Souma-kun, kita tidak punya banyak waktu untuk berpikir lho." Ucap Asahi pada Souma yang masih memikirkan apa yang akan dia buat.

"Sepertinya kau percaya diri sekali." kata Souma yang balas meliriknya.

"Memang. Karena aku memiliki kemampuan Cross Knive. Akan kubuat makanan yang tidak pernah ada sebelumnya. Akan kukalakahkan kau dengan masakanku. Jangan lupa untuk mencicipinya ya, aku juga akan membuatkan porsi untukmu." kata Asahi.

Souma tidak berkata apa-apa dan hanya pergi ke tempatnya untuk mulai memasak.

Joichirou mengawasi dari tempatnya dengan cemas.


.

.

.

.

.

Asahi sudah selesai memasak dan menghidangkannya pada para juri. Ketiga juri terpesona dengan hidangannya, apalagi dengan aroma yang sangat menggugah selera.

Tidak lupa dengan porsi yang dia buat untuk Souma. Asahi berjalan mendekat dengan Pie di tangannya.

"Ini, aku membuatkannya untukmu. Nikmatilah."

Souma menerimanya dan memasukkan sesendok Pie ke dalam mulutnya bersamaan dengan para juri.

Souma seharusnya tidak terlalu terkejut dengan rasa yang menakjubkan karena sebelumnya sudah pernah memakan masakannya. Namun kali ini dia seperti dihajar habis-habisan. Dia menggeliat kecil saat rasa nikmat terus membanjiri lidahnya.

Souma membuka matanya yang tadinya menutup dan menatap Asahi dengan sedikit terengah-engah.

Asahi mengangkat alisnya "Haah... dia tidak mengerang ya? sayang sekali."

The Bookmaster yang juga mencicipi hidangan Asahi, benar-benar terkesan dengan rasanya. Bahkan 'penelanjangan' pun terjadi.

Hal itu tentu membuat teman-teman Souma khawatir.

"Hidanganmu memang luar biasa." Kata Souma secara tiba-tiba yang membuat Asahi menatapnya.

"Tapi kau masih belum melihat hidanganku kan? sekarang giliran ku." Souma memiliki seringai di wajahnya.

"Akan kubuat kau menarik kata-katamu waktu itu." Ucapnya dengan nada yang sangat dingin.

Asahi menjadi serius dan mengawasi gerak-geriknya.

"Kira-kira seperti apa ya hidangannya?"

"Aku senang karena kau bertanyalah. Biar kujawab pertanyaanmu." ucap Souma yang mengangkat penutupnya.

"Nasi Goreng!"

Tentu saja semuanya terkejut dengan itu, kecuali Joichirou.

Asahi mengangkat alisnya terkejut. "Ya ampun, aku harus mulai bicara dari mana, ya?" kata Asahi.

"Apa kau ingat kalau para juri bahkan tak melihat hidanganmu karena aroma dari hidanganku?"

"Padahal hidanganku unggul di segala aspek, tapi lucunya kau malah melawannya dengan nasi goreng-" Asahi berhenti berbicara saat memperhatikan Nasi Gorengnya.

"Nasi Goreng apa ini? aneh sekali."

"Ayolah! kau adalah juri di sini. Setidaknya satu sendok saja!" Si pembawa acara, Lanterby, memaksa agar juri mau memakan hidangannya.

Butuh beberapa usaha agar Nasi Gorengnya masuk ke mulutnya.

Yang lain menahan nafas mereka saat juri itu membeku dan tiba-tiba memakan Nasi Gorengnya dengan kecepatan yang luar biasa.

"Apa!?"

Para penonton dan juri yang lain terkejut dan kebingungan. Mereka pun memutuskan untuk memakannya juga, dan hal yang sama pun terjadi pada mereka.

Bahkan Asahi pun tercengang dengan apa yang dia lihat.

Para juri mulai mengomentari hidangannya. Dan kebanyakan membuat mereka sendiri terkejut sekaligus takjub

"Hei Nyonya Bookmaster, mau mencicipi hidanganku?" kata Souma yang mendongak ke layar "Hidangan ini mungkin berhubungan dengan hidangan impianmu yang tak pernah ada sebelumnya."

"Baiklah."

Anne terkejut dan sedikit khawatir "Apa Anda yakin?"

"Aku sudah mencicipi hidangan lawannya." katanya.

"Para penonton sekalian, mohon tunggu sebentar."

Anne membawakan hidangannya. Mana meminta dibawakan ember untuk bersiap-siap apabila tubuhnya tidak bisa menerima hidangannya.

Anne menunggu dengan gugup saat Bookmaster mengangkat sesendok Nasi Goreng ke mulutnya.

Hal yang terduga terjadi "A-apa?!" "Aku tidak pernah membayangkan rasa sehebat ini sebelumnya!" "Rasa ini memenuhi mulut, hidung, dan juga otakku!" "Rasanya terus meningkat!"

"Sudah kuduga, kekhawatiran yang kurasakan ternyata berasal dari hal itu." Asahi memulai. "Meskipun Nasi Goreng ini menggunakan banyak bumbu, mentega, dan kecap asin, tapi aromanya tidak tercium."

"Rahasianya berasal dari Oeuf Mayonnaise yang kumasukkan di sana." Souma mulai menjelaskan alasan mengapa aromanya tidak tercium.

"Hidangan ini menyembunyikan cakarnya saat dihidangkan, kemudian menyerang penikmatnya dengan kekuatan penuh saat disantap."

"Aku menyebutnya Nasi Goreng Tanpa Aroma." katanya dengan wajah badass nya.

Para anggota Noir mulai memprotes.

"Bagaimana mungkin kau bisa memikirkan ide seperti itu?!"

"Aku mempelajarinya dari koki kenalanku." Souma menatap telapak tangannya. "Ibuku sendiri."

"Aku mempelajarinya dari hidangan gagal ibuku."

"Saiba Asahi, kuakui kau memang memiliki berbagai macam peralatan memasak yang luar biasa dan mungkin kau bisa menciptakan rasa apapun yang kau inginkan." "Tapi ada satu rasa yang tidak kautahu. Rasa dari sebuah kegagalan." Ucap Souma dengan seringainya.

"Itulah dasar dari hidangan ini."

Asahi tertawa tanpa humor. "Koki kelas dua sepertimu ternyata juga bisa mengatakan sesuatu yang hebat, ya."

"Rasa kegagalan!?" "Sudah jelas aku tidak tau! Lalu memangnya kenapa?"

Seringai gila muncul di wajahnya saat dia mengacungkan jarinya pada dirinya sendiri. "Akulah yang terhebat, dan koki terhebat tidak memerlukan hal konyol semacam itu!

Tiba-tiba saja terdengar suara. Suara penelanjangan.

Asahi melirik dengan tidak suka.

Pakaian orang-orang mulai beterbangan. "Itu artinya Bookmaster telah mengakui hidangan ini setingkat dengan hidangan milik Tuan Asahi?!"

"Reaksinya sama, jadi..."

"Siapa pemenangnya?"

"Saiba Asahi atau Yukihira Souma?"

Kedua kontestan menatap tajam pada satu sama lain.

Ketegangan menyelimuti tempat itu. Mereka menunggu pengumuman dengan tidak sabar namun juga tegang.

"Aku melakukan ini untuk teman-temanku yang kau bilang kemampuan mereka tidak seberapa, untuk Yukihira. Dan untuk Ibu." Souma tiba-tiba bicara, menarik perhatian Asahi.

"Aku mengerahkan semuanya. Aku mendedikasikan masakanku pada teman-temanku, Yukihira, dan juga Ibu."

"Karena itu... aku tidak akan kalah darimu!"

Asahi merasa seperti baru saja ditabrak angin besar yang membuat kakinya goyah, matanya fokus menatap hanya pada Souma saat jantungnya berdegup kencang.

"Pemenang dari pertandingan ini adalah...!"

"Yukihira Souma!!"

Sorakan gembira meledak di sekitar arena. Teman-temannya dan para pendukung lainnya sangat gembira atas kemenangannya.

Joichirou tersenyum lega. Benar-benar lega. Dia hampir menangis bahagia. "Kau benar-benar membuatku bangga."

Souma menarik ikat kepalanya dan mengucapkan jargonnya "Osomatsu!"

Jujur saja tadinya Souma merasa sangat gelisah dan khawatir apabila dia kalah.

"Dengan ini aku tidak perlu menjadi pengantinmu, kan?" katanya pada Asahi yang diam di tempatnya

Para juri tidak terlalu memperhatikan karena masih termabukkan hidangan Souma.

"Nee, Asahi-san, apa yang kau masak itu bukan dari dirimu sendiri kan. Memasaklah dengan gayamu sendiri." ucap Souma pada Asahi yang masih diam menundukkan kepalanya.

"Aku tidak mengerti kenapa kau bersikeras untuk menikahiku atau apa yang menjadi alasannya. Tapi aku yakin kau akan menemukannya. Gaya memasakmu sendiri." Souma berkata dengan tulus.

"Dan jika kau berhasil menemukannya dan tidak memanfaatkan alat memasak orang lain, mungkin kita bisa akur atau--"

"Ah...benar juga ya... aku hanya menggunakan kemampuan orang lain untuk membuat makanan yang lezat." kata Asahi tiba-tiba.

"Kurasa aku sadar... aku benar-benar mencintainya. Awalnya memang aku ingin menikahinya karena ingin menjadikannya seseorang untuk mendedikasikan semua masakanku... tapi itu masih tidak membuatku menang. Apa orang-orang menyebutnya? perasaan yang tidak tulus?"

Asahi mengangkat kepalanya dan menatap langsung ke matanya. "Aku bersumpah, suatu hari nanti, aku pasti akan mengalahkanmu dengan gaya memasak ku sendiri. Dan kau akan menjadi pasangan hidupku untuk selamanya." Katanya dengan keyakinan baru yang agak mirip dengan Souma. Tapi yang ini entah kenapa malah terlihat licik.

"Sebenarnya...aku sangat mencintainya ya?"

"Kenapa kau bersikeras soal itu...?" Souma bergumam saat keringat menetes.

Asahi menatap ke matanya dan entah kenapa Souma merasa sedikit gugup saat ditatapnya. "Menangkanlah kompetisi ini, Yukihira Souma."

"Lihat saja nanti." Kata Souma saat dia berbalik untuk keluar dari arena.

Asahi tersenyum kecil "Itulah kenapa aku sangat menyukaimu."

Souma berhenti dan menoleh padanya. "Ha? kau bilang sesuatu?"

"Tidak. Sampai jumpa, my prince." Asahi menatap Souma yang mulai menjauh.

"Kenapa sih dia masih saja ngotot ingin menikahiku." Souma bergumam di sepanjang perjalanan.

.

.

.

"Yare yare, aku gagal memenangkan pertandingannya. Itu artinya si Tsukasa Eishi itu juga akan bergerak lagi. Yah, itu artinya kali ini adalah pertandingan untuk memenangkan hatinya." Asahi berkata saat dia pergi keluar.


Finally.

Akhirnya selesai. Bagaimana? maaf karena terburu-buru, aku pikir akan membosankan jika bab nya terlalu panjang.

REVIEW DIBUTUHKAN.

Bulan ini sangat sibuk apalagi di akhir bulan, tapi saya akan update secepat yang saya bisa. Dan, saya akan update lebih cepat jika ada banyak komentar.

Osomatsu!