Devil May Cry : The Legacy of Sparda
Disclaimer :
Naruto by Masashi Kishimoto
Highschool DxD by Ichie Ishibumi
Devil May Cry by Capcom
Genre : Adventure, Supranatural, Fantasy, dan lain-lain
Rate : M
Warning : Devil!Naru, OP!Naru, Gaje, Typo, Ancur, mengandung kalimat bahasa Inggris, kata-kata kasar, dan lain-lain.
Summary :
Naruto adalah cucu dari Sparda, salah satu iblis legendaris yang terbuang dari Underworld karena diusir oleh saudaranya, Lucifer. Saat keluarganya ingin mengklaim hak milik kakeknya di Underworld, ia malah harus dijodohkan dengan teman masa kecilnya agar bisa mendapatkannya kembali. Namun dibalik itu semua, banyak rintangan yang telah menanti. Bagaimana ia menghadapinya?
Chapter 6
Kerja Sama?
Awal chapter ini kita buka dengan pemandangan Kuoh Academy yang terlihat seperti hari-hari biasanya. Tidak banyak yang berubah kecuali semangat para murid yang naik turun sesuai harinya. Jika ada guru atau pelajaran yang mereka tidak sukai maka mereka akan tertunduk lesu atau mencari alasan agar bisa membolos.
Sementara, hal tersebut tidak berlaku bagi Naruto. Darah Sparda yang mengalir pada dirinya membuatnya bisa memahami setiap jenis pelajaran yang diajarkan serta memahaminya dengan cepat. Baru hari pertama ia bersekolah, ia sudah mendapat respon positif dari para elemen-elemen sekolah mulai dari security, penjaga kantin, guru, staf tata usaha, hingga kepala sekolah. Sementara respon dari para murid terutama para siswi semuanya mengagumi sosok Naruto, para siswa pun demikian. Mereka menaruh respect atau rasa hormat pada Grandson of Sparda itu, walaupun ada sebagian yang tidak menyukainya karena kepopulerannya di kalangan gadis-gadis.
Dan sekarang, mari kita lihat sedang apa Naruto saat ini.
"Yo, Koneko! What's up?," sapa Naruto.
"Good as well, Senpai," balas Koneko, menatap seniornya itu yang nampak membawa bungkusan besar.
"Bagus, kau sudah semakin mahir menggunakan kalimat bahasa Inggris sehari-hari. Ah, Anyway ini pesananmu kemarin. Sesuai janjiku," Naruto menyerahkan bungkusan besar itu pada juniornya.
"Terima kasih Senpai. Berapa semuanya?," tanya Koneko sambil merogoh dompetnya.
"No. Tidak perlu, kali ini aku gratis membelikanmu. Anggap saja hadiah dari kakak pada adiknya. You know? Aku anak tunggal, jadi aku ingin sekali rasanya memiliki adik," balas Naruto dengan senyum ramahnya.
"Sekali lagi, Terima kasih Senpai. Aku juga ingin merasakan punya kakak laki-laki. Aku hanya punya kakak perempuan," Koneko keceplosan dan ia merutuki itu.
"Wait, you have a sister? Lalu, dimana dia sekarang?," Naruto baru tahu.
"Umm...itu...rahasia Senpai. Privasi keluarga," balas Koneko dengan gugup, sambil tetap mempertahankan image datarnya.
"Ok ok. Jika sudah menyangkut privasi keluarga, aku tidak punya hak untuk mencampurinya. Ah, aku hampir lupa. Aku punya urusan lain setelah ini. Goodbye Koneko, Enjoy the meal!," usai mengatakan itu, Naruto beranjak pamit dari pergi meninggalkan Koneko.
"Sampai jumpa juga Naruto-senpai," balas Koneko, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju gedung klub ORC untuk 'membantai' cemilan yang Naruto belikan untuknya.
Urusan lain yang Naruto maksud rupanya adalah menemui salah satu juniornya. Jika yang tadi yaitu Koneko berada 2 tingkat di bawahnya, kali ini hanya setingkat di bawahnya. Adalah sosok pria tampan berwajah feminim dengan surai pirang, terlihat sedang duduk termenung di bangku koridor.
.
"Hei, Kiba. How you doin' ?," tanya Naruto.
"Ah, aku...baik-baik saja Senpai. Pelajaran matematika tadi membuatku pusing," balasnya, yang jelas terlihat bohong di mata Naruto.
"Are you sure? Tidak mungkin sebuah pelajaran matematika membuatmu termenung dalam seperti tadi, serta sorot matamu itu terlihat seperti benci akan sesuatu," Kiba tersentak dalam batinnya, bagaimana Naruto bisa menebak apa yang ia pikirkan saat ini?
"Ah..um...ya Senpai. Tadi saat latihan soal, aku hanya mampu benar 10 dari 15 soal. Biasanya aku bisa 14 atau kadang semua benar. Itulah yang membuatku kesal, Senpai," balas Kiba lagi, mencoba dengan senyum palsunya yang sama sekali tidak bisa menipu Naruto.
"You know Kiba? Ada dua tipe orang yang paling kubenci di dunia ini. Pertama, orang yang menghina orang tuaku. Kedua, orang yang berbohong padaku," ujar Naruto dengan datar dan sedikit memberikan tekanan dan intimidasi pada Kiba agar berkata yang sebenarnya. Kiba yang merasa tak bisa berbohong lagi, akhirnya menyerah.
"Baiklah, kau menang Senpai. Tadi, aku hanya sedang memikirkan tentang tujuanku hidup di dunia ini," ujar Kiba.
"Tujuan hidupmu? Bukankah melayani Rias-chan hingga ia mencapai impiannya? Itukan yang kalian janjikan saat kalian hidup kembali sebagai Peerage-nya?," ucap Naruto.
"Bukan, bukan itu Senpai. Tujuanku adalah untuk membalaskan dendam teman-temanku yang menjadi korban dari proyek pedang suci Excalibur. Aku butuh bantuanmu, Senpai. Kumohon!," pintanya, sambil memegang tangan Naruto.
"Sorry to say Kiba, i can't. Aku tidak bisa. Kau bisa membuat dirimu sendiri terbunuh, selain itu tindakanmu ini dapat mengundang konflik di antara pihak iblis dan Gereja," penolakan Naruto menimbulkan raut kekecewaan pada wajah Kiba.
"Aku tidak peduli Senpai. Selama aku belum menghancurkan pedang itu, hidupku tidak akan tenang. Tidak apa-apa jika kau tidak mau membantuku, aku akan melakukannya sendiri," Kiba berbalik dan melangkah meninggalkan Naruto.
"Fine, aku sudah memperingatimu. Jadi, jangan menyesalinya," Naruto pun berbalik dan meninggalkan area kelas Kiba dan melangkah menuju gedung ORC dimana disana sudah ada Rias dan yang lainnya, plus Kyrie.
.
.
.
"Hahhh, masalah dua hari berturut-turut," gumam Naruto usai masuk ke dalam gedung dan mendapati Kyrie sedang berbincang bersama Rias.
"Ada apa Naruto-kun? Masalah apa?," tanya Rias yang tadi mendengar gumaman Naruto.
"Your pretty Knight. Dia berniat melakukan tujuannya itu sekarang," balasnya duduk di sofa lalu menyesap secangkir teh yang ada.
"Tujuan? Tujuan apa itu Senpai?," tanya Issei.
"Biar aku yang menjelaskannya Issei," Rias kemudian menceritakan bagaimana awal mula ia menjadikan Kiba sebagai Knight-nya. Sembari Naruto mendengarkan dengan cermat.
'Persis seperti Uncle Vergil yang sangat berambisi pada kekuatan demi mengalahkan Daddy, walaupun pada akhirnya tidak pernah terwujud dan malah harus kalah di tangan anaknya sendiri,' batin Naruto.
'Jadi, seperti itu. Aku tidak bisa membiarkan Kiba melakukannya sendirian, aku harus membantunya!,' Issei pun membatin.
"Lalu, apa jawaban Senpai? Apakah kau bersedia membantunya?," tanya Issei.
"Nope. Aku sudah memperingatinya, kalau dia masih sayang pada nyawanya ia pasti tidak akan melakukannya. Lagipula, urusan pedang suci ini bukanlah urusanku. Jika dia ingin aku membantu, maka dia harus membayarku. Kalian tahu kan pekerjaan keluargaku?," balas Naruto.
"Ahh, enough with the chit-chat. Aku lapar, apakah kalian memasak sesuatu?," Naruto mengganti topik pembicaraan.
"Tentu saja Naruto. Aku, Rias, Akeno dan Asia tadi memasak Fried Chicken kesukaanmu. Kebetulan kami memasak cukup banyak, jadi ayo kita makan sama-sama," ujar Kyrie.
"Thanks Sis, Girls! Kalian yang terbaik!," Naruto mengacungkan jempol pada kakak ipar sepupu dan gadis-gadis klub ORC.
"Sama-sama Naruto-kun / Naruto-senpai," balas mereka.
Sesuai rencana, mereka pun menikmati waktu makan siang mereka dengan menu ayam goreng buatan Kyrie, Rias, Akeno, dan Asia. Koneko tidak ikut memasak karena ia sibuk dengan cemilannya sambil menonton video bela diri di Youtube. Acara makan siang mereka pun dipenuhi oleh canda dan tawa yang ceria.
.
.
.
Devil May Cry
The Legacy of Sparda
Kita Skip waktunya hingga pulang sekolah. Naruto bersama Rias dan Kyrie sudah lebih dahulu pulang ke rumah dengan dijemput oleh Nero. Sementara itu Issei tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir sebentar ke taman kota, dengan Koneko yang membuntutinya.
Issei menghubungi sahabatnya dari OSIS yaitu Saji via ponsel. Sebelum pulang sekolah, ia tadi sudah berpesan agar datang menemuinya di taman kota. Tak lama setelah itu, Saji pun tiba.
"Yo, Issei. Jadi, ada apa kau memintaku datang kemari?,"
"Aku butuh bantuanmu Saji. Maukah kau membantuku?," pinta Issei penuh harap.
"Tentu. Bantuan seperti apa?,"
"Aku butuh bantuanmu untuk membantu Kiba menghancurkan pedang suci itu," jawaban Issei membuat Saji melebarkan mata tidak percaya.
"Apa?! Apa kau sudah gila?! Tidak! Aku tidak mau! Apa kau sudah lupa dengan apa yang dikatakan oleh Kaichou dan Rias-senpai untuk tidak berurusan dengan utusan gereja itu?!," seru Saji.
"Aku tau itu Saji. Tapi aku tidak bisa diam saja saat temanku dalam bahaya. Karena itulah aku meminta bantuanmu," balas Issei.
"Tapi kenapa aku?! Kau tahu kan aku hanyalah Pawn sepertimu?! Kenapa kau tidak minta bantuan pada Naruto-san? Aku yakin dia bisa menanganinya,"
"Tidak bisa. Dia menolaknya," ujar Issei dengan lesu.
"Kenapa tidak bisa?," Saji menautkan sebelah alisnya.
"Dia bilang itu bukanlah urusannya. Jika kita ingin dia membantu, maka kita harus membayarnya. Kau juga tahu kan latar belakang keluarganya seperti apa? Mereka menawarkan jasa dengan bayaran," jawab Issei mengingat apa alasan Naruto enggan membantu.
"Seperti itu ya? Tapi, maafkan aku Issei. Aku tetap tidak bisa membantumu," usai mengatakan itu Saji berbalik berniat meninggalkan taman, namun baru berapa langkah ia ditarik oleh seseorang dan menyebabkannya harus terhenti.
"Issei, sudah kubilang aku tidak bi-," ucapannya terhenti begitu ia melihat ternyata Koneko yang menarik bajunya.
"Koneko-chan? Apa yang kau lakukan disini?," Issei jadi heran bagaimana juniornya itu bisa ada disini.
"Aku kesini untuk membantu juga. Aku tidak ingin kehilangan Kiba-senpai," balasnya.
"Nah, karena sudah ada Koneko-chan, aku akan pergi sekarang," Saji berniat untuk berjalan namun kembali ditarik oleh Koneko.
"Tidak. Saji-senpai juga ikut dengan kami,"
"Kenapa?!," Saji kembali mengeluh.
"Semakin banyak bantuan, maka semakin besar kesempatan untuk berhasil," balas Koneko.
"Dia benar Saji," Issei pun setuju terhadap pernyataan juniornya itu.
"Jadi, apa rencanamu Issei-senpai?," tanya Koneko sambil tetap menahan Saji agar tidak kabur.
"Pertama, kita harus menemukan Irina dan Xenovia dan mengajak mereka bekerja sama,"
"Dan apa yang membuatmu berpikir bahwa mereka akan mau membantu kita?," tanya Saji, yang terlihat masih tidak rela harus ikut terseret dalam masalah ini.
"Karena mereka mengatakan bahwa mereka akan menghancurkan pedang sucinya jika mereka merasa mustahil untuk merebutnya kembali," jawah Issei.
"Baiklah. Ayo kita cari mereka," ujar Koneko. Mereka bertiga pun beranjak dari taman kota menuju gereja yang mereka yakini sebagai tempat bermalam Duo Exorcist itu. Namun, setelah beberapa menit, mereka akhirnya menemukan Duo Exorcsit itu sedang mengemis di jalanan.
"Mohon bantu kami, utusan dari Kami-sama," ujar Xenovia pada setiap orang yang lewat.
"Kami mohon kebaikan kalian untuk membantu kami," Irina pun melakukan hal yang sama. Tiga iblis muda hanya bisa berekasi berupa sweatdrop melihat aksi dari Duo Exorcist cantik itu.
"Serius mereka mengemis?," Saji tak habis pikir.
"Sepertinya mereka kehabisan uang," ucap Issei. Berniat untuk menghampiri, mereka berhenti begitu melihat seorang pria berambut pirang dengan jaket-orange hitam lebih dulu menghampirinya dan memberi uang.
"Terima kasih atas kebaik-," Irina tidak melanjutkan kalimat terima kasihnya begitu melihat rupanya Naruto yang telah memberinya uang.
"Grandson of Sparda?," Xenovia bingung.
"Just call me Naruto. Apa yang kalian lakukan disini?," tanya Naruto.
"K-Kami tidak punya pilihan lain. Kami kehabisan uang. Beruntung ada Irina yang sempat membeli lukisan palsu ini," jawab Xenovia.
"Ini bukan lukisan palsu. Ini adalah lukisan Saint kau tahu?" Irina membantah.
"Dan siapa Saint itu?," pertanyaan Xenovia sukses membuat Irina ter-skakmat.
"This is fake. Lukisan ini hanya menggunakan pastel minyak," ujar Naruto sembari memeriksa luksan Saint palsu itu.
"Benar kan? Sudah kubilang," ucap Xenovia. Tak lama kemudian, perut mereka berdua bergemuruh layaknya guntur dan itu membuat mereka tenggelam dalam rasa malu yang luar biasa.
"Huh? Guntur? Apakah mau hujan? Aneh, padahal hari ini cerah-cerah saja," gumam Naruto berpura-pura. Sebenarnya ia tahu bahwa Duo Exorcist ini sedang kelaparan. Ia berniat menjahilinya.
"Ummm...Na-Naruto-san...s-sebenarnya kami-," belum sempat Irina menyelesaikan ucapannya namun sudah dipotong oleh Naruto.
"Just kidding girls... Come on, aku akan mentraktir kalian,"
"Benarkah?!,"
"Of course. Jangan sebut aku Grandson of Sparda jika aku tidak membantu manusia sama seperti yang Grandpa-ku lakukan,"
.
"Naruto-senpai..." baru saja ingin melangkah menuju restoran terdekat, langkah kaki mereka harus terhenti oleh suara yang terdengar datar dan tanpa semangat hidup. Begitu mereka bertiga berbalik, mereka bertatap muka dengan tiga iblis muda Gremory dan Sitri yang sedari tadi memperhatikan mereka.
"Hello guys!,"
.
.
.
Time Skip
.
.
.
Mereka kini sudah berada di restoran. Menonton bagaimana Xenovia dan Irina melakukan mukbang pada setiap makanan yang tersaji di meja. Dan itu membuat para iblis muda terbengong.
"Mereka seperti tidak makan berhari-hari," tutur Naruto.
"Aku belum pernah melihat siapapun makan seperti itu sebelumnya," gumam Saji.
"Aku juga," ucap Issei. Duo Exorcist tetap melanjutkan acara mukbang mereka sementara Naruto menikmati es krim stroberi yang ia pesan.
"Kau benar Irina! Makanan disini sangat lezat!," ujar Xenovia dengan kagum.
"Makanan dari kampung halamanku sudah tentu enak!," balas Irina dengan bangga.
"Bagaimana kedua gadis ini tidak terlihat gemuk jika cara makan mereka seperti itu?," gumam Naruto tak habis pikir
"Aku juga tidak tahu Senpai," Koneko berujar. Setelah acara mukbang-nya selesai, pelayan restoran itu datang dan memberikan bill pada Naruto. Grandson of Sparda itu kemudian membayar seluruh makanan tadi dan memberikan $20 pada pelayan itu sebagai uang tip.
"Ini adalah makanan yang terenak yang pernah kumakan," ucap Xenovia.
"Ya. Aku jadi ingin makan lagi," timpal Irina.
"Aku masih tidak percaya bahwa iblis telah menolong kita," kata si Exorcist berambut biru.
"Kami-sama, mohon ampuni jiwa para iblis yang berdosa ini, Amin," doa dari Irina sontak menyebabkan pusing kepala pada para iblis, kecuali Naruto.
"Aww...ittai!," rintih mereka bertiga.
"Itukah cara kalian berterima kasih pada iblis seperti mereka? Cara seperti itu hanya berlaku pada iblis Sparda sepertiku," sindir Naruto.
"M-Maaf, a-aku lupa. Sudah jadi kebiasaan kami," Irina memasang senyum canggung.
"Sudah tidak apa-apa. Ngomong-ngomong, ada yang ingin kami bicarakan dengan kalian," ujar Issei.
"Apa itu?," tanya Xenovia penasaran.
"Kami akan membantumu menghancurkan pedang suci itu," ucap Issei dengan serius.
"Benarkah? Kalau begitu, kami terima," balas Xenovia.
"Baiklah, sudah diputuskan. Kita tinggal memberitahu Kiba juga," ujar Issei.
"Tunggu Xenovia-chan, kau yakin mengizinkan mereka untuk membantu kita?," tanya Irina yang tak mengerti atas keputusan partner-nya itu.
"Ya. Disamping itu, kecil kemungkinan bagi kita untuk bisa merebut kembali pedang suci itu,"
"Baiklah, jika kau berkata begitu," Irina pun ikut setuju.
.
"Sepertinya urusanku disini sudah selesai, aku akan pulang sekarang. Keluargaku sedang menunggu di rumah. Aku tadi pamit untuk beli es krim saja," Naruto beranjak dari kursinya dan berniat pergi.
"Tunggu Senpai! Kau tidak mau membantu kami juga?," Issei mengintervensi dan membuat Naruto menghentikan langkahnya.
"Kalian sudah tahu kan pekerjaanku dan keluargaku seperti apa? Jika kalian punya sesuatu untuk membayarku, aku akan membantu kalian. Tapi maaf, aku sudah punya klien yang menunggu," Naruto kembali melanjutkan langkahnya, namun harus terhenti lagi karena lengannya ditahan oleh seseorang. Dan ternyata Xenovia pelakunya.
"Setidaknya kami bisa membayarmu dengan sesuatu yang lain," ujar Xenovia dengan maksud terselubung. Grandson of Sparda menatap Exorcist bersurai biru itu dari kepala hingga kaki. Dan itu membuat pikiran Issei dan Saji travelling kemana-mana.
'Damn! Body-nya boleh juga. Ahh! What the hell are you thinking about Naruto?! Kau sudah punya Rias!,' batin Naruto bergejolak.
"Kau mau tubuhku sebagai bayarannya?," perkataan Xenovia membuat Irina dan Koneko merona, sementara Issei dan Saji menyeringai mesum.
"Aku tidak menerima bayaran seperti itu. Tadi aku menatapmu seperti itu karena kulihat kau bisa menangani situasi ini. Selain itu, aku sudah bertunangan dengan Rias Gremory." Naruto melepaskan tangan Xenovia dari lengannya dan melangkah menuju pintu keluar.
"Ah, one more thing. Kau menyebut dirimu pengikut Kami-sama, tapi kau tadi dengan mudahnya menawarkan tubuhmu sebagai bayaran. Jika kau adalah wanita terhormat, kau pasti tidak akan melakukan hal itu. Hanya wanita murahan yang melakukannya," setelah mengatakan itu, Naruto benar-benar pergi dari restoran. Dan perkataan itu menimbulkan sedikit luka di hati Xenovia.
"Apa Naruto-san memang seperti itu?," tanya Saji yang cukup terkejut atas sindiran Naruto tadi.
"Kau tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya Saji," balas Issei, mengingat Xenovia sempat menghina kedua orang tua Naruto.
"Sepertinya, dia belum sepenuhnya memaafkanku," gumam Xenovia sedikit sedih, Irina menenangkannya dengan cara mengusap-usap bahunya.
"Tenanglah. Aku yakin Naruto-senpai tidak bermaksud buruk. Naruto-senpai itu sangat menjunjung tinggi kedua orang tuanya," Issei pun ikut menenangkan Xenovia.
.
.
.
Devil May Cry
The Legacy of Sparda.
"Hah... Entah kenapa semakin hari masalah dalam hidupku semakin bertambah saja," gumam Naruto yang masuk ke ruangan tengah, dimana disana ada Rias, dan Kyrie. Nero dan Nico sedang berada di toko mereka, yaitu bengkel kendaraan dan servis alat elektronik yang berada tak jauh dari bangunan Devil May Cry. Sementara Dante dan Trish sedang keluar.
"Ada masalah apa lagi Naruto-kun?," tanya Rias yang mendengar ucapan tunangannya tadi.
"Ya, dari kemarin kau selalu mengeluh soal masalah ini-itu," timpal Kyrie.
"Issei and friends, mereka mengajak Duo Exorcist itu untuk membantu Kiba menghancurkan pedang suci," jawaban Naruto sontak membuat Rias kaget.
"Apa?! Lalu, apa jawaban mereka?,"
"Mereka berdua setuju. Aku sendiri tidak ikut karena aku sudah punya klien," balas Naruto.
"Aku akan memberi tahu Sona soal ini. Naruto-kun, bisakah kau membantu mereka juga? Aku mohon," pinta Rias.
"I'm sorry baby. I can't. Aku tidak bisa. Aku harus professional. Aku harus mengutamakan pekerjaan disamping masalah pribadi," Rias hanya merespon jawaban tersebut dengan tatapan kecewa.
'Oh God. I hate this. Aku benci jika dia memasang wajah itu,' batin Naruto merasa bersalah.
KRIIING
"Devil May Cry?,"ujar Naruto usai mengangkat telpon
.
". . ."
.
"Ada pendeta gila yang memegang pedang dan pistol? Hmm, got it. Kau tahu harus mengirim uangnya kemana kan?,"
.
". . ."
.
"Yeah. Thank you," Rias menautkan alisnya begitu mendengar kalimat 'Pendeta gila yang memegang pedang dan pistol'.
"Pendeta gila bersenjatakan pedang dan pistol? Itu pasti Freed Zelzan," ujar Rias.
"You know him?," tanya Naruto.
"Ya. Aku dan Peerage-ku dulu sempat bertarung melawannya saat akan menyelamatkan Asia dari tangan malaikat jatuh," jawabnya.
"Hmm. Sepertinya ini juga berkaitan dengan kasus yang mereka hadapi. Rias-chan, pergilah beritahu Sona soal ini. Aku akan menuju tempat pendeta gila itu. Sis, tolong jaga rumah ya?,"
"Ok. Serahkan padaku," jawab Kyrie.
CUP
"Hati-hari Naruto-kun," Rias memberikan kecupan selamat jalan.
"Don't worry baby. Aku akan kembali dengan utuh," setelah salam selamat jalan diucapkan, Naruto keluar dari rumah dan memunculkan Cavaliere dari ketiadaan dan melaju menuju tempat dimana Freed berada.
.
.
.
(A/N : Cavaliere adalah salah satu Devil Arm dari Devil May Cry 5. Bentuknya adalah sebuah sepeda motor yang bisa berubah menjadi senjata berbentuk gergaji mesin)
.
.
.
Time Skip
Kita beralih tempat menuju sebuah gereja terbengkalai dimana disana ada Kiba, Issei, Koneko, dan juga Saji yang sedang bertarung melawan si pendeta gila a.k.a Freed.
SYIUU
GREPP
"Tali sialan apa ini?! Aku tidak bisa memotongnya!," geram Freed melihat lengannya terlilit oleh sulur hitam milik Saji.
"Cobalah sekuat tenagamu. Kau tidak akan bisa memotongnya karena Sacred Gear-ku adalah seekor naga!," balas Saji dengan seringai.
"Iblis sialan!,"
"Yosh! Aku siap!," seru Issei dengan Boosted Gear-nya yang bersinar. Koneko kemudian melemparkan Issei ke arah Kiba.
"Terima ini Kiba!," Issei menyentuh bahu Kiba dengan Boosted Gear-nya dan menyebabkan seluruh tubuh pria cantik itu bersinar.
[TRANSFER]
"Terima kasih Issei-kun! Aku tidak akan menyianyiakannya!" dia mengalirkan kekuatan pemberian Issei pada pedangnya dan menusukkannya ke lantai.
[Sword Birth]
KRAKK
SYUUT
Puluhan pedang keluar dari lantai berniat untuk menusuk Freed. Namun si pendeta gila sempat menghindar dengan cara melompat sebelum puluhan pedang itu mengenainya.
"Sialan kau iblis kotor! Aku akan mencincang tubuhmu hingga berkeping-keping!," seru Freed kesetanan.
"Sword Birth huh? Sudah lama sekali sejak kita bertemu," sebuah suara mengintervensi pertarungan itu. Adalah suara milik seorang pria gendut, berpakaian pendeta serta berkacamata bulat. Sosok pendeta itu membuat Kiba terbakar dalam amarah, sementara yang lainnya terlihat bingung.
"Oh, rupanya kau Valper. Cepat bantu aku memotong lidah kadal...apalah ini!," seru Freed.
"Cukup alirkan saja kekuatanmu pada pedang itu maka kau bisa memotongnya dengan mudah, dasar bodoh", balas si pendeta gendut a.k.a Valper Galilei.
"Begitu ya?," Freed kemudian melakukan apa yang Valper katakan. Pedangnya mulai bercahaya begitu ia mengalirkan kekuatannya. Dengan itu ia memotong sulur hitam milik Saji.
JRASHH
"Haha! Sekarang aku akan mencincang tubuh kalian semua!,"
"Valper!," Kiba yang sudah terbakar amarah merangsek maju ke arah Valper. Namun Freed dengan sigap menghalanginya sehingga terjadilah adu pedang di antara keduanya.
TRANKKK
TRANKKK
TRANKKK
"Jangan pikir bahwa aku sudah selesai denganmu, pria cantik!," ujar Freed.
DHUAGHH
"Aaaarghh...!," Kiba terhempas jatuh ke belakang usai ditendang di perut. Setelah itu Freed merangsek maju berniat menebas tubuh Kiba yang jatuh terduduk.
"Matilah kau iblis kotor!,"
"Kiba! / Kiba-senpai!," Issei, Saji, dan Koneko menjerit khawatir.
WUSHH
SYUUTT
Namun tindakan Freed untuk membunuh Kiba harus terhenti sebab sebuah shuriken raksasa melesat ke arahnya. Freed terpaksa mengalihkan target serangannya pada shuriken itu untuk mementahkannya.
TRANKKK
"Brengsek! Siapa yang beraninya menggangguku?!," Freed kesal luar biasa. Shuriken raksasa itu kembali ke arah datangnya yaitu dari jendela dimana disana tampak Naruto sedang duduk santai sambil mengayunkan kakinya.
"Sepertinya kalian sedang mengadakan pesta. May i join?," ujar Naruto kemudian menangkap shuriken raksasa itu dan mengubahnya kembali menjadi bentuk aslinya yaitu koper Pandora Box.
.
.
.
(A/N : Pandora Box adalah Devil Arm dari Devil May Cry 4. Bentuknya adalah sebuah koper yang mampu berubah bentuk menjadi 666 bentuk senjata)
.
.
.
"Naruto-senpai?!," keempat iblis muda terkejut sekaligus lega.
.
"Bagus! Satu lagi iblis kotor!," Freed dengan sigap mengambil pistolnya dan ditembakkan ke arah Naruto.
BANG
Tembakan itu seperti tepat mengenai kepala Naruto dengan telak. Namun ternyata Naruto menangkap peluru tembakan Freed dengan menggunakan giginya.
"A-Apa?!," Freed tak percaya atas apa yang ia lihat.
"Fuhhh...kau sebut itu tembakan? Huh, Let me show you," Naruto meludahkan peluru tadi dan menembak balik Freed dengan kecepatan yang luar biasa.
BANG
BANG
"Aaaaarghhh...! Brengsek! Beraninya kau melukai tubuhku yang luar biasa ini!," jeritnya penuh kesakitan usai ditembak di kaki.
"Satu-satunya hal yang luar biasa dari tubuhmu adalah ketika kepalamu hilang dari tempatnya," balas Naruto dengan seringai jahilnya.
Tak lama setelah itu, datanglah Xenovia dan Irina.
"Valper Galilei, Freed Zelzan. Menyerahlah atau terima hukuman dari gereja," ancam Xenovia sambil menunjuk mereka berdua dengan pedangnya.
"Hahaha! Dan siapa yang akan menghukum kami?! Kalian para jalang! Hahaha!," balas Freed dengan gilanya.
"Freed, sudah waktunya kita kembali. Mereka terlalu banyak untuk kita hadapi," ujar Valper.
"Heh, aku benci mengakuinya. Tapi kau ada benarnya juga. Kita lanjutkan permainan kita lain kali, dan saat itu terjadi kalian akan mati!," Freed melompat ke sisi Valper dan membanting sebuah bom asap
POFF
"Cih, ayo Irina! Kita kejar mereka!," seru Xenovia.
"Ya ayo!," Irina pun ikut. Duo Exorcist itu kemudian pergi mengejar Freed dan Valper diikuti Kiba di belakang.
"Sepertinya ini akan berlanjut besok. Oh, aku harap kalian berdua telah siap," ujar Naruto menatap Issei dan Saji.
"Bersiap untuk apa?," lssei dan Saji bingung.
.
.
.
"Untuk hukumanmu...," dua suara feminim terdengar. Dan rupanya itu adalah suara milik Rias dan Sona yang muncul dari lingkaran sihir.
"Buchou?! / Kaichou?!,"
"Apa yang ada di pikiranmu Issei? Kenapa kau melakukan ini?," tanya Rias dengan tegas.
"Dan kau juga Saji," timpal Sona
"B-Bukan aku! I-Ini idenya Issei!," balas Saji dengan panik.
"K-kami hanya ingin membantu Kiba menyelesaikan masalahnya!," Issei membela diri.
"Aku sudah menduga Issei akan melakukan ini. Tapi kau Koneko?," Rias menatap Rook-nya itu untuk meminta penjelasan.
"Maafkan aku Buchou. Tapi, aku juga tidak ingin kehilangan Kiba-senpai," balas Koneko.
"Agh...!," suara jeritan Saji mengalihkan perhatian mereka. Nampak Host dari Vritra itu sedang ditampar bokongnya oleh Sona dengan menggunakan lingkaran sihir di tangannya.
"Issei, Koneko,"
"Y-Ya B-Buchou? / Buchou?,"
GREPP
Tak diduga Rias memeluk mereka berdua dengan keibuan.
"Ada apa dengan kalian? Aku sangat khawatir tahu," ujar Heiress Gremory.
"Huaaaa...! Kenapa mereka berdua mendapat pelukan sementara bokongku ditampar?!," Saji menangis lebay.
"Itu cara mereka dan ini adalah caraku. Jadi, terimalah," Sona kembali melanjutkan tamparannya pada bokong Saji.
"Nah Issei. Sekarang menungginglah agar aku bisa menampar bokongmu 1000 kali," ujar Rias dengan senyum iblisnya sembari menciptakan lingkaran sihir ditangannya.
"Eh?! K-Kupikir Buchou telah memaafkan kami?!," Issei kembali panik.
"Memang aku sudah memaafkan kalian. Tapi, King tetap harus menghukum Peerage-nya yang membangkang," balasnya.
"Hehe, this is gonna be fun," gumam Naruto dengan seringai jahilnya.
.
"Buchou, kumohon berikan setengah hukumannya padaku," pinta Koneko sambil menungging di depan Rias.
"Baiklah...," Rias baru ingin berniat menampar bokong Koneko namun tangannya dihentikan oleh sang tunangan.
"Naruto-kun?," Rias bingung.
"If you spank my little sister, you won't be sleeping with me ever again. Kau tidak akan bisa tidur bersamaku lagi," Rias terkekeh pelan mendengar alasan kenapa Naruto menghentikannya.
"Maafkan aku Issei, sepertinya kau harus menerima semua hukumannya,"
"Tidaaakkk...!," Rias menampar bokong Issei dan membuat Host dari Ddraig itu menangis dalam kesakitan bersama Saji.
.
.
"Terima kasih, Naruto-senpai, umm...Naruto-niisan,"
"No problem, anything for my little sister," balasnya sambil mengusap-usap surai putih Koneko.
"See you tomorrow guys. Ayo Rias-chan," nampak Naruto menunggangi Cavaliere sambil membonceng Rias.
"Sampai jumpa Senpai! / Nii-san!," seru mereka melambaikan tangan pada Naruto dan Rias.
.
BRUMM
BRUMM
.
.
.
TBC
Yo, chapter 6 is up!
Wuh, ini adalah chapter terpanjang yang pernah saya ketik dalam fic ini. Saya harap para pembaca sekalian menyukainya.
Ya saya kira itu saja,
Jangan lupa review, masukkan cerita ini ke dalam list follow dan favs agar kalian bisa mengikuti update terbaru dari cerita ini
Arigatou Gozaimasu ! ! !
