Disclaimer Masashi Kishimoto. Ichiei Ishibumi. Masami Kurumada. Shoji Gatoh. Moonton. Warning Ini fanfic Multi-crossover!


~Opening Date a Live - Date a Live by Sweet ARMS~


#Chapter Bertemu Kembali

...

[Lantai Kesebelas]

[Gate of Aquarius]

Berlatar tempat, sebuah hamparan es yang sangat luas. Diantara hamparan es tersebut terdapat sebuah istana besar terbuat dari es. Disekeliling istana tersebut sedang terjadi badai salju.

Beralih ke dalam Istana es tersebut.

Terlihat sebuah singgana besar yang juga terbuat dari es. Tidak ada yang menduduki singgasana tersebut, dikarenakan pemilik dari singgasana tersebut sedang bersimpuh di lantai. Si pemilik singgasana, yakni seorang perempuan mengenakan gaun berwarna biru muda. Nama perempuan itu adalah Aurora, seorang [Penjaga] di [Lantai Kesebelas Sanctuary].

[Gate of Aquarius].

Perempuan yang memiliki rambut terbuat dari es biru itu, sedang memangku kepala seorang pemuda. Jari-jemarinya mengelus pelan surai pirang pemuda itu. Dia tersenyum tipis, iris biru muda nya memandangi wajah damai pemuda itu di pangkuannya.

Hei... dimana ini?

Namaku, Namikaze Naruto... Yoroshiku!

Mau menjadi temanku... ?

Apa kamu tidak bosan disini terus?

Sekali-kali kita keluar yuk, Aura-chan!

Beberapa kilasan ingatan masa lalu memenuhi pikiran Aurora.

Ingatan-ingatan tentang pertemuannya dengan pemuda bernama Namikaze Naruto. Seorang pemuda ceria dan naif, yang berusaha mengajaknya keluar dari tempat pengasingannya dulu.

(A/N : Bagi yang tidak tahu arti kata naif. Naif itu sifat seseorang yang polos, lugu, dan kekanak-kanakan).

Berjam-jam telah berlalu, Aurora masih tetap dengan posisi itu. Ia menghiraukan keberadan sebuah benda berbentuk seperti bola kristal transparan yang melayang tak jauh di atap kastil.

Benda itu merupakan sebuah alat komunikasi yang menghubungkan tempat ini dengan tempat dari pemilik benda tersebut, lebih dikatakan saat ini Aurora diawasi oleh seseorang melalui bola tersebut. Aurora bisa menebak, orang yang mengawasinya saat ini ... PASTI, menggigit kuku jari kesal sambil melihat ke sebuah bola kristal yang menampilkan kegiatan yang ia lakukan saat ini.

Beralih ke tempat lain.

"Grrr, apa yang sedang nenek tua sialanitu lakukan!" Seorang perempuan berpakaian miko, tengah menggeram kesal sambil menggigit kuku jarinya. Ia tampak kesal melihat sebuah tampilan yang terlihat di bola kristal melayang di depannya.

"Nenek Tua itu mengambil kesempatan dalam kesempatan."

"Kusoo...!"

"Tidak bisa kumaafkan. Awas saja nanti kau, Nenek Tua sialan!"

Perempuan yang memiliki surai putih panjang itu, berujar dalam hati sambil menyumpah serapahi sosok Aurora.

Disebelahnya, seorang perempuan bersurai pirang mendesah pelan melihat wajah cemburu sahabat disampingnya itu. Fokus mata yang tadinya teralihkan, kini kembali ke bola kristal. "Dengan begini, tinggal satu lantai lagi," batin perempuan itu.

Beralih kesisi Aurora.

Tampak Aurora tersenyum misterius, membayangkan sejenak kecemburuan dari orang yang dijuluki sebagai [Queen of Appocalypse]. Beberapa menit kemudian, ia kembali melakukan aktivitasnya.

Hingga...

...Pemuda yang saat ini tertidur dipangkuannya, menunjukan tanda-tanda untuk bangun. Kelopak mata pemuda itu perlahan mulai terbuka. "Umh." Pemuda itu melenguh, dan membuka matanya penuh. Mempertemukan dua iris mata berwarna biru yang saling menatap satu sama lain.

"Aurora." Naruto berujar pelan.

"Ada apa?"

"Kau tersenyum."

"Memangnya kenapa kalau aku tersenyum?" tanya Aurora basa-basi.

Naruto tersenyum. "Aku teringat dengan masa lalu."

"Kau dulunya sering tersenyum saat aku datang menemuimu."

"Oh."

Naruto kemudian membangkitkan dirinya. Dia berdiri, sambil menepuk celananya yang tampak tidak kotor sama sekali. Naruto mulai melihat keadaan sekitar yang tampak tidak asing dimatanya. Naruto tersenyum, "benar-benar mengingatkanku dengan masa lalu."

Aurora juga mulai ikut berdiri, dia lalu berjalan ke arah singgasana esnya dan mendudukan dirinya disana menghadap Naruto. "Kupikir kau melupakannya."

"Mana mungkin." Naruto tertawa pelan.

"Ya, kalau dalam kondisi tertentu mungkin aku melupakannya sejenak," ujar Naruto menggaruk belakang kepalanya.

"Hn."

"Jaa, kalo begitu. Bisa kau membiarkanku lewat, Aurora?" tanya Naruto.

Senyuman Aurora memudar, ia mendesah pasrah. "Hahh, kau tidak berubah dari dulu," ucapnya kemudian menjentikan jari tangan kanannya.

Ctik!

Seketika tempat di sekitar Naruto dan Aurora mulai berubah, ketika Aurora menjentikan jarinya. Tempat yang tadinya berupa es, kini berubah menjadi tempat kosong. Jika melihat ke atas, sebuah lambang bercahaya terukir, bintang [Aquarius]

Inilah kondisi sebenarnya dari [Lantai Kesebelas] dan lantai lainnya. Hanya terdapat, beberapa ornamen kuno, ukiran-ukiran kuno di tembok dan satu patung yang melambangkan sosok satu dari dua belas [Zodiac]. Tidak ada yang spesial.

Oleh karena itu, Naruto sekaligus pembuat tempat ini, memberikan hak khusus kepada semua penjaga gerbang. Dimana ia membuat sebuah cincin berisi sebuah sihir khusus, [Ring of Absolute]. Cincin ini membuat para penjaga gerbang mampu merubah tempat ini menjadi tempat yang mereka inginkan, cara kerjanya cukup membayangkannya saja.

[Perfect Illusionate]

Itulah sihir yang ditanamkan di cincin tersebut. Sebuah sihir tingkat tinggi yang mampu merubah ilusi menjadi kenyataan.

[Back to story]

Naruto tersenyum puas, ia lalu berjalan mendekati Aurora.

"Jaa, kalo begitu aku pergi dulu," ucapnya sambil melangkah pergi menuju sebuah pintu besar yang terbuka di belakang Aurora.

"Jaa ne, Aura-chan." Naruto pun menghilang dari pandangan Aurora. Perempuan beriris mata biru tua itu menatap kepergian Naruto dari sudut matanya. Hingga gerbang itu menutup secara perlahan.

"Sampai jumpa lagi, anata."

Xxxxx...


[Skip Time]

Baru setengah perjalanan Naruto berjalan setelah meninggalkan [Lantai Kesebelas]. Saat ini, pemuda pirang itu tengah menuju ke lantai selanjutnya, yang sekaligus merupakan lantai terakhir di [Sanctuary].

[Lantai Kedua Belas] yang dijaga oleh [Penjaga Pisces]. Seorang penjaga yang ahli dalam bermain pedang Rapier.

"Hem, apa maksudnya?" Naruto berujar sambil memegang dagu. Dia tampaknya sedang memikirkan sesuatu.

Kehancuran dan pengkhianatan di atas langit.

Bintang - bintang mulai bercahaya dari gelapnya alam semesta

Kehancuran adalah akhirnya, dan pengkhianatan adalah awalnya.

Di lain masa, Ibu Pertiwi menyaksikan dirinya ditelan para cahaya.

Para pemilik 'Keajaiban' tahu dan takut.

Keindahan samudera memandangnya dari dasar langit Spiritual.

Keputusannya, melihat perang atau menjadi pedang dan perisai dalam dirinya.

...Ini adalah sebuah ramalan yang diberikan oleh sahabatnya ketika berada di [Garden of Eden]. Ramalan yang Naruto harus pecahkan maknanya. Karena ramalan ini adalah masa depan Naruto.

Namun...

"Hah, ini sulit." Naruto menghela napas. Pemuda pirang ini tampak masih sulit untuk mencari maknanya.

"Aku hanya mengerti beberapa kalimat saja," ujar Naruto lalu menggaruk surai pirangnya. "Dasar, kenapa harus menggunakan kata - kata yang sulit aku mengerti sih!"

Kalau seperti itu, cerita ini tidak bakalan seru, Naruto!

Kehancuran dan pengkhianatan di atas langit.

Naruto tampak mulai bepikir.

"Kehancuran dan pengkhianatan? Aku tahu arti kata 'kehancuran'nya disini, pasti ini berkaitan dengan sebuah pertempuran, aku yakin ini bukan sebuah pertempuran kecil."

"Lalu untuk 'pengkhiatanan'? Ini maksudnya apa, seseorang berkhianat? Tapi siapa, yang berkhianat? Dan siapa yang dikhianati?Aku rasa seseorang akan mengkhianatiku, mengingat ramalan ini berkaitan tentang diriku," ujar Naruto.

"Kata 'di atas langit' kurasa ini maksudnya, Sanctuary," ujar Naruto.

—Di [Sanctuary] akan terjadi sebuah pertempuran besar, dan seseorang akan berkhianat—

Bintang - bintang mulai bercahaya dari gelapnya alam semesta.

Naruto kembali berpikir.

"Bintang mulai bercahaya?

"Bintang? Aku malah memikirkan matahari. Matahari... mulai bersinar?"

Tunggu dulu

Mata Naruto membulat ketika menyadari sesuatu.

"Matahari. Benar. Matahari itu mulai bersinar ketika terbit. Maksud bersinar disini mungkin 'menampakan dirinya'. Untuk kata 'bintang' aku tidak ini apa, sesuatu seperti apa. Tapi yang jelas, aku mulai paham, ada sesuatu yang akan mulai menampakan diri 'dari gelapnya alam semesta'?

"Gelapnya alam semesta, hm. Gelap. Hitam. Tidak kelihatan kah? Lalu, alam semesta itu maksudnya dunia yang luas. Apa mungkin dunia lain? Dimensi lain. Mengingat 'gelap' itu tidak kelihatan, itu artinya sebuah dunia yang tidak kelihatan?"

Naruto memukul pelan dahinya, "dunia yang tidak kelihatan. Tidak kelihatan. Tersembunyi?"

"Apa mungkin ada dunia lain yang tidak aku ketahui, ya?" Naruto bertanya pada dirinya sendiri. "Kalo benar, sepertinya aku harus melakukan sesuatu untuk mengantisispasinya. Aku belum tahu arti 'bintang' itu apa, dan apa pengaruh bintang itu pada Sanctuary," ujar Naruto berargumen.

Tangannya kemudian terkepal, dengan sorot mata tajam.

"Tidak akan kubiarkan yang aku bangun selama ini hancur."

Xxxxx.


Beberapa menit berlalu.

Naruto kini sudah sampai di [Lantai Kedua Belas]. Dirinya tengah berdiri di depan pintu masuk dari [Gate of Pisces] tersebut. Naruto mulai melangkahkan kakinya masuk.

(A/N : Untuk gambaran luar bangunan dari gerbang di setiap lantai penjaga. Kalian bisa cari gambar 'Parthenon' di Google. Hampir seperti itulah kira-kira gambarannya]

Ketika sudah didalam, Naruto mulai memandang sekitar. Yang tampak tidak ada perubahan sama sekali. Seluruh ruangan disini, tak jauh beda dengan tempat Aurora ketika menonaktifkan kekuatan cincinya.

Apa mungkin dia tidak menggunakan cincinnya?

Cukup lama manik Blue-Shapire itu melihat-lihat seluruh ruangan.

"Selamat datang di [Gate of Pisces] Naruto-sama."

Sebuah suara tiba-tiba terdengar menyambut kehadirannya. Naruto kemudian menoleh ke asal suara tadi. Dia mendapat sebuah pemandangan seorang pria tampan dengan surai pirang panjang bergelombang, tengah merendahkan tubuhnya.

Dialah sang penjaga [Lantai Kedua Belas]

[Pisces Lancelot]

...

Pemuda berambut pirang itu membungkuk hormat tuannya.

"Setelah bertahun-tahun menunggu, akhirnya saya bisa bertemu dengan anda kembali, Naruto-sama." Lancelot berbicara dengan masih mempertahankan posisi membungkukan badan.

"Senang mendengarnya," ujar Naruto tersenyum menanggapi.

Lancelot mulai menegakan badannya dan menatap tuannya dari balik matanya.

"Ngomong-ngomong, Lancelot."

"Kenapa kau tidak menggunakan kekuatan cincinmu?" ujar Naruto mulai bertanya. Ia penasaran dengan alasan Lancelot tidak menggunakan [Ring of Absolute]. Karena dengan menggunakan cincin itu, kekuatan dari penggunanya akan bertambah menjadi dua kali lipat dari kekuatan aslinya.

"Maafkan saya. Sebenarnya, saya sudah memikirkan hal itu tadi. Ketika saya mengingat amanah anda dulu saat memberikan [Ring of Absolute] ini. Bahwasanya saya harus menggunakan [Ring of Absolute] ketika berhadapan dengan seorang musuh di [Lantai Kedua Belas] ini."

"Mengingat anda itu tuan saya, bukan musuh saya. Saya berpikir untuk tidak menggunakannya dulu." Naruto diam sambil menyimak penjelasan dari pria didepannya itu.

"Lagipula yang akan kita lakukan disini hanya beradu pedang, sekaligus membangkitkan salah satu kekuatan anda, [Agilion]. Saya pikir tempat seperti ini dirasa sudah cukup," ujar Lancelot mengakhiri penjelasannya.

Tampak Naruto mengangguk paham.

"Baiklah kalo begitu. Kita mulai saja, Lancelot," kata Naruto tersenyum tipis

"Wakarimashita." Lancelot membungkuk pelan dan mengeluarkan pedang Espada ropera yang berada dibalik tubuhnya. Tangan kananya mulai mengarahkan bilahnya ke arah Naruto yang berada tak jauh didepannya.

"Anda sudah siap, Naruto-sama?"

Naruto hanya tersenyum tipis. Dia tidak menjawab pertanyaan Lancelot barusan.

[Gate Open]

Dua kata terucap di bibir Naruto. Tidak lama, sebuah portal berwarna kuning muncul di sebelah Naruto. Portal itu mengeluarkan sebuah pedang berwarna hitam dengan panjang 70 cm. Pedang asal Jepang yang terkenal dengan pengguna samurainya. Ya apa lagi kalau bukan, Katana.

Naruto mulai memasang kuda-kuda, begitu juga Lancelot.

Keduanya diam, dengan senyum tipis di wajah masing-masing.

Satu detik...

Masing-masing tangan memegang erat pedang yang dipegang

Detik yang kedua...

Otot di kedua kaki mereka sedikit melemah

Tiga detik...

Keadaan disekitar menjadi hening.

Hingga...

Di detik keempat. Otot kedua kaki mereka menguat, dan bergerak maju menyerang lawannya.

Ctang!

Cting!

Dan ... dimulailah pertarungan adu pedang antara Naruto dan Lancelot. Hanya suara-suara dentingan pedang yang terdengar menggema di ruangan tersebut.

[To be continued]


~Ending Date a Live - Last Promise by Erii Yamazaki~


A/N Ending yang kurang memuaskan.

Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali ke fanfic ini. Di chapter kali ini. Aku ga bikin scene fight disini. Apalagi dibagian Naruto vs Lancelot. Karena mengingat akunya yang kurang tertarik dengan pertarungan adu pedang. Dan yah, akhirnya kubuat seperti ini.

Next!