Selamat membaca!
Chapter 7: Go To Kyoto
Suasana di lantai 7 dungeon ini mulai mencekam setelah kedatangan monster yang seharusnya berada di lantai 9, Golem. Raynare yang lebih tahu seluk beluk dungeon ini melangkah mundur akibat tekanan rasa takut. Golem adalah salah satu monster terkuat di dungeon yang hanya bisa dihadapi saat melakukan misi rank-S.
"Kenapa monster itu bisa berada di lantai 7, seharusnya mustahil." Kata Raynare yang masih memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi.
"Apa Raynare-senpai tahu sesuatu?" Tanya Naruto.
"Seharusnya monster di dungeon tidak bisa masuk ke lantai yang bukan tempatnya. Tapi … kenapa kejadian ini bisa terjadi? Aku tidak bisa menemui jawabannya. Yang pasti kasus seperti ini tidak pernah terjadi semenjak dungeon mulai muncul di seluruh penjuru dunia." Jawab Raynare sambil memijit pelipisnya, bulir keringat mengalir di wajahnya.
"Jadi, maksud Raynare-senpai kasus ini adalah yang pertama kali?" Tanya Lee kaget. Raynare hanya mengangguk sebagai jawaban iya.
"Hn, siapa yang peduli. Kita hanya harus mengalahkan monster batu itu dan keluar dari sini." Sasuke terlihat tidak terlalu mempermasalahkan kejadian aneh ini. Yang paling penting adalah mengalahkan monster itu dan pergi. Tidak ada gunanya juga memikirkan hal yang tidak akan pernah terpikir.
"Benar juga. Apapun alasannya tidak akan membuat monster itu kembali ke lantai 9, yang paling penting kita harus mengalahkan Golem itu." Kata Erza sambil menunjuk monster batu yang berdiri di depannya.
Sasuke mengambil langkah lagi untuk mendekati musuhnya, tangannya semakin banyak mengeluarkan zat kimia berbentuk cair. Sementara monster yang memiliki tubuh tumpukan batu itu meraung keras sebelum tangan besarnya terangkat, hendak menghantam tubuh kecil Sasuke.
Duakh!
Kepulan asap terlihat disekitar lokasi pertarungan membuat sosok Sasuke tersamarkan dalam kepulan debu. Mereka yang melihat itu hendak membantu pemuda keturunan Uchiha, namun langkah mereka terhenti karena menyadari ada sosok yang mendekati mereka dari segala arah.
Kanan, kiri, belakang. Mereka melihat 3 Golem datang dari arah berbeda, berjalan mendekat menuju mereka. Jantung Raynare semakin berdebar kencang ketika melihat kedatangan musuh yang semakin banyak. Ini keadaan yang sangat buruk baginya. Satu tahun lalu, Raynare pernah mencoba menjalankan misi rank-S sendirian dan gadis itu hanya mampu membunuh 2 Golem, banyak kesulitan yang terjadi saat itu salah satunya adalah Golem cenderung menyerang secara berkelompok.
"I-ini sangat buruk. Kita terkepung." Kata Raynare dengan tubuh bergetar.
Kepulan debu yang beberapa saat lalu menyelimuti tubuh Sasuke mulai menipis, memperlihatkan pemuda Uchiha itu yang berdiri di depan tangan besar Golem. Ia berhasil menghindari serangan besar itu. Sharingannya telah aktif. Sasuke kemudian menempelkan tangannya yang dilumuri oleh zat kimia berbahaya ke tangan Golem itu.
[Acid: Corrosive]
Gumam Sasuke menyebutkan nama sihirnya. Tangan Golem itu mulai meleleh, awalnya di sekitar tangan Sasuke namun sedikit demi sedikit merambat ke daerah luas.
"Goarrrrr!"
Raungan kesakitan Golem itu sambil mengangkat tangannya.
Naruto dan yang lainnya sepakat membagi beberapa kelompok untuk mengalahkan keempat Golem yang ada. Sasuke yang sudah lebih dulu maju tidak mendapatkan bantuan karena ketuanya yakin kekuatan Sasuke cukup untuk mengalahkan Golem. Naruto pergi ke arah kanan sendirian untuk menangani Golem yang ada di sana, Erza dan Mikasa pergi ke arah kiri, sedangkan Lee dan Raynare akan menangani Golem yang muncul di belakang.
Lee dan Raynare sudah menghampiri musuhnya. Mereka melihat Golem yang tingginya sama seperti Golem pertama namun warna tubuhnya agak gelap. Lee yang berdiri paling depan sudah siap dalam kuda-kuda bertarung. Sedangkan Raynare berada di belakang sebagai support.
"Raynare-senpai, kita akan menggunakan taktik kerja sama seperti tadi." Kata Lee sambil melihat seniornya melalui ekor mata.
Raynare mengangguk mantap. Lingkaran sihir ia ciptakan. "Aku siap kapan pun."
Lee tersenyum tipis, namun sedetik kemudian senyum itu luntur ketika pandangannya menangkap 2 tangan besar Golem itu terangkat, hendak meninjunya hingga menjadi gepeng.
"Goarrr!"
Sesaat sebelum menyerang Lee, golem itu meraung keras untuk memperlihatkan keagungannya sebagai salah satu monster terkuat di dungeon ini. Golem itu melesatkan 2 tangan yang kepalannya sudah menyatu kepada Lee dengan kekuatan penuh.
Brak!
Tanah yang menjadi pijakan Lee berlubang akibat terhantam. Sementara yang menjadi target serangan berhasil menghindar dengan cara melompat ke atas sekaligus mendekati kepala besar Golem itu. Lee kemudian menendang sekuat tenaga wajah batu itu.
Duakh!
Tendangan sekuat tenaga Lee berhasil merobohkan Golem hingga monster itu terkapar di tanah. Raynare langsung bergerak setelah menerima sinyal dari Lee. Gadis berambut hitam itu menyerang Golem yang sedang terkapar dengan tombak cahaya kecil beruntunnya. Lee mendarat dengan sempurna di samping partner kerja sama timnya.
Golem yang mendapatkan serangan beruntun seperti itu terlihat mulai bangkit berdiri, seakan serangan Raynare tidak berdampak besar baginya. Gadis itu memberhentikan serangannya karena melihat hasil yang sia-sia, ia mendecih kesal.
"Seperti kataku, monster batu ini memiliki pertahanan yang kuat." Ungkap Raynare setelah menghilangkan lingkaran sihir.
Lee mengusap dagunya, berpikir bagaimana cara terbaik untuk menghancurkan pertahanan musuhnya sekaligus mengalahkan Golem itu. "Hmm, bagaimana kalau kita memutuskan kepala Golem itu. Apa akan berdampak besar?" Tanya Lee.
Raynare sedikit melebarkan mata. Benar juga, kenapa ia tidak kepikiran sampai situ. Gadis itu lalu tersenyum tipis. "Sepertinya boleh dicoba. Aku akan menjadi pengalih perhatian. Selanjutnya kau yang akan melakukan serangan penghabisan."
"Yosh!"
Raynare berlari cepat menuju Golem setelah menciptakan dua pedang cahaya. Gadis itu mengincar kaki untuk menghilangkan keseimbangan musuhnya. Raynare menghunuskan pedangnya dengan cepat. Menyayat kaki Golem beberapa kali dalam satu gerakan. Namun serangannya tidak berpengaruh besar karena kaki monster itu sangat keras.
'Cih, seranganku tidak berdampak besar padanya.' Batin Raynare kelas. Detik berikutnya ia terkejut melihat kaki kanan Golem yang hendak menendangnya.
Tap!
Raynare berhasil menghindari serangan dengan cara melesat ke samping menggunakan tumpuan kuat kaki kanan. Gadis itu kehilangan keseimbangannya dan harus relah berhenti dengan tubuh mencium tanah kotor. Seragam yang ia kenakan terlihat kotor.
Golem itu melihat Raynare yang berada di belakangnya, Lee menyiapkan kaki kanannya untuk menghancurkan leher besar itu setelah melihat perhatian musuhnya teralih pada Raynare. Remaja mangkuk itu akan berusaha menuntaskan tugasnya. Ia tidak mungkin menyia-nyiakan perjuangan Raynare, gadis yang dimintanya bergabung dengan klub.
Lee melompat menuju belakang leher Golem yang sedang berjalan mendekati Raynare. Ia mengonsentrasikan Mana-nya pada kaki kanannya agar bisa menciptakan tendangan yang lebih kuat. Samar-samar kaki kananya diselimuti oleh aura biru. Meskipun ia hanya memiliki Mana kecil, namun Lee diberi keuntungan yaitu bisa dengan mudah mengendalikan Mana untuk mengaliri bagian tubuh yang diinginkan. Ia tidak mahir menggunakan sihir membuatnya berfokus pada segala teknik yang berhubungan dengan kekuatan fisik. Lee melayangkan tendangan terkuatnya.
[Heavenly Kick]
DUAKH!
Tendangan dengan kekuatan penuh itu sukses mengenai belakang leher Golem menyebabkan leher yang seluruhnya terbuat dari batu itu retak. Lee terbelalak kaget karena tendangan terbaiknya belum cukup untuk menghancurkan leher itu, ia hanya bisa meretakkannya saja.
"LEE, MENGHINDAR DARI SITU! BIAR AKU YANG URUS SISANYA!" Teriak Raynare lalu membuat satu buah pedang cahaya berukuran panjang.
Lee mengangguk mengerti lalu segera turun ke permukaan dengan pijakan pinggung Golem itu. Ini waktu yang tepat baginya untuk menyerang, Golem itu terlihat tidak berkonstentrasi karena dorongan yang ditimbulkan oleh tendangan Lee. Gadis itu berlari lalu melompat sambil menyayatkan pedang cahaya panjang di genggaman tangan.
Syat!
Raynare berhasil memutuskan kepala itu dari tubuh Golem. Beruntung Lee sudah melemahkan pertahanan musuh sehingga pedangnya mampu membelah leher keras itu. Golem itu seketika ambruk dengan kepala berguling di tanah. Getaran sempat mereka rasakan sedikit ketika tubuh Golem bertabrakan dengan permukaan tanah.
Lee dan Raynare saling pandang dengan senyuman. Taktik kerja sama mereka berhasil mengalahkan musuh.
Di tempat lain, Erza dan Mikasa terlihat bertarung dengan Golem lainnya. Mereka berdua cukup kesulitan menghancurkan pertahanan musuh. Kedua pedang Mikasa tidak cukup kuat untuk menghancurkan tubuh Golem membuatnya kesulitan menerapkan strategi kerja sama.
"Menyebalkan sekali! Kulitnya sangat keras hampir menyamai besi." Gerutu Mikasa.
"Sepertinya mustahil mengalahkan monster itu dengan senjata tajam." Ungkap Erza.
Mikasa memandang rekannya, "Apa kau memiliki rencana bagus?"
"Begitulah. Aku ingin mencoba senjata terbaruku. Mikasa, buat peralihan perhatian monster menyebalkan itu. Sebisa mungkin buat dia tidak melihat ke atas." Jawab Erza dengan serius.
Mikasa mengangguk mengerti. "Pekerjaan mudah." Ia lalu berlari cepat menuju kolong monster batu itu dan menyerang kaki dengan kedua senjatanya, meskipun tidak memiliki dampak yang besar, perhatian monster itu sukses teralihkan.
Erza melompat ke atas monster itu lalu menciptakan lingkaran sihir. Dari lingkaran sihir yang dibuat olehnya keluar sebuah senjata berupa palu raksasa. Palu itu berukuran cukup besar dan mustahil bagi orang biasa untuk mengangkatnya. Tapi ERza terlihat mudah menggerakkan palu itu layaknya palu kecil.
Erza mengangkat palunya tinggi-tinggi, ia mengaliri palu itu dengan Mana sehingga dampak yang akan diakibatkan lebih besar. Gadis merah itu menargetkan kepala Golem.
"Rasakan ini! Heyaaa!"
[Holy Hummer]
DUAKH!
Erza sekuat tenaga menghantamkan palunya pada kepala Golem yang mengakibatkan kepala malang itu perlahan-lahan retak, retakan itu semakin besar dan merambat ke seluruh bagian tubuh yang akhirnya membuat Golem itu hancur berantakan. Mikasa terbang untuk menghindari bebatuan yang berjatuhan dari langit.
Tap!
Erza mendarat mulus di tumpukan batu bekas tubuh Golem. Ia memutar-mutarkan palu besarnya layaknya memutarkan pensil sebelum ia menghilangkan kembali palu itu. Mikasa mendarat di sisi Erza.
"Mengagumkan, Erza memiliki kekuatan besar seperti itu. Jika aku tahu sebelumnya sepertinya aku tidak perlu member bantuan. Erza cukup kuat untuk mengalahkan satu Golem." Puji Mikasa setelah menghilangkan senjatanya.
"Tidak juga. Itu semua berkat Mikasa yang sukses mengalihkan perhatian makhluk ini," sanggah Erza sambil menepuk-nepukkan kakinya. "Jika tidak ada yang menjadi pengalih perhatian mungkin seranganku dapat ditahan atau dihindari. Aku akan sulit memang jika tidak ada yang membantu."
Tinggalkan dua wanita kuat yang berasal dari Familia Club itu. Di sisi yang berlainan dengan mereka, Naruto terlihat sedang bertarung. Remaja pirang itu lihai menghindari setiap tinju Golem di depannya. Ia terlihat santai dan tidak terburu-buru untuk mengalahkan musuhnya. Sepertinya kata santai kurang tepat, sebenarnya Naruto sedang menganalisis musuh besar di depannya.
'Hmm, menurut Sensei setiap musuh memiliki kelemahan- ah tidak, tapi setiap makhluk hidup memiliki titi kelemahan. Sensei mengajarkan padaku jika berhadapan dengan musuh yang baru kau lihat, jangan pernah menyerangnya secara langsung. Langkah terbaik yang bisa dilakukan adalah mengacaukan mental dan konsentrasinya, atau menganalisis kelemahan yang musuh miliki. Dan cara terbaik melawan monster tanpa otak ini adalah menganalisis kelemahan terlebih dahulu.' Batin Naruto sambil menghindari tinju Golem yang mengarah padanya.
Naruto tersenyum tipis setelah menyadari beberapa kelemahan yang dimiliki monster Golem. 'Kelemahan monster ini selain memiliki kecepatan lambat adalah sendinya. Aku akan melakukan beberapa uji coba untuk menyerang sendi geraknya.' Batin Naruto. 'Tapi sebelum itu …,'
Naruto melompat sambil menciptakan dua buah tombak emas di tangannya. Kedua tombak itu ia lesatkan pada sepasang mata Golem setelah jarak antar mereka dekat.
"Ghaaarrrr!" Raung kesakitan Golem itu sambil melangkah mundur.
Naruto menyeringai, 'Kelemahan yang dimiliki semua makhluk hidup dalam pertarungan adalah penglihatan. Jika seseorang tidak bisa melihat dalam medan tempur kemungkinan untuk menang sangatlah tipis.'
Masih di udara bebas, Naruto mengeluarkan teknik sihir terbarunya yaitu [Swords of Babylon], namun kali ini ia hanya menciptakan empat lingkaran sihir. Dari keempat lingkaran sihir itu keluar pedang yang masing-masing mengarah ke empat titik sendi gerak tangan dan kaki.
Clab!
Tubuh Golem itu seketika sulit digerakkan, kaku. Naruto semakin memperlebar seringainya setelah mengetahui bahwa analisisnya benar. Untuk serangan penghabisan, Naruto memilih meninju wajah Golem itu dengan tangan terlapisi gauntlet emas yang dipenuhi butiran-butiran Mana dengan konsentrasi tinggi. Apa bila Mana itu terkena gesekkan maka akan meledak.
"Rasakanlah teknik baruku,"
[Golden Punch Explosive]
Duakh!
Duarr!
Naruto memukul wajah Golem sekuat tenaga, meskipun pukulan itu hanya menimbulkan retak, tapi detik berikutnya tercipta ledakan di tangan Naruto mengakibatkan wajah bahkan seluruh kepala Golem itu hancur, batu-batu kecil terlihat berserakkan di mana-mana. Jika diteliti, ledakan yang baru saja terjadi berjumlah 100. Namun karena terjadi di waktu yang hampir bersamaan dan radius ledak tidak luas mengakibatkan ledakat tadi terlihat hanya beberapa kali.
"Fiuh, aku memiliki inovasi untuk membuat teknik baru lagi. Hmm, memang menyenangkan membuat teknik baru yang tidak terlalu menimbulkan kerusakan besar namun mematikan." Ungkap Naruto. Ia memincingkan mata setelah melihat dua benda yang berkilau dari balik kepulan asap tebal. Remaja pirang itu lalu mengambil dua benda itu.
Matanya membulat kaget karena ia tahu salah satu dari kedua benda bersinar itu. Berlian! Ya, Naruto menemukan berlian di sekitar pecahan batu. Berlian itu pasti berasal dari kepala Golem yang hancur, Naruto yakin dan ia tidak menemukan kemungkinan lainnya asal berlian itu. Ia kemudian memandang satu lagi benda berbentuk bulat kecil seperti kelereng. Benda itu memiliki beberapa warna.
"Aku bertaruh benda ini dijadikan bukti untuk menyelesaikan misi. Hmm, sebih baik aku simpan kedua benda ini. Lagu pula aku memerlukan uang untuk membeli katana."
Bersama dengan Sasuke, pemuda keturunan Uchiha itu bisa dikatakan adalah siswa yang paling mudah mengalahkan monster Golem. Sekuat apapun pertahannya asalkan materi itu masih bisa dilelehkan oleh zat kimia milik Sasuke maka pertahanan itu tidak ada artinya. Tangan kanan Golem itu terlihat meleleh sampai batas siku. Beberapa bagian tubuhnya berlubang akibat teknik sihir peluru zat kimia yang dikuasai Sasuke. Sepertinya remaja berambut emo itu ingin sedikit bermain-main dengan musuhnya. Jika mau Sasuke bisa saja menang dari tadi dengan cara menembak kepala Golem. Tapi ia tidak melakukannya.
"Jadi inikah monster lantai 9 itu? Hn, sangat menyedihkan. Yah tapi bagaimanapun monster ini memiliki kelebihan tersendiri. Sayangnya kelebihan itu tidak akan berarti dihadapan zat kimia paling korosif di dunia." Gumam Sasuke.
Fluoroantimonic Acid adalah zat kimia pengkorosif paling mematikan. Zat kimia ini memiliki senyawa asam yang 10 juta miliar kali lebih kuat dari air aki. Zat kimia ini bisa melelehkan tubuh manusia dalam sekejap beserta dengan tulangnya. Tidak hanya itu, sihir Sasuke bisa meledak jika bertemu dengan air. Mungkin jika Sasuke memiliki partner pengguna elemen air maka mereka akan menjadi duet paling mematikan.
"Goarrr!"
Golem itu masih belum menyerah, ia menyerang Sasuke tengan tinju tangan kiri. Namun sebanyak apapun menyerang, pemuda Uchiha itu bisa menghindar. Sasuke melompat ke udara dan melemparkan beberapa cairan zat kimianya ke siku tangan kiri Golem. Monster batu yang notabennya memiliki tubuh besar gebuk sehingga sulit bergerak cepat terpaksa harus merelakan siku kirinya meleleh dan tangan itu terputus beberapa detik kemudian.
Sasuke mendarat sempurna 1 meter di hadapan monster yang sedang meraung kesakitan. Ia lalu menyiapkan serangan penutup dengan kedua telapak tangan di tanah.
[Acid: Swamp of Hell]
Dari telapak tangan Sasuke keluar cairan zat kimia yang cukup banyak dan mengalir menuju musuh. Daerah sekitar tempat berpijak Golem terselimuti oleh zat kimia Sasuke, mengakibatkan perlahan-lahan Golem itu seperti masuk ke dalam tanah, tapi nyatanya kaki Golem itu meleleh sehingga terlihat seperti masuk ke lumpur hisap.
Kejadian itu tidak berlangsung lama karena senyawa kuat yang terkandung dalam zat kimia Sasuke mampu melelehkan sesuatu dengan cepat. Pemuda Uchiha itu lalu mengambil benda yang menempel di kening Golem dengan cepat sebelum kepala musuhnya benar-benar meleleh. Sasuke mengambil benda yang digunakan sebagai bukti telah melakukan misi. Ia lalu melihat ke arah tempat Golem itu meregang nyawa. Kawah tercipta cukup dalam akibat efek dari pemakaian zat kimia yang bersentuhan dengan tanah, di kawah itu terlihat lelehan batu bekas tubuh Golem.
Beberapa lama kemudian dari segala arah muncul teman-temannya. Naruto, Erza, Mikasa, Lee, dan Raynare telah berkumpul bersamanya.
"Bagaimana hasilnya?" Tanya Naruto.
"Kami berhasil membunuh Golem itu dan mengambil bola kecil ini." Jawab Lee sambil menunjukkan benda yang berada di tangan.
"Sebaiknya kita simpan bola-bola kecil ini. Siapa tahu ada misi rank-S yang mengharuskan kita membunuh beberapa Golem." Saran Erza.
"Kalau begitu seperti tadi. Bola-bola ini kau yang simpan." Kata Naruto.
Erza menghela nafas sebelum mengambil semua bola-bola hasil dari menang bertarung.
"Sebaiknya kita segera kembali ke sekolah dan melaporkan misi. Aku tidak mau mengalami kejadian seperti ini lagi." Kata Mikasa yang diberi anggukan oleh mereka semua.
Mereka berenam berjalan menuju pintu dan turun ke lantai satu. Mereka tidak mengetahui ada yang memperhatikan, orang itu sedang duduk santai entah di mana, yang jelas ruangan ini minim cahaya. Orang itu menyeringai tipis setelah melihat bagaimana kekuatan dari pemuda bernama Namikaze Naruto dan Uchiha Sasuke. Ah tidak salah lagi! Orang itu kemungkinan besar merupakan dalang dari keanehan yang terjadi di dungeon. Ia sepertinya memiliki kekuatan untuk membuat monster lantai 9 bisa berada di lantai 7.
Orang itu meminum minumannya dengan tenang. "Elemen emas dan zat kimia ya … memang sangat menarik melihat dua kekuatan hebat itu. Aku jadi tidak sabar bertarung di Bounty Championship. Generasi kali ini memiliki orang-orang yang akan membuatku terhibur, haha." Orang itu berbicara dengan nada sulit dimengerti.
Ia meneguk lagi minumannya. "Generasi sekarang adalah titik balik dari generasi sebelumnya yang lebih memilih cinta damai dan sportif. Aku bisa katakan generasi sekarang adalah generasi terburuk yang akan menimbulkan konflik dan kelicikan di mana-mana. Tentu saja semua itu memiliki satu alasan, yaitu menjadi nomor satu! Hahaha!"
Orang yang berbicara tadi, orang yang menjadi dalang tunggal atas kejadian ini tidak lain adalah murid Donquixote Academy. Murid yang terkenal dengan julukan [Number 2].
Sudah dua hari berlalu semenjak misi pertama berjalan sukses. Naruto dan anggotanya terlihat sedang berkumpul di markas. Sebelum ke sini, mereka lebih dulu memeriksa peringkat harga kepala masing-masing. Kini mereka sedang bersantai-santai di ruang utama, atau bisa dikatakan ruang tamu. Lee sedang berada di dapur menyiapkan teh untuk mereka, sedangkan Raynare yang masih belum terbiasa dengan anggota lainnya memilih duduk di kursi pojokan sambil membaca buku.
Ngomong-ngomong soal peringkat, Naruto berada di atas semuanya dengan harga kepala 65.000.000 yang membuatnya berada di peringkat ke 75.
Peringkat tertinggi ke dua di Familia Club adalah Uchiha Sasuke dengan harga kepala 38.000.000 yang membuatnya berada di peringkat ke 110.
Peringkat tertinggi selanjutnya adalah Erza Scarlet dengan harga kepala 28.000.000 yang membuatnya berada di peringkat ke 125.
Peringkat tertinggi ke empat adalah Mikasa Ackerman dengan harga kepala 21.000.000 yang membuatnya berada di peringkat ke 138.
Selanjutnya adalah Raynare dan Rock Lee yang sama-sama memiliki harga kepala 5.000.000. Selisih peringkat mereka hanya satu angka dengan Raynare yang berada di peringkat 300 dan Lee di peringkat 301.
Naruto yang mengetahui Raynare menjaga jarak dengan mereka mengalihkan pandangannya pada gadis itu. "Raynare-senpai, duduklah bersama kami." Kata Naruto.
Raynare mengalihkan perhatiannya dari buku yang ia baca dan balik menatap Naruto, ketuanya. "Lebih baik aku di sini saja." Kata Raynare agak kikuk.
"Apanya yang lebih baik. Kemarilah duduk bersama kami, Ranynare-senpai harus cepat akrab dengan yang lainnya. Lagi pula aku memiliki hal penting yang perlu dibicarakan." Kata Naruto sambil menepuk pelan sofa yang kosong di sampingnya.
Raynare terdiam sebentar lalu mengangguk. Ia duduk di samping Naruto dan mulai membaca kembali bukunya. Beberapa saat kemudian Lee muncul dari dapur dengan membawa enam gelas teh hangat. Semua menatap Lee dengan mata melebar.
"Lee, jangan bertingkah konyol." Kata Naruto sedikit menaikkan nada suaranya. Semua wanita yang ada di sana menutup mulut.
Bagaimana tidak Naruto berkata seperti itu, sekarang di hadapan mereka muncul Lee yang memakai celemek berwarna pink dengan tidak memakai baju. Ramaja dengan potongan rambut mangkuk itu seperti seorang istri yang sedang menggoda suaminya yang kelelahan.
"Bagaimana? Apa cocok untukku Naruto-kun?" Tanya Lee dengan suara yang dibuat manja sambil meletakkan semua teh itu ke meja.
"Sudah kubilang jangan bertingkah konyol! Kau jadi tidak terlihat seorang penyihir." Kata Naruto kesal lalu memijit keningnya.
Detik berikutnya tawa pecah dari ketiga gadis yang sejak tadi menahan tawa. Suasana kembali mencair berkat kekonyolan Lee. Ya, remaja itu sengaja berpakaian seperti ini untuk mencarikan suasana yang terlihat kaku. Lee menyadari bahwa sebagian besar anggota Familia Club adalah orang tipe pendiam dan irit bicara. Maka dari itu Lee berinisiatif untuk mencairkan suasana dengan bertingkah konyol. Ini juga demi mempererat hubungan mereka.
"Hahaha, ehem. Naruto, kudengar tadi kau ingin membicarakan hal penting." Kata Erza yang mengakhiri tawanya.
Naruto menyeruput teh hangat yang dibuat oleh Lee sebelum membalas perkataan Erza. "Benar. Tapi sebelum itu aku ingin Lee mengganti pakaian dulu sebelum aku bicara." Ungkap Naruto lalu melihat Lee.
Remaja yang memiliki alis tebal itu mengangguk cepat lalu pergi ke belakang untuk mengganti pakaiannya. Lima menit kemudian Lee sudah duduk di sofa kosong. Naruto menghirup nafas panjang sebelum mengeluarkan ucapannya.
"Begini, aku tidak sengaja menemukan berlian saat berhadapan dengan Golem dua hari lalu. Maaf karena tidak langsung memberi tahu kalian." Kata Naruto sambil memperlihatkan berlian kecil itu pada seluruh anggotanya. Beberapa ada yang kaget dan sisanya hanya menatap diam.
"Lalu?" Tanya Mikasa.
"Aku berencana untuk menukarkan berlian ini dengan uang. Dan uang itu akan kita beli untuk memenuhi kebutuhan klub. Seperti bahan makanan dan perabotan. Jika ada sisanya aku ingin memesan katana. Apa dari kalian ada yang tahu tempat pembuatan katana terbaik di Jepang?" Jawab sekaligus tanya Naruto pada lainnya.
"Aku tahu," kata Sasuke yang mendapatkan seluruh perhatian. "Di Jepang, ada dua perusahaan besar tempat membuat pedang-pedang legendaris. Di antaranya adalah Masamune Corp dan Muramasa Corp. Kedua perusahaan itu sejak dulu sudah bersaing dalam membuat katana paling tajam. Pendiri perusahaan Masamune adalah Goro Masamune sedangkan pendiri perusahaan Muramasa adalah Muramasa Sengo." Jelas Sasuke.
"Menarik. Dari kedua perusahaan itu siapa yang terbaik?" Naruto bertanya lagi.
Sasuke terdiam, berpikir. "Sulit untuk membandingkan mana yang lebih baik dari kedua perusahaan itu. Mereka terkenal dengan karakteristik katana yang berbeda. Masamune terkenal dengan katana yang dapat membuat pemiliknya menjadi tenang, penyabar, dan segala perlilaku baik. Sedangkan perusahaan Muramasa terkenal karena katana yang dibuat oleh mereka sangat tajam dan memiliki kutukan yang dapat membuat pemiliknya haus darah. Jika dilihat dari sudut penggunaan untuk perang, jelas katana Muramasa adalah pilihan tepat." Jawab Sasuke.
"Hmm, sepertinya menarik jika aku memiliki pedang terkutuk. Sasuke, apa kau tahu tempat perusahaan Muramasa?"
Sasuke mengangguk singkat. "Di kota Kyoto. Tapi sekarang katana yang diporduksi tidak sejahat dulu karena pemilik perusahaan itu sudah meninggal 20 tahun lalu. Perusahaan itu diteruskan oleh satu-satunya murid yang masih hidup."
Mikasa mengacungkan tangannya untuk mendapatkan perhatian. "Aku dengar pemilik sebelumnya, Muramasa Sengo sempat membuat katana terakhir yang dinilai paling tajam dan terkutuk. Menurut banyak orang katana terakhir yang dibuat Muramasa Sengo adalah yang terhebat dari katana buatan lainnya."
"Hmm, ini semakin menarik. Jadi di mana keberadaan katana itu? Apa sudah dijual?" Naruto terlihat tersenyum. Baginya misteri yang bersangkutan dengan pedang atau katana memang menarik untuk diselidiki atau diketahui.
"Pedang itu dilarang dijual maupun dipakai sejak insiden 20 tahun lalu, tepatnya 3 bulan setelah Muramasa Sengo meninggal." Bukan Mikasa yang menjawab, melainkan Erza.
"Insiden?" Bingung Naruto.
Raynare mengangguk, ia juga tahu berita tentang insiden itu. "Sebuah peristiwa mengerikan yang merenggut nyawa orang satu desa dalam semalam. Menurut berita ada salah satu dari tiga murid Muramasa Sengo yang ingin mencoba katana itu, akibatnya kejadian mengerikan terjadi di mana ia menjadi tidak terkendali dan menyerang seluruh warga desa tanpa pandang bulu. Kedua murid yang lain berusaha menghentikan itu, namun mereka tidak bisa bahkan salah satunya meninggal. Akhirnya setelah matahari terbit, murid yang mengamuk itu berhenti setelah membunuh seluruh warga desa. Beberapa jam kemudian murid itu meninggal karena kutukan pada dirinya." Jelas Raynare lalu menghirup nafas lagi.
"Pemerintah yang tidak ingin kejadian itu terulang lagi memutuskan untuk menghancurkan katana itu. Namun satu-satunya murid Muramasa Sengo yang selamat bersikeras menantang keputusan pemerintah. Akhirnya setelah berdiskusi mereka sepakat untuk tidak menghancurkan katana itu dengan syarat murid Muramasa yang akan menjaga katana itu dan menyegelnya, jika kejadian mengerikan terulang lagi maka murid itu harus menjalani hukuman mati sebagai bentuk pelanggaran atas kesepakatan mereka." Lanjut Raynare.
"Dan sekarang katana itu masih berada di satu-satunya murid Muramasa yang kini menjadi penerus perusahaan itu?" Tebak Naruto.
Semua mengangguk.
"Hmm, begitu ya. Lalu apa nama katana itu?"
"Muramasa Sengo tidak sempat memberi nama untuk katana buatan terakhirnya. Namun semua orang mengenal katana itu dengan nama Muramasa no Katana." Jawab Sasuke.
"Baiklah aku sudah putuskan untuk memesan pedang ke perusahaan Muramasa. Aku jadi tertarik dengan kutukan yang terkenal itu. Apa bisa aku memesan pedang hasil desain sendiri?" Tanya Naruto.
"Bisa. Tapi lebih baik kita langsung saja datang ke perusahaan Muramasa yang terlatak di Kyoto. Proses pembuatan pedang di sana hanya 2 minggu. Perusahaan itu juga terkenal dengan sifat ramah yang selalu mengajarkan teknik pedang pada pelanggannya. Jadi pelanggan bisa belajar teknik pedang sambil menunggu katana pesanannya selesai." Jawab Sasuke.
"Itu memang menarik dilakukan. Tapi apa kepala sekolah bisa memberi izin selama 2 minggu?"
"Tentu saja bisa. Kita bisa memakai alasan kegiatan pertama klub keluar sekolah. Azazel-sama pasti mengerti." Jawab Lee semangat.
"Tapi ada masalah lainnya. Ini tentang berlian, kita tidak bisa menukarkan berlian ini dengan uang kalau tidak ada surat resmi kepemilikan berlian." Naruto sedikit mengeluh.
"Tenang saja. Kita bisa menukarkan berlian ini pada Azazel-sama. Beliau itu orangnya baik. Banyak murid yang beruntung mendapatkan perhiasan di dungeon dan mereka menukarkannya pada Azazel-sama." Kata Raynare sambil tersenyum.
"Yosh! Sekarang kita langsung ke ruang kepala sekolah untuk meminta izin dan menukarkan berlian ini."
Mereka lalu pergi ke tempat Azazel berada. Kepala sekolah itu terlihat sedang duduk di kursinya sambil mengutak-atik laptop yang berada di atas meja. Naruto dan yang lainnya masuk ke ruang kepala sekolah setelah Azazel memberi izin.
"Yo lama tak bertemu Naruto, hehem. Aku menerima laporan bahwa kau membuat klub baru." Kata Azazel sambil tersenyum menyambut kedatangan murid pertukaran dari Inggris itu.
"Lama tak bertemu juga Azazel-sama. Saya ke sini bersama dengan anggota klub saya ingin meminta izin untuk pergi ke luar sekolah selama 2 minggu. Kami akan melakukan kegiatan klub bertama kami. Dan juga kami ingin menukarkan berlian ini dengan uang. Aku mendengar Azazel-sama menerima penukaran perhiasan dengan uang." Kata Naruto setelah membungkuk hormat.
"Begitu ya," gumam Azazel sambil memeriksa berlian Naruto. Memang benar ini berlian asli, Azazel dapat mengetahui itu dengan sekali lihat menggunakan sihirnya. "Baiklah aku terima keinginanmu untuk menukarkan berlian ini. Tapi aku masih belum tahu apa yang akan kalian lakukan di luar sekolah selama 2 minggu."
"Kami akan membeli kebutuhan klub dan juga aku ingin pergi ke Kyoto untuk memesan katana sekaligus kami juga akan belajar ilmu pedang di sana." Kata Naruto sopan.
"Hmm, belajar dan membuat katana ya … baiklah aku izinkan selama kegiatan ini bertujuan untuk membuat kalian lebih kuat. Mulai besok kalian bisa menjalankan kegiatan klub, aku akan memberi tahu pada wali kelas kalian tentang izin ini. Tunggu sebentar, aku akan ambilkan uangnya." Kata Azazel lalu pergi ke ruang lain yang masih berada di ruangan kepala sekolah.
Azazel kemudian menyerahkan sejumlah uang yang cukup besar pada Naruto.
"Terima kasih banyak Azazel-sama. Kami akan pulang ke sini dengan kemampuan yang semakin berkembang." Kata Naruto sopan lalu membungkuk hormat diikuti oleh seluruh anggotanya.
"Santai saja. Aku memang suka melihat remaja seperti kalian yang memiliki semangat tinggi. Semoga kegiatan kalian lancar."
"Kalau begitu kami pamit undur diri, Azazel-sama." Kata Naruto lalu pergi keluar ruangan bersama anggotanya.
Setelah keluar dari ruangan Azazel, Naruto tersenyum tipis. "Mulai besok kita akan menjalankan kegiatan pertama klub keluar sekolah. Aku sarankan kalian membawa perbekalan secukupnya. Perjalanan dari kota Kuoh menuju Kyoto harus melalui Tokyo. Kita akan berbelanja kebutuhan klub di Tokyo sebelum pergi ke Kyoto."
"Ossu."
Esok harinya setelah jam pelajaran sekolah berakhir, Naruto, Sasuke, Erza, Lee, Mikasa, dan Raynare terlihat sudah bersiap-siap di markas klub. Mereka membawa tas masing-masing yang di dalamnya sudah ada kebutuhan sehari-hari. Mereka lalu pergi ke stasiun kereta peluru agar perjalanan lebih cepat.
Jauh dari lokasi mereka yang berada di stasiun, lokasi sekarang yang arahnya bertolak belakang dengan arah Naruto dan kawan-kawan adalah hutan di belakang sekolah. Lokasi ini berjarak 10 km dari sekolah dan merupakan hutan yang diapit oleh dua gunung tinggi.
Seseorang terlihat berjalan pelan menyusuri setiap pohon-pohon besar sampai akhirnya ia berhenti setelah menemukan targetnya –seorang yang sedang duduk di atas dahan pohon sambil memandang kedatangan orang itu.
Orang yang menjadi target menatap tajam pemuda yang menghampirinya itu. Ia sedang mengintimidasi, namun sepertinya intimidasi yang dikeluarkan orang itu terlihat tidak berpengaruh. Merasa usahanya sia-sia, ia lalu melipatkan kedua tangannya di depan dada sambil bersender ke batang pohon. Pandangannya masih tetap tajam seperti semula.
"Seharusnya kita bertarung dengan resmi di colosseum." Kata orang yang berada di atas dahan pohon itu.
"…" Pemuda itu tidak membalas ucapan targetnya. Ia sudah tahu betul bahwa tergetnya ini memiliki kekuatan Indera Keenam yang membuatnya bisa membaca pikiran orang lain.
"Benar juga. Jika kita sampai bertarung di colosseum dengan keadaanmu yang sedang marah besar ini maka tidak mustahil colosseum akan rata dengan tanah dan banyak korban berjatuhan." Kata orang itu lagi.
"Cukup sulit untuk menemukanmu, [Captain]." Kata pemuda yang berdiri di permukaan tanah sambil menatap tajam targetnya dengan Sharingan yang telah aktif.
Orang yang berada di atas pohon itu ternyata murid peringkat 3. Ia semakin memincingkan mata setelah membaca pikiran lawannya. "Jadi … inikah bentuk balas dendammu, [Black Crow]?"
Terungkap sudah, pemuda yang menghampiri [Captain] itu adalah Uchiha Itachi, kakak Sasuke. Itachi lalu merubah mata yang asalnya Sharingan menjadi Mangekyou Sharingan. "Tidak … tapi keadilan." Kata Itachi menekan nadanya di kata 'keadilan'.
[Captain] terkekah pelan, sangat pelan. "Heh … aku tidak mengerti."
Mereka berdua lalu melesat cepat dengan tinju yang terkepal erat. Itachi membuat sosok tangan astral besar berwarna merah transparan di sekitar tubuhnya sedangkan si [Captain] terlihat mengepalkan tinju tangan kanannya.
Kedua tinju berbeda ukuran itu berbenturan di udara. Angin kencang tiba-tiba berhembus ketika kedua kekuatan besar itu beradu. Perlahan-lahan langit sore yang asalnya cerah kini mulai berawan hitam serta mengeluarkan sambaran petir di sekitar Itachi dan [Captain].
Pertarungan dahsyat antar pemegang peringkat tertinggi BARU SAJA DIMULAI!
Bersambung
[11/05/2021]
