Disclaimer: All characters of Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei. And I'm just playing with it.


Panggilan masih terhubung, Sasori masih setia menunggu penjelasan dari adiknya yang nakal ini. Hah, memang menyebalkan.

Bagaimana Sasori tidak mau marah, kalau tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah, Sakura sudah diberi wejangan bahwa nanti akan dijemput olehnya pakai burung elang Indosayur. Hm, kan ... makin dongo nih cerita.

Jarang-jarang Sasori mau seperti ini, mengingat kesibukan menjadi pilot yang jam terbangnya selalu padat dengan rasio terbang melintasi tropopause lebih banyak dibandingkan berpijak pada tanah. Tuh Sakura, kau yang salah. Memangnya kau enggak mau quality time bersama kakak merahmu itu?

"E-eh, begini …."

"Enggak ada kata begini-begitu." Serobot terooos. "Kau tetap salah karena enggak ngabarin Kakak dan malah keluyuran enggak jelas."

Kasih paham, Sasori. Adikmu itu memang anak nakal. Eh, kok di sini saya kompor banget ya wkwk.

"Tapi—" protes Sakura.

"Masih berani nyari alasan lagi?" saya suka keributan ini, aw.

"Kak, dengerin dul—"

"Asal kau tahu, Kakak hampir lapor polisi karena takut kau kenapa-kenapa. Takut kalau kau sampai diculik atau dijual organ tubuhnya padahal Kakak sudah mengincar sebelah ginjalmu dari lama. Bahkan tanya ke semua tetangga juga enggak ada yang tahu kau ada di mana."

Alis Sakura mengkerut. "Dih, perasaan tetangga kita cuma dua. Kakak dengerin aku dulu makanya, jangan main asal disero—"

"OH, apa jangan-jangan kau lagi coba hal-hal yang aneh? Sekarang ngaku, kau lagi ada di klub mana? Kakak mulai kecewa sama kau tahu."

Muka Sakura tertekuk.

"... Ish."

Maaf satwa liar, saya enggak bisa membantumu. Kakakmu memang benar-benar cerewet seperti bibi-bibi girang di luar sana. Saya angkat kaki.

Merasa sedikit kasihan, Fugaku melirik lalu memberi kode Sakura untuk mengoper ponselnya dan direspons dengan baik. Untung Sakura punya sensor peka dan menyerahkan barang yang diminta oleh kepala sukunya yang terhormat. Tumben mau membantu, Pak. Apa nanti ada embel-embelnya seperti jantung atau kornea di akhir, mungkin?

Fugaku memencet lambang speaker di layar ponsel Sakura lalu melemparnya dengan sembarangan ke arah sang pemilik sampai mengenai jidat lebarnya.

"Akh!"

Mendengar adiknya yang memekik, Sasori langsung panik. "Sakura? Kau kenapa, hei? Kenapa memekik? Jangan nge-prank Kakakmu kalau tidak mau dosa ya—"

"Halo, it's me~" Pororo?

Dari sambungan sana, sudah dapat dipastikan Sasori bingung akan suara Sakura yang tiba-tiba berubah jadi maskulin seperti ini. Malah si Saiful pake nyanyi segala lagi, duh.

"Siapa?" yang nanya. Jokes lama banget ebuset. Yah, kentara deh umur saya sudah berapa.

"Arsène Lupin, Kak. Mau minta uang tebusan katanya." Fugaku mendelik ke arah Sakura secara sekilas, soalnya masih nyetir (ngebut) dia bor. Weh, ini sebenarnya Sakura mau dibantuin atau enggak, sih? Mending suruh dia diam saja ngemut ujung dashboard.

"Apa-apaan? Jangan minta uang tebusan ke saya, Sakura makannya banyak mending diperetelin biar cuan be—"

"Sakura ada sama saya, Sasori. Ini saya P-Man." Hadeuh, ngaco. "Berenti ngoceh-ngoceh, pusing saya dengarnya. Cowok berbatang kok kayak keran bocor."

"E-eh? Pa-pak Fugaku?!"

Nah, loh. Nyaho pas tahu lagi diceramahin sama jelmaan Pablo Escobar.

"Beneran Pak Fugaku? Pak RT, wali kelas, calon besan, guru Kimia yang itu 'kan?"

Fugaku mendengus saat mendengar nada tidak percaya itu. "Bukan, dibilangin ini P-Man." Serah lu lah, ler.

"Sebentar, kenapa adik saya ada sama Bapak?"

"Kenapa?" nada Fugaku mulai sedikit melengking, tidak terima. "Kau mau menuduh saya pedofilia? Amit-amit deh kalau sama adikmu yang jejadian kayak gini tampilannya."

YEH, SEMPRUL.

"O-oh yah, enggak salah sih ..." Fugaku mengangguk-angguk sok dramatis sembari tetap bermanuver, mengendarai mobil dengan gaya barbarnya tanpa takut kehilangan nyawa. Apalagi perlu diingat beliau memegang stir dengan satu tangan karena berniat ingin sombong. Heran.

Sementara objek yang dighibahin masih menatap malas saat melihat kelakuan si kucing garong.

"Sara tadi saya pungut di kolong jembatan. Kau tahu 'kan, kalau saya itu enggak sebaik bakteri Yakult apalagi sudi ingin mengadopsinya. Jadi saya balikin ke habitatnya sekarang juga, ya."

"Kenapa harus dibalikin ke sini, Pak?"

"Soalnya saya alergi binatang."

"Kalau begitu buang aja, Pak. Saya juga enggak mau," balas Sasori yang malah membuat Fugaku dalam beberapa detik tidak berhenti tertawa terbahak-bahak. Setelah melihat Sakura dongkol dan mematikan sambungannya secara sepihak karena kesal.

Yang tabah, ya.