Di sebuah gua, para player sedang melakukan pertemuan untuk menghadapi boss berikutnya. Kali ini dipimpin oleh Asuna. Yang ikut serta kurang lebih sama dengan sebelumnya. KoB, Fuurinkanzan, Aincrad Liberation, Subaru, Holy Dragon Alliance, dan Melromarc.
"Jadi, kita akan memancing boss keluar. Kemudian, selagi dia menyerang NPC, kita serang dia" Kata Asuna menyusun rencana.
"Aku kurang setuju dengan rencana itu. Mengorbankan NPC seperti mereka bukan apa-apa, aku kurang menyetujuinya" Kata Kirito menolak rencana Asuna.
"Ayolah, mereka akan kembali respawn. Kau tidak perlu terlalu mencemaskan mereka Kirito-kun" Yang membalasnya adalah Melty.
"Cih, tetap saja" Naofumi mulai ikut berbicara.
"Aku pemimpin penyelesaian lantai ini. Jadi kita akan melakukannya dengan caraku" Kata Asuna agak sedikit mengeraskan suaranya.
Pertemuan pun selesai. "Kalian ini, sering sekali bertengkar dengan Asuna dan yang lainnya. Apa kalian dulu benar-benar pernah satu tim?" Pikir Agil benar-benar bingung.
"Membuang nyawa, walau pun buatan, aku tetap tidak menyukainya" Pikir Kirito teringat sesuatu. Sesuatu ketika ia di Academy City. Nyawa buatan sebanyak 20.000 dari nomer 3, telah mati sebanyak 10.031.
Di kemudian hari, ketika semua sedang bertarung, Kirito dan Naofumi sedang bersantai di bawah pohon. "Sepertinya aku akhirnya merasakan yang kau maksud Kirito" Kata Naofumi pada sahabatnya.
"Musim seperti ini di Aincrad, terlalu rugi untuk disia-siakan" Kata Kirito melanjutkan kata-kata yang dimaksud Naofumi. Ketika itu pula, dua buah sosok datang.
"Di sini kalian rupanya" Kata seorang dari mereka. "Yang lainnya sedang bertarung dan kalian bersantai disini. Betapa enaknya kalian" Kata Melty menghampiri kedua pemalas itu.
"Yah, musimnya terlalu bagus untuk dilewatkan" Kata Kirito mengulang perkataannya.
"Hhh.. Kirito-sa—n selalu saja begitu. Terlalu menikmati alam" Kata Raphtalia mendengar kata-kata Kirito.
"Tapi tetap saja, kalian seharusnya tetap ikut bertarung" Kata Melty lagi.
"Kalian coba saja dulu. Nanti juga akan terasa" Kali ini Naofumi yang berbicara. Ya, berbicara dari pengalaman.
Tak lama kemudian, Melty dan Raphtalia tertidur juga. Kirito dan Naofumi yang sudah bangun, memutuskan untuk tetap tinggal dan menjaga mereka.
Sorenya, Melty dan Raphtalia bangun. Mereka baru saja menyadari mereka tertidur. Keduanya langsung bangun.
"Aku akan mentraktir kalian" Kata Melty mengejutkan keduanya, Kirito dan Naofumi.
Keempatnya pun pergi dan makan di suatu tempat. "Um, untuk apa ini sebenarnya?" Tanya Kirito sepertinya masih tidak paham.
"Sebagai tanda terimakasih ku. Karena sudah menjaga kami dari PK-ers. Bahkan di zona aman pun mereka masih bisa membunuh" Jawab Melty.
"Ya, dengan metode 'Sleeping PK', hampir tidak ada tempat aman" Kata Kirito membalas kalimat terakhir Melty.
"Oh iya. Kalian tau tentang marriage system? Sistem untuk menikah di dalam game. Dan juga, kalian akan berbagi inventory dengan pasangan kalian. Dengan begitu tidak ada yang disembunyikan. Menurutku itu romantis dan praktis" Jelas Raphtalia kelihatan sangat bersemangat menceritakannya.
"Ya, memang. Namun, bukan kah itu percuma? Kau menikah di dunia ini, bukan berarti kau juga menikah di dunia nyata. Menurutku itu agak percuma" Kata Naofumi dengan nada dinginnya.
"Ayolah Naofumi, seolah kau baru belasan tahun. Bukankah kau sudah hampir 20 tahun. Jangan menganggap menikah hal yang percuma. Bahkan sampai sekarang kau belum menemukan pasangan kan?" Kata Kirito meledek Naofumi.
"Ya, untuk sekarang bukankah yang terpenting adalah keluar dari dunia ini dengan selamat" Kata Naofumi membalas Kirito.
"Ya, kau harus memikirkannya dari sekarang. Kenapa kau tidak mulai mengencani perempuan-" Kata-kata Kirito terpotong oleh Naofumi yang menggebrak pelan meja.
"Kau masih mau bahas itu, Kirito?" Kata Naofumi agak kenal dengan yang dimaksud Kirito. Kirito bermaksud untuk menyuruh Naofumi keluar dari duo. Namun, sama seperti sebelumnya, Naofumi menolak untuk pergi.
Tiba-tiba, "AAAAAA!" Suara teriakkan perempuan penuh histeris datang dari luar.
"Suara apa itu?" Tanya Kirito menghampiri suara tsb.
"Ap-Apa?!" Sungguh terkejut Kirito dan Naofumi ketika melihat seorang player dengan tali di lehernya dan pedang tertancap pada dadanya ada di atas nya.
"Naofumi, kau bersiap tangkap dia. Aku akan melepas tali nya" Kata Kirito kemudian memasuki menara tempat tali pengikat berasal. Namun, beberapa saat Kirito pergi, orang itu kemudian pecah menjadi poligon.
"Jadi, dia diikat disini" Kata Kirito beberapa saat setelah kematian orang tadi. Kirito, Naofumi, Melty, dan Raphtalia sedang berada di menara. "Dan ini adalah pedangnya" Kata Kirito memegang sebuah pedang merah bercabang.
"Mari kita tanya pada seseorang" Kata Naofumi. Kemudian mereka pergi turun dari menara tsb.
Keempatnya menghampiri seorang perempuan. "Kau yang tadi berteriak kan? Apa kau melihat apa yang terjadi?" Tanya Naofumi menginterogasi perempuan tsb.
"Y-Ya. Namaku Yolko. Dan namanya adalah Kains, dan kami dulu bersama dalam satu guild. Kami kemari bersama hari ini. Kami akan makan malam bersama di suatu tempat di kota ini. Tapi kami terpisah di Plaza. Aku mencarinya, kamudian aku melihatnya tergantung di balkon dan..." Kata perempuan tsb menjelaskan.
"Apa ada orang lain di atas sana?" Tanya Raphtalia tampak sangat serius.
"Untuk sesaat...aku tidak yakin, tapi aku pikir sepertinya melihat seseorang di belakang Kains..." Jawabnya agak ragu.
"Apa kau mengenal orang itu?" Kali ini Melty yang bertanya.
"Tidak..." Katanya kelihatan sedikit takut.
"Um, mungkin memang berat. Tapi coba ingat lagi. Apa ada orang, siapapun, yang mempunyai alasan untuk membunuhnya?" Tanya Kirito. (Gantian aja nanyanya).
"...Tidak..." Jawab Yolko pelan.
Setelah selesai bertanya, keempatnya mengantar Yolko pulang. "Terimakasih mengantarku pulang. Maaf jika tidak sejalan dengan arah kalian" Kata Yolko berterimakasih sekaligus meminta maaf.
"Tak apa. Kami ingin mengobrol dengan mu tentang ini lagi besok. Jika kau merasa ingin membicarakannya" Kata Melty tampak sangat ramah.
"Okay..." Balas Yolko kemudian kembali ke dalam. Sekarang hanya ada keempatnya, Kirito, Naofumi, Melty, dan Raphtalia.
"Apa yang akan kita lakukan sekarang?" Tanya Naofumi ketika kami sedang duduk di sebuah bangku.
"Simpel. Kita gunakan petunjuk yang sudah ada" Jawab Melty. "Jika kita bisa menemukan pembuat senjata itu, mungkin akan langsung membawa kita pada pembunuhnya" Sambung Melty.
"Kita akan butuh seseorang dengan skill appraisal. Jelas tidak satupun dari kita mempunyainya" Balas Kirito. "Ya, kami kenal seorang penjual barang yang mungkin bisa membantu kita" Lanjut Kirito kemudian mereka pergi ke tempat penjual barang tsb.
"Terima kasih sobat. Kembali lagi kapan saja" Kata seorang pria botak berbadan tinggi. Agil, seorang teman Kirito dan Naofumi.
"Ya, terserah" Kata seorang player laki-laki keluar dari tempat itu.
"Sepertinya kau masih menjatuhkan pelanggan mu itu dengan penawaran sulit mu itu" Kata Kirito memasuki ruangan tsb.
"Jelas sekali" Balas Naofumi memasuki ruangan tsb juga.
"Tentu saja tidak! Beli murah dan jual murah, itu adalah motto ku. Aku ini wirausahawan kalian tau itu" Bantah Agil terhadap kata-kata Kirito.
"Bagian "jual murah" itu, jujur saja sebuah kebohongan" Ledek Naofumi pada Agil.
Agil yang menyadari kehadiran Kirito dan Naofumi tidak hanya mereka berdua. Namun bersama Raphtalia dan Melty. "Apa yang terjadi pada kalian?! Kalian harusnya hanya sekedar duo player. Bukan pratied player!" Kata Agil bertanya. "Apa yang kalian lakukan dengan mereka? Bukannya kalian saling membenci!" Lanjut Agil kembali bertanya lagi.
"Ah... Haha. Mengenai itu..." Kata Kirito ragu karena sempat lupa status nya sebagai beater yang hanya berduo dengan si Iblis (Naofumi).
Kirito dan Naofumi akhirnya menjelaskan tentang apa yang terjadi. Semua tentang pembunuhan di dalam safe zone. "HP nya habis di dalam safe zone? Kalian yakin itu bukan duel?" Tanya Agil benar-benar tidak percaya.
"Kematiannya terlalu rinci untuk sebuah duel acak" Jawab Naofumi pada pertanyaan Agil. "Jadi kami yakin, pembunuhnya pasti sudah merencanakannya" Sambung Naofumi.
"Kami sangat yakin akan hal itu. Dan kemudian, ada senjata ini. Senjata pembunuhnya" Kata Kirito mengeluarkan tombak yang ditemukannya di dada orang tsb.
"Hm... Seorang player yang membuatnya" Kata Agil kemudian menggunakan skill nya untuk mencari tau penempa nya. "Grimlock... Aku tidak pernah mendengarnya. Sejauh yang bisa kukatakan, tidak ada yang spesial dari benda ini" Kata Agil setelah menggunakan skill nya.
"Apa benda itu punya nama?" Tanya Naofumi tak terlihat penasaran walau bertanya.
"Kalian akan menyukainya. "Guilty Thorn." Itu salah nama benda ini. Lumayan cocok, bukankah begitu?" Jawab Agil pada Naofumi. Kemudian Agil memberi pedang tsb lagi pada Kirito
"Serius? Guilty Thorn? Hm... Mari kita tes" Kata Kirito hendak menusuk tangannya sendiri. Namun terhenti oleh sebuah tangan.
"Tunggu, berhenti!" Kata pemilik tangan tsb. Itu adalah Melty yang menghentikannya. "Apa kau gila?! Benda itu telah membunuh satu orang!"
"Aku tau. Tapi..." Jawab Kirito yang tidak menyelesaikan kalimatnya.
"...kita perlu tau apa yang benda ini mampu lakukan, benar kan?" Sambung Naofumi pada kalimat Kirito.
"Bisakah kalian berhenti bersikap sembrono?" Tanya Melty agak kesal.
Raphtalia kemudian menyerahkan tombak tsb pada Agil. "Agil-san, bisakah kau pegang ini untuk kami?" Katanya memberi Agil.
"B-Baiklah" Hanya itu yang keluar dari mulut Agil.
Keesokan paginya, mereka berempat kembali bertemu dengan Yolko. Kali ini, tanpa sepengetahuan Kirito dan Naofumi, Asuna juga ikut. Hanya duduk di tempat yang dekat dan berusaha untuk tidak ketahuan oleh Kirito dan Naofumi.
"Jadi, Yolko... Kamu, uh, penasaran apakah kau pernah mendengar nama "Grimlock"?" Tanya Raphtalia memulai perbincangan.
"Ya... Aku pernah. Hingga beberapa bulan lalu, dia berada di guild yang sama denganku dan Kains" Jawab Yolko agak gugup.
"Dengar, kami membawa tombak yang menusuk Kains ke pada teman kami yang mempunyai skill appraisalappraisal. Kami telah menyuruhnya memeriksa dengan benar" Kata Kirito menjelaskan kejadian kemaren.
"Kami berhasil mengetahui, bahwa Grimlock membuatnya. Bisakah kau memberi kami alasan dia melakukannya?" Tanya Naofumi menyambung kata-kata Kirito.
"Ya... Harusnya aku memberitahu kalian sejak kemarin. Namun aku tidak bisa" Jawab Yolko. "Harusnya ku beritahu bagaimana guild kami bisa hancur" Sambungnya lagi. Kemudian dia mulai bercerita.
""Golden Apple" Adalah nama yang kami pilih ketika membentuknya. Seekor monster langka yang kami bunuh menjatuhkan sebuah cincin hebst yang meningkatkan stats agility player sebanyak 20 poin. Beberapa ingin menyimpannya, beberapa lagi ingin menjualnya dan membagi hasilnya. Kami tidak bisa mencapai kesepakatan dan akhirnya memutuskan untuk voting. Itu lima melawan tiga yang ingin menjualnya. Pemimpin kami, Griselda, membawanya ke kota luas di garis depan. Dia hendak menjualnya ke broker dan akan menginap disana. Kami menunggu dan menunggu, tapi ia tak kembali. Itu hingga setelahnya, kami menyadari bahwa mimpi terburuk kami jadi kenyataan. Griselda telah meninggal. Hingga sekarang, aku tidak tau bagaimana caranya mati" Kata Yolko mengakhiri ceritanya.
"Dia jelas bukan korban acak. Pembunuhnya tau bahwa dia mempunyai cincin itu. Dan pembunuhnya pasti menginginkannya" Kata Kirito menganalisa.
"Jadi...pembunuhnya adalah salah satu dari 7 lainnya?" Tanya Yolko sedikit ragu.
"Kita sudah dapat perkiraan tersangka. Sekarang kita tinggal pikirkan siapa saja yang tidak ingin menjual cincinnya" Kata Naofumi mulai berpikir.
"Tebakanku pembunuhnya salah satu yang menentang untuk menjualnya" Sambung Melty dengan tebakannya.
"Mungkin... Beritahu kami apa yang kau tau tentang Grimlock" Pinta Kirito pada Yolko.
"Ya, kurasa untuk memulainya, dia adalah suaminya Griselda. Tentu saja dalam game. Mereka adalah pasangan yang hebat sebagai suami dan istri" Kata Yolko menceritakan. "Jika benar Grimlock yang membunuh Kains kemarin, makan mungkin dia mengincar ketiga Anggita guild yang memilih untuk tidak menjual cincin itu. Kains dan aku adalah salah satu yang memilih untuk tidak menjualnya" Sambung Yolko.
"Maka, siapa yang ketiga?" Tanya Raphtalia penasaran.
"Yang satu lagi adalah seorang tank bernama Schmitt. Dia ada di garis depan bersama dengan Holy Dragon Alliance sekarang" Jawab Yolko menjelaskan.
"Dia pemimpin unit pertahanan Holy Dragon Alliance kan? Dia seorang lancer luar biasa" Pikir Asuna yang mendengarnya.
"Kalian kenal dengannya kan? Aku perlu menemuinya sekarang. Bisakah kalian mengantar aku kepadanya?" Pinta Yolko pada keempatnya. "Dia harus tau apa yang terjadi...sebelum apa yang terjadi pada Kains terjadi padanya..." Lanjutnya nampak sangat khawatir.
"Tenanglah, kami akan membantumu bertemu dengannya. Aku kenal seseorang di Holy Dragon Alliance yang bisa membantu" Kata Melty.
"Baiklah. Kalian temui orang itu. Aku dan Naofumi akan mengantarnya" Mendengar hal itu Asuna tiba-tiba tersedak yang sedang diminum, membuatnya hampir ketauan.
"Apa itu tadi?" Tanya Naofumi menoleh ke arah Asuna.
"Aaa! Tidak tidak. Aku yakin itu bukan apa-apa! Kalian serius hanya mengantarnya kan" Kata Melty sengaja mengubah topik kemudian memasang wajah seriusnya untuk menutupi kebohongannya.
"T-Tentu saja. Kalian pikir apa lagi coba" Jawab Kirito.
"Sudah sudah. Kalian cepat temui orang itu dan bilang pada Schmitt bahwa kita akan bertemu dengannya. Kami akan mengantar Yolko" Kata Naofumi kemudian mereka pergi ke arah yang berbeda.
Kini, Kirito dan Naofumi telah berhasil mengantar Yolko sampai pada penginapan. "Jadi, kira-kira metode apa yang kau pikir digunakan oleh pembunuhnya?" Tanya Naofumi mengacaukan lamunan Kirito.
"Ha? Apa?" Kata Kirito terkejut terlepas dari lamunannya. "Aku bisa memikirkan tiga cara yang memungkinkan. Pertama, itu bisa jadi jelas sebuah duel yang adil. Atau bisa jadi seseorang mengambil keuntungan pada sebuah bug dan menggabungkannya dengan beberapa metode membunuh" Jelas Kirito menjawab pertanyaan Naofumi.
"Ya, aku paham itu bisa terjadi. Lalu, yang ketiga?" Tanya Naofumi lagi.
"Menggunakan sesuatu untuk menembus pelindung safe zone. Semacam skill atau item... Tunggu, tidak. Setelah kupikir lagi itu mustahil" Kata Kirito membantah kata-kata nya sendiri.
"Maksudmu?" Tanya Naofumi singkat.
"Karena itu tidak adil. Dan pada dasarnya, peraturan di SAO adil untuk semua player. Jadi tidak mungkin game membiarkan pembunuhan di safe zone" Jelas Kirito.
"Ya, kurasa kita sudah dapat perkiraan metode pembunuhannya. Itu mungkin akan sedikit mempermudah kita. Apa sebaiknya kita tanyakan Melty dan Raohtalia mengenai Schmitt?" Usul Naofumi.
"Sepertinya tidak perlu. Yang perlu adalah, mau sampai kapan kau mengikuti kami Asuna?" Kata Kirito menyadari Asuna yang mengikuti mereka.
"Huh, sudah cepat keluar. Kami sudah tau sejak di kafe. Sekarang-" Kata-kata Naofumi terpotong oleh pesan yang masuk.
"Naofumi-sama, kami sudah menemui Schmitt. Jadi kalian cepat kemari" Pesan tsb dari Raphtalia.
"Yosh, ayo kita kembali ke tempat Yolko. Mereka sudah menemui Schmitt" Kata Naofumi membalikkan badannya.
"Kau juga Asuna" Kata Kirito menarik Asuna.
(Time skip)
"Jadi itu yang membunuh Kains" Kata Schimtt setelah mereka menceritakan yang terjadi. "Tapi kenapa menunggu lama untuk membunuhnya? Kecuali... Mungkinkah dia yang mencuri cincin tsb?" Tanya Schmitt kebingungan.
"Mungkin Grimlock menbuat tombak itu untuk seseorang di guild kita. Atau mungkin Griselda bangkit dari kematiannya untuk membalas dendam" Mendengarnya Schmitt nampak ketakutan. "Player tidak bisa membunuh player lain dalam safe zone. Namun sesuatu seperti hantu mungkin..." Sambung Yolko berjalan ke arah jendela. Schmitt hanya bisa terkejut mendengarnya.
"Ini salah semuanya! Semua anggota guild bersalah! Darahnya ada di tangan kita! Takdirnya sudah disegel ketika monster itu menjatuhkan cincin itu! Kita seharusnya tidak melakukan voting! Kita harusnya menuruti Griselda! Grimlock satu-satunya yang mengatakan untuk membiarkan keputusan pada Griseld... Kau lihat, dia satu-satunya diantara kita yang mempunyai kebenaran untuk membalas dendam untuk Griselda..." Kata Yolko semakin menegangkan suasana.
"Kau pasti bercanda... Kau pasti bercanda! Setelah sekian lama, kenapa harus sekarang?!" Schmitt benar-benar terlihat muak akan semua ini. "Bagaimana bisa kau menerima terbunuh karena suatu dendam bodoh?!"
Disaat itulah, Yolko merasakan sesuatu yang terlihat jelas di wajahnya. Ketika membalikkan badannya, dia ditusuk. Sepertinya dengan pisau lempar. "Yolko!" Teriak Kirito menghampiri Yolko yang terjatuh.
Di tunggu dulu minna-san bakal ada update kedua!
