"Ayo kita pulang." Ajak Subaru sang onmyouji yang masih menggenggam tangan Emillie

"Ah ya..." Jawab Emillie menoleh ke arah Subaru

Mereka berdua pun berpamitan pulang kepada Kamui dan Kamui membalasnya dengan mengatakan hati-hati di jalan kepada mereka sambil tersenyum. Di dalam perjalanan pulang ke rumah menaiki sapu terbang, Emillie serta Subaru hanya diam seribu bahasa, Emillie tidak tahu harus berbicara apa sebab setelah kejadian tadi keadaannya menjadi sangat canggung bagi Emillie, dia hanya memandangi rumah-rumah yang jauh berada di bawahnya hingga akhirnya kurang lebih lima belas menit kemudian sampailah mereka berdua di depan pintu rumah Subaru, Subaru pun segera membuka pintu lalu mereka berdua masuk ke dalam rumah.

"A..aku akan menyiapkan makanan." Ucap Emillie bernada canggung langsung berlari ke dapur

Tetapi, pada saat itu Subaru tak menjawab sepatah katapun, dia hanya diam sambil memandangi punggung Emillie yang perlahan hilang dari pandangan matanya selanjutnya dia menutup pintu dan memutuskan berjalan ke arah dapur. Setibanya di dapur, Subaru berjalan menghampiri Emillie yang sedang berdiri sambil memotong sayuran di atas meja, dia mengeluarkan bungkusan daging yang ada di dalam plastik sambil melihat Emillie memotong sayuran menjadi bagian kecil.

"Jangan seperti itu..tanganmu bisa terluka." Subaru berjalan ke belakang Emillie

DEGH DEGH DEGH

Mendadak jantung Emillie berdebar kencang ketika dia merasakan Subaru tepat berada di belakangnya serta menyentuh tangannya sambil menuntunnya memotong sayuran-sayuran yang akan dimasak. Dia memejamkan matanya mencoba menahan perasaan gugup di dalam dirinya karena ini pertama kalinya dia tidak dapat berkonsentrasi memasak.

"Apakah kau akan meninggalkan dunia ini secepatnya?" Tanya Subaru dengan pandangan sedih sambil menuntun Emillie memotong sayuran

"Eh?"

"Disepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkannya..apakah kau akan pergi dari kota ini di malam hari? disiang hari? atau disenja hari saat aku tertidur? apakah mereka akan menjemputmu besok? dua hari setelah itu? seminggu setelah itu? ataukah beberapa bulan setelah itu?"

"Subaru?" Emillie berbalik arah

"Seluruh pertanyaan yang ada dibenakku hanya memiliki satu jawaban..kau akan meninggalkanku disaat aku telah mengetahui dimana hatiku harus bersandar."

"Tapi..duniaku bersama mereka." Emillie menunduk

"Kau benar...aku harap kau tidak melupakanku." Subaru menyentuh pipi Emillie

"Subaru..." Emillie menatap dalam-dalam mata Subaru lalu memeluk Subaru. "Aku pasti tidak akan melupakanmu sedikitpun."

"Terima kasih Emillie." Subaru tersenyum lalu memeluk tubuh Emillie

Subaru memejamkan matanya sambil memeluk erat Emillie, dia akhirnya menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta kepada seorang gadis penyihir yang berasal dari dunia lain serta sulit untuk dimiliki, dia merasa cinta yang dimilikinya terasa begitu menyakitkan mengingat sewaktu-waktu kedua pria yang ada di kehidupan Emillie di dunia lain datang menjemput Emillie dan membawanya pergi begitu saja tanpa sepengetahuan dirinya.

TENG TONG TENG TONG

Bel pintu rumah Subaru berbunyi, Subaru dan Emillie saling melepaskan pelukan mereka dan berjalan bergandengan tangan menuju pintu, disaat Subaru membuka pintu muncullah seorang pria yang membuat mata Emillie terbelalak dan refleks melepaskan genggaman tangannya dari Subaru hingga membuat Subaru menoleh ke arah Emillie.

"Kak Fuuma?!"

Ya itu adalah Fuuma seorang hunter yang berasal dari dunia dimana Emillie tinggal, dia terseret ke dalam kaca penghisap milik salah satu teman penyihirnya tanpa sepengetahuan temannya sehingga dia menetap di dunia dalam kaca tepatnya di dunia Subaru sang onmyouji tinggal dan hal itu sudah berlansung selama beberapa bulan.

"Emillie?!" Fuuma terperanjat

Subaru yang tak tahu-menahu mengenai apa yang sedang terjadi hanya bisa diam memandangi kedua orang yang ada di depannya saling berpandangan.

"Kak Fuuma!" Emillie langsung memeluk Fuuma kakak keduanya yang ada di depan matanya. "Aku sangat merindukan kakak...kenapa kakak tidak pulang selama beberapa bulan?"

"Hahahah...maaf sudah membuat adik tersayangku mencemaskanku..tetapi ceritanya sangat panjang dan rumit." Fuuma memeluk Emillie

"Benarkah demikian?" Emillie menoleh ke atas dimana wajah Fuuma berada di atas wajahnya

"Tentu..." Fuuma tersenyum. "Dan kenapa adik kecilku ini bisa sampai disini juga dan berada di rumah Subaru?"

"Ha...ceritanya panjang juga begitu rumit."

"E..." Fuuma heran

"Ee..." Emillie memperagakan ekpresi dan wajah Fuuma. "Haahaha... baiklah aku akan kembali ke dapur menyiapan teh untuk kalian berdua."

DRAP DRAP DRAP

Secepat kilat Emillie berlari ke dapur meninggalkan Fuuma serta Subaru berdua di depan pintu, selanjutnya Subaru mempersilahkan Fuuma masuk ke dalam rumahnya serta menutup pintu rumah, mereka berdua pun segera duduk di sofa yang ada di belakang mereka. Sambil menunggu teh, Fuuma bertanya kepada Subaru bagaimana adiknya bisa berada di rumah Subaru, sebelum menjawab pertanyaan Fuuma, Subaru menoleh ke arah dapur sejenak lalu dia pun kembali melihat ke arah Fuuma serta mulai menceritakan kronologi pertemuannya bersama Emillie dengan panjang lebar sampai akhirnya Emillie bisa berada dan tinggal di rumah, seusai menjelaskan hal tersebut Subaru balik bertanya kepada Fuuma mengenai hubungan mereka berdua karena sepengetahuan Subaru Fuuma adalah seorang hunter sedangkan Emillie adalah seorang penyihir, berdasarkan latar belakang mereka berdua memiliki latar belakang yang jauh berbeda.

"Aku tidak tahu secara jelas ceritanya, kakakku Seishirou yang mengetahuinya secara jelas, aku hanya bisa mengatakan kalau Emillie adalah anak ketiga dari pasangan penyihir yang sangat terkenal di dunia kami dan dia adalah gadis penyihir yang dikutuk, ibunya memberikannya kepada kak Seishirou dan kami bertiga tinggal bersama."

"Oh begitu...tapi melihat dari caramu memeluknya serta memanggil namanya..sepertinya dia tidak hanya seorang adik perempuan bagimu."

Mendengar kalimat Subaru tersebut, Fuuma tersenyum dan menunduk. Dia mengatakan kepada Subaru bahwa kalimat barusan yang keluar dari bibir Subaru adalah benar serta tepat sekali, dia menganggap Emillie lebih dari seorang adik bahkan dia berniat memacari ataupun menikahi Emillie ketika Emillie telah menginjak umur yang cukup untuk melangsungkan pernikahan, tidak hanya itu kakaknya Seishirou juga memiliki niat yang sama dengannya itulah sebabnya Seishirou mengorbankan salah satu matanya untuk membuat Emillie agar tetap berada di sisinya, terlepas dari itu semua Fuuma juga meminta kepada Subaru untuk menjaga jarak serta tidak meletakkan hatinya kepada adik tersayangnya Emillie sebab dia tidak ingin menambah daftar saigan di dalam pikirannya setelah berurusan bersama kedua vampir kembar, Kamui serta Subaru.

"Dua teh untuk dua pria tampan...hehehehe." Emillie tiba-tiba muncul di samping Fuuma

Dia menghidangkan kedua pria tampan itu teh hangat lalu kembali ke dapur, disaat Emillie sudah berada di dapur, Fuuma kembali melanjutkan percakapannya bersama Subaru, sementara itu di sisi lain Seishirou kakak laki-lakinya Fuuma sedang duduk di sebuah toko kue di tengah kota bersama Kanaria salah satu teman Emillie di dunia dalam kaca. Ternyata mereka tidak hanya duduk berdua, melainkan ada dua orang pria yang sedang menemani mereka, kedua pria tersebut mirip sekali dengan Fuuma serta Seishirou kakak laki-laki dari Emillie, hanya saja Seishirou yang ini seperti seorang pria perokok berat dan selalu memakai kaca mata hitam, sedangkan Seishirou kakak dari Emillie jarang tampak merokok dan memakai kaca mata berlensa putih, itupun dipakainya disaat tertentu saja. Dari tempat duduk mereka terlihatlah mereka berempat sedang membicarakan sesuatu dengan sangat serius hingga membuat Seishirou mematikan api rokoknya di dalam asbak. Beberapa menit selanjutnya Kanaria pergi meninggalkan ketiga pria itu, dia berjalan menuju tempat toilet wanita berada.

"Pacarmu?" Tanya Seishirou sambil tersenyum

"Bukan..hanya gadis penyihir yang tergila-gila padaku." Jawab Seishirou sang hunter tersenyum

"Ee...kami mengira pacarmu sebelumnya karena selalu bersamamu disetiap kali kita bertiga bertemu." Fuuma tersenyum kepada Seishirou sang hunter sambil mengaduk kopinya

"Seharusnya kau menujukkan gadis itu sebuah mimpi yang indah bukan untuk adikmu."

"Tidak ada yang lebih berharga dari seorang gadis penyihir yang dikutuk...bukankah itu menarik?"

"Benar...aku berharap bisa bertemu penyihir yang dikutuk itu..tetapi, mungkin diriku yang lain, yaitu adikmu Fuuma sang hunter akan membunuhku kalau aku berani menyentuh si penyihir tercinta...ya ampun sungguh menakutkan, bukan?" Fuuma tersenyum menyeringai kepada Seishirou sang hunter

"Ntahla...aku masih merasa bimbang..dia melakukannya untuk dirinya sediri ataukah memihak si vampir kembar."

Tak berapa lama keluarlah Kanaria dari arah toilet wanita, dia berjalan menuju meja Seishirou serta kembali duduk di kursinya dan mereka kembali membahas sesuatu yang telah tertunda akibat kanaria ke toilet barusan.