Jangan lupa baca author note di bagian paling bawah yaa

Kelopak mata kecil itu bergerak perlahan dengan lemah, perlahan-lahan terbuka dan menampilkan bola mata berwarna ungu kebiruan yang cantik. Tubuhnya terasa kaku dan lemas untuk di gerakkan. Baru setelah beberapa saat berlalu dia baru menyadari bahwa ada masker oksigen di wajahnya dan tangannya yang dipasangi selang infus.

'Aku masih hidup.' Pikirnya. Yang terakhir dia ingat adalah saat dimana dia tenggelam dan tak ada siapapun didekat kolam berenang untuk menolongnya.

Beberapa menit berlalu, dia masih terdiam karena tak bisa bergerak dengan leluasa. Selain itu sekujur tubuhnya terasa berat dan lemas hingga yang ia lakukan hanya berbaring disana. Ini adalah kamar miliknya, dia mengenal dengan baik setiap sudut ruangan yang dapat dia lihat sekarang.

Berselang beberapa waktu, pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok Chanyeol serta Sehun yang masuk kedalam sana dengan wajah lega.

"Selamat datang kembali, Marquin." Sehun duduk di pinggiran ranjang lalu memeriksa denyut nadi Baekhyun. Sementara Chanyeol berdiri tak jauh dari sana sambil bersedekap dada dengan ekspresi serius.

"Apa kau bisa menggerakkan tanganmu?" Tanya Sehun lembut, setelahnya Baekhyun berusaha mencoba mengangkat tangannya namun dia terlalu lemas untuk melakukan itu hingga dia hanya bisa sedikit menggerakkan jarinya. "Bisakah kau bicara?" Pertanyaan berganti, dan Baekhyun nyatanya hanya bisa membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

"Oke, tidak apa-apa. Dia hanya shock. Setelah beberapa waktu dia akan kembali normal." Kalimat itu Sehun tujukan bukan untuk Baekhyun, melainkan untuk Chanyeol yang menunggu kabar pasti tentang kondisi Baekhyun saat ini.

Saat Sehun kembali berbalik menatap Baekhyun, pria Oh itu mengusap kepala Baekhyun dengan lembut seraya berbicara, "kau tidak sadarkan diri selama seminggu setelah jatuh ke kolam berenang. Paru-parumu hampir terisi penuh oleh air. Tapi sekarang sudah tidak apa-apa meski kau membutuhkan bantuan masker oksigen untuk bernafas selama tidak sadarkan diri. Setelah kau membaik, aku akan membawamu check-up ke rumah sakit untuk memastikan kondisimu baik-baik saja."

Baekhyun yang tak bisa menjawab hanya mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan Sehun. Satu minggu adalah track record paling lama dia pingsan setelah tenggelam. Terhitung 4 kali dia tenggelam selama 2 tahun terakhir tinggal bersama Chanyeol. Yang pertama adalah ketika musim dingin setelah beberapa hari dia mulai tinggal di kediaman Park, saat itu dia tergelincir kedalam air yang hampir membeku hingga dia terkena hipotermia ringan. Kali kedua adalah saat dia hendak mengambil cetak biru yang tak sengaja terjatuh kedalam kolam yang sama hingga dia berakhir kembali masuk kedalam kolam berenang, beruntung saat itu sedang musim panas.

Selain itu Chanyeol juga selalu menempatkan pengawal lebih di sekitar kolam berenang, terkecuali kolam berenang kecil di taman yang dia kunjungi saat itu karena biasanya dia jarang pergi kesana. Oleh karena itu saat dia tenggelam tak ada seorang penjaga pun disana. Selain karena tempatnya yang berada cukup jauh dari kediaman utama, tempat itu juga bukan spot yang dia suka datangi. Beruntung saat itu Chanyeol datang sebelum dia benar-benar mengisi seluruh kapasitas paru-parunya dengan air kolam.

"Jangan khawatir, kau akan baik-baik saja." Sehun tersenyum kecil untuk menenangkan Baekhyun. Bagaimanapun juga momen sebelum kematian itu sangat menakutkan. Baekhyun sudah berpikir hidupnya akan berakhir didalam air sendirian seperti ibunya. Sangat menakutkan jika dia mengingat kembali apa yang telah terjadi padanya.

"Aku harus kembali ke rumah sakit. Dia akan segera pulih. Rekomendasi makanan untuk pemenuhan nutrisinya sudah kutitipkan pada sir Edgar. Jangan terlalu khawatir, sir." Saat itu Sehun berdiri lalu memasukkan stetoskopnya kedalam tas yang dia bawa. Dia terlihat berbincang bersama Chanyeol sebentar dengan suara kecil sebelum benar-benar meninggalkan ruangan. Kini yang ada didalam kamar itu hanyalah Chanyeol dan Baekhyun yang masih berbaring tanpa bisa melakukan apapun karena lemas.

Chanyeol tak mengatakan apapun, pria itu hanya menatap Baekhyun dalam diam hingga Baekhyun merasa dikuliti oleh tatapan Chanyeol yang menusuknya. Entah apa maksud pria itu namun jika Baekhyun bisa mengeluarkan suaranya sekarang dia akan berteriak pada Chanyeol bahwa dia sangat terganggu dengan tatapannya.

Mereka saling memelototi satu sama lain untuk beberapa saat sampai Chanyeol pergi begitu saja dari kamar Baekhyun tanpa kata. Begitulah akhir pertemuan mereka untuk hari ini karena setelahnya Chanyeol tidak datang menemuinya lagi sampai dia tertidur di malam hari.

Missouri •

Hari-hari berlalu setelah Baekhyun sadar dari koma singkatnya. Kini dia telah sepenuhnya pulih dan bisa kembali seperti Baekhyun sebelumnya. Ekspresi sinis yang menjadi ciri khas nya kini telah kembali bersama dengan mulut tanpa filter yang selalu mengeluarkan kata-kata pedas seolah sudah di program begitu sejak awal.

Kali ini Baekhyun mengikuti saran Luhan bahwa dia boleh mengatakan kemana dia ingin pergi pada Rudan. Sudah sejak lama dia ingin pergi ke Gateway Arch yang menjadi monumen ikonik dari Missouri. Meskipun selama 9 tahun dia hidup di Missouri, tak pernah sekalipun dia pergi ke tempat itu karena satu dan berbagai alasan.

"Apa kau tidak risih setiap kali pergi diikuti oleh mereka?" Lisa menatap Baekhyun dari ujung matanya. Suaranya yang pelan dan berbisik-bisik menunjukkan bahwa gadis itu tidak mau orang-orang yang mengawal mereka di belakang sana mendengarnya.

Saat Baekhyun mengatakan bahwa dia ingin pergi ke Gateway Arch, saat itu Rudan sedang tidak berada di rumah. Pria itu tentu saja bekerja seperti biasanya. Jadi Rudan tak dapat menemani Baekhyun pergi ke Gateway Arch dan sebenarnya Baekhyun pun lebih senang mengajak Lisa daripada pergi dengan Rudan.

"Entahlah." Baekhyun hanya menjawab pertanyaan Lisa dengan gedikan bahu. Cuaca pagi hari yang masih terasa sejuk membuatnya dengan leluasa berjalan kesana-kemari untuk melihat-lihat. 2 tahun hidup sebagai bagian dari Park membuat dia secara tak sadar terbiasa dikawal layaknya keluarga presiden. Sudah bukan hal yang tabu lagi.

"Kalau aku jadi kau, aku sudah membuat onar." Ujar Lisa dengan tawa kecilnya.

"Sudah sering terjadi."

Lisa terdiam sejenak. Otak kecilnya berpikir cepat untuk sesaat sebelum menatap Baekhyun penuh maksud, "mau bersenang-senang sebentar?" Tanyanya dengan senyum mencurigakan.

"Bagaimana cara-"

"Tolong! Ada penculik!" Tahu-tahu gadis kecil itu berteriak kencang hingga orang-orang yang berlalu lalang disana melihat ke arah para pengawal yang Lisa tunjuk dengan jari kecilnya. Petugas keamanan yang kebetulan berada didekat sana pun langsung menghampiri mereka dan kesempatan itu dijadikan Lisa untuk lari dengan menarik tangan Baekhyun.

Pria-pria yang mengawal mereka memang terlihat berwajah kriminal dan patut dicurigai sehingga petugas keamanan membuat mereka kewalahan. Sementara itu Lisa dan Baekhyun yang sudah berlari menjauh dengan tawa kenakalan yang lepas di udara pun berusaha mencari tempat untuk bersembunyi sesaat karena tak akan lama setelah ini para pengawal itu pasti dapat menemukan mereka.

"Kau gila, bitch." Baekhyun mengatakannya dengan tawa tak habis pikir seraya terengah-engah karena lelah.

"Tak apa untuk membuat keributan sesaat demi kesenangan. Aku pun sering melakukan hal-hal gila jika ayah menyuruh bawahannya untuk mengawasiku." Gadis kecil berambut pirang itu duduk di trotoar sejenak dengan nafas payah. Meski begitu senyum puas terpampang di wajahnya yang cantik.

Mereka berlari sampai ke daerah yang ditandai sebagai daerah kontruksi. Tempat ini cukup ramai dengan orang-orang yang berlalu lalang karena tempat kontruksinya berada ditengah gedung-gedung perkantoran. Suara berisik dari alat-alat kontruksi terdengar bergaung disana hingga Baekhyun merasa tidak nyaman dan mengajak Lisa untuk pergi dari tempat itu.

"Ayo pergi mencari tempat bagus." Baekhyun mengulurkan tangannya pada Lisa untuk membantu gadis itu kembali berdiri dan langsung disambut dengan ceria olehnya.

Mereka berlarian kecil di trotoar, menyusuri daerah kontruksi yang dibatasi oleh penghalang setinggi 3 meter. Tawa dari Lisa maupun Baekhyun membuat mereka terlihat sangat akrab. Lisa berlarian lebih dulu dengan menghadap Baekhyun yang mengikuti di belakangnya hingga dia tidak melihat ke arah depan.

"Lisa, watch out!" Namun peringatan Baekhyun terlambat. Gadis itu lebih dulu menabrak dengan keras mobil yang terparkir di samping trotoar, menyebabkan kaca spion mobil itu patah dengan Lisa yang tersungkur di trotoar sambil mengaduh sakit. "Gadis pembuat onar." Baekhyun berdecak lalu membantu Lisa berdiri setelahnya.

"Hei! Apa yang kalian lakukan?!" Seorang pria Amerika dengan setelan kantornya berjalan cepat ke arah mereka dengan mata melotot marah. Hal itu membuat Baekhyun maupun Lisa berjengit kaget dan berbalik untuk kabur, sayangnya pria itu lebih dulu menangkap kerah baju mereka berdua dari belakang hingga mereka tak bisa kabur.

"Beraninya kalian merusak mobil orang dan hendak kabur!"

"Maaf, tuan. Saya tidak sengaja." Lisa menunduk takut, begitupun Baekhyun yang tak bisa berkata-kata.

"Apakah kata maaf akan mengembalikan keadaan mobilnya seperti semula?!" Lagi-lagi pria itu berteriak marah hingga kedua anak berusia 9 tahun itu takut. "Dimana orang tua kalian?" Pria itu bertanya, namun tak satupun dari mereka menjawabnya hingga pria itu murka, "kalian tidak mau menjawab hah?! Kalau begitu aku akan membawa kalian ke kantor polisi!"

"Tidak! Tidak! Tuan maafkan saya! Saya sungguh tidak sengaja!" Lisa berteriak panik namun pria itu tetap menyeret mereka dengan kesal.

"Jason! Ada apa ini?"

Pria bernama Jason itu berhenti, lalu berbalik dan menatap pria lain yang memanggilnya dengan sopan, "maaf, sir. Kedua anak ini telah membuat kerusakan pada mobil anda."

"Saya tidak sengaja, tuan! Saya bersumpah!" Lisa menatap orang itu dengan memelas. Wajah pria Asia yang tampak dingin itu membuatnya takut, namun dia tak punya harapan lain selain memberikan tatapan memelas.

"Kami minta maaf, sir. Kami akan menggantinya." Baekhyun yang masih menunduk membungkuk sopan hingga Lisa menatapnya dengan kaget.

"Quin, tapi itu kesalahanku."

"Tidak apa-apa, Lis. Uang jajan yang diberikan Rudan lebih dari cukup untuk menggantinya." Baekhyun berbisik kecil.

Sementara itu pria Asia pemilik mobil masih diam hingga Lisa menelan ludahnya gugup. Dia benar-benar telah membuat masalah kali ini.

"Tidak apa-apa. Kalian tidak usah menggantinya. Aku tahu kalian pasti tidak sengaja." Diluar dugaan, pria itu tersenyum kecil, wajah datarnya yang terkesan dingin sudah berubah menjadi wajah ramah yang menyenangkan. Hal itu membuat Baekhyun mendongakkan wajahnya dengan cepat, lalu mata mereka berdua bertatapan dan membuat Baekhyun terpaku. Mata itu, warna mata yang sama dengan miliknya. Sama persis sampai-sampai bulu kuduknya berdiri.

Pria itu pun sama terkejutnya. Dia menatap mata Baekhyun dengan dalam untuk beberapa saat seolah terpana dengan kesamaan yang mereka miliki. Saat menatap mata anak itu dia merasa seolah dia menemukan sesuatu yang tak bisa dia gambarkan, rasanya seperti ketika dia menatap seseorang yang sudah lama tidak dia lihat.

"Terimakasih, tuan."

Dia tersadar kemudian ketika mendengar suara gadis kecil di hadapannya, lantas dia berdeham kecil, "kalian tidak usah khawatir tentang kerusakan kecil itu. Aku Andrew Choi, bisa aku tahu siapa nama kalian?"

Baekhyun mematung, tubuhnya kaku dengan degupan jantung yang tiba-tiba kencang, tangannya bahkan gemetar samar dan terasa sangat dingin ketika mendengar sebuah nama yang terucap dari bibir pria itu. Mata Baekhyun dengan tajam menatap wajah itu lekat-lekat seolah menghafal setiap lekuk wajah pria yang belakangan diketahui sebagai ayah kandungnya. Sangat ironis mengingat pria itu bahkan tak tahu bahwa dia adalah darah dagingnya.

"Namaku Lisa Dwayne, dan ini temanku Marquin Park." Lisa masih tersenyum lebar tanpa menyadari perubahan ekspresi Baekhyun yang menjadi kelam.

"Terimakasih atas kemurahan hati anda, tuan. Kami permisi." Lalu dengan cepat Baekhyun menarik tangan Lisa dan berbalik pergi dengan langkah terburu-buru.

"Ada apa denganmu, Quin? Paman itu sudah sangat baik membiarkan kita." Langkah Lisa yang mengimbangi Baekhyun tampak tergopoh-gopoh karena Baekhyun berjalan begitu cepat hingga dia kewalahan.

"Aku tidak suka dengannya." Hanya itu yang Baekhyun katakan tanpa alasan lain. Kendatipun begitu Lisa tidak bertanya lebih lanjut karena Baekhyun terlihat sedang tidak berada dalam suasana hati yang baik saat ini.

Disisi lain, Andrew yang merasa ada sesuatu dibalik Marquin Park yang membuatnya penasaran pun menatap kepergian 2 anak Asia itu dengan kening berkerut, "Jason. Selidiki tentang anak laki-laki bernama Marquin Park itu."

"Yes, sir."

Missouri •

"Jadi kau yang membuat keributan di kasino ku." Chanyeol menatap tajam pria yang bersimpuh di sudut ruangan dengan tubuh gemetar ketakutan ketika melihat Chanyeol yang tengah mengelap pistol di tangannya menggunakan sapu tangan putih.

"Sa-saya akan membayar utang saya, tuan. Jadi to-tolong biarkan saya hidup."

Chanyeol menyeringai tipis, dia melempar sapu tangan dengan bercak darah itu ke arah belakang hingga Kris menangkapnya dengan baik lalu memainkan pistolnya seolah tengah mempermainkan nyawa pria yang tersudut itu.

"Lalu dengan apa kau akan membayarnya? Aset kekayaanmu yang tidak seberapa itu bahkan tidak bisa membayar setengah dari jumlah utangmu di kasino ku." Wajah Chanyeol yang mendongak dengan bayangan dari lampu remang didalam penjara membuatnya terlihat sangat angkuh dan bengkis tatkala safirnya yang berkilau menatap pria yang dia hakimi saat ini.

Tempat ini adalah penjara bawah tanah Griffin yang terletak di hutan tepat di belakang istana Griffin. Pintu masuknya berasal dari salah-satu pintu rahasia yang terletak di markas Griffin yang ada di bawah tanah paviliun, disambungkan oleh lorong besi panjang seperti terowongan kereta bawah tanah. Tempat ini adalah salah satu tempat misterius di kediaman Griffin yang tidak Baekhyun ketahui keberadaannya, tempat eksekusi, tempat menahan orang-orang yang bermasalah dengan Griffin. Baekhyun memang tahu tentang keberadaan markas Griffin yang bak pangkalan militer tersembunyi di bawah tanah mansion, namun Baekhyun tidak tahu ruangan-ruangan apa saja yang tersembunyi didalam sana. Bahkan hanya sebagian orang-orang dari internal Griffin yang mengetahui keberadaan ruangan rahasia didalam markas.

"Hanya sepetak rumah di distrik yang berdaya jual biasa, mobil pickup tua, dan bahkan didalam rumah tak ada barang yang berharga."

Pria itu pucat pasi saat Chanyeol menyebutkan 'properti' miliknya. Tangannya yang terikat di belakang mengepal gugup dengan keringat dingin yang bercucuran di wajahnya.

"Sir.." Kris memanggil dengan suara yang cukup pelan dan menggantung, dia mendekat ke arah Chanyeol berdiri dan berbisik di telinga Chanyeol seraya menunjukkan layar ponselnya. "Marquin telah kembali." Begitu suara yang dia bisikkan di telinga Chanyeol.

Setelah itu Chanyeol menyimpan dengan apik pistol silver di tangannya ke belakang ikat pinggang, membuat pria yang dihakimi bisa menarik nafas lega karena dia berpikir nyawanya selamat dari dewa kematian Griffin.

"Sita semua kekayaannya besok." Kalimat itu Chanyeol katakan sambil berbalik pergi. Pria pengutang yang terkejut dengan keputusan Chanyeol langsung gelagapan dan bergumam samar dengan menyedihkan, "rumahku.. mobilku.." begitu katanya.

"Lalu harus ku apakan dia, master?" Tanya Kris ketika Chanyeol berlalu melewatinya.

"Urus sewajarnya saja."

Saat Chanyeol berada di ambang pintu keluar sel tahanan, pria pengutang itu mendongak dengan cepat dan menggebu-gebu, "anda bisa membawa anak perempuanku sebagai gantinya! Dia sangat cantik dan masih berusia 16 tahun. Terserah mau anda apakan! Ku jamin dia masih perawan."

Langkah Chanyeol terhenti. Untuk beberapa saat dia terdiam sampai-sampai pria pengutang itu berpikir bahwa tuan Park sedang mempertimbangkan tawarannya. Punggung tegap Chanyeol kemudian berbalik perlahan, wajah dinginnya kini terlihat dengan sorot mata bengis tanpa ampunan, "aku berubah pikiran. Urus sampah itu dengan benar."

Lalu pintu besi sel tahanan tertutup dengan keras, meninggalkan pria pengutang bersama Kris yang menyeringai kejam disana. Setelahnya hanya ada permohonan ampunan yang membabi buta sebelum suara mengenaskan itu dibisukan oleh satu hantaman peluru timah yang panas dari selongsong pistol Kris.

Missouri •

Cuaca diluar rumah seperti biasa, panas menyengat dan membuat cepat berkeringat. Baekhyun yang baru saja pulang dari Gateway Arch setelah bertemu secara kebetulan dengan sosok ayah yang tak ia kenal selama ini langsung menuju ke dapur dan membuka kulkas lebar-lebar, lalu dia duduk didepannya dengan mulut terbuka dan mata yang terpejam.

Tak lama setelah itu terdengar suara derap langkah kaki yang asing mendekat kesana. Namun Baekhyun tak peduli dan masih duduk didepan kulkas yang terbuka seraya menikmati udara dingin yang keluar dari kulkas. Pendingin ruangan tidak terlalu membuat rasa panasnya hilang hingga dia memutuskan untuk melakukan hal itu.

Dulu saat tinggal bersama ibunya dia juga sering melakukan hal ini namun jika ibunya tahu ibunya akan mengomel padanya saat itu juga.

"Taeyong, tunggu." Langkah kaki lainnya terdengar dengan sedikit terburu-buru dengan penggilan yang membuat Baekhyun tahu bahwa pemilik langkah pertama adalah orang bernama Taeyong.

Letak kulkas yang terhalang oleh sekat pembatas antara dapur dan ruang lain membuat keberadaan Baekhyun disana tidak disadari oleh kedua pria yang baru saja datang itu hingga mereka melakukan obrolan selanjutnya.

"Apa aku mengenalmu?" Suara yang berbeda dengan nada sarkasme adalah yang selanjutnya terdengar oleh Baekhyun. Itu pasti suara lawan bicara yang tadi namanya dipanggil; Taeyong.

"Tae, apa kita harus seperti ini?"

"Dengar ya, Jung Jaehyun. Kita sudah lama berpisah jadi tolong kau ingat bahwa kita sudah tidak memiliki hubungan apa-apa yang mengharuskan aku untuk bersikap baik padamu!"

Baekhyun tertegun, dia merasa bersalah tapi tidak tahu harus bagaimana karena tak ada jalan keluar dari dapur selain melewati 2 orang itu. 'Apa ini sesuatu yang boleh kudengar?' Pikirnya untuk mengurangi rasa bersalah.

"Bukannya keterlaluan jika kau selalu menghindariku seperti virus tiap kali kita berpapasan?" Suara Jaehyun terdengar putus asa. Intuisi 'sok tahu' Baekhyun mengatakan bahwa Jung Jaehyun itu masih memiliki sisa-sisa perasaan untuk Taeyong di hatinya, sementara pihak satunya lagi justru sebaliknya. "Apa salahku?"

"TOO MUCH TO SAY!"

Teriakan itu membuat Baekhyun terkejut dan secara refleks berdiri sampai tak menyadari keadaan sekitar hingga kepalanya terantuk pintu kulkas bagian atas sampai menimbulkan suara yang kencang. Baekhyun sendiri hanya terjongkok dan memegangi kepalanya dengan ringisan tanpa suara.

Taeyong dan Jaehyun yang juga mendengar suara kencang itu kemudian mendekat ke arah asal suara dan terkejut begitu mendapati seorang anak kecil bersimpuh didepan pintu kulkas yang terbuka sambil memegangi kepalanya.

"Tuan muda Quin?" Tanya Taeyong setengah terkejut.

Baekhyun yang merasa tertangkap basah saat ini tak punya pilihan lain selain memutar kepalanya ke arah Taeyong dan tersenyum kikuk, "aku baik-baik saja." Senyum yang jelas dipaksakan itu bertahan sampai Baekhyun menutup pintu kulkas dan bergegas pergi untuk menghindari tatapan Taeyong dan Jaehyun yang menatapnya penuh tanya. Baekhyun bahkan mengabaikan rasa berdenyut di kepalanya.

'Salah kalian melakukan obrolan seperti itu di sembarang tempat.' Dalam hati Baekhyun menggerutu. Dia berjalan cepat untuk kembali ke kamarnya dengan sedikit menunduk dan masih memegangi ubun-ubunnya yang menabrak pintu kulkas tadi. Saking cepatnya dia berjalan, dia sampai menabrak seseorang yang berpapasan dengannya karena tidak fokus ke arah depan dan terpental sendiri hingga terduduk di lantai karena orang itu besar.

"Aduh.. sial." Baekhyun bergumam jengkel. Denyutan di kepalanya masih ada, dan sekarang dia terpental ke lantai karena menabrak orang dewasa. Kesialan apa lagi yang akan dia lakukan hari ini.

Begitu Baekhyun mendongak untuk melihat siapa orang yang dia tabrak, dia langsung berdecih dan cepat-cepat berdiri sebelum orang itu menggapai dirinya untuk membantu.

"Perhatikan langkahmu." Suara berat itu mengalun rendah dengan santai namun penuh peringatan.

"Kau seharusnya menghindar saat tahu aku berjalan ke arahmu!" Alih-alih mengakui kesalahannya, Baekhyun justru berkilah dan berbalik memarahi Chanyeol yang baru saja bertabrakan dengannya.

Chanyeol yang sudah terbiasa dengan bantahan Baekhyun tak lagi memperpanjang, dia justru terfokus pada kepala Baekhyun yang anak itu pegangi sejak tadi, "ada apa dengan kepalamu?" Pria itu mendekat lalu tanpa permisi mengangkat tubuh Baekhyun dan mendudukkannya diatas kursi tinggi didekat meja bar yang sama tingginya di ruangan dengan sisi terbuka yang merupakan mini bar di kediaman Park, tepat di sebelah dapur.

"Aku tidak apa-apa!" Suara Baekhyun yang meninggi seperti biasanya tak Chanyeol hiraukan. Dia lebih memilih untuk mengecek kepala Baekhyun melalui rambut halus anak itu meski Baekhyun mati-matian menepis tangan Chanyeol.

"Kenapa kepalamu benjol? Kau berkelahi lagi?" Chanyeol kini menatap Baekhyun penuh penghakiman. Safirnya dengan lekat menatap galaksi kecil Baekhyun untuk meminta penjelasan setelah Baekhyun lelah menepis tangan Chanyeol yang tak juga pergi dari kepalanya.

"Siapa yang berkelahi?! Kapan aku berkelahi?! Sembarangan saja!" Suara kecil itu makin meninggi dengan alis menukik tajam. Seingatnya dia bukan pembuat onar macam itu.

"Lantas kenapa?"

Baekhyun menghela nafasnya jengkel, matanya berputar dengan kesal dan wajahnya berpaling untuk menghindari tatapan tajam dari safir milik Chanyeol, "aku hanya tak sengaja terantuk pintu kulkas, Park Chanyeol." Gaya bicaranya seperti orang dewasa meski ekspresinya merengut layaknya anak kecil yang merajuk karena tak ingin ditanya.

"Tck, ceroboh."

"Siapa yang kau sebut ceroboh?!" Lagi-lagi suara kecil itu meninggi seolah itu adalah kebiasaan. Baekhyun memelototi Chanyeol dengan pasti meski selalu berakhir dia lelah sendiri karena Chanyeol benar-benar seperti batu besar yang tak bergerak dan tak bereaksi. Beradu tatap dengan Chanyeol sama halnya seperti bertatapan dengan kucing, sangat melelahkan dan membuatnya jengkel sendiri karena kucing jarang berkedip dan tidak mudah diinterupsi.

Baekhyun mendengus lalu hidungnya merasa tergelitik dan dia tak bisa lagi menahan bersin hingga dia melakukannya sebanyak 3 kali berturut-turut sampai hidungnya merah dan sedikit berair. Tak cukup sampai disitu, beberapa saat kemudian kejadian itu terulang dan membuat Baekhyun bertambah jengkel karena dia bersin berkali-kali.

"Kau diam didepan kulkas lagi, Marquin Park?"

"Bukan urusamu, ibu!" Jelas-jelas Baekhyun mengejek saat dia memanggil Chanyeol dengan sebutan ibu. Dia risih saat Chanyeol memperhatikannya secara berlebihan. Dia lebih suka Chanyeol mengabaikannya dan menganggapnya hanya anak yang menumpang tinggal disana untuk beberapa tahun kedepan. Jika begitu mungkin akan lebih baik baginya.

"Berapa kali sudah kukatakan jika kau merasa gerah turunkan saja suhu pendingin, jangan berdiam diri didepan kulkas."

"Aargh! Berisik! Jangan seperti ibuku!" Baekhyun mengerang frustasi. Chanyeol sama saja dengan ibunya yang selalu melarang dia melakukan ini dan itu. Menjengkelkan.

"Lihat yang terjadi. Kau flu. Keras kepala!" Punggung tangan Chanyeol menyentuh dahi Baekhyun yang mulai terasa hangat dan seperti biasa Baekhyun akan memukul tangan itu karena dia tidak suka Chanyeol menyentuhnya.

"I'm fine, okay?" Baekhyun lelah, dia hanya ingin berbaring di tempat tidurnya saat ini. Jadi dia segera turun dari kursi kayu yang tinggi itu dan berjalan pergi begitu saja. Namun baru 3 langkah yang dia ambil, suara Chanyeol sudah menginterupsinya dan memaksanya untuk berbalik sebal.

"Apa aku mengizinkanmu pergi?"

"Tsh! Can I go, Mr. Park?"

"No! Comeback and sit down!"

Baekhyun ingin berteriak. Namun dia hanya menghela nafas dan kembali ke kursi tingginya dengan perasaan jengkel yang sudah berada di ujung lidahnya. Sekali lagi Chanyeol memancingnya, maka pasti caci maki akan keluar dengan ringan dari mulutnya.

"Apa kau tidak mau mengakui sesuatu hari ini?" Safir mafioso muda itu tak berkedip saat menatap Baekhyun yang selalu pura-pura tidak melihatnya. Dia sudah cukup sabar menghadapi sifat Baekhyun yang seenaknya selama ini. Saat Baekhyun cukup besar nanti, dia akan mulai mengajari anak itu tata krama dan rasa hormat kepada orang yang lebih tua. Chanyeol bahkan terkadang mempertanyakan bagaimana Baekhyun bisa menjadi putra dari seorang wanita ramah seperti Kwon Yuri.

"Apa yang harus ku akui? Aku tidak melakukan apapun." Tangan Baekhyun bersedekap didepan dada, sikapnya yang kelewat congkak itu membuat Chanyeol ingin menyentil telinganya sesekali.

"Pengawal melaporkan semuanya padaku."

Sikap percaya diri Baekhyun memudar. Dia terlihat gelagapan ketika baru mengingat apa yang sudah dia lakukan dengan Lisa tadi sampai-sampai secara tidak sengaja dia bertemu dengan Andrew Choi, "cih, pengadu." Gumamnya.

"Jadi?"

"Apa? Kau ingin aku minta maaf?" Baekhyun menatap Chanyeol jengah dan Chanyeol balas menatapnya tajam, "baiklah.. baiklah.. aku minta maaf. Aku hanya bersenang-senang sedikit." Baekhyun meringis saat mengatakan kata terakhirnya seraya melirik Chanyeol yang masih menatapnya tajam.

Disaat-saat itu, Baekhyun kembali bersin dan membuat Chanyeol mendekatkan wajah tampannya itu ke arah Baekhyun sampai membuat Baekhyun risih dan gelagapan, "apa yang kau lakukan?!"

"Katanya flu akan cepat sembuh jika ditularkan ke orang lain." Chanyeol mengatakannya dengan santai saat hidungnya dan Baekhyun nyaris bersentuhan. Chanyeol dengan tatapan datarnya dan Baekhyun dengan tatapan risihnya.

"Mana ada seperti itu!"

Beruntungnya Baekhyun karena saat itu ada seseorang yang berdeham jauh di belakangnya hingga Chanyeol perlahan menjauhkan kembali wajahnya tanpa reaksi berlebih. Baekhyun memutar kepalanya dan melihat orang itu adalah Kris, jadi dengan terburu-buru dia meloncat dari kursi kemudian berlari meninggalkan tempat itu sebelum Chanyeol kembali memanggilnya.

"Aku sudah membereskannya. Sisanya diurus oleh bagian kebersihan." Kris masuk ke bagian dalam mini bar, lalu menuangkan sampanye dan koktail yang dilengkapi buah blackberry dan beberapa balok es kecil. Dia menyediakan 2 gelas, namun untuk gelas lainnya Kris mengisinya dengan campuran vodka, jus lemon serta jus tomat. Gelas yang terakhir itu dia berikan untuk tuannya.

"Malam ini beberapa tamu VIP akan datang ke kasino. Jadi sebaiknya anda menyambut mereka, sir."

Chanyeol memiliki kasino terbesar di Saint Louis, orang-orang menyebutnya surga dunia. Betapa mewahnya kasino itu sampai-sampai bangunannya berdiri kokoh seperti istana kerajaan. Kasino itu berbeda dengan kasino yang ada di bangunan kembar 3 nya. Kasino yang memikat orang selama 24 jam penuh itu selalu ramai pengunjung. Baik itu dari kalangan rakyat biasa maupun dari kalangan aristokrat. Tidak sedikit orang yang terlalu terbuai oleh permainan uang didalam kasino hingga mereka pada akhirnya berutang besar pada Chanyeol dan beberapa diantaranya berujung dengan maut. Chanyeol bukan manusia belas kasih yang akan membiarkan orang-orang yang berutang padanya hidup dengan tenang.

"Cih, merepotkan." Chanyeol berdecih, lalu meneguk Bloody Mary nya dengan tenang.

Sementara itu Kris hanya terkekeh. Salah satu sikutnya bertumpu pada meja bar dengan tubuh yang sedikit menghadap ke arah Chanyeol. Dia menatap tuannya beberapa saat dengan lekat sampai-sampai Chanyeol risih dan membalas tatapan mata hitam legam Kris dengan safirnya yang tajam, "katakan." Sebuah perintah keluar dari mulut Chanyeol. Dia tahu Kris ingin mengatakan sesuatu padanya saat ini meski pria itu nampak ragu untuk berucap.

Detik-detik berlalu dengan hening dan Kris masih terdiam untuk mempertimbangkan apakah dia harus terus terang berbicara tentang apa yang kepalanya pikirkan atau dia hanya harus diam. Namun jelas-jelas tuannya telah menyuruhnya untuk buka mulut hingga Kris dengan ragu mengucapkannya, "apakah anda memiliki perasaan yang lain untuk Marquin?"

Chanyeol yang masih memegang gelas alkoholnya tak langsung menjawab. Pria kepala 2 itu lantas menghabiskan Bloody Mary nya dalam sekali teguk lalu menyimpan gelasnya diatas meja bar dengan hentakan hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring. Safirnya yang menatap lurus kedepan tak berkedip sedikitpun, "tak ada perasaan seperti itu. Dia hanya anak-anak, hubungan terdekat yang bisa aku dan dia miliki adalah keluarga. Aku hanya mencoba lebih dekat dengannya." Kalimat-kalimat yang terucap dengan tenang tersebut membuat pikiran negatif Kris yang sebelumnya hilang. Chanyeol tak berusaha menyangkal dengan keras, sebaliknya pria itu berucap seolah tak ada masalah dan itu menunjukkan bahwa apa yang pria itu katakan adalah kebenaran yang mutlak.

"Syukurlah. Aku sempat berpikir anda pedofil."

"Sekali lagi kau mengatakannya kau akan mati."

Alih-alih merasa takut, Kris justru hanya tertawa kecil dan menghabiskan sampanye nya. Jika dipikir ulang, pertanyaannya sangat konyol karena bagaimanapun selama ini Chanyeol menunjukkan kasih sayangnya pada Baekhyun layaknya seorang pengganti orang tua, tak lebih dari itu. Dia bukan orang tidak waras yang mempunyai perasaan semacam itu untuk anak dibawah umur.

Missouri •

Baekhyun berdiri didepan cermin, dia menatap dirinya lekat-lekat, mencoba mencari di sudut mana dia mempunyai kemiripan dengan pria bernama Andrew Choi itu. Tapi dia tak menemukannya. Yang dia tahu hanya warna bola mata mereka yang sama persis.

Apa alasan Mom menyembunyikan fakta bahwa ayah kandungku masih hidup? Pertanyaan itu selalu menghinggapi benaknya sejak dia tahu fakta mengejutkan mengenai Andrew Choi.

Pria itu adalah golongan konglomerat seperti Chanyeol. Sementara ibunya hanyalah seorang dokter hewan yang membuka klinik kecil di jalan protokoler Saint Louis. Tak ada hal lain yang bisa dia pikirkan sekarang selain kesimpulan bahwa dia adalah anak yang tidak diinginkan atau hasil kecelakaan. Tapi bagaimana mereka bisa saling mengenal?

Baekhyun benci fakta bahwa ibunya telah berbohong. Pun dia benci fakta bahwa orang yang merupakan ayahnya itu tidak mengetahui eksistensi kehidupannya selama ini.

Suara pintu yang diketuk lembut beberapa kali kemudian terdengar hingga Baekhyun tersadar dari lamunannya dan meninggalkan bayangannya di cermin. Dia duduk di pinggiran ranjang dan memainkan ponsel seolah tengah sibuk dengan itu sebelum menyahuti ketukan pintu, "masuk!"

Handel pintu diputar dan pintu terbuka dengan pelan, menampilkan sosok Sehun yang langsung tersenyum ramah pada pemilik kamar, "aku akan pergi ke apartemen Kyungsoo, kau mau ikut?" Bahu Sehun bersandar di kusen pintu kamar Baekhyun tanpa masuk lebih dalam. Baekhyun yang masih pura-pura sibuk dengan ponselnya masih diam dengan raut wajah berpikir seolah tengah mempertimbangkan ajakan Sehun, "aku sudah minta izin pada Rudan."

"Bukan itu yang aku pikirkan!" Suara Baekhyun meninggi dengan kesal untuk menyangkal pernyataan Sehun hingga Sehun terkekeh sendiri dibuatnya, "baiklah! Ayo pergi!" Meski begitu Baekhyun tetap ikut bersama Sehun dengan merajuk.

Ini adalah kali pertamanya pergi ke tempat tinggal Kyungsoo. Dan ternyata tidak sejauh bayangannya. Tempatnya terletak di pusat kota St. Louis. Sehun berkata apartemen Kyungsoo memiliki pemandangan kota yang bagus saat hari mulai gelap. Baekhyun mengerti kenapa seperti itu karena selain gedungnya terletak di pusat kota, letak apartemen Kyungsoo yang berada di lantai tertinggi pun mendukung hal tersebut.

"Apa tidak apa-apa masuk begitu saja?" Tanya Baekhyun ketika Sehun memencet beberapa digit angka di pintu masuk apartemen Kyungsoo.

"Santai saja." Pria berkulit putih susu itu tampak sudah terbiasa keluar masuk ke tempat ini seolah itu adalah rumahnya sendiri.

Begitu pintu terbuka, Baekhyun yang pertama kali masuk dengan penuh semangat, anak itu melempar sepatunya begitu saja didepan pintu dan memakai sandal rumah Kyungsoo yang kebesaran. Dia melirik kesana kemari untuk mengamati setiap sudut yang ada. Apartemennya sangat rapi dan tertata hingga Baekhyun harus berdecak kagum. Selain itu apartemen ini tergolong sangat mewah untuk ukuran mahasiswa seperti Kyungsoo. Wajar saja karena lelaki itu bekerja dibawah Griffin.

Ketika semakin masuk kedalam, nuansanya semakin remang karena hanya ada cahaya dari luar dinding kaca yang masuk kedalam. Maka dari itu Baekhyun berinisiatif untuk mencari saklar lampu. Jadi dia terus menelurusi isi apartemen Kyungsoo sampai dia mendengar suara-suara aneh yang samar.

Suaranya terdengar seperti erangan menahan sakit atau semacamnya. Tanpa menaruh curiga apapun Baekhyun hanya mengikuti dimana arah suara itu berasal. Siapa tahu Kyungsoo terluka, pikirnya. Langkahnya terhenti didepan ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Saat Baekhyun mengintip dari celah itu, betapa terkejutnya dia melihat apa yang ada didalam sana.

Di lain tempat pada waktu yang sama, Sehun yang masih membuka sepatunya dengan santai sekaligus merapikan sepatu yang Baekhyun lempar tadi kini mulai mengerutkan keningnya kala melihat sepatang sepatu berukuran lebih besar yang tersimpan rapi didalam rak sepatu. Matanya menyipit sejenak sebelum akhirnya dia panik sendiri dan terburu-buru masuk kedalam apartemen untuk menemukan Baekhyun.

'Itu sepatu Kai! Gawat jika Baekhyun sampai melihat hal yang tidak-tidak!' Sehun berteriak dalam benaknya. Namun ternyata kekhawatirannya sudah terjadi. Benar saja Baekhyun telah melihat hal yang tak seharusnya dia lihat dan hanya mematung didepan salah satu kamar yang ada di apartemen Kyungsoo. Dengan panik Sehun menutup mata Baekhyun dan menariknya menjauh dari ruangan itu. Sehun bahkan membawa Baekhyun keluar dari apartemen Kyungsoo dengan terburu-buru.

Pada akhirnya mereka berakhir duduk di kafe yang tak jauh letaknya dari gedung apartemen Kyungsoo. Baekhyun masih diam sampai detik ini dengan tatapan kosong tanpa minat seolah mengasihani nasibnya. Bahkan saat Sehun bertanya apa yang Baekhyun ingin pesan pun anak itu hanya diam seakan-akan dia berada di dunia lain sendirian.

"Quin.. lupakanlah apa yang kau lihat." Sehun mengaduk milkshake vanila nya menggunakan sedotan tanpa ada niatan untuk meminum itu. Dia masih menatap Baekhyun khawatir, memastikan bahwa anak itu tidak benar-benar shock berat karena kejadian tadi.

"How? How I can, doctor Oh?" Baekhyun akhirnya buka mulut. Mata galaksinya menatap Sehun jengah. Dia merasa frustasi hari ini, dimulai dari bertemu dengan Andrew Choi, mendengar obrolan Taeyong dan Jaehyun, lalu sekarang dengan tidak sengaja melihat hal yang tak seharusnya dia lihat.

"Just forget it." Bahu Sehun terangkat dengan ragu. Dia tahu hal itu tak akan mudah. Terlebih di usia anak-anak seperti Baekhyun, kejadian yang mengguncang batin pasti akan sangat melekat di ingatan.

"I.. I just.. I just can't believe that!" Baekhyun mengerang frustasi. Dia lantas menumpukan kedua sikutnya diatas meja dengan jari-jemari yang menjambak rambutnya sendiri. "Kyungsoo has a girlfriend, right?" Tanyanya untuk memastikan dengan ekspresi berkerut.

"Yeah.. I think-"

"And then, why he... with Jongin?" Untuk sekedar mengatakannya pun Baekhyun kehabisan kata-kata. Dia benar-benar tak percaya atas apa yang telah dia lihat. Sementara itu Sehun justru menahan tawanya karena pelafalan Baekhyun saat mengucap nama Jongin terdengar seperti 'junk in'.

"You mean.. gay?"

"No. That isn't a point." Baekhyun menyangkal dengan cepat karena memang bukan itu yang sebenarnya dia permasalahkan, penyuka sesama bukan hal yang tabu di tempatnya tinggal, jadi itu tidak terlalu mengejutkan batinnya meski dia awalnya berpikir Kyungsoo adalah laki-laki dengan orientasi seks normal "I mean.. Kyungsoo has a girlfriend. But he did something wrong with Jongin. That's mean he was cheated his girlfriend, right?"

Kali ini Sehun benar-benar terkekeh, "kupikir kau terkejut karena hubungan sesama mereka. Ternyata kau mempermasalahkan itu?"

"Not really. Apa yang kulihat juga sebuah masalah, tapi keadaan bertambah buruk karena Kyungsoo melakukannya saat dia punya pacar. Pacar perempuan. Garis bawahi itu!"

"Ada banyak hubungan rumit di dunia ini, Quin. Saat kau sudah dewasa nanti kau akan mengerti." Senyum kecil Sehun berhasil membuat Baekhyun tak lagi berkomentar. Dia hanya diam dan mengalihkan pandangannya tanpa berkata apapun. Mungkin yang Sehun katakan benar, dia akan mengerti saat dia lebih dewasa nanti. Meski begitu sikap Kyungsoo yang bermain api di belakang kekasihnya tetap saja bukan sesuatu yang harus dibenarkan.

"But Kyungsoo still cheating, right?"

Missouri •

Hari H perayaan hari jadi Griffin Company datang dengan cepat. Perayaan megah itu berlangsung di aula pesta hotel Greef & Phee yang merupakan hotel mewah bintang 5 milik Griffin Company di Saint Louis. Baekhyun bahkan datang ke perayaan itu dengan antek-antek Griffin.

Tanpa diketahui oleh khalayak umum, banyak mata Griffin yang mengawasi saat pesta berlangsung. Pengamanan pun diperketat. Hanya orang-orang dengan undangan khusus dari Griffin Company yang boleh masuk ke pesta itu. Wartawan bahkan bertumpuk di red carpet yang digelar di halaman luas Greef & Phee. Sementara itu hanya ada beberapa wartawan dari stasiun tv ternama yang diperbolehkan memasuki aula pesta.

Berbagai tamu kehormatan satu persatu datang kala jam menunjukkan pukul 7 malam. Setelan glamor mereka yang tak ingin kalah satu sama lain terlihat sangat mewah ketika disorot oleh lampu kamera para wartawan. Pesta elit itu secara tidak langsung mereka jadikan sebagai ajang untuk pamer kekayaan dan kemewahan. Selain itu pesta malam ini juga tentunya akan dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis karena Rudan Park yang sulit di temui akan hadir secara langsung untuk memotong kue sebagai simbolis ulang tahun Griffin Company yang ke 11. Tamu-tamu yang diundang pastinya akan berlomba untuk mencari muka dihadapan penguasa kerajaan Griffin demi melancarkan hubungan bisnis mereka.

Chanyeol berangkat lebih dulu dengan alasan untuk menyambut tamu. Sementara itu Baehyun berangkat bersama Luhan yang sudah ditugaskan untuk menemani Baekhyun sampai ke tempat pesta.

"Setelan yang cocok denganmu, Quin." Luhan memuji dengan sepenuh hati saat melihat Baekhyun menuruni anak tangga dengan langkah-langkah elegan. Setelan jas putih dengan beberapa aksen hitam pun melekat dengan sempurna di tubuh kecil itu. Rambutnya yang ditata dengan gaya hair up membuat kesan sedikit lebih dewasa untuk ukuran anak 9 tahun. Baekhyun benar-benar sempurna seolah pesta malam ini tercipta hanya untuknya.

"Jadi apa kau sudah memberikan setelan itu untuk Chanyeol?" Sikut Baekhyun menyenggol-nyenggol tangan Luhan saat mereka berjalan bersama menuju halaman depan rumah Park. Ketika Luhan meliriknya, Baekhyun dengan sengaja memasang ekspresi menggoda bersama alisnya yang naik turun.

"Lihat saja nanti." Luhan yang enggan berbicara lebih banyak kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Baekhyun di belakangnya.

"Pakai topeng ini, akan lebih baik jika wajahmu tidak diketahui publik." Luhan menyerahkan topeng pesta berwarna biru gelap dengan kilauannya itu pada Baekhyun. Topeng itu Baekhyun terima tanpa banyak bertanya. Dia sendiri juga lebih nyaman jika wajah aslinya tidak diketahui publik apalagi sampai masuk ke berita di tv. Itu akan sangat tidak nyaman untuknya.

Mereka pergi dengan limosin mewah milik Park, lalu turun didepan red carpet hingga kini mereka menjadi sorotan, terutama Baekhyun yang dijuluki 'anak emas Griffin'. Para wartawan tentu saja antusias dengan sosok anak berusia 9 tahun yang jarang menampakkan diri ke acara-acara Griffin selayaknya pewaris takhta pada umumnya.

Begitu kakinya menginjak red carpet, seluruh kamera wartawan langsung terarah padanya seolah dia adalah pemeran utama dalam pesta ini. Atensi itu memang cukup berlebihan baginya, tapi tak ada yang bisa dia lakukan selain tetap melangkah dengan penuh percaya diri dan mengabaikan semua pertanyaan yang dilontarkan untuknya.

"Tuan muda, kenapa selama ini anda tidak pernah menampakkan diri dalam acara Griffin?"

"Bagaimana tanggapan anda mengenai pesta meriah malam ini, tuan Park muda?"

"Kenapa anda tidak berangkat bersama dengan Rudan Park?"

"Apakah benar kenaikan saham Griffin Company terjadi karena konfirmasi kehadiran anda dalam pesta kali ini?"

"Apakah benar anda sebenarnya merupakan anak diluar nikah Rudan Park?"

'Dunia kiamat jika itu benar'. Baekhyun hanya bisa mengatakannya dalam hati. Sebelum keluar dari mobil, Luhan sudah memperingatinya untuk tak menjawab satupun pertanyaan dari para wartawan sekalipun pertanyaan itu memancing emosinya. Jadi Baekhyun sudah membulatkan tekad untuk berpura-pura tuli saat ini dan tetap melangkah maju menuju aula pesta.

"Itu Jisung dan kawanan Griffin. Berbaurlah bersama mereka. Jangan pergi kemanapun sendirian, paham?" Jari Luhan menujuk ke arah sekelompok laki-laki yang berada di sebelah barat ruangan. Kesan mereka terlihat sangat berbeda dalam balutan jas resmi.

"Lalu kemana kau akan pergi?" Baekhyun menatap Luhan di balik topengnya. Dia hanya merasa risih jika harus berdekatan dengan Jisung yang jelas-jelas ingin akrab dengannya.

"Aku harus ada di samping master sebagai asistennya."

"Ya ya ya. Asisten." Nada bicara Baekhyun penuh dengan ejekan. Luhan tahu kemana arahnya namun dia tak terlalu menghiraukan Baekhyun dan mendorong punggungnya pelan untuk bergabung bersama sekelompok laki-laki yang tadi dia tunjuk.

"Topeng yang bagus, Quin." Jisung mengatakannya dengan senyuman jahil saat Baekhyun baru datang disana.

"Jangan meledekku!"

Tak berselang lama, seluruh atensi orang yang ada di aula pesta tertuju ke arah utara dimana sebuah panggung kecil di dirikan. Chanyeol ada di atasnya dengan segelas wine merah yang menggiurkan, dia terlihat sangat tampan juga berwibawa dengan rambut yang ditata rapi ke belakang hingga membuat wajah tampannya terlihat begitu nyata.

Orang-orang terkagum dengan paras tampan sang raja dari Griffin, berbeda halnya dengan Baekhyun yang justru mengernyit skeptis kala melihat setelan jas yang Chanyeol pakai bukanlah setelan yang Luhan hadiahkan.

Chanyeol memberikan sambutan singkat dengan wajah tanpa ekspresi. Karakter dinginnya yang khas seperti sudah di maklumi oleh semua orang hingga tak ada yang memberikan komentar sedikitpun saat Chanyeol berbicara tanpa keramah-tamahan.

"Maka dari itu, mari bersinergi bersama Griffin Company yang akan menjadi wajah masa depan industri." Tahu-tahu yang Baekhyun dengar Chanyeol sudah menutup kata-kata pidatonya dan mengangkat gelas wine hingga seluruh audiens ikut mengangkat gelas mereka untuk meneguk wine yang sudah di sajikan dengan gaya elegan.

"Tak kukira kau akan datang, Marquin."

Kepala Baekhyun menoleh ke belakang saat seseorang mengajaknya berbicara. Raut wajahnya langsung kaku ketika melihat Kyungsoo berdiri disana dengan satu potong cake di tangannya. Sejak kejadian di apartemen waktu itu, Baekhyun jadi merasa aneh dan canggung saat melihat Kyungsoo maupun Kai. Dia tidak terbiasa setelah melihat apa yang mereka lakukan tempo lalu.

"Untukmu." Kyungsoo memberikan potongan cake itu pada Baekhyun dan Baekhyun hanya menerimanya dengan canggung, "terimakasih." Ujarnya dengan suara pelan.

Saat mata Baekhyun bergulir ke arah lain, dia tak sengaja melihat Sehun berdiri agak jauh darinya, terlihat tengah bertukar cerita dengan Luhan hingga mereka berdua saling tersenyum satu sama lain. Bukan itu yang membuat Baekhyun tertegun, melainkan setelan yang Sehun pakai. Dia tak mungkin salah mengenali setelan itu karena dia sendiri yang memilihnya bersama Luhan di Merrion saat itu.

'Jadi dia tidak bohong saat berkata itu bukan Rudan.' Baekhyun termenung. Tidak disangka Luhan menyimpan perasaan seperti itu untuk Sehun meski jika dipikir ulang itu lebih masuk akal dibandingkan jika Luhan memiliki perasaan itu untuk Chanyeol. Setidaknya di mata Baekhyun, Sehun lebih beradab daripada tiran macam Chanyeol.

"Syukurlah matanya tidak buta."

Missouri •

"Sir.." Luhan memanggil Chanyeol dengan nada menggantung, suaranya tercekat ketika matanya menatap 2 orang yang berjalan dengan penuh percaya diri mendekat kearah mereka.

Chanyeol yang sedang berbincang dengan kolega nya kemudian mengikuti kemana arah mata Luhan tertuju dan rahangnya mengeras begitu tahu siapa orang yang berjalan semakin dekat ke arahnya itu.

"SirPark?" Pria itu, Andrew Choi, tersenyum simpul penuh makna saat langkahnya berhenti didepan Chanyeol.

"Apakah kita pernah bertemu?" Kepura-puraan adalah peran yang akan Chanyeol mainkan saat ini. Bagaimanapun Griffin tidak pernah berurusan dengan Alpha Centauri. Tamu-tamu di pesta ini pun pastinya merupakan kolega bisnis Griffin. Jadi kehadiran Andrew Choi dan sekretarisnya disini benar-benar diluar dugaan.

"Perkenalkan, aku Andrew Choi. Karena kita berasal dari negara yang sama, kau bisa memanggilku Choi Minho. Aku pemilik dari Alpha Centauri." Uluran tangan Minho disambut baik oleh Chanyeol. Mereka bertukar pandang untuk beberapa saat, saling menatap dengan tatapan yang sama-sama memiliki maksud lain bak predator yang bertemu dengan kompetitornya.

"Selama 11 tahun perusahaan ini berdiri, sepertinya Alpha Centauri tidak pernah ada di daftar persahabatan Griffin."

"Sepertinya kau mengenal satu-persatu wajah klienmu dengan baik." Minho tersenyum kecil. Chanyeol merasa pria Choi itu bukan pria yang mudah di hadapi setelah berhadapan langsung dengannya. Pria itu hanya warga sipil biasa yang tak terikat dengan dunia hitam sepertinya, namun entah bagaimana auranya sangat kuat dan mendominasi, tak bisa dianggap remeh. Auranya yang tak dapat diremehkan sedikit mirip dengan Baekhyun, hanya saja Baekhyun masih terlalu kecil dan belum sepenuhnya menyadari potensinya.

"Aku membeli undangan pesta seharga 2% saham Alpha Centauri." Minho mengatakannya untuk memberitahu Chanyeol bagaimana dia bisa masuk ke pesta ini. 2% saham Alpha Centauri adalah hal yang sangat berharga. Pengusaha manapun dengan tingkat kekayaan dibawah Alpha Centauri atau Griffin pasti akan menjual sebuah undangan pesta tanpa pikir panjang untuk saham itu.

"Sepertinya anda sangat ingin sekali mendatangi pesta sederhana ini." Ucapan Chanyeol yang sarat dengan makna lain itu meluncur dengan ringan. Lagi-lagi safirnya saling bertatap kuat dengan galaksi milik Minho yang sama persis dengan milik Baekhyun. Mereka bertatap seakan ada percikan api yang keluar dari mata masing-masing.

"Apa kau merasa tidak asing dengan mata ini, sir Park?"

Chanyeol menarik nafasnya dengan tenang, tak ada reaksi apapun darinya saat mendengar pertanyaan Minho sampai-sampai Minho harus menerka-nerka tentang apa yang pria muda itu pikirkan. Chanyeol menyerahkan gelas wine nya pada Luhan, lalu kembali memfokuskan atensinya pada Minho, "entahlah, Mr. Choi." Jawaban itu membuat kening Minho sedikit berkerut tidak suka.

"Apa kau tidak bertanya-tanya kenapa anak yang anda adopsi sebagai Park memiliki warna mata yang sama persis denganku?" Cara bicara Minho yang menggunakan bahasa nonformal kepada Chanyeol menegaskan bahwa usia mereka terpaut jauh dan Minho tidak memiliki keseganan pada laki-laki yang dia anggap masih muda itu.

"Ada banyak variabel di dunia ini. Ada banyak hal yang terlihat sama namun tidak memiliki korelasi apapun." Dalam kata lain Chanyeol menyatakan bahwa Minho dan Baekhyun tidak memiliki hubungan apapun.

Meski begitu Minho hanya menyunggingkan sebuah senyum miring yang sangat tipis, "beberapa hari lalu aku bertemu dengan anak itu. Lalu setelah mencari tahu ternyata benar 90% kemungkinan dia putraku." Minho menoleh ke belakang, menatap sekretarisnya dan memberikan kode hingga sekretarisnya langsung menyerahkan sebuah lembar foto tanpa berkata apapun. "Dia adalah ibu dari anak itu, bukan?" Foto itu Minho serahkan pada Chanyeol. Ketika Chanyeol menerimanya, yang dia lihat disana adalah foto Kwon Yuri. Meski 9 tahun sudah berlalu, dia tak akan pernah lupa wajah seorang dokter yang sudah menyelamatkan hidupnya sekaligus ibu dari anak yang saat ini dia jaga.

"Mr. Park, anda sangat tahu bukan menyembunyikan seorang anak dibawah umur dari wali aslinya merupakan suatu pelanggaran hukum?"

Gigi Chanyeol saling bergemelatuk didalam rongga mulutnya. Sumbu kemarahannya yang sudah dipantik oleh percikan api kini hampir mencapai hulu ledak, namun dia menekan itu kuat-kuat dan berusaha tetap terlihat tenang. Kenyataan bahwa Baekhyun juga pernah bertemu dengan Choi Minho bahkan tidak dia ketahui. Jika itu beberapa hari yang lalu, maka mungkin kejadian itu terjadi ketika anak itu pergi ke Gateway Arch.

"Mari bicara di tempat lain, Mr. Choi."

To Be Continue

Aww siapa yang nungguin Zio update? Ewkwkwkk

Zio mau ngasih pengumuman buat reader di aka ffn, mulai chapter depan Zio gak akan update di ffn lagi ya. Seluruh kelanjutan cerita bakal Zio up di wattpad dengan username yang sama kaya uname Zio di ffn yaitu zyyeoliee

Kenapa? Soalnya Zio mau memfokuskan pembaca ke wattpad aja. Buat kalian yang gapunya aplikasi sama akun wattpad tenang aja, di browser juga bisa buka wattpad ko. Kalian cuma tinggal login pake gmail. Gampang banget. Jangan lupa ya nanti kasih vote + komen di wattpad~ ^^

Zio harap dengan pindahnya Zio ke wattpad bakal mengurangi silent readers :) Zio harap nanti kalian mau berpartisipasi dukung Zio dengan vote dan komen setiap chapter Missouri di wattpad. Gratis ko gratis gak berbayar.

Soooo, kalo nanti kalian lihat ada post Missouri chapter 8 dst di ffn apalagi dengan akun yang beda, itu jelas bukan Zio ya.. dan Zio harap kalian bakal lapor ke Zio kalo nemu yang kaya gitu karena itu jelas-jelas tindakan plagiarisme.

Oke sekian aja~ makasih banyak udah dukung Zio selama ini di ffn yaaa.. semoga kalian ngerti sama alasan Zio pindahin karya ini sepenuhnya ke wattpad. Zio tunggu dukungan kalian di wattpad ya, jangan lupa follow akun Zio juga : zyyeoliee

See you~~