SetsunaZ1 Present
...
...
Naruto ©Masashi Kishimoto
HighSchool DxD ©Ichie Ishibumi
Beberapa character yang ada di dalam Fanfiksi ini milik para Author di Jepang dan saya hanya meminjam tanpa ada niatan menjadikan ladang pencarian.
...
...
Summary :
Ini adalah sebuah kisah seorang pemuda yang bertugas membuat wilayah yang ia pimpin maju dalam segala hal. Aku tidak akan melakukan kesalahan kedua!
...
...
#StayAtHome
[Let's start]
...
...
Chapter 7
Perbudakan adalah sebuah tindakan antara dua belah pihak yang salah satunya kehilangan hak-nya. Beberapa Perbudakan pernah tertulis di sejarah manusia di bumi dan itu juga ada di catatan tertua manusia yang tertuang dalam Code of Hammurabi di dalam kisah Epic of Gilgamesh. Perbudakan pada saat itu mengakar bagaikan kebudayaan dan merujuk pada suatu lembaga yang berdiri sendiri dan merupakan hal yang umum bagi bangsa-bangsa kuno seperti Sumeria, Mesir kuno, Akkadia dan beberapa suku yang ada pada zaman tersebut.
Kemudian pada Peperangan Bizantium-Utsmaniyah dan juga peperangan Utsmaniyah di Eropa mengakibatkan pengambilan sejumlah besar budak dari agama kristiani. Kemudian perbudakan menjadi hal umum di sebagian besar negara Eropa, Inggris, Arab, Spanyol dan juga beberapa negara kecil di Afrika memiliki peran besar dalam perdagangan budak atlantik.
Kemudian adakah perbudakan di zaman modern setelah perang dunia kedua? Jawabannya ada! Pada Perang Saudara Sudan Kedua yang terjadi dari 1983 sampai tahun 2005 menjadikan warga sipil sebagai budak meskipun pada akhirnya di kriminalisasi pada tahun 2007 dan sekitar 600.000 orang tak memandang gender menjadi korban tak terkecuali anak-anak.
"Naruto-sama, Apakah anda lupa jika seluruh ras Beastman adalah budak?"
Pertanyaan yang sangat teramat konyol bagi Naruto terlontar dari mulut tipis Arthuria. Bukan hanya perorangan ataupun kelompok yang menjadi budak melainkan suatu ras! Dirinya sendiri tidak ingin berfikir berapa banyak orang yang menderita di luar sana hanya karena peraturan konyol di benua ini.
"Apa maksudmu Arthuria! Tidakkah kamu tau kalau mereka juga sama-sama hidup! Siapa orang bodoh yang mengeluarkan wewenang ini, hah!" Ucap Naruto. Wajahnya sangat merah karena menahan amarahnya sendiri belum lagi melihat wajah datar Arthuria yang berdiri tepat di hadapannya.
"Mereka adalah keturunan dari para Beast monster dari Abbys Crack! Tidak kah anda berfikir kalau mereka semua sudah sewajarnya menjadi budak karena kekalahan dalam perang?"
"Lalu bagaimana jika kita kalah dalam perang? Lalu apakah mereka semua harus menanggung nasib hanya karena leluhur mereka membuat kesalahan! Bahkan anak para bangsawan korup saja masih aku beri kehidupan!."
"Tidak usah banyak basa-basi. Urus saja mereka semua dan maaf untuk Gabriel, Uriel dan juga Alucard-dono, Aku harus pergi sebentar untuk menenangkan pikiranku." Naruto melangkahkan kakinya saat melihat tanggapan berupa anggukan kepala dari semua tamu yang ada di ruang kerjanya.
"Tapi Naruto-sama..."
"Arthuria, Kau masih mempertanyakan tindakan ku?" Arthuria terdiam melihat wajah Naruto, Bukan karena takut kepada Naruto namun wajah yang di keluarkan tuannya itu seakan-akan menunjukkan wajah kecewa dengan tindakan Arthuria dan membuatnya menundukkan kepalanya menyesali perbuatan yang sudah ia lakukan.
Puk...
"Kau tidak perlu menyesal karena tindakanmu. Aku tidak kecewa ataupun marah kepadamu, Aku hanya marah kepada pemimpin aliansi yang membuat peraturan seperti ini dan kecewa kepada seluruh manusia yang memiliki pemikiran terbelakang." Ucapnya seraya mendekat tubuh Arthuria di dalam tubuh tambunnya. Dan tak terasa dada Naruto yang sudah memiliki sedikit gumpalan lemak menjadi basah.
Yup, Benar sekali. Tangisan Arthuria pecah, Dirinya malu untuk menyangkal ucapan tuan-'Nya' dan itu merupakan suatu 'Tabu' di dalam keluarga Pendragon yang mana merupakan keluarga yang menjunjung tinggi kode etik ksatria.
"Jangan menangis wahai sahabatku. Kau tidak melanggar kode etik ksatria apapun, sudah sewajarnya kau marah karena kelakuan ku namun biarkan diriku egois untuk kali ini saja karena aku akan menghapuskan rantai perbudakan di wilayah ini..." Walaupun Naruto bertutur kata dengan lembut namun bagi Alucard, Uriel dan juga Gabriel yang melihat wajah Naruto sedang ketakutan. Wajah seseorang yang memiliki ambisi kuat demi kebenaran dan juga jurang emosi yang seakan-akan menarik semua orang memasuki jurang kegelapan.
"... walaupun memusuhi seluruh dunia sekalipun bahkan kekaisaran!"
...
...
"Tidak di bumi tidak di dunia ini. Perbudakan pasti akan selalu ada!"
Saat ini Naruto sedang berjalan menuju suatu benteng yang berada di atas puncak gunung. Sebuah benteng dengan hawa dingin teramat kental belum lagi dengan perasaan yang mengatakan kalau beberapa pasang mata sedang mengawasinya.
Kemana kah dirinya? Jawabannya adalah suatu tempat dimana orang-orang yang paling setia di sisi ibunya berada. Gunung Alborz yang memiliki pohon menjulang tinggi membuat hawa mencekam semakin bertambah karena cahaya mataharipun kesulitan untuk menembus kegelapan hutan tersebut. Hutan ini berada di bagian timur wilayah Namikaze, suatu tempat sunyi yang membuat siapapun merasakan damai namun bukan mencari kedamaian yang ia inginkan melainkan bertemu dengan pemimpin dari ordo Assasin.
"Ada keperluan apa pemimpin Namikaze Dukedom menemui pria tua ini?" Suara berat khas pria tua yang mulai terdengar ketika Naruto memasuki ruang tahta. Disana, Dihadapkan pemuda itu, Sesosok manusia yang mengenakan pelindung wajah berupa topeng tengkorak sedang duduk dengan karisma yang menunjukkan kalau dirinya adalah seorang raja, Raja para Assassin.
"Aku ingin meminta pendapat dan juga arahan darimu, Old Man from Mountain. Aku tidak tau pilihan yang aku ambil ini benar atau tidak namun kumohon arahan anda untuk menuntunku." Ucap Naruto. Tutur katanya begitu sopan dan juga tatapan yang menunjukkan kalau dirinya segan terhadap sosok di hadapannya ia keluarkan, tentunya berterimakasihlah pada ingatan pendidikan yang Naruto dapati dari tubuh yang ia tempati saat ini.
"Jelaskan."
"Aku ingin menghapuskan perbudakan ras Beastman. Apakah aku yang aku lakukan ini salah?" Ujarnya sedangkan untuk orang dihadapannya tampak diam saja tanpa mengeluarkan sikap tubuh terkejut.
"Aku akan bertanya kepadamu. Apakah Beastman adalah rakyatmu juga?" Tanya orang itu. Walaupun tidak etis dimana sebuah pertanyaan di balas pertanyaan juga namun Naruto juga sadar kalau itu adalah tindakan yang sangat di perlukan untuk saat sekarang ini.
"Benar, Mereka adalah rakyatku dan sudah kewajiban bagi seorang pemimpin untuk membuat rakyatnya mereka aman dan juga merasakan kesejahteraan. Aku juga tau kalau ini merupakan tindakan egois dimana seluruh kerajaan bahkan kekaisaran juga menganggap ras Beastman sebagai budak namun tetap saja perbudakan adalah hal yang sangat menyakitkan bagiku. Walau terdengar naif namun aku ingin menciptakan negri ideal, ideal dimana semua penghuni wilayahku dapat hidup berdampingan! Tak memandang ras, kepercayaan, ataupun status."
Naif? Memang, Untuk seseorang yang sudah melewati beberapa medan perang tidaklah diharuskan memiliki pemikiran terbelakang seperti itu. Namun sekarang, Ini merupakan 'Misi' yang diberikan kepadanya.
Tidak ada seorangpun yang ingin menjadi budak! Bahkan untuk ukuran prajurit seperti dirinya termasuk ke dalam perbudakan, Budak bagi negaranya. Puluhan, Ratusan, Bahkan Ribuan kematian sudah pernah ia lihat hanya untuk melindungi rakyatnya dan tetap menunjukkan bahwa negara mereka lebih superior daripada negara lain. Orang-orang yang menderita di medan perang dan sudah melihat betapa busuknya dunia pasti akan memiliki pemikiran yang sama seperti dirinya.
Tidak memandang apapun karena bagi prajurit, segala macam bentuk penyerangan harus dilakukan untuk memenangkan peperangan. Membunuh semua musuh sudah pernah ia lakukan hanya untuk keamanan negaranya.
"Apa yang kau lakukan sudah benar. Sudah tugas pemimpin untuk melindungi rakyatnya dan sudah tugas rakyatnya mendukung pemimpin mereka. Namun apakah kau sudah memikirkan reaksi rakyatmu? Pemikiran tentang 'Perbudakan' yang sudah mengakar akan sulit untuk dihapuskan. Bahkan jika sudah mendapatkan kepercayaan rakyatmu, Aku tidak akan menyangkal jika kerajaan ini akan diserang karena kebodohan yang kamu lakukan."
Merenung? Tentu saja! Dirinya tidak pernah berada di bangku kepemimpinan. Dirinya hanya memberikan perintah berdasarkan informasi yang ia dapati di balik meja komando. Dirinya tidak pernah berfikir bagaimana cara untuk menjadi seorang pemimpin suatu negara.
"Lalu, Apakah anda ada saran untuk pemuda ini?"
"Pertama, Perkuat kekuatanmu. Kepemimpinan dibagi menjadi dua. Pemimpin yang di ikuti karena sikapnya dan kedua pemimpin yang di takuti karena kekuatannya. Kau harus menjadi pemimpin yang di ikuti rakyatmu karena kebaikanmu dan kau sudah melewati syarat pertama lalu..."
"Tunggu dulu! Maaf sudah menyela namun apakah anda selalu mengawasi ku?"
"Aku adalah sosok yang pantas di sebut ayah bagi ibumu. Jadi tidak kah salah jika aku selalu mengawasi keturunan dari orang yang menganggapku 'Ayah' dan juga pemikiran yang kau lakukan setelah sadar dari keadaan hidup dan mati sangat besar dampaknya bagi wilayah ini. Mungkin ini terlambat namun selamat atas kesembuhan anda, Tuan ku. Jadi, Bisa aku lanjutkan?" Mendapati tanggapan berupa anggukan kepala dari Naruto, Sosok itu melanjutkan perkataannya.
Arahan demi arahan dan beberapa kali bertukar pikiran juga tak sedikit keduanya berdebat di dapan ruang tahta. Seakan-akan keduanya adalah teman dekat tanpa memandang usia, Namun tetap saja Naruto selalu menjaga sikap dan juga kesopanan karena dirinya tidak ingin mempermalukan keluarga kerajaan yang sudah mendidik dirinya.
Hingga tak terasa hari sudah menjelang malam namun perdebatan di antaranya belum juga selesai.
...
...
Kerajaan Airia memiliki 3 pangeran yang menjadi 3 pilar penopang. Lalu pernahkah terselip di antara kalian siapa yang menjadi putra mahkota? Tentunya putra mahkota dari kerajaan ini bukanlah ketiga pangeran yang menjabat sebagai Duke melainkan seorang anak laki-laki dari permaisuri terakhir dan dalang dari pembunuhan ibu Tenshi bersaudara.
Permaisuri Elizabeth Phoenix, Seorang wanita licik dari keluarga Phoenix yang melakukan berbagai cara agar anaknya menjadi putra mahkota. Namun, Siapa itu manusia? Manusia adalah makhluk yang di isi dengan emosi dan juga lubang nafsu yang tidak akan pernah terpuaskan, hanya mereka saja yang sudah tidak memerdulikan dunia yang tidak pernah mengikuti nafsunya.
"Usiaku saat ini adalah 17 tahun dan akan ada saatnya dimana keadilan harus di tegakkan." Ucapnya. Naruto saat ini sedang menyusuri jalan keluar dari hutan pegunungan Alborz dengan wajah yang sangat gusar. Dirinya semakin menumpuk dendam pada keluarga kerajaan setelah menemukan fakta yang sangat besar. Fakta yang mengatakan kalau ibunya dan juga ibu dari Tenshi bersaudara disingkirkan dengan cara yang sangat keji.
"Lihat saja, Kau akan merasakan siksaan yang lebih dari yang di alami ibuku. Tenang saja, Namikaze Naruto akan ku balaskan dendam yang kau miliki." Tentunya siapa dia? Uzumaki Naruto, Seorang perwira muda yang merupakan salah satu dari penerima Medal of Honor. Lalu siapa baginya sosok 'ibu' itu? Orang yang sudah melahirkan dirinya dengan taruhan nyawa.
Langkah kakinya membawanya menuruni gunung Alborz dan menemukan seorang pemuda seumuran dengannya bersama beberapa prajurit yang sepertinya menunggu kedatangannya. Salah satunya adalah seorang pemuda berambut hitam yang berperan sebagai pemimpin, Matanya yang tajam berpadu sempurna dengan bahunya yang kokoh dan di pinggulnya tersemat sebuah pedang berbalut sarung yang terbuat dari bahan kulit binatang.
"Ikki?"
"Naruto-sama, Kami di perintahkan Arthuria-sama untuk melawan kelompok bandit di dekat pegunungan Alborz ini. Ini adalah kelompok terakhir karena kami sudah melenyapkan seluruh kelompok yang ada di wilayah kekuasaan anda." Ucap Ikki namun saat melihat keadaan pasukannya Naruto langsung terdiam. Kenapa? Pasukan yang di bawa Ikki terlihat sedang dalam keadaan tidak fit mungkin karena perintah darinya untuk membasmi ancaman di sekitar wilayah ini namun tetap saja dirinya tidak habis pikir jika para prajurit tidak di berikan waktu istirahat yang cukup.
"Kalian kembalilah dan beristirahatlah serahkan sisanya kepadaku." Ujar pemuda tambun itu. Dirinya sendiri sadar jika dirinya memiliki mobilitas yang kurang dalam pertempuran dengan beban tubuh sekitar 80kg namun dirinya sendiri sadar dengan kelebihan yang ia miliki. Sihir, pada dasarnya dapat menciptakan apapun berdasarkan imajinasi dengan bahan bakar energi yang di sebut Mana. Maka dari itu Naruto sadar dengan kelebihan yang ia miliki, Jika saja dirinya bisa menciptakan senjata yang sehari-hari ia gunakan di bumi maka dirinya akan tenang.
"Tua-tapi Naruto-sama!"
"Ikki, Kita sudah tumbuh bersama semenjak ibuku membawa mu dari keluarga Kurogane jadi seharusnya kau sudah paham batas kemampuanku kan? Tenang saja, Aku akan kembali dan katakan pada Arthuria jangan mengirim siapapun untuk membantuku. Jadi dimana lokasinya?" Setelah dirasa cukup untuk meyakinkan Ikki kalau dirinya bisa mengatasi masalah tersebut, Dirinya segera bertanya dan ada keberadaan para bandit ada di suatu gua di sisi timur pegunungan Alborz.
...
...
Salahkah aku jika diriku mengharapkan seorang penyelamat? Seseorang yang datang bagaikan pangeran di atas kuda putihnya bersama dengan pasukan yang ia bawa memberantas kebatilan.
Aku hanyalah seorang gadis desa yang kemudian di didik di Tower of Excanium sebagai seorang penyihir. Kehidupanku perlahan mulai berubah dan dengan embel-embel jenius diriku mulai berubah menjadi sombong. Karena kesombongan yang menguasai diriku, Aku mulai bertindak gegabah dan berakhir di tangkap para bandit ini. Belum lagi tongkat sihir milikku yang menjadi katalis sihir di hancurkan secara paksa.
Di penjara, Tanpa tongkat sihir, Belum lagi banyak di antara bandit itu merupakan orang-orang yang sangat kuat dengan dukungan dari Baron Yarieq yang berada di bawah naungan Duke Namikaze. Aku bisa melarikan diri dari tempat ini menggunakan sihir namun tanpa katalis, Sihir yang aku keluarkan sangatlah lemah.
Boommm! Booooommm!
Ledakan? Apakah ada yang menemukan tempat ini? Ku harap itu pasukan dari Tower of Excanium!
"Cih sial, Siapa yang berani menyerang tempat ini. Apakah mereka tidak tau jika kami ada di bawah perlindungan Duke Namikaze!"
Ku mengalihkan pandangan kepada seorang pria yang menjadi penjaga penjara ini. Penjara yang di isi belasan gadis yang siap di jual sebagai budak! Ku pikir sudah cukup dengan perbudakan Demi-human di seluruh benua ini dan tetap saja masih ada perbudakan di antara manusia. Jika saja aku menemukan seseorang yang memiliki tujuan untuk menghapuskan perbudakan, Aku akan melayani dirinya sampai akhir hay...
Aku terdiam dan juga melebarkan pupil mata ku kala melihat seonggok kepala terjatuh begitu saja. Siapa yang membunuh penjaga penjara ini?
Clank...
Aku mengalihkan pandangan ku saat melihat seseorang membuka pintu penjara. Seorang pemuda seumuran denganku sedang berdiri dengan sebuah belati berlumuran darah di tangan kanannya. Bukan seorang pemuda tampan melainkan seorang pemuda tambun dengan perut yang terlalu maju dan juga pipi gembil namun yang tidak aku tau adalah bagaimana dirinya bisa masuk tanpa di ketahui oleh siapapun. Namun aku sudah mendapatkan tujuan ku...
"Kalian semua sudah beba..."
"Tuanku, Terima kasih sudah membebaskanku. Aku, Siluca Meletes, Penyihir dari Tower of Excanium siap melayani anda!" Aaahhh, Sial. Sangat memalukan, Aku yang merupakan salah satu penyihir dari Tower of Excanium sudah di tangkap bandit dan mengambil sumpah setia di dalam penjara. Namun aku yakin kalau pemuda ini akan meneri...
"Aku tidak tertarik."
Ehhhh? Apa maksudnya?
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Aku tidak tertarik tapi untuk sekarang kamu sudah bebas. Silahkan pergi dari tempat ini."
Hah? Serius? Orang sepertinya menolak sumpah setia ku yang merupakan penyihir terhebat? Babi sialan!
"Terima kasih! Tapi lihat saja, Aku akan mencarimu setelah aku bertemu dengan pemimpin wilayah ini."
...
,..
TuBerCulosis
...
...
Wah waah wah... Banyak yang menanti fic ini, Aku jadi terhura!
Maaf mengecewakan namun hanya inilah yang dapat aku berikan kepada kalian semua. Aku sudah berusaha semaksimal mungkin namun hanya ini saja yang aku dapat.
Maafkan aku, Aku harap kalian tidak kecewa.
Sekian, SetsunaZ1
