Naruto dan Sakura terjebak di dalam genjutsu kuat milik Tobi, dan Naruto menjalani kehidupannya memakai nama Menma di dalam sana, dia bertemu dengan kedua orang tuanya dan merayakan ulang tahun di rumah sederhana itu. Naruto pun meminta sebuah hadiah yang tak akan dia lupakan pada Kushina.
Naruto by Masashi Kishimoto.
Warning: OOC, AR, Typo, Inseki, Smut, Porn Without Plot.
Enjoy it!
Ulang tahun Naruto biasanya terjadi pada tanggal sepuluh Oktober, tapi berbeda dengan tahun ini. Karena dia terjebak dalam sebuah dunia yang diciptakan oleh Tobi, orang paling berbahaya di dalam organisasi Akatsuki. Dia dijebak bersama dengan Sakura ke dalam sebuah dunia yang disebut Muge Tsukuyomi buatan.
Dia terus memikirkan cara keluar dari dunia ini, dia juga agak asing dengan kedua orang tuanya yang hidup di dunia ini. Ada perasaan iri akan seseorang yang bernama Menma bisa mendapatkan kedua orang tua, sementara dirinya tidak.
Tapi mungkin saja Tobi memberikan sebuah kesempatan untuk dirinya, dia memang tak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya, dan ia menginginkan kasih sayang tersebut.
"Menma!"
Naruto merinding saat pintu kamarnya terbuka, sosok wanita cantik berambut merah panjang masuk ke dalam. Wanita itu adalah Kushina Uzumaki, dia adalah Ibu dari Menma-dia sendiri mirip dengan Menma sih. Tapi kenapa Kushina malah masuk ke dalam kamarnya saat dia sedang bersantai?
"Ada apa?" tanya Naruto, dia mencoba untuk menormalkan diri. Sejujurnya, wanita di depannya itu terlihat cantik jika dilihat-lihat, rona merah hinggap di kedua pipi Naruto.
"Tidak, kaachan hanya ingin melihat putra kaachan saja, terlebih tadi siang kita merayakan ulang tahunmu kan? Lalu Minato pergi untuk menjalankan sebuah misi," ujar Kushina. Dia duduk di pinggiran kasur, Naruto sendiri beranjak dari kasurnya dan duduk disebelah Kushina. "Bagaimana hadiah yang kami berikan?"
"Aku menyukainya!" balas Naruto. Hatinya seolah berbunga setelah diberikan hadiah oleh kedua orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya itu hanyalah ada di dalam dunia mimpi. Tapi dia sudah merasakan kehangatan dari mereka berdua.
"Baguslah kalau begitu." Kushina tersenyum, menampilkan deretan gigi putihnya. Dia duduk sembari merilekskan tubuhnya di atas kasur Naruto. "Pekerjaan rumah ini memang melelahkan."
"Kaachan dari tadi tak berhenti membereskan rumah gitu."
Kushina tertawa kikuk mendengarnya. "Iya sih, lagipula kaachan lebih suka membersihkan rumah," balas Kushina, dia pun menoleh menatap Naruto penasaran. "Menma, bagaimana perasaanmu pada para perempuan diluar sana? Apakah ada yang kau sukai?"
"U-umm, mu-mungkin belum ada yang aku sukai."
"Heee, tidak ada? Apa tak ada yang kau sukai di luar sana? Padahal mereka semua mengincarmu loh. Apa mereka bukan tipemu?" tanya Kushina, wanita itu benar-benar penasaran akan kriteria dari gadis yang disukai Naruto.
Naruto berpikir sejenak, semenjak dia tahu jika Kushina adalah Ibunya, dia terus terbayang bagaimana cantiknya wanita itu, terkadang pemikiran mesum datang menghampiri kepala pirangnya. Ya, pemikiran dimana dia menyetubuhi Kushina, dan berakhir dengan dirinya yang mengeluarkan cairan putih kental di tangannya.
"Menma?"
"Y-ya?!"
"Kau melamun? Ada apa?" Kushina menatap Naruto dengan tatapan selidik, kemudian menyeringai kecil saat melihat wajah Naruto yang tengah gelisah. "Kau pasti sedang memikirkan seorang gadis, ya kan?"
"Bu-bukan! Aku tak memikirkan seorang gadis, satupun tak ada di otakku."
"Lalu? Siapa yang tengah kau lamunkan?"
"Kaachan."
Suasana pun hening seketika, rona merah mulai menyelimuti wajah Kushina sedikit demi sedikit. "Kaachan mah sudah tua, masa iya disukai oleh pemuda sepertimu," Kushina tersenyum malu, dia juga tertawa kecil untuk menjawab pernyataan Naruto, dan sedetik kemudian dia diam dengan rona dikedua pipinya. "Kau serius?"
"Aku tak seserius kaachan."
Kushina menggaruk pipinya sambil mengalihkan wajahnya. "Ta-tapi aku Ibumu, bagaimana bisa kau menyukai Ibumu sendiri?"
Naruto menyeringai kecil, dia lalu mengalihkan wajah Kushina untuk ditatap oleh netra biru itu. Kushina mengedipkan kedua matanya beberapa kali, dia merasa jika putranya itu lebih tampan daripada suaminya, dia dengan susah payah meneguk ludahnya dengan kasar. Kushina tak mengerti bagaimana Naruto bisa tampan seperti itu, terlebih lagi dengan senyuman tipis itu.
Kushina tak sadar, dia seolah terhipnotis dengan netra biru Naruto, dan tak sadar jika bibirnya sudah dicium oleh Naruto. Wanita itu membulatkan kedua matanya saat merasakan benda kenyal yang menyumbat bibirnya, dia berusaha mendorong tubuh Naruto, tapi tenaganya seolah hilang saat itu juga.
Tenaga Naruto lebih besar daripadanya saat ini, ciuman Naruto turun keleher putihnya, dia mengambil napas sebanyak mungkin dan kembali mencoba untuk mendorong tubuh Naruto.
"He-hentikan Menma..."
"Aroma kaachan sangat wangi..." Naruto ak memperdulikan perkataan Kushina, dia mencium leher wanita itu dan memberikan sebuah bercak merah. "Aku ingin dirimu menjadi hadiahku, kaachan."
Kushina terkesiap, dia terkejut mendengarkan permintaan Naruto. "Ta-tapi..."
"Aku tak terlalu peduli dengan itu."
"Baiklah, kau boleh menyentuh tubuh kaachan." Kushina tersenyum, dia mengelus kepala pirang Naruto dengan lembut.
Naruto sendiri menarik Kushina ke dalam pelukannya, membawa Kushina untuk duduk di atas kedua pahanya. Pemuda itu terus menciumi leher Kushina, menyesap kulit putih itu serta memberikan bercak-bercak merah di sana. Naruto menarik bibirnya, dia kemudian menarik kaos orange Kushina ke atas
Kedua mata biru itu melihat dua buah dada yang di tutupi oleh bra berwarna merah, terlihat sangat menggoda di kedua matanya. "Ja-jangan di tatap seperti itu!"
"Maafkan aku, tapi kaachan memang cantik sekali sekarang." Naruto mendekatkan dirinya, dia menenggelamkan wajahnya pada belahan dada Kushina, dia juga tak lupa untuk meremas lembut kedua benda kenyal itu. Kushina menggigit bibir bawahnya menahan desahan yang akan keluar.
"Ahh... Menma..."
Kushina mendesah memanggil nama lain dari Naruto, sementara dirinya terus meremas buah dada itu. Kedua tangannya merambat kebelakang untuk melepas tali bra Kushina, setelah berhasil melepasnya, Naruto tak langsung meremasnya. Dia menatap kedua puting susu yang sudah berdiri tegap, Kushina benar-benar terangsang saat ini.
"Su-sudah kaachan bilang, jangan menatap kaachan seperti itu."
Naruto tersenyum kecil, dia mendongak melihat wajah Kushina yang sudah merah merona. "Kaachan sangat cantik."
"Baka!" Kedua lengan wanita itu memeluk leher Naruto, dia mendekatkan bibirnya dan mencium pemuda itu dengan mesra, tubuh keduanya menempel satu sama lain, Kushina juga merasakan sebuah gundukan yang menyentuh area kewanitaannya. Kushina menggesekkan area kewanitaannya di gundukkan Naruto.
Dia merasakan vaginanya itu semakin basah akibat cumbuan mereka berdua. Kushina sendiri masih belum bisa bergerak bebas, karena pinggulnya di peluk oleh Naruto.
"Menma, tolong lepaskan celana kaachan!"
"Dengan senang hati." Naruto melepas pelukannya terhadap Kushina, dia pun melepas celana panjang yang dikenakan wanita itu, membuatnya telanjang bulat di depan dirinya. Naruto menyeringai kecil melihatnya, dia membuka seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Naruto menarik tubuh Kushina untuk duduk kembali di atas pahanya.
"Menma, kita selesaikan..." gumam Kushina. Dia saat ini berada tepat di atas penis tegang milik Naruto, kedua jarinya membuka jalan untuk memasukkan penis itu ke dalam vaginanya, wanita itu menurukan pinggulnya pelan, sementara penis itu mulai memasuki tubuhnya.
Kushina meneguk ludahnya kembali, dia merasakan sesak saat benda itu masuk ke dalam tubuhnya, dia tak memperkirakan jika benda milik Naruto berukuran lebih besar daripada milim suaminya.
"Me-menma..."
Naruto memegang pinggul Kushina, dia juga mendorong pinggul itu kebawah sembari mengangkat pinggulnya ke atas. Kushina menggigit bibir bawahnya saat penis itu sudah hampir masuk semua.
"Me-aakhh!" Kushina membuka kedua matanya lebar saat penis itu sudah masuk semuanya hingga ke titik G-spotnya. "Be-besar sekali," gumam Kushina. Kedua tangannya bergetar saat akan meletakkannya di atas bahu lebar Naruto, pinggulnya pun bergerak naik turun, suara desahannya keluar dan masuk ke dalam telinga Naruto.
Desahan itu seolah nyanyian bagi Naruto, kedua tangannya meremas payudara Kushina, salah satu puting susu Kushina di lahap oleh pemuda itu.
"Ka-kau seperti bayi saja Menma..."
"Aku memang bayimu kaachan." Naruto kembali menghisap puting susu Kushina, pinggul wanita itu terus bergerak naik turun dengan desahan yang memenuhi kamar itu. "Kaachan sempit sekali..."
"Ahhh, ja-jangan berkata yang tidak-tidak!" Kushina meletakkan dagunya pada bahu Naruto, pinggulnya masih bergerak dengan irama yang sama. "Kaachan ingin keluar!"
"Keluarkan!"
Tubuh Kushina menegang saat ia klimaks untuk pertama kalinya, tubuhnya langsung lemas di atas tubuh Naruto.
"Menma kau tak akan melanjutkan ini kan?" Naruto menyeringai melihat Kushina yang ada di bawahnya, kedua kaki Kushina terangkat dan menampilkan belahan vaginanya. "A-aku baru saja keluar!"
"Tapi aku belum."
Naruto mengarahkan penisnya untuk kembali masuk ke dalam tubuh Kushina, pinggulnya terdorong ke depan membuat penisnya masuk ke tubuh Kushina, wanita itu menggigit bibir bawahnya saat merasakan benda besar itu masuk ke dalam tubuhnya.
"Pe-pelan."
"Aku tak janji ugh! Sempit!" Wajah Kushina memucat mendengarnya
Naruto menghentakkan pinggulnya, dia melihat wajah Kushina yang terkejut menatap dirinya saat penis itu masuk kembali ke dalam tubuhnya. "Akh! Menma! Si-sial!" Naruto menggerakkan pinggulnya maju mundur, tangan pemuda itu mengunci pergelangan tangan Kushina ke atas, dia tak membiarkan Kushina untuk mendorongnya.
Naruto mendekatkan wajahnya ke permukaan kulit Kushina, dia menjilati bulir keringat yang keluar dari tubuh seksi Kushina. Pinggulnya bergerak cepat kali ini, membuat Kushina mendesah kencang saat penis itu bergerak keluar masuk di dalam rahimnya.
"Menma! Menma!"
Jilatan Naruto terus bergerak, kali ini dia menjilati bagian ketiak Kushina, dia menciumi permukaan kulit Kushina.
"Ja-jangan disitu, geli!"
Naruto seolah tak memperdulikan penolakan Kushina, dia terus melancarkan jilatannya pada tubuh Kushina. Wanita itu benar-benar dibuat tak berdaya di dalam kungkungan Naruto, dia merasakan kepuasan saat melakukan seks dengan Menma/Naruto.
"Menma aku kekuar!"
"Kita keluarkan bersama-sama!"
Naruto mempercepat gerakan pinggulnya, hingga dia menancapkan dalam-dalam penisnya. Cairan putih kental bercampur cairan milik Kushina menyatu di dalam rahim wanita itu. Mereka menyerukan nama masing-masing saat klimaks.
Naruto terbangun dengan sebuah aroma masakan yang menggelitik hidungnya, dia bergegas mencari pakaiannya yang berserakan dan keluar dari kamarnya untuk sarapan pagi bersama Kushina.
"Pagi Menma. Minato mungkin tak akan kembali sampai lusa depan." Kushina berjalan ke arah meja makan dan meletakkan beberapa mangkuk makanan di atas meja itu. "Ayo sarapan!"
Naruto mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, dia pun berjalan untuk duduk di atas kursi makan. "Bakalan lama ya?"
"Seperti itulah." Kushina pun duduk di atas paha Naruto. "Kita masih ada waktu kan? Hadiahmu juga masih belum selesai sepertinya."
Naruto meneguk ludahnya kasar mendengarkan perkataan Kushina yang terlihat menggodanya. "Um, mungkin setelah sarapan kaachan."
"Tentu!"
Mungkin Naruto akan sangat berterima kasih pada Tobi karena bisa mempertemukan dirinya dengan Kushina.
"Selamat ulang tahun, sayang!" Kushina mencium bibir Naruto dengan mesra.
End
