Disclaimer: seluruh tokoh bukan milik saya. Tidak akan keuntungan finansial apa pun yang saya dapatkan dalam membuat fanfiksi ini. Dibuat hanya untuk senang-senang.
Pair: Harem! Fang x All! Elemental Boboiboy (GS)
Selamat membaca...
.
[ Pick Me; don't judge the book by it's cover ]
—chapter 7: TAUFAN and FANG—
.
"Kau yakin tidak ingin ikut dengan kami?"
Gopal sejak tadi hanya mengamati kawan berambut landaknya yang tengah sibuk membereskan barang-barang sekolahnya. Sepertinya pria berambut raven itu enggan menerima penawaran yang diberikan kawan bertubuh gempalnya untuk pergi makan-makan bersama anggota OSIS lainnya.
"Tidak. Aku ingin istirahat hari ini." benar, Fang ingin beristirahat—setelah seminggu ini full mengurusi kegiatan yang digelar sekolah; peringatan hari guru, HUT sekolah mereka, dan segalanya.
Gopal mengangguk. Ia mengerti maksud Fang—pasti lelah menjadi ketua OSIS; yang selalu disibukkan dengan proposal serta acara, "Ya sudah. Aku dan yang lainnya duluan, ya."
Fang mengiyakan. Gopal pun pergi dengan yang lain—meninggalkan Fang sendiri di dalam kelas.
Yang pemuda berkacamata itu pikirkan adalah segera pergi dari sekolah—lalu tidur seharian di ranjang empuknya.
Dan semoga saja hari ini tidak berjumpa dengan si kembar lima dari kelas 10. You know what I mean.
Karena jika Fang bertemu dengan para kembaran Boboiboy sekarang, sudah dipastikan akan ada pertengkaran hebat yang terjadi di sekolah.
Fang mempercepat gerakannya, lalu segera keluar dari dalam kelas.
.
.
Jalanan tampak sedikit ramai akibat jadwal pulang antar sekolah yang bentrok—hingga membuat sedikit kemacetan.
Fang dengan motor hitam besarnya melaju dengan santai di atas aspal—dan berhenti ketika lampu merah menyala terang di persimpangan jalan. Selagi menunggu lampu merah menyala, Fang bersiul sejenak untuk menghilangkan rasa bosan. Matanya melirik ke arah kanan dan juga kiri.
Dan tatapannya berhenti pada trotoar di sebelah kiri jalan.
Ia melihat seorang gadis dibawa kabur oleh segerombol preman (haruskah menyebutnya begitu?). Fang melihat baik-baik; gadis itu memakai seragam yang sama dengan dirinya, rambut hitam sebahu yang tergerai indah, dan juga—wajah itu terlihat tidak asing.
Benar, sangat tidak asing—Fang sepertinya kenal.
Lampu merah segera menunjukkan warna hijau, tanpa basa-basi Fang segera berbelok ke arah kiri dengan motor hitam besarnya. Astaga, pria berambut raven itu baru saja menyadari siapa gadis yang dibawa pergi oleh para preman tadi.
Salah satu dari kembaran Boboiboy.
Walaupun sejak tadi Fang selalu menghindari si kembar lima itu, tapi tetap saja ia tidak ingin jika salah satu dari mereka mendapatkan masalah. Ketika Blaze dilecehkan oleh seseorang di dalam transportasi umum saja Fang marahnya bukan main.
Entah kenapa, Fang selalu ingin melindungi kelima saudari Boboiboy.
Motor hitam berhenti di depan sebuah gang sempit. Fang segera melepas helm-nya, lalu berlarian masuk untuk menyusul Boboiboy yang dibawa masuk ke dalam.
Dan betapa terkejutnya Fang,
Melihat salah satu dari kembaran Boboiboy itu sedang... makan mie ayam dengan para preman.
What?!
"KAK FANG?! KOK KAKAK BISA ADA DI SINI?!"
Taufan sedikit panik ketika melihat sang pujaan hati ada di depan gang. Masalahnya, sejak tadi ia makan dengan posisi yang bisa dibilang seperti kuli panggul; kaki diangkat sebelah, makan dengan porsi yang banyak, dan—ah, sangat tidak menunjukkan sisi feminim.
Kan, malu.
Fang yang sedang berada di depan gang pun hanya bisa diam membisu melihat kelakuan salah satu kembaran Boboiboy yang satu itu.
.
.
"Oh, jadi mereka semua ini teman kamu?"
Fang kini tengah duduk di antara Taufan dan juga kawan-kawan bertampang premannya. Lelaki berkacamata itu sudah berkenalan dengan semuanya—dan ternyata pria berwajah seram itu memiliki sikap yang baik dan juga humble."Iya, mereka semua teman saya kak." Taufan menjelaskan pada Fang jika pria berwajah seram di sekelilingnya ini adalah orang baik.
"Maaf, aku kira—"
"Tidak apa-apa Fang, semua orang memang suka salah sangka begitu." sahut salah satu pria dengan badan penuh tato, Gordon namanya.
Fang tersenyum. Ia baru saja mendapatkan pelajaran penting hari ini.
Jangan pernah melihat sesuatu hanya dari luarnya saja.
Taufan kembali memakan mie ayamnya yang terlihat sangat menggiurkan. Gadis berambut sebahu itu tidak sadar jika Fang sejak tadi memerhatikannya.
"Enak banget ya mie ayamnya?"
Uhuk, Taufan lupa jika ia kini sedang bersama Fang.
"Eh? Hehehe. Maaf kak, aku kalau makan memang suka berantakan begini." Taufan mengaku, memang benar—ia tidak bisa menjaga sopan santun ketika makan.
Dalam hati, sejujurnya Taufan takut jika Fang menjadi ilfeel dengannya.
Fang tersenyum lembut, "Nggak apa-apa, aku juga begitu."
Taufan tersenyum mendengarnya, "Kakak mau? Nanti aku pesankan."
Fang mengangguk, "Boleh."
"Heh, Chaddok. Cepat pesankan mie ayam satu lagi. Bilangin ke abang-abangnya, harus yang spesial." Taufan memberi perintah pada seorang pria berambut gondrong yang tengah sibuk menghisap rokok.
Chaddok segera memberikan pertanyaan, "Kenapa harus spesial?"
"Ya karena ini buat orang yang spesial."
Semua orang yang berada di dalam gang sempit pun berteriak ricuh. Baru melihat pertama kali Taufan berbuat romantis pada seorang pria. Fang yang menjadi objek 'cie-cie' dari teman-temannya Taufan pun hanya bisa terkekeh dengan wajah memerah.
Taufan ini... benar-benar menyukainya ternyata.
.
.
"Makasih, kak."
Taufan berucap sembari bersender pada punggung lebar Fang. Setelah makan mie ayam bersama, Fang mengantar Taufan pulang dengan motor hitam besarnya.
"Makasih buat apa, Taufan?"
"Mau nganterin aku pulang."
Di balik helm hitamnya, Fang tersenyum lembut, "It's my pleasure."
Jalanan kian semakin sepi, langit sudah semakin gelap. Taufan yang duduk di belakang Fang hanya bisa tersenyum. Masih tidak percaya jika hari ini bisa menghabiskan waktu dengan sang pujaan hati. Perlahan, kepalanya kembali disenderkan pada punggung Fang—kedua tangan memeluk pinggang sang kakak kelas.
Benar-benar mencari kesempatan dalam kesempitan.
"Taufan."
"Iya, kak?"
"Kenapa kamu suka sama aku?"
Motor hitam berjalan santai di jalan. Taufan terlihat berpikir—kenapa ya dia bisa naksir sama Fang?
"Nggak tahu, kak. Suka aja." jawab Taufan.
Memang benar, Taufan tidak paham mengapa ia bisa naksir sama ketua OSIS SMA Pulau Rintis. Padahal sebelumnya Taufan tidak peduli akan cinta-cintaan. Bahkan ketika dulu SMP, ada banyak pria yang hendak mendekatinya—Taufan selalu menolak dan lebih memilih menjadi teman.
Taufan adalah tipe gadis yang lebih senang bersahabat, tapi ketika melihat Fang untuk pertama kali—entah kenapa hatinya langsung berbunga-bunga.
"Kak."
"Iya?"
"Kakak suka nggak sama aku?"
Fang terkekeh, "Suka."
Taufan langsung menolehkan kepalanya menatap Fang, "HAH?! SERIUS KAK?!"
Lagi-lagi Fang tersenyum, "Iya. Suka sebagai sahabat."
Sahabat.
Sahabat.
Sahabat.
Taufan mengerucutkan bibirnya, "Yah, kirain sebagai seorang wanita gitu kak. Padahal saya sudah siap jadi istri kakak."
Kali ini Fang tertawa mendengar ucapan Taufan yang terdengar begitu blak-blakkan.
Tapi sejujurnya, Fang suka. Tidak dengan Taufan saja; dengan Ice, Blaze, Gempa pun ia juga suka.
Dan tentu saja Halilintar—walaupun gadis itu memang selalu bersikap acuh tak acuh.
Menurut Fang, mereka semua memiliki sifat dan sikap yang berbeda-beda. Ice yang memiliki sifat malas—tapi sangat asyik jika diajak berbincang. Blaze yang memiliki sifat kekanak-kanakan dan juga polos—tapi jika diberitahu sekali maka gadis berwajah imut itu akan menurut. Dan juga Gempa—gadis yang menurut Fang memiliki sifat paling umum dengan gadis lainnya; sopan, santun, manis, senang berorganisasi. Yang terakhir Taufan—gadis ini sangat hiperaktif, tidak bisa ditebak, begitu ceria, dan senang bergaul dengan siapa pun.
Fang suka dengan semua sikap Boboiboy bersaudara.
Motor hitam berhenti di depan rumah Taufan. Namun gadis berambut hitam sebahu itu enggan turun dari atas motor milik Fang.
"Taufan, sudah sampai."
"Nggak mau pulang."
"Terus?"
"Maunya digoyang."
"Heh!"
Taufan terkikik melihat ekspresi Fang. Ia memang senang menggoda kakak kelasnya itu.
"Aku masih mau sama kak Fang. Kalau besok pasti nggak bisa."
Fang bertanya, "Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?"
"Kalau besok pasti kak Fang bakal kabur kalau aku samperin." ucap Taufan jujur.
Pria berambut raven itu tertawa, "Ya, gimana nggak kabur. Kamu nyamperinnya bawa pasukan begitu."
Keduanya terkekeh.
"Thanks ya kak." Taufan pada akhirnya turun dari atas motor.
Fang tersenyum—satu tangannya terangkat untuk mengusap kepala Taufan lembut, "Lain waktu, ayo kita makan mie ayam di gang itu lagi."
Taufan terdiam. Terkejut dan terheran-heran. Mimpi apa dia semalam bisa diusap-usap kepalanya sama Fang?!
Ya Tuhan, Taufan mau mleyot saja rasanya.
"Kak."
"Iya?"
"Jadi suami aku aja hayuk."
Fang terkekeh untuk ke sekian lainnya, "Hahaha, aku pamit ya."
"Iya sayang, hati-hati."
Taufan melambaikan tangan pada Fang yang hendak pergi dari pekarangan rumah. Motor hitam mulai menjauh dari pandangan—meninggalkan Taufan sendiri di halaman rumah.
"Ya Tuhan. Kalau mau request jodoh boleh nggak sih? Mau sama kak Fang aja."
.
.
tbc
Tangerang, 02 April 2021 - 08:49 AM
AN: hai, long time no see. udah berapa abad fanfik ini terlantar?! T_T gak tau deh masih ada yang baca apa engga, hahaha. i hope you all enjoy~
