Summary: Mempunyai kakak yang menyayangimu memang bikin senang, apalagi kembar. Tapi, kalau mereka bersikap berlebihan membuat dirimu repot sendiri bukan? Itulah yang di alami sang adik, Naruto Hikawa.
.
.
Rating:M
.
Disclaimer
Naruto by Masashi Kishimoto
Bang Dream by Nakamura Kou / Takaaki Kidani
D4DJ by Nakamura Kou / Takaaki Kidani
.
.
.
Genre: Family, School, Harem (?), Music, Romance (?), Friendship, Humor walau garing
.
.
Warning: Pemula, Acak-acakan
.
.
.
.
Waktu istirahat adalah surga bagi para siswa-siswi yang habis berkutat dengan pelajaran yang menguras otak. Meskipun waktunya hanya sebentar, tetap saja ini adalah yang di nanti-nantikan.
Umumnya, mereka akan menggunakannya untuk membeli sesuatu di kantin, mengobrol dengan teman di kelas, atau melakukan yang lain seperti latihan DJ.
.
.
Berbeda dengan siswa lainnya, Naruto saat ini sedang menuju ke suatu tempat karena ada sesuatu yang berhubungan dengannya.
'Kira-kira apa yang ingin dibicarakan?' batinnya bingung.
Gara-gara ini, ia menolak ajakan dari Rinku untuk melihat latihan dj grup Happy Around. Dirinya jadi tidak enak kepada gadis periang itu.
Ia melamun sampai tidak sadar dari arah berlawanan, ada seorang gadis berjalan yang sedang tidak fokus ke depan karena ia melihat sebuah kertas di tangannya. Mereka berdua semakin mendekat dan hasilnya..
Bugh
Mereka bertabrakan.
"Itai."
Naruto yang asik melamun langsung sadar saat ada yang menabraknya. Ia melihat gadis didepannya terduduk di lantai sambil mengelus bokongnya. Ia berjongkok mengecek apakah gadis itu terluka atau tidak.
"Kamu baik-baik saja, Kyoko?"
Gadis yang di panggil Kyoko itu menengok ke arah orang yang di tabraknya. Ia melihat Naruto yang menatapnya khawatir. Rona merah tipis muncul di pipinya.
"A-aku tidak apa-apa." jawabnya sedikit tergagap.
Naruto mendesah lega. Ia memegang tangan kanan Kyoko tanpa tahu bahwa yang di pegang wajahnya semakin memerah.
"Ayo, aku bantu kamu berdiri."
"U-um."
Mereka lalu berdiri. Naruto melepas tautan tangan mereka dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal saat Kyoko menunduk dengan wajah memerah.
'Sepertinya dia marah.' batinnya. Ia berfikir karena Kyoko marah karena dirinya.
"Ano... Maaf telah menabrakmu!" seru Naruto sambil membungkuk.
Kyoko melihat pemuda di depannya meminta maaf dengan membungkuk langsung kelabakan. Ia melihat sekeliling. Untungnya tidak ada murid yang melihat mereka. Lalu menengok lagi ke pemuda tampan itu.
"H-Hi-Hikawa-kun. Kamu tidak perlu seperti ini. Ha-harusnya aku yang minta maaf karena tidak melihat ke depan." kata Kyoko dengan menggerakkan tangan ke kiri ke kanan di depan tubuhnya.
Pemuda marga Hikawa menegakkan badannya. "Baiklah kalau kamu yang minta." ucapnya. Ia melihat sang gadis dari atas ke bawah.
Gadis itu berwajah cantik, rambutnya yang berwarna coklat, iris mata coklat sedikit merah muda yang indah di kombinasikan dengan memakai seragam baju putihnya yang di tutup jaket hitam miliknya tapi tidak di resleting, dasi kupu-kupu merah, ia juga memakai headphone hitam di lehernya. Untuk bagian bawah, Kyoko memakai rok warna biru hitam bercorak kotak sedikit putih, kaos kaki hitam pendek dan sepatu khusus sekolah atau di sebut Uwabaki warna putih polos.
Kyoko jadi gugup dengan wajah merona saat Naruto menatap dirinya. Dadanya berdetak dengan cepat. Ia memegang roknya dengan erat agar rasa gugupnya sedikit hilang.
"A-apa a-a-ada yang salah de-denganku?" tanya Kyoko malu-malu.
Naruto tersentak kecil. Dirinya baru sadar terlalu lama memandang gadis didepannya ini.
"Ah tidak, hanya saja kamu...terlihat manis." ucap Naruto polos tanpa menyadari efek yang di timbulkan.
.
'Manis'
'Manis'
'Manis'
Kata-kata dari orang didepannya terniang-niang di kepala Kyoko. Alhasil, asap keluar dari telinganya membuat Naruto panik.
"O-oy, Kyo-"
"KYAAA!!"
Belum sempat Naruto menyelesaikan perkataannya, gadis itu berteriak dan berlari secepat mungkin meninggalkan sang pemuda yang melongo melihatnya.
"Dia kenapa ya?" gumam Naruto tidak mengerti.
Ia berfikir mengapa Kyoko seperti itu. Merasa tidak tahu jawabannya, Ia mengangkat kedua bahunya.
"Ya sudahlah..."
Naruto melanjutkan langkahnya tanpa tahu bahwa ada sebuah kertas tergeletak di lantai.
Yah, sepertinya Kyoko melupakan kertas miliknya. Berharap saja tidak hilang.
.
.
.
Di tempat lain sebelum Naruto dan Kyoko bertemu.
Di sebuah sekolah lain tepatnya di Haneoka Joshi Gakuen atau SMA Khusus Gadis Haneoka, seorang gadis berambut hijau mint pendek sebahu yang duduk di kursinya sedang cemberut melihat banyak tumpukan kertas didepannya.
"Ah~ dokumen-dokumen ini tidak ada habisnya!" gerutu sang gadis kesal.
Gadis itu kemudian melihat gadis lainnya yang duduk mengerjakan sesuatu dari laptopnya di meja besar di depannya. Ia memasang muka memelas.
"Tsugu-chan, bantu aku menyelesaikan ini dong~." pintanya berharap agar gadis didepannya luluh.
Gadis yang di panggil Tsugu menengok ke arah gadis yang memanggilnya. Ia menggeleng pelan "Tidak bisa, Hina-senpai. Sebagai Kaichou, Kertas-kertas itu wajib di isi olehmu." tolaknya. Ia sebenarnya ingin membantu tetapi kata para guru memang dokumen itu harus di kerjakan oleh Ketua Osis sendiri.
"Mou~" Hina menggembungkan pipinya sebal. Ia merasa bosan dengan ini.
Singkatnya, Hikawa Hina sekarang berada di ruangan Osis Haneoka. Ia menjabat sebagai Kaichou. Gadis yang tadi berbicara dengan Hina tadi bernama Tsugu atau Hazawa Tsugumi. Ia mendampingi Hina sebagai Fuku-Kaichou.
Hina kemudian berjalan menuju ke tempat Tsugumi, lalu duduk di sampingnya membuat Tsugumi menghentikan pekerjaannya dan menatap Hina heran.
"Ada apa, Hina-senpai?"
Hina tersenyum manis. "Aku ingin menanyakan sesuatu. Ini tentang Naru-chan."
"Naruto-kun?" tanya Tsugumi bingung.
Hina mengangguk lalu memegang tangan Tsugumi membuatnya kaget. "Kalian kan teman masa kecilnya, pasti Naru-chan memberi tahu kalian tentang sekolahnya. Bisa beri tahu aku dimana sekolah Naru-chan?" tanya Hina memohon.
Ah, Tsugumi paham. Sepertinya kakak dari Naruto-kun ini mencari informasi tentang adiknya darinya. Tapi...
"Gomen, aku tidak mengetahuinya. Moca-chan, Tomoe-chan, Himari-chan juga tidak tahu. Bahkan Ran-chan yang bersamanya dari TK pun tidak tahu dimana Naruto-kun bersekolah." jelas Tsugumi jujur. Semenjak mereka lulus SMP, Naruto memutuskan untuk mencari sekolah lain karena di kota ini hanya ada sekolah khusus gadis. Naruto tidak memberi tahu kepadanya dan yang lain. Ia tidak tahu apa alasannya.
"Souka." Ekspresi Hina berubah menjadi murung. Ia melepaskan tautan tangan mereka.
Tsugumi jadi tidak tega melihatnya. "Kenapa Senpai tidak tanya sendiri kepada Naruto-kun?"
Hina menggeleng. "Aku sudah bertanya kepadanya, tetapi Naru-chan tidak mau menjawabnya." Dulu sebenarnya ia memaksa adiknya untuk menjawab. Tapi tatapan adiknya yang marah membuatnya takut dan tidak ingin mengulanginya kembali.
Tsugumi terdiam. Senpai di depannya yang mempunyai ikatan darah dengannya saja tidak tahu apalagi mereka yang hanya berstatus teman masa kecil. Ia jadi mengingat perkataan Naruto beberapa minggu yang lalu.
"Entahlah, kapan aku harus memberitahu tentang aku bersekolah dimana kepada kalian. Tapi aku merasa tidak lama lagi kalian akan mengetahuinya."
"Naruto-kun pernah berkata pada kami, Senpai."
Raut wajah Hina berubah senang. "Benarkah?"
Gadis iris coklat muda itu mengangguk. "Ia berkata kalau ia merasa tidak lama lagi kita akan mengetahuinya. Jadi kita tunggu waktunya saja."
Rasa optimis muncul di hati Hina. Ia merasa tidak sabar "Baiklah, sampai saat itu tiba, aku akan sabar menunggunya." ujar Hina semangat.
Tsugumi tersenyum. Syukurlah ia berhasil menghibur senpainya ini.
Deg
Tiba-tiba Hina tersentak membuat remaja berambut hitam bob khawatir.
"Kenapa denganmu, Hina-senpai?"
Hina tidak menjawab. Secara ajaib beberapa helai rambutnya mulai berdiri seperti antena. Ekspresinya berubah menjadi geram membuat Tsugumi takut.
"Be-BERANINYA ADA YANG MENDEKATI NARU-CHAN KU!!"
Tsugumi menghela nafas. Dia kira ada sesuatu. Ternyata penyakit Brocon Hina kumat lagi. Ia juga berfikir kalau kembaran dari Hina-senpai juga mempunyai sifat yang sama dengannya. Ia tersenyum miris memikirkan temannya yang sangat menyukai Naruto.
'Sepertinya perjuanganmu mendapatkan Naruto-kun tidak mudah, Ran-chan.'
.
.
.
-Another Place-
.
KRAK
Sebuah pulpen yang di pegang oleh seorang gadis patah di tangannya membuat gadis-gadis yang lain takut. Bukan takut karena pulpennya patah tapi aura yang dikeluarkannya. Gadis-gadis itu menjauh demi keselamatan mereka.
Suasana di ruangan ini jadi mencekam.
"Arisa, Sayo-senpai seram."
Seorang gadis surai coklat pendek dengan gaya rambut seperti kucing? menatap takut Sayo. Baru pertama kali ia melihat Senpainya bersikap seperti ini.
Gadis yang bernama Arisa melihat gadis di sebelahnya dengan tatapan sengit. "Baka! jaga bicaramu!" Ia cemas kalau perkataan gadis di sebelahnya membuat Senpainya tambah marah. Sama seperti temannya, ia juga pertama melihat Sayo-senpai punya sifat itu. Dan kenapa rambutnya Sayo-senpai ada yang berdiri!? Kemudian Arisa melihat gadis berambut hitam panjang.
"Rinko-senpai, apa Sayo-senpai kadang-kadang seperti ini?" tanya Arisa kepada remaja yang ia panggil Rinko-senpai. Ia merasa Rinko-senpai tahu sesuatu karena mereka sering bersama apalagi Sayo-senpai dan Rinko-senpai satu band.
Rinko mengangguk patah-patah. Keringat dingin mengucur deras di dahinya. "Ha-Ha'i. Hikawa-san terkadang seperti ini saat kami melakukan latihan. Ka-kami semua takut melihatnya bahkan Yukina-san sekalipun." jawabnya.
"Lalu apakah Rinko-senpai tahu penyebabnya?"
Hanya gelengan kepala sebagai jawaban membuat dua gadis lainnya terdiam.
"Shirokane-san! Ichigaya-san!"
Dua gadis itu berjengit kaget. "Ha'i!" Mereka menatap ngeri saat Sayo melihat mereka dengan tatapan tajam.
"Selesaikan pekerjaan kalian. Pekerjaan itu tidak akan selesai dengan sendirinya." kata Sayo dengan nada dingin.
Tanpa babibu lagi Rinko dan Arisa mengerjakan pekerjaan mereka. Kemudian Sayo melirik ke arah gadis satunya.
"Toyama-san!"
"Ha'i!" gadis itu berdiri tegap. Setetes keringat muncul di dahinya.
"Fokus pada latihanmu. Besok konsernya akan dimulai."
"Aku mengerti." Gadis itu membungkuk dan langsung meninggalkan ruangan itu terbirit-birit.
Sayo berdiri ke arah laci meja yang berada di pojok ruangan. Ia membuka laci itu dan mengambil pulpen yang baru. Auranya menghilang dengan sendirinya dan rambutnya kembali seperti normal.
Rinko dan Arisa menghela nafas lega. Akhirnya suasananya kembali seperti biasanya. Tapi mereka diam saja tidak ingin Sayo kembali marah, jadinya mereka hanya melihat Sayo kembali ke tempat semula.
Sayo sadar mereka menatapnya tapi ia abaikan. Ia hanya memikirkan satu hal.
'Takkan ku biarkan siapapun memiliki Naru meski Hina sekalipun!' batinnya sambil melanjutkan pekerjaannya.
.
.
.
.
Kau mempunyai Kakak kembar yang sangat menyayangimu, Naruto.
.
.
-Naruto Side-
.
Beberapa saat kemudian, Naruto telah sampai di tempat tujuannya. Ia menatap sebuah pintu yang bertulisan 'Ruangan Kepala Sekolah'. Lalu ia mengetuk pintu itu.
Tok Tok Tok
"Masuk!"
Setelah mendapat jawaban di balik pintu itu, remaja itu masuk ke dalam ruangan. Ia melihat seorang pria dewasa sedang duduk di kursi kerjanya dengan beberapa dokumen di atas mejanya. Pria itu menatapnya seolah dia menunggu kedatangannya.
"Duduklah, Naruto."
Lantas Naruto duduk di tempat yang di sediakan. Pemuda Hikawa itu melihat kepala sekolah yang menatapnya dengan pandangan serius. Entah bagaimana, pria didepannya menyalakan lampu tidur yang entah darimana ia mendapatkannya.
Pria itu menaruh kedua sikunya di atas mejanya dan menautkan kedua tangannya didepan wajahnya membiarkan setengah dari dirinya terkena sinar lampu bak seorang detektif.
"Apa kau tahu mengapa aku memanggilmu ke sini?" tanya pria itu dengan nada datar. Aura kebijaksanaan menguar darinya.
Tatapan Naruto berubah menjadi bosan. "Tidak tahu, dan bisakah anda menghentikan nadamu itu Azazel-Kouchou? atau aku akan bilang kepada Maho bahwa ayahnya membaca buku dewasa di ruangannya." ujar Naruto sambil menunjukkan sebuah video di hpnya. Terdengar kurang ajar memang saat seorang murid mengancam seorang guru. Bisa jadi murid itu mendapat hukuman karena kelakuannya.
Tapi bagaimana lagi, Naruto merasa orang didepannya tidak cocok bersikap berwibawa sementara penampilannya seperti itu. Lihatlah, gaya rambutnya aja norak begitu, di belakang warna hitam di depannya warna kuning, Lalu mukanya seperti orang mesum bin ngeselin. Dan terakhir, apa-apaan memakai kostum detektif itu? memangnya lagi memecahkan sebuah kasus?
Di luar dugaan, ekspresi pria yang dipanggil Azazel itu berubah jadi horor saat video kelakuannya ada di tangan muridnya. Keringat dingin mengalir di pelipisnya.
"Da-darimana kau mendapatkannya?" tanya Azazel gagap sambil menunjuk Naruto.
Naruto menyeringai tipis. "Yah~, bisa di bilang Maho meminta tolong padaku untuk mengawasi ayahnya yang mesum." Apa yang ia bilang tidak salah. Pada suatu hari, anak dari kepala sekolah di depannya atau di panggil Maho meminta sesuatu kepadanya.
Azazel membeku. Waduh, kalau putrinya yang ia cintai tahu tentang ini, bisa-bisa ia mendapatkan sesuatu darinya. Ia harus melakukan tindakan pencegahan.
"Oh begitu~" kata Azazel sok tenang padahal di dalam hatinya panik gak karuan.
Naruto masih mempertahankan seringainya "Ya."
Keheningan melanda di ruangan yang di tempati mereka berdua.
.
.
.
.
"Berikan video itu padaku, bocah!"
"Ogah!"
"KALAU MAHO-CHAN TAHU, AKU BISA DIBUNUH OLEHNYA!"
"AKU GAK PERDULI, SENSEI!"
.
.
.
.
-A Few Moments Later-
"Hah~"
Azazel menghela nafas lelah. Ia menatap Naruto yang sedang mengambil sesuatu di pojok ruangannya.
"Bisakah kau merahasiakan itu dari Maho-chan?" pinta Azazel penuh harap. Jujur saja, ia berharap pemuda tampan itu tidak memberi tahu tentang video itu kepada putrinya.
Naruto tidak menengok ke arah Azazel sebab ia mencari sesuatu tapi tetap menjawab pertanyaan dari pria tersebut. "Itu bisa di atur, Kouchou. Asalkan..." Ia membuat gestur tangan meminta sogokan.
Alis Azazel berkedut melihatnya. Ia merasa kesal. Bocah ini... dia memerasku.
"Baik, berapa yang kau minta?"
"Lima juta yen..."
"APA!?" Teriak Azazel tidak percaya. Muke gile, di balik wajah tampannya yang di idolakan para gadis di sekolah yang di kelolanya, ada sisi lain dari pemuda yang baru di ketahui olehnya. Pemuda ini, mata duitan akut.
"SERIUS? KAU GILA!"
Naruto menatap Azazel yang berdiri dari kursinya. Ia memegang yang ternyata sebuah kamera kecil untuk memata-matai Azazel. Lalu ia berjalan menuju ke tempat duduk tadi. "Tentu saja tidak, Kouchou. Aku cuma bercanda saja." ucap Naruto kalem.
Ctak
Perempatan muncul di pelipis Azazel. Sungguh, baru saja dirinya sangat panik dan sekarang remaja itu bilang ia cuma bercanda? ingin rasanya pria itu melempar Naruto ke jurang.
Ia mengatur pernafasan miliknya agar emosinya stabil.
"Kouchou, awas cepat tua."
Bletak
Naruto, sepertinya kau harus belajar menjaga perkataanmu.
.
.
.
"Jadi? apa yang ingin Kouchou bicarakan denganku?" tanya Naruto sambil mengelus kepalanya yang benjol. Sepertinya itu disebabkan oleh Azazel. Ia meringis sakit saat memegang benjolannya.
'Ouch, sakit. Keras juga pukulannya.'
Azazel sekarang menyenderkan punggungnya di kursi kebanggaannya. Ia mengabaikan Naruto yang masih mengelus kepalanya. "Kembali ke pembicaraan. Naruto, kau tahu kan bahwa acara Yoba no Matsuri sudah dekat?" tanya Azazel serius. Sekarang saatnya memulai pembicaraan yang sebenarnya.
Yoba no Matsuri atau Festival Yoba adalah sebuah acara tahunan yang biasa diadakan di Akademi Yoba. Festival ini di selenggarakan pada awal musim gugur. Meski akan dimulai pada beberapa bulan kemudian, nyatanya persiapannya tidak mudah. Sebab apa? Festival ini sangat dinantikan oleh masyarakat sekitar karena bersifat umum, bisa di datangi semua orang. Acara ini dimulai pada pagi hari, para murid membuka stand menjual makanan di halaman sekolah atau membuat yang lain seperti kafe dll di dalam kelas sampai sore hari.
Dan puncaknya, di malam hari di Festival Yoba inilah yang paling ditunggu-tunggu yaitu acara dimana Konser dari murid-murid Akademi Yoba.
Naruto mengangguk pelan. Tahun lalu ia mengikuti Festival itu meski hanya mengadakan kafe di kelasnya.
"Sensei benar. Festival itu sebentar lagi. Memangnya kenapa Sensei?" tanya Naruto heran. Kenapa kepala sekolah membicarakan ini dengannya? bukan dengan yang lain seperti Ketua Osis?
Azazel merubah posisinya menjadi duduk tegap.
"Aku ingin kau ikut berpartisipasi di Night Stage!"
Oke. Ia berfikir sebentar. Apa kepala sekolah benar berkata seperti itu atau telinganya yang bermasalah?
"Kouchou, bisa di ulangi sekali lagi?"
Azazel menepuk jidat. Astaga, inikah murid peringkat kedua dari Akademi Yoba setelah Shikamaru? Kok begini saja harus di ulangi?
"Aku ingin kau ikut berpartisipasi di Night Stage tahun ini." kata Azazel sekali lagi sambil menekan-nekan perkataannya.
Naruto terdiam. Gir-gir di dalam otaknya berputar dengan cepat. Night Stage adalah nama konser dari acara terakhir Yoba no Matsuri. Dan Kouchou bilang ia harus ikut konser itu?
Hanya satu kata terucap di bibirnya.
"HAH!?"
.
.
.
-Skip Time-
.
Teng Teng Teng Teng
Bel pulang sekolah telah berbunyi. Para murid berhamburan keluar untuk pulang ke rumah. Tetapi ada juga yang masih berada di Akademi karena kegiatan Ekstrakurikuler masing-masing.
Didalam kelas Naruto, tampak sebagian murid sedang menata perlengkapan mereka.
"Akhirnya selesai juga." Kiba yang telah selesai dengan kegiatannya menengok ke belakang tepatnya ke arah Menma.
"Menma, besok kau ada waktu?"
Menma yang di tanyai oleh Kiba mengingat kembali apakah ada waktu luangnya. "Sepertinya ada. Memangnya kenapa?" tanyanya. Kalau di pikir kembali, ia hari minggu selalu berada di rumah.
"Nah besok temani aku untuk membeli karya terbaru dari Miku-chan. Kabarnya ia akan langsung menandatangani CD lagu terbarunya." ujar Kiba senang membuat sedikit menarik perhatian Naruto.
Naruto melirik ke arah Kiba tapi tidak di sadari olehnya. Ia sudah tahu kalau pemuda Inuzuka itu sangat mengidolakan Ibunya. Ibunya telah memberi kabar kepadanya kalau CD terbarunya akan rilis besok.
'Mah, nanti sore CD Kaa-san sudah ada di rumah seperti biasanya."
Namanya juga anak dari idola, selalu pertama bro.
"Okelah aku temani. Besok juga aku membeli game terbaru." Menma mengangguk. Kiba menyengir dan membuat Fistbump yang senang hati di balas oleh Menma.
Srek
Shikamaru berdiri dari kursinya membuat semua teman-temannya melihat ke arahnya. "Minna, aku pulang duluan. Oyaji menelponku karena ia butuh bantuan dalam kerjanya" katanya.
Menma, Kiba, dan Naruto mengangguk sementara Sasuke tersenyum tipis.
"Hn, pulanglah. Shikaku-san menunggumu." ujar Sasuke. Apa yang Shikamaru rasakan juga selalu di rasakan olehnya.
"Kau mengusirku?"
"Hn."
"Mendokusei." trademark khasnya Shikamaru keluar. Ia menengok ke arah gadis surai panjang biru kehitaman yang sedang berkumpul.
"Rei, ayo pulang!" kata Shikamaru sedikit mengeraskan suaranya agar di dengar oleh gadis itu.
Sang gadis menoleh ke arah Shikamaru. "Ha'i, tunggu sebentar." Ia melihat kearah teman-temannya. "Kalau begitu, aku pulang dulu. Mata ne!" ucap Rei meninggalkan teman-temannya sambil melambaikan tangannya.
"Sampai besok!"
"Ya!"
"Bersenang-senang lah!"
Rei mendekati Shikamaru. Ia tersenyum manis dan memegang lengan kekasihnya ini.
"Ayo."
Pemuda Nara mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama ingin keluar dari kelas.
"SIALAN KAU RUSA PEMALAS!"
Ah, Kiba dan Menma rupanya iri melihat kedekatan pasangan itu. Shikamaru hanya melambaikan tangan kanannya sebelum menghilang dari pandangan mereka.
"Cih, si rusa itu beruntung sekali bisa berpacaran Togetsu Rei." kata Kiba dengan nada kesal. Ia benar-benar iri melihat Shikamaru mendapatkan salah satu member grup DJ terkenal, Happy Around.
"Betul. Kapan aku bisa sepertinya?" ucap Menma lesu.
Sasuke yang lagi mengecek hpnya terkekeh.
"Teme! apanya yang lucu?" Sepertinya suara kekehan Sasuke terdengar di telinga Menma.
"Tidak, hanya saja..." Sasuke berpindah ke bangkunya Shikamaru tepat di belakang Naruto. "...Aku tidak yakin ada gadis yang mau dengan kalian." lanjutnya dengan wajah mengejek.
"APA KATAMU!?" teriak Menma Kiba tidak terima.
"Ma ma sudahlah kalian. Sasuke hanya bercanda. Berfikirlah positif. Suatu saat kalian akan menemukan takdir kalian masing-masing, tapi bukan sekarang." Naruto yang menyimak daritadi akhirnya bicara juga dengan kata-kata bijak sambil tersenyum. Sekilas senyuman dari Naruto terlihat indah tapi kalau bagi mereka yang mengenalnya terutama Kiba, Menma dan Sasuke, senyuman itu seperti ancaman.
Trio itu langsung bungkam.
"Baik-baik. aku mengerti." kata Kiba ngalah yang di bantu anggukkan yang lain.
"Bagus.." Setelah mengucap itu, Naruto melirik ke arah Sasuke. "Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Sasuke?"
Sasuke tersenyum tipis. Sudah ia duga Naruto paham gerakannya "Ketahuan ya.. Tidak masalah. Naruto, apa kau besok sibuk?"
Yang ditanyai menaikkan alisnya. Tumben Sasuke menanyakan tentang waktunya "Tidak. Besok aku banyak waktu senggang. Ada apa?"
"Apakah kau mau ikut denganku ke salah satu studio milik keluargaku?"
"Ya bolehlah. Ngomong-ngomong studio yang mana?" Setahunya ada beberapa studio musik milik Sasuke yang pernah ia kunjungi dulu. Ia sesekali melirik ke arah Kiba dan Menma yang bermain Jan Ken Po?
"dub."
"Oh... tunggu? dub!?" Naruto menengok kearah Sasuke kembali. Studio itu kan terletak di kotanya sekaligus yang terbesar di sana. Jarak antara rumahnya dan lokasi studio itu juga tidak terlalu jauh.
"Memangnya kenapa dengan studio musik yang itu?" Ia jadi penasaran kenapa Sasuke ingin ke sana.
"Aku ingin mengecek sesuatu di sana." kata Sasuke tenang.
Naruto mengerutkan keningnya. "Mengecek? maksudmu?"
Pemuda Uchiha itu menghela nafas "Di dub, ada sebuah band yang akan mengadakan konser di sana. Kau tahu kan biaya sewa panggung di sana sedikit mahal?" tanya Sasuke yang dibalas anggukan oleh Naruto. Lalu ia melanjutkan "Karena itulah, mereka berinisiatif melakukan semua persiapannya sendiri agar biaya operasional nya lebih murah." jelasnya.
Naruto kagum kepada band itu yang melakukan semuanya secara mandiri. Menurut ibunya, membuat konser itu sangat sulit, bahkan katanya ia harus meminta orang lain untuk membantunya. Di garis bawahi, kalau konser ibunya termasuk terbesar di jepang jadi wajar saja sang ibu kesulitan.
Tapi tetap saja mereka sangat hebat.
"He~ aku yakin member band itu bekerja sangat keras demi para fans-nya." puji Naruto kepada band itu. Suatu hari, ia ingin berada di posisi mereka untuk membuat konser sendiri. Ia ingin tau nama band itu.
"Sasuke, apa nama dari band itu? tanya Naruto penasaran.
Kali ini giliran Sasuke yang bingung kepada Naruto karena sikapnya yang antusias.
"Mereka adalah Roselia."
Ekspresi Naruto perlahan berubah saat mendengar perkataan Sasuke. Tunggu sebentar. Yang ia tahu, ia hanya mendengar nama Roselia dari satu orang. Yang artinya band itu adalah band yang ikuti oleh kakak tertuanya!?
.
.
"Roselia katamu!?"
.
.
.
Yo welcome back.
Sudah hampir satu bulan aku tidak update.
Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena jarang update.
Oke disini saya punya pertanyaan?
Apakan Raise A Suilen mau di munculkan atau tidak?
Berikan jawaban dan alasanmu di komentar.
Sampai di sini saja dulu.
Jangan lupa berikan kritik dan saranmu di kolom review.
