Disclaimer : Gege Akutami

A Fanfiction by Noisseggra

Pair : Gojo X Geto

Genre : Romance, Drama

Warning : YAOI, BL, RATED M, AU (Alternate Universe), OmegaVerse, maybe typo (s), probably OOC, bahasa campur aduk

PS. Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V

You have been warned !

.

.

# Makasih banyak buat ai selai strawberry and loeybby yang udah yempetin review. Dibales lewat PM ya~ ^o^/

.

.

Kyou Kara Mate

.

.

Setelah beberapa hari berada di rumah sakit, akhirnya keadaan Geto membaik. Hari itupun ia sudah bisa pergi dari rumah sakit. Gojo membawakan barang bawaannya meski Geto sudah baik-baik saja. Mereka turun ke tempat parkir, Gojo membawa mereka menghampiri sebuah mobil berwarna putih dengan variasi lining biru di sekeliling mobil. Geto menatap datar. Dia memang bukan orang yang paham soal mobil, tapi itu tipe mobil yang sekali lihat pasti orang langsung tahu itu mobil mahal.

"Aku suruh Nanami mengantar mobil ini," jelas Gojo. "Nanti kutitipkan di Zennin atau di rumah Yuuji, biar gampang kalau kita mau jalan-jalan," ia tampak bersemangat. "Ah, atau aku beli rumah saja ya di daerah sana," dan sebuah jitakan pun melayang di kepala Gojo.

"Geez kau ini kenapa sih," protes Gojo membukakan pintu mobil untuk Geto.

"Tidak kenapa-kenapa. Hanya berpikir mobil ini sangat cocok denganmu," Geto memasuki mobil, duduk di kursi samping kemudi.

"Begitu," Gojo meletakkan tas Geto di belakang lalu duduk di kursi kemudi. "Mungkin nanti tinggal beli mobil yang cocok denganmu."

"Geeez kau ini," Geto menjewer pipi Gojo.

"Aaa ittai," keluh Gojo. Ia mulai melajukan mobilnya meninggalkan rumah sakit. Geto diam selama perjalanan, ia lebih memilih memandang keluar jendela daripada mengobrol dengan Gojo. "Hei, hei, kau kenapa," Gojo menoel pipi Geto saat mobilnya berhenti di lampu merah.

"Hanya masih mencoba mencerna kalau mate ku orang tajir," ucap Geto.

"Ghh, masih memikirkan itu juga," Gojo kembali melajukan mobilnya saat lampu berubah hijau.

"Hei, tapi aku serius. Memangnya tidak apa-apa aku mate mu?"

"Heeh masih mau membahas ini lagi? Mau berantem lagi?"

"Bukan. Tapi beneran deh, aku tahu kau orangnya semaumu sendiri jadi aku paham kalau kau tak peduli pada omongan orang. Tapi bagaimana dengan kerabatmu, keluargamu? Kau sudah bilang pada orang tua mu kalau aku mate mu?"

Gojo tersenyum. "Mau ketemu orang tua ku?"

"…" terdiam sedetik, wajah Geto langsung memerah. "Bu-bukan itu maksudku. Aku hanya…" ia membuang muka.

"Ma, cepat atau lambat aku juga pasti akan mempertemukanmu dengan mereka. Tenang saja, jangan khawatirkan soal mereka. Apapun yang terjadi toh aku tetap akan memilihmu."

"Tch, lagi-lagi bilang seperti itu."

"Hahaha, ah serius kalau dibikin film pasti seru. Nanti tiba-tiba orang tua ku tidak setuju, dan demi cintaku padamu aku rela keluar dari clan, meninggalkan semua kemewahan dan kebahagiaan duniawi demi mengejar cinta sejati. Pffftt…bwahahaha."

"Heeeh, ini bukan hal yang bisa ditertawakan."

"Hahahahaha habisnya lucu saja. Oh, atau jangan-jangan kau tak ingin aku keluar dari clan, karena nanti aku jatuh miskin. Kau tidak jadi mau denganku karena aku berubah miskin," Gojo melanjutkan ocehannya.

"Terus aja terruuus, teruuuusss. Sampai ada produser yang mau bikin film dari narasimu. Teruuusss," kesal Geto.

"Pffftt, habisnya kau ini kebanyakan overthinking sih. Terlalu mengkhawatirkan hal yang belum terjadi. Kenapa tidak nikmati saja hubungan kita saat ini. Kita belum lama menjadi mate loh, harusnya kau menikmati perasaan ini, bukannya malah memikirkan hal yang tidak-tidak."

"…" Geto terdiam. Mungkin benar apa kata Gojo. Sebaiknya saat ini ia menikmati waktu mereka bersama saja. Masalah nanti selesaikan nanti, yang jelas sekarang nikmati apa yang ada.

Gojo tersenyum melihat ekspresi Geto yang sepertinya sudah membaik. "Hehe tapi aku jadi berpikir kalau aku keluar clan seperti apa ya," Gojo berusaha mengobrol. "Memangnya sebelum kau sadar aku dari clan Gojo yang itu, kau menganggapku apa?"

"Guru les. Kau yang bilang sendiri kau mengajar les private. Mana kemana-mana kau jalan kaki pula."

"Bwahahaha. Benar juga ya. Oh, mungkin kalau aku bukan dari clan Gojo, aku akan jadi Sensei di sebuah sekolah, atau mengajar les private. Lalu untuk cari uang tambahan aku kerja jadi model."

"Pfftt…" Geto tertawa. "Haha percaya diri sekali mau jadi model."

"Tentu saja. Aku tampan kan, tubuhku juga tinggi, pasti lolos jadi model," Gojo senang akhirnya bisa melihat Geto tertawa.

"Narsis mu itu sudah beda level deh," balas Geto.

"Hee atau kau cemburu? Nanti kalau aku jadi model banyak yang ngefans padaku."

"Cih, dalam mimpimu."

Mereka mengobrol ringan selama perjalanan. Karena jalanan cukup padat, lumayan lama sampai mereka tiba di apartment Geto.

"Apartment mu nggak ada garasi?" Tanya Gojo, menghentikan mobilnya di halaman apartment.

"Ada tapi kecil. Isinya motor milik penghuni apartment pula," jawab Geto. Mereka menuju lantai dua, lagi-lagi Gojo memaksa membawakan barang-barang Geto. Geto membuka pintu apartmentnya dan masuk disusul Gojo. Tempat itu agak berdebu karena hampir dua minggu ditinggalkan. Gojo meletakkan tas Geto di ranjang, dan kepulan debu muncul karenanya.

"Hngh, maunya sih langsung mengajakmu melakukan itu, tapi sepertinya harus ditunda. Aku harus bersih-bersih dulu," ucap Geto.

"Huh? Eh?" Gojo tercengang.

Geto menyeringai, ia mendekati Gojo, sengaja berdiri dengan jarak yang sangat dekat. "Aku sudah keluar dari rumah sakit tandanya aku sudah baik-baik saja kan," dengan nakal ia mengusap pelan selangkangan Gojo. "Kau nggak pengen?"

Blush…

Wajah Gojo langsung memerah. "Mungkin aku harus serius memikirkan untuk membeli rumah di daerah sini, atau menyewa apartment."

"Bwahahaha, terserah kau lah," Geto melangkah menjauh mengambil masker di lemari. "Aku mau bersih-bersih dulu. Kau ke rumah Yuuji saja atau Ze—…" ucapan Geto terhenti saat Gojo memeluknya dari belakang.

"Aku pulang saja. Ada urusan kantor juga sih," ia mencium tengkuk Geto.

"Begitu," ia menoleh, menurunkan masker nya untuk menyambut ciuman Gojo.

"Yah, tapi ke Zennin dulu sih nitip mobil. Nanami sudah menjemput pakai helicopter kayaknya."

"Hng, baiklah," Geto memutar tubuh memeluk leher Gojo, lalu melanjutkan ciuman mereka sedikit lebih intens. "Hati-hati di jalan."

"Hng," Gojo memeluk Geto dengan sedikit mengangkatnya, bahkan sampai Geto berjinjit. "Aaaaaah aku tidak ingin pergiiiii."

Geto hanya tersenyum menepuk-nepuk kepala Gojo. Setelah itu Gojo pun pamit, Geto hanya melihat dari balkon lantai dua. "Bwaahahaha," ia tertawa kecil saat melihat penghuni apartment lain sok menyapa nya sambil melirik-lirik mobil Gojo. Geto baru kembali ke kamar setelah mobil Gojo tak terlihat lagi. Ia segera membersihkan apartment nya itu, lalu mandi. Karena lelah, setelah mandi ia yang hanya berniat tiduran sebetar malah bablas tidur sampai jam 4 sore. Tentu saja begitu bangun perutnya keroncongan.

Ia bergegas ke kamar mandi untuk cuci muka, lalu mengambil dompet dan keluar untuk cari makan. Saat melewati kamar penghuni apartment lain, beberapa orang menyapa nya dengan senyum ramah, padahal sebelumnya itu tak pernah terjadi. Ghh…pasti gara-gara Gojo dan mobil mahal nya. Dasar monyet.

Sebelum ini antar penghuni apartment juga tidak begitu akrab karena setiap orang mengurusi urusan mereka sendiri, dan Geto juga tak begitu peduli. Tapi tentu saja, sebagai tetangga, mereka kadang berinteraksi, mengobrol saat pagi, saling menyapa, saling mengunjungi, atau saling membagi makanan saat masak berlebih, normal nya tetangga. Tapi mereka tak pernah sekalipun melakukan hal-hal tersebut pada Geto karena mengetahui dirinya yang Omega. Setiap ia lewat biasanya mereka hanya membuang muka atau pura-pura tak lihat. Itu masih lebih mending daripada yang menatap jijik padanya.

Yeah, Geto tak peduli. Tapi tetap saja ia sadar dengan tatapan-tatapan itu. Dan sekarang tiba-tiba mereka baik padanya? Terlihat jelas sekali motive mereka. Geto hanya balas menyapa singkat bahkan tanpa perlu menghentikan langkah. Ia membalas sambil lalu saja. Ia pergi ke konbini untuk belanja, niatnya ia mau masak saja. Lebih hemat juga daripada makan di luar.

Saat keluar dari konbini, ia teringat dengan pekerjaannya. Apa dia sudah dipecat ya karena libur terlalu lama? Yeah, ada baiknya ia menemui Tenchou nya dulu. Kalaupun dia dipecat ia harus bicara baik-baik untuk pengunduran diri dan minta maaf, Tenchou nya sudah sangat baik padanya selama ini, ia tak mau begitu saja pergi sekalipun ia dipecat.

Geto pun menuju toko es krim di mana ia bekerja. Kalau normal, itu sih jam nya dia selesai shift karena sudah jam 5 lebih sedikit. Saat ia memasuki toko, seseorang berjaz hitam keluar dari sana, mereka sempat berpapasan di pintu. Pria itu sempat membungkuk hormat sebelum melewati tubuh Geto sambil mengucap permisi. Geto sedikit bingung dengan itu.

"Oh, Geto-san," sapa Haru, salah satu pegawai toko. "Kau sudah kembali."

"Iya, Tenchou ada? Aku ingin Tanya soal pekerjaanku. Apa aku sudah dipecat ya, haha. Aku ambil libur terlalu lama."

"He, tapi kan shift mu digantikan oleh Ijichi-san," balas Haru.

"Ijichi?"

"Loh, itu yang barusan papasan denganmu. Dia bilang selama kau tidak masuk kerja, dia yang menggantikan pekerjaanmu," jelas Haru. "Beliau sangat kompeten loh. Cukup diajari satu kali sudah langsung bisa meng-handle semua nya. Kenalanmu?"

"…" Geto bungkam, ia tidak kenal orang barusan. Tapi melihat penampilannya yang rapi dengan jaz hitam dan sepatu pantofel resmi…orang suruhan Gojo kah? Geto menyimpulkan.

"Yeah, semacam itu," balas Geto. "Kalau begitu minta jadwal kerja bulan ini dong, dan tolong sampaikan pada Tenchou aku akan mulai kerja lagi besok."

.

Geto mencoba menghubungi Gojo begitu sampai apartment, tapi cowok itu tak mengangkat. Mungkin sibuk dengan pekerjaan? Geto memakai apron lalu mulai memasak. Ia memikirkan soal Gojo, selama mereka bersama, Gojo seolah selalu memiliki waktu untuk bersamanya. Apa mungkin ia menunda pekerjaannya demi bersama Geto? Ya…kalau dipikir sih memang hanya itu yang bisa disimpulkan. Dia benar-benar melakukan apapun demi Geto.

Geto menghela nafas lelah. "Dan di sinilah aku masih insecure dengan segala yang ada. Bodoh," ucap Geto pada diri sendiri. Geto lanjut masak lalu makan, ia menghabiskan waktu dengan menonton TV. Kebetulan sedang ada film horror yang lumayan menarik baginya.

Setelah film selesai dan ia mau tidur, barulah Gojo menghubunginya balik.

"Gomen gomen, aku ada urusan tadi," ucap Gojo. Geto melirik jam, sudah hampir jam 1 pagi, dan Gojo baru selesai? "Ada apa menghubungi?" Tanya Gojo.

"Tidak ada, hanya kangen saja," balas Geto.

"…" hening dari ujung telefon lalu terdengar sesuatu bergemerisik. Geto hanya tersenyum, ia yakin wajah Gojo memerah saat ini, lalu menyembunyikan wajahnya di bantal atau semacam itu. "Kau belum tidur?" Tanya Gojo selanjutnya. Suaranya terdengar riang, seperti suara orang yang tengah tersenyum. Pasti ada bedanya nada suara orang yang tersenyum dengan yang tidak, dan Geto memahami itu. Maklum lah dia kerja di tempat yang melayani banyak orang, mengucapakan 'selamat datang' dengan senyum dan tidak senyum akan membuat nada suara yang berbeda. Kalau tak percaya coba saja.

"Baru selesai nonton TV," balas Geto. "Kau sendiri belum tidur?"

"Kangen padamu," balas Gojo. Geto tertawa pelan mendengar Gojo membalas gombalannya. Mereka pun ngobrol sampai jam 3 pagi, itu juga kalau Geto tak memaksa menyudahi telefon, Gojo masih ingin mengobrol. Geto hanya takut Gojo banyak pekerjaan besok, apalagi karena ia telah lama menunda itu demi dirinya.

"Oyasumi," lirih Geto seraya mengecup pelan ponsel di tangannya.

.

~OoooOoooO~

.

Shift Geto dimulai jam 9 pagi, tapi karena pagi harus siap-siap membuka toko, jam 8. 15 dia sudah sampai. Begitu ia sampai di toko, ia mendengar Tenchou nya tengah mengobrol dengan seseorang. Saat ia masuk, tampak pria ber jaz hitam yang mungkin bernama Ijichi itu keluar dari ruangan bersama Sakaki—Tenchou Geto.

"Oh, Suguru-kun," Sakaki menyapa.

"Selamat pagi," Ijichi membungkuk hormat menyapa Geto.

"Beliau Ijichi-san yang menggantikanmu selama kau pergi. Katanya kalian teman dekat."

"…ya," balas Geto dengan sebuah senyum, meski ini pertama kalinya mereka bertatap muka, kemarin ia hanya berpapasan saja.

"Karena Geto-san sudah masuk kerja kembali, saya izin pamit," terang Ijichi.

"Terima kasih banyak kerja sama nya selama ini," ucap Sakaki berniat mengantar Ijichi.

"Biar saya saja, Sakaki-san," ujar Geto. Ia pun mengawal Ijichi keluar, mereka ngobrol di depan toko.

"Hajime mashite, maaf jika lancang dan baru memperkenalkan diri," ujar Ijichi. "Saya Kiyotaka Ijichi. Gojo-san menugaskan saya menggantikan shift Anda selama Anda pergi."

"Aku Geto Suguru," Geto menyebutkan nama meski tahu Ijichi pasti sudah tahu soal dirinya dari Gojo. Well, ia hanya mencoba sopan. "Salam kenal Ijichi-san," balas Geto. "Ngomong-ngomong Ijichi-san, sejak kapan kau menggantikanku di sini?"

Ijichi menjawab tanggal ia mulai bekerja di sana. Geto sedikit tercengang, rupanya Ijichi sudah di sana sejak hari kedua Geto berada di villa Gojo. Entah itu Nanami atau Gojo yang mengirim Ijichi, ia harus berterimakasih nanti.

"Terima kasih banyak bantuannya selama ini Ijichi-san," Geto membungkuk hormat.

"Tidak masalah," Ijichi tertawa pelan. "Sebenarnya selama menjalankan tugas ini saya benar-benar hanya ditugasi menjaga shift Geto-san saja tanpa mengerjakan apapun lagi. Jadi benar-benar santai, bisa dikatakan saya sambil liburan di sini."

Setelah berbasa-basi sebentar Ijichi pun pamit. Geto kembali ke toko untuk mulai siap-siap membuka toko. Sekitar 10 menit kemudian barulah Haru datang dan ikut membantu persiapan toko.

.

~OoooOoooO~

.

"Tadaima," ucap Maki sambil memasuki kediaman Zennin.

"Hee, tumben kau pulang," sambut Naoya yang membuat muka Maki jadi masam.

"Kalau tidak ada acara itu aku juga tidak akan pulang," ketus Maki. Dia memang lebih sering berada di dorm sekolahnya, ia hanya akan pulang ke Zennin kalau ada urusan penting saja. Seperti saat ini. Ia pulang karena akan ada acara rutin keluarga, hanya kumpul-kumpul biasa saja sih, tapi wajib semua keluarga datang, beberapa relasi dari clan lain juga akan datang, termasuk dari clan Gojo.

"Ngomong-ngomong Satoru masih mengajar les padamu?"Tanya Naoya.

"Yeah. Sepertinya dia yang mau, karena sudah terlanjur akrab sama anak-anak," Maki berjalan menuju ruangannya tanpa permisi pada Naoya.

"Hee, omoshiroi," seringai Naoya.

.

~OoooOoooO~

.

"Geto-saaaan, kau sudah kembali," riang Yuuji saat datang ke toko dan melihat Geto. Hari itu hari Sabtu, tapi karena toko es krim Geto buka setiap hari, jadi tidak ada yang namanya libur. Libur untuk pegawai digilir sesuai shift, karena itulah hari liburnya tidak pasti. Dan hari ini meskipun Sabtu, Geto sedang kebagian shift jaga.

"Iya, lama tidak bertemu Itadori-kun," sapa Geto.

"Mattaku da, kalian pergi lama sekali," ucap Nobara. Kali itu mereka datang bertiga, Yuuji, Nobara dan Megumi. "Kau tahu, Maki-san jadi uring-uringan takut terjadi apa-apa padamu karena dia yang mengirimmu ke kandang singa."

"Eh? Iya kah? Aku cuma tahu dia jadi lebih sering marah-marah saja sih. Jadi penyebabnya itu?" Tanya Yuuji.

"Dasar cowok nggak peka!"

"Begitu ya, mungkin nanti aku harus minta maaf karena sudah membuat khawatir," ujar Geto. "Sampaikan salamku dulu padanya oke, lain kali aku akan menemuinya langsung untuk minta maaf. Oh, apa nanti sore kalian tidak les? Ini Sabtu kan?"

"Nggak, Sensei lagi ada kerjaan katanya," jawab Yuuji.

"Kalau besok?"

"Hmm…besok datang tidak?" Yuuji lupa, dia menatap ke arah Megumi dan Nobara.

"Tch! Besok kan Zennin ada acara keluarga, Gojo-Sensei juga ikut. Maki-san sudah bilang kan," ucap Nobara.

"Hehe iya kah, aku lupa," Yuuji menggaruk kepalanya. "Jadi besok libur juga les nya. Oh, tapi besok aku dan Inumaki-senpai ada rencana mau bikin pancing. Sama Fushiguro juga. Kau mau main ke tempatku Geto-san? Nanti setelahnya kita mancing bareng."

"Bikin pancing?" Geto menatap bingung. "Bukannya bisa beli?"

"Akan lebih seru bikin sendiri," cengir Yuuji.

"Dasar anak cowok. Padahal lebih gampang beli," cibir Nobara.

"Urusai na, anak perempuan main Barbie saja sana."

"Huuhh!" Nobara dan Yuuji pun mulai bertengkar, yeah karena sedang tidak ada pelanggan lain juga jadi dibiarkan saja.

"Ano, kau benar-benar baik saja Geto-san?" Tanya Megumi tak memedulikan kedua temannya.

"Iya, aku baik saja," Geto tersenyum, yeah meski ia harus masuk rumah sakit beberapa hari sih. Megumi diam, tampak ingin menanyakan lebih banyak tapi tak jadi. "Hmm, atau besok aku ikut memancing saja ya, kebetulan besok aku libur," senyum Geto menatap Megumi. "Kita bisa bicara banyak nanti."

Mata Megumi berbinar meski ia tampak mencoba menahan diri. "Yeah, nanti kita buat empat pancing," ucapnya bersemangat.

.

~OoooOoooO~

.

Sesuai janji, keesokan harinya Geto ke rumah Yuuji. Megumi dan Toge sudah ada di sana. Yuuji tampak tengah menyeret sebatang bamboo yang baru ditebang dibantu oleh kakek nya.

"Heh, ini bamboo yang bagus. Kalau kau nanti sampai tidak dapat banyak ikan, kau sangat menyedihkan," ucap kakek Yuuji, beliau tampak bersemangat.

"Geez, Jii-chan, mana bisa ditentukan begitu. Itu kan hanya mitos," balas Yuuji.

"Heh, dasar anak muda jaman sekarang."

Setelah itu mereka mulai membuat pancingnya dengan istruksi dari kakek Yuuji.

"Aaah, ternyata ini sulit," keluh Yuuji. Ia tak biasa memegang pisau. "Kulit bambunya su—…ouch…" ia meringis saat ujung jarinya tergores kulit bamboo, tentu saja langsung berdarah karena kulit bamboo itu tajam.

Megumi terbelalak melihat itu, Geto segera menutup mata Megumi. "Tutup hidungmu juga," ucap Geto. Megumi mengangguk, ia menutup mata sementara tangannya menutup hidung. Geto menghampiri Yuuji, tapi kakek Yuuji menghadang.

"Jangan sentuh dia!" bentak Kakek.

Geto sempat terkejut tapi lalu tersenyum. "Tenang saja saya juga Omega," ucap Geto. Mendengar itu ekspresi Kakek melembut. Sepertinya ia marah hanya karena khawatir pada Yuuji.

"Akan kuambilkan plester," ucap Kakek lalu berjalan memasuki rumah.

Geto menghampiri Yuuji, ia menghisap jari Yuuji yang berdarah. "Ugh…" keluh Yuuji. Geto menepuk kepalanya pelan untuk menenangkan.

"Kau tidak apa-apa Inumaki-kun?" Tanya Geto pada Toge.

"Shake Shake," Toge membentuk tanda peace dengan kedua tangannya. "Aku Beta jadi tidak terlalu terpengaruh," ucap Toge.

"Warui Fushiguro, aku tidak sengaja," ucap Yuuji.

"Ya," balas Megumi. Dengan perlahan ia membuka mata tapi belum berani melepas tangan dari hidungnya.

"Memangnya darahku juga bisa tercium aroma ya?" Yuuji mengendus ujung jari nya.

"Penciuman Alpha itu tajam loh, apalagi pada Omega," balas Geto.

"Gomen," ucap Yuuji sekali lagi. Kakek Yuuji datang membawa plester dan melingkarkannya di jari Yuuji.

"Punyamu biar aku yang buat saja, Itadori-kun," ucap Geto. "Punyaku juga sudah hampir selesai kok," meski tampak sedikit keberatan, Yuuji pun setuju.

Sekitar satu jam kemudian, barulah mereka menyelesaikan urusan membuat pancing mereka. Sisa-sisa 'kerajinan' sudah mereka bereskan, Yuuji mengambil bekal yang sudah ia siapkan sejak kemarin, Toge membawa jaring untuk tempat ikan mereka nanti. Setelahnya mereka berangkat menggunakan sepeda. Geto berboncengan dengan Megumi, Toge dengan Yuuji.

Geto mengayuh santai di belakang Yuuji yang tampak mengobrol riang dengan Toge. Megumi juga diam saja di boncengan Geto, menatap ke arah Yuuji.

"Geto-san," panggil Megumi pada akhirnya.

"Ya?"

"…bagaimana supaya…aku bisa sepertimu," ucap Megumi. Kepala nya tertunduk di punggung Geto.

"Haha kau Alpha, kenapa malah jadi ingin seperti Omega."

"Bukan, maksudku…" Megumi menjeda kalimatnya. "Aku Alpha tapi rasanya dengan hal kecil saja aku terpengaruh. Hanya dari goresan darah, atau kadang saat aku mencium keringat Yuuji saat pelajaran olahraga di sekolah. Hal-hal sepele semacam itu."

Geto tersenyum. "Apa kau seperti itu pada semua Omega?"

"Tentu saja tidak! Di sekolah juga ada beberapa Omega yang kukenal, tapi aku biasa saja. Bahkan pernah ada yang heat di dekatku, meski terpengaruh, aku masih bisa menahan diri."

"Nah, itu kau sudah tahu jawabannya."

"Huh, apa yang—…" blush, wajah Megumi memerah saat menyadari maksud ucapan Geto.

"Fushiguro-kun, kau menyukai Itadori kan, jadi wajar saja kau terpengaruh meski pada hal-hal kecil sekalipun."

"…k—kau…kenapa bisa tahu, Geto-san…? Apa aku sejelas itu…?"

"Haha, kupikir orang yang melihatmu juga pasti tahu kan. Maki juga sering meledekmu, dia pasti juga tahu kau ada rasa pada Itadori."

"Ugh…"

"Yeah, tapi kalau dilihat dari sifatnya, Itadori pasti tidak akan menyadari nya kalau kau tidak bilang. Jadi kapan kau mau menyatakan cinta?"

"I-itu…itu…"

"Oii…kochi kochi…" Yuuji berteriak dari kejauhan. Geto mengayuh mendekat. "Sepeda nya taruh sini saja, kita jalan kaki. Jalannya nggak bisa dilewati sepeda," ucap Yuuji.

Mereka pun menaruh sepeda di balik sebuah pohon besar, lalu berjalan kaki mengikuti jalan setapak yang dipenuhi akar pohon. Yuuji yang memimpin. Mereka masuk cukup jauh ke dalam hutan, hingga akhirnya Yuuji menemukan sungai yang dicarinya.

"Woah, aku baru tahu ada tempat seperti ini di sini," ucap Megumi. Ia takjub, begitu juga Geto. Tempatnya benar-benar indah. Rimbun pepohonan hijau dengan sungai yang mengalir tenang. Airnya sangat jernih, banyak bebatuan besar di sana.

"Tuna Mayo," ucap Toge mengikuti langkah Yuuji ke tengah sungai.

"Kau sudah pernah ke sini Inumaki-senpai?" Tanya Megumi.

"Iya, biasanya sama Yuuji doang," jawab Toge. "Hei hei berpencar," cegahnya saat Megumi berniat mengikuti. "Aku biasanya di sana, Yuuji di sana. Kalian cari tempat lain."

"Astaga, ada pembagian wilayah kekuasaan," Megumi sweatdrop. Ia pun mencari spot lain bersama Geto. Mereka duduk di atas sebuah batu besar dan memancing dengan jarak yang tak begitu jauh supaya bisa mengobrol. Lagipula cerukan sungai yang mereka pilih untuk dipancing lumayan besar.

"Aku merokok ya," ucap Geto.

"Iya, tidak masalah," jawab Megumi. Mereka diam menikmati suasana alam itu. Suara air mengalir, suara kicau burung, juga desiran angin menggerakkan pepohonan. Damai sekali. "Astaga aku bisa tidur di sini, tempatnya nyaman sekali," ujar Geto.

"Yea, sangat sejuk. Dan batu nya hangat," balas Megumi. Ia menatap kail pancingnya yang belum bergerak, lalu beralih melirik Geto.

"Kalau ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan saja. Aku sudah bela-belain ikut mancing loh," goda Geto.

"Urk…itu…" Megumi tampak kikuk. Ia menarik nafas beberapa kali sebelum mengajukan pertanyaan. "So-…soal kau…dan Gojo-sensei, umm…" ia kesulitan mengutarakan pendapatnya.

"Kau mau Tanya kemana aku menghilang dua minggu kemarin?"

Megumi mengangguk. "Seperti kata Kugisaki, bahkan sampai seorang Zennin-senpai khawatir. Kau seriusan selama pergi itu di…di…umm…i-itu…heat nya Gojo-sensei," wajah Megumi memerah.

Geto tertawa pelan, ia menghisap rokoknya sebelum menjawab. Sepertinya pembicaraan soal sex memang sangat tabu bagi anak-anak seumuran mereka. Sampai menyebut istilahnya saja mereka masih ragu. "Hmm…yeah, kurang lebih sekitar seminggu aku 'dipeluk' olehnya," jawab Geto dengan menggerakkan dua jariya seperti tanda kutip. "Sisa nya aku terbaring di rumah sakit."

Gasp…!

Mata Megumi terbelalak. "Rumah…sakit…" ucapnya tak percaya.

"Yeah, tubuhku luka dari atas sampai bawah. Bahkan leherku masih berdarah, bagian dalamku jangan ditanya lagi. Aku menjalani perawatan intensif selama beberapa hari."

"…" Megumi merinding, wajahnya terlihat lesu. Ternyata benar bisa separah itu Alpha memperlakukan Omega nya saat heat. Ia takut pada dirinya sendiri jika suatu saat ia akan melukai Yuuji.

"Makanya, kuberi saran. Sebaiknya kau menyatakan cinta saat kau tidak sedang heat, dan bukan masa heat Itadori juga," ucap Geto seolah membaca isi pikiran Megumi.

Kcipak…!

"Ooh, sepertinya aku dapat," Geto mengangkat kailnya yang bergerak cepat. Seekor ikan besar tergantung di sana.

"Tapi…aku tetap takut," ucap Megumi. "Aku tidak mau sampai dia terluka. Aku sudah bilang kan, hal kecil saja bisa membuatku sangat terpengaruh. Aku tidak tahu bagaimana jika dihadapkan langsung dengannya."

"Yeah, tapi semakin lama kau menahan diri semakin bahaya loh saat kau meluapkannya nanti. Seperti sesuatu yang dibendung sampai meluap, saat kau melepas semuanya, kau malah takkan bisa berhenti," Geto melepas ikan itu dari mata kail lalu menaruhnya di jaring tempat ikan. Ia memasang umpan lagi di kail dan kembali melemparnya ke air.

"Saranku, sebaiknya kau segera menyatakan cinta. Dan yeah, kalau kalian pacaran, cepat atau lambat kalian pasti akan melakukan 'itu' kan. Kalau kau belum siap, sebaiknya jangan dekati dia saat heat, begitu juga sebaliknya, jangan biarkan dia mendekatimu saat kau heat. Kalau kalian sudah sama-sama setuju untuk melangkah ke jenjang 'itu', lakukanlah saat kalian sama-sama tidak heat. Kau tahu sendiri kan bagaimana keadaan mental saat heat, kau akan kehilangan semua sense dan hanya berpegang pada instingmu. Meski kau menolak sekuat tenaga, kalau dihadapakan pada orang yang kau sukai, kau takkan bisa menahan diri. Tanpa sadar kau sudah menyakitinya, dan takkan berhenti meskipun kau tahu kau harus."

Megumi meneguk ludah berat. Ia merinding mendengar itu. Ia tahu bagaimana rasanya heat, dan sedikit banyak bisa membayangkan bagaimana kalau ia memeluk Yuuji di saat seperti itu. Ia pasti akan melakukan hal yang buruk padanya.

"Hei, kailmu bergerak," ucap Geto.

"A-ah…" dengan kikuk Megumi menarik pancingnya. Untung saja ikan nya tidak lepas.

"Geto-san sendiri…bagaimana ekspresi Gojo-sensei saat memelukmu?" Tanya Megumi sambil melepas ikan di kailnya.

"…seperti binatang buas," Geto mematikan rokoknya yang hampir habis. "Dia menangis, tapi dia tak berhenti."

Mata Megumi terbelalak, lalu tertunduk. Bahkan Alpha seperti Gojo saja bisa sampai seperti itu, bagaimana dengan dirinya. Yang ia tahu Gojo sangat bisa menahan diri, tapi ia pun tak bisa berhenti saat heat bersama mate nya. "Geto-san, lalu kenapa kau tidak kabur saja. Kau juga pasti ketakutan kan. Aku yakin Gojo-sensei juga tidak akan marah kalau kau pergi demi melindungi dirimu."

Geto tertawa pelan. "Kalau menurutmu, apa Yuuji juga akan kabur menghadapimu yang begitu?"

"…" Megumi kembali tercengang, kedua alisnya bertaut. "…tidak…akan," lirihnya kemudian. Ia tahu sifat Yuuji. Yang bisa Megumi bayangkan adalah Yuuji akan tetap bertahan meski ia kesakitan, bertahan demi dirinya. Karena dia selalu saja lebih memikirkan orang lain dibanding dirinya sendiri. Tangan Megumi mengepal erat, tatapannya berubah pasti.

"Geto-san terima kasih banyak," ucap Megumi. "Aku akan menyatakan cinta padanya. Dan seperti apa katamu, kalau kami sudah siap ke jenjang selanjutnya, akan kami lakukan saat kami sama-sama tidak heat. Aku akan memperlakukan Yuuji dengan baik."

"…" Geto tersenyum menatap kesungguhan di mata Megumi. Mereka pun melanjutkan memancing diselingi beberapa obrolan ringan. Hingga tiba-tiba terdengar sesuatu jatuh ke air dari arah di mana Yuuji dan Toge berada.

Byuuuurrrzz…!

.

.

.

~TBC~

Support me on Trakteer : Noisseggra