Disclaimer : Gege Akutami
A Fanfiction by Noisseggra
Pair : Gojo X Sukuna
Genre : Romance, Drama
Warning : YAOI, BL, SHOUNEN AI, RATED M, AU (Alternate Universe), maybe typo (s), probably OOC,
You have been warned !
Fanfic ini ditulis untuk kepuasan pribadi, jadi serah aing mau nulis apa :"V
.
.
# makaasih buat bubblevanilla yang udah nyempetin review ^o^ bales lewat PM ya~
.
.
Heartbreak Night
.
.
Setelah puas di aquarium, Gojo mengajak mereka makan di sebuah tempat yang bangunannya berada di atas sebuah danau buatan, disangga dengan pillar pillar tinggi yang menjulang di atas air. Tempat itu sangat luas, ada wahana bermainnya juga seperti sepeda air dan bola air. Bahkan ada area pemancingan juga. Yuuji super semangat karena hal itu, bahkan ia makan dengan tak sabaran supaya bisa langsung main. Mereka menghabiskan sisa hari di tempat itu, lalu pergi ke pusat jajanan untuk jalan-jalan dan ngemil, karena tempat itu mirip festival. Hanya saja tempat itu buka setiap hari karena memang pusat jajanan.
"Masih jam 7 nih, kalian mau kemana lagi?" Tanya Gojo sambil menggigit sebuah permen kapas yang langsung hilang begitu menyentuh lidahnya.
"Bioskop yuk, jam segini enaknya nonton bioskop," ucap Yuuji sambil mengunyah takoyaki.
"Kau ini suka sekali sama film sih," ucap Megumi.
"Biarin," Yuuji menelan takoyaki nya saat mengingat sesuatu. "Eh, tapi sensei nggak bisa nonton bioskop ya."
"Nggak papa, nanti aku cari tempat nongkrong sambil menunggu kalian juga nggak masalah," Gojo mengotak-atik ponselnya. "Ah, ada bioskop di dekat sini. Ayo ke sana."
Mereka pun menuju bioskop itu, Yuuji melihat-lihat papan bioskop yang menampilkan film apa saja yang sedang tayang.
"Wooh, aku ingin nonton yang ini. Ish, tapi yang itu juga bagus. Menurutmu yang mana Megumi?" Yuuji belum memutuskan.
"Terserah kau saja. Aku ngikut."
"Aku tanya karena bingung memutuskan."
"Tonton saja keduanya Yuuji," ucap Gojo. "Tuh, jam nya ada yang bergantian di studio 1 dan 3."
"Woaahh, iya juga ya. Megumi, mau kan?"
"Huh, serius kau mau 4 jam di bioskop?" shock Megumi. "Lagipula nanti Sensei menunggu terlalu lama."
"Kubilang tidak apa-apa, aku bakal cari tempat nongkrong. Sepertinya ada bar di sekitar sini."
Twitch!
Mendengar kata bar Sukuna langsung bereaksi. Gojo? Ke bar? Mau minum? Atau cari cewek? "Aku ikut," sahutnya langsung.
"Ya, sudah, kita berdua saja Megumi," ucap Yuuji.
"Oke, nanti hubungi kalau kalian sudah selesai nonton, ketemu di parkiran saja, aku nggak bawa mobil," ucap Gojo. Mereka pun berpisah. "Tadi aku melihat bar nya saat berkendara ke sini," terang Gojo pada Sukuna yang berjalan di sampingnya. Mereka berjalan melewati jalanan yang agak sepi.
"Gehh…" Sukuna berjengit saat mereka melewati lahan kosong yang ternyata adalah pemakaman umum. Pantas saja daerah itu sepi dan tak dibangun tempat hiburan, rupanya berada di dekat pemakaman. Ia langsung menatap ke arah Gojo, tapi ia terkejut saat Gojo berjalan santai tanpa ketakutan sedikitpun. Bukannya biasanya pemakaman banyak hantu? Apalagi sekarang Sukuna tahu Gojo bisa melihat hal-hal semacam itu.
"Kenapa?" Tanya Gojo karena Sukuna terus menatapnya.
"Kau nggak papa lewat sini?" heran Sukuna.
"Oh," Gojo melihat ke arah pemakaman. "Kau khawatir aku bakal ketakutan?"
"Ya, karena waktu itu kau sampai ketakutan segitunya."
Gojo tertawa pelan. "Aku sudah punya mata ini sejak kecil, jadi ya antara terbiasa dan tak terbiasa. Ah, aku juga melihat ada sesuatu tuh di batu nisan sebelah situ," Gojo menunjuk dengan wajahnya. "Ada satu lagi di bawah pohon."
"Ghak…!" Sukuna menoleh, tapi ia tak melihat apa-apa.
"Kalau yang seperti ini kurasa aku sudah cukup terbiasa. Kau tahu, tidak semua dari mereka punya energy besar. Kalau yang energy nya tipis, jangankan mengganggu, mereka bahkan tidak bisa pergi dari tempat mereka. Mereka juga ada yang tak bisa melihat atau mendengar manusia," jelas Gojo. "Hanya saja kalau yang belum terbiasa paling takut karena penampilannya mengerikan, atau karena sudah terpatri mindset bahwa hantu itu seram. Jadi rasa takutnya dari kepala mereka sendiri. Kau tahu, seperti kalau orang lari dari tempat seram hanya karena takut, padahal tidak melihat apa-apa."
"Lalu yang kemarin kau temui yang seperti apa?" tanya Sukuna. "Yang energy nya besar? Dia bisa mencelakaimu?"
Gojo mengangguk. "Tapi dibanding ingin mencelakaiku, dia lebih ke ingin berkomunikasi sih. Hanya saja setiap kali ada dari jenis mereka yang berkomunikasi denganku, tubuhku jadi lebih rentan. Seolah aku menyerap semua kisah mereka. Perumpaan gampangnya, kalau mereka mati karena kecelakaan, aku seolah bisa merasakan saat mereka mengalaminya. Rasa ketakutan dan rasa sakitnya, tubuhku jadi lemah gara-gara itu."
Sukuna mengusap-usap lengannya karena merinding, padahal ia memakai jaket. "Sudah ah, berhenti ceritanya," Sukuna mempercepat langkah.
"Hee, padahal tadi kau yang kepo," goda Gojo. "Nggak ingin dengar di rumahmu ada apa saja?"
"Nggaaaaakkkk."
Mereka tiba di jalanan yang lebih ramai, deretan love hotel dan bar ada di sana. Jadi tidak seramai tempat biasa, tapi tetap saja tergolong ramai untuk ukuran tempat semacam itu. Gojo dan Sukuna memasuki salah satu bar yang dekat saja karena malas jalan lebih jauh lagi, toh mereka hanya butuh minum untuk menunggu Yuuji dan Megumi selesai nonton.
"Mereka bakal selesai jam berapa ya," Tanya Sukuna sembari meraih minuman yang diberikan bartender.
"Tadi aku lihat waktu di tiket mereka, sepertinya bakal selesai setengah 1," Gojo juga menenggak minumannya.
"Gah, masih lama banget dong."
"Ya nggak papa kan, kita bisa puas di sini," Gojo melihat ke seisi bar, tampak beberapa wanita menatap ke arah mereka dengan tatapan menggoda. Gojo menyeringai.
"Kami menyediakan private room juga, Okyaku-sama," ucap bartender yang paham dengan tatapan Gojo.
"Huh!" Sukuna seolah baru sadar. Ia menoleh ke arah Gojo dan baru tahu kalau Gojo memerhatikan wanita di sana.
Gojo beralih menatap Sukuna. "Kau nggak mau main dulu? Masih lama loh sampai setengah satu. Lumayan buat beberapa ronde," ucap Gojo saat dua orang wanita sexy mendekati mereka. "Nikmati saja."
"Onii-chan, boleh bergabung kah?" sapa salah seorang wanita.
"Tentu saja," sambut Gojo, membiarkan satu wanita duduk di sebelahnya, satu lagi duduk di sebelah Sukuna. Mereka berkenalan, cewek pirang yang mendekati Gojo bernama Hana, cewek yang mendekati Sukuna bernama Miko. Mereka ngobrol dan minum bersama untuk beberapa waktu, hingga Gojo memutuskan memesan private room bersama Hana.
"Kami duluan ya," ucap Gojo riang dengan Hana memeluk lengannya, sengaja menempelkan dada nya yang besar di lengan Gojo.
"Pye pye," Hana mengerling sambil mengecup kunci private room dari Master. Mereka pun berjalan menuju bagian belakang bar diantar oleh salah satu pelayan bar.
"…" Sukuna sedikit kesal menatap kepergian mereka.
"Ne ne~ kita nggak mau pergi juga nih?" ucap Miko dengan jarinya menyusuri lengan Sukuna untuk menggoda.
Sukuna menenggak habis minumannya. "Tentu saja, ayo," ucapnya lalu memesan kamar.
"Yatta~" girang Miko.
Sukuna berjalan mengikuti pelayan bar yang mengantar, Miko bergelayut mesra di tangannya. Ini juga bukan pertama kalinya Sukuna main dengan cewek di bar, saat ia sedang tak punya pacar biasanya dia juga main ke bar hanya untuk mencari wanita. Tapi kenapa sekarang rasanya sedikit berbeda ya?
Sukuna masih sempat melihat Gojo memasuki salah satu ruangan bersama Hana, lalu si pelayan bar kembali setelah mengantar kedua orang itu.
"Kamar yang ini Oyaku-sama," ucap pelayan bar yang mengantar Sukuna. "Silahkan."
Sukuna pun masuk ke kamar itu bersama Miko. Dengan nakal Miko langsung memeluk Sukuna, melingkarkan tangan ke leher Sukuna lalu mengajak ciuman. Mereka berjalan ke ranjang tanpa menghentikan ciuman, hingga Miko terduduk di tepi ranjang, Sukuna mulai melucuti pakaian Miko.
'Ah, persetan,' batin Sukuna. Ia meremas dada Miko dan memilin putting cewek itu, membuat Miko mendesah keras.
"Aahhn~…" desah Miko manja.
Twitch!
Entah kenapa telinga Sukuna serasa berdenging.
"Unh…aah~…Sukuna-san…" desah Miko.
"…" Sukuna menatap wajah Miko yang memerah, nafasnya tak teratur. Manis. Tapi entah kenapa ia tak berminat. Suara desahan wanita yang biasanya ia sukai bahkan sekarang membuat telinganya risih. Seketikan bayangan Gojo melintas di pelupuk matanya. Apa jangan-jangan dia sudah berubah menjadi gay gara-gara Gojo? Gila! Tapi kan dia juga menyukai Megumi? Apa itu namanya bukan gay?
'Kalau Megumi lain cerita lagi! Dia itu sangat manis!' teriak batin Sukuna karena kesal sendiri dengan apa yang dipikirkan.
Sukuna mencium Miko, tangannya beralih untuk menyentuh selangkangan cewek itu, memastikan kalau ia menyukai vagina wanita. Ia juga merasakan tangan Miko meremas pelan selangkangannya yang masih tertutup celana.
"Ne~ Sukuna-san," panggil Miko melepas ciuman. Ia menjulurkan lidah dan mengetuknya pelan dengan jari. "Aku ingin menjilat penis mu, ingin mengulumnya."
"…" Sukuna terdiam. Normalnya, tentu saja ia akan mengizinkan. Tapi entah kenapa saat ini ia benar-benar tak ingin. Yang ada saat ini ia malah membayangkan penis Gojo, mengingat rasa benda panas dan besar itu mengisi rongga mulutnya.
"Gomen," akhirnya Sukuna menyerah. "Aku tiba-tiba tidak minat," Sukuna berjalan menghampiri pintu.
"Tunggu! Sukuna-san!" panggil Miko.
"Aku sudah membayar kamarnya, kalau kau mau kau boleh pakai sama cowok manapun," ucap Sukuna dan tetap membuka pintu kamar untuk pergi, tak peduli pada Miko yang menatap tak percaya ke arahnya.
Sukuna berjalan cepat menghampiri pintu kamar di mana Gojo berada, ia membuka pintu itu yang memang tak dikunci. Yah, karena dia juga tak mengunci kamarnya. Lagipula biasanya orang masuk langsung melakukan itu, tak peduli pada kunci pintu, toh pihak bar juga tahu kamar mana saja yang sedang disewa dan mana yang kosong.
Saat Sukuna masuk, tampak Gojo yang sudah topless, tengah duduk di tepi ranjang dengan Hana tengah berlutut di hadapannya melakukan blowjob.
"Satoru-san, mnh, punyamu besar sekali. Aku baru pertama kali melihat yang—…" ucapan Hana terhenti saat ia mendengar pintu dibuka.
"Sukuna-san?" ucap Hana bingung. "Kau tidak bersama Miko?"
"Uruse. Enyah sana," omel Sukuna.
Hana menatap marah. "Chotto, apa maksud—…"
"Enyah dari hadapanku," ulang Sukuna.
Hana berganti menatap Gojo, pria itu tampak menghela nafas lelah lalu tersenyum. "Gomenne, Hana-chan," ucap Gojo. "Sepertinya ada yang sedang bad mood. Lain kali ya."
Akhirnya dengan terpaksa Hana pun meninggalkan ruangan itu. Sukuna langsung mengunci pintu begitu Hana pergi, dengan tatapan marah ia menghampiri Gojo. Ia mencengkeram leher Gojo dan menatap ke arah selangkangannya yang sudah tegak sempurna.
"Enak huh, blowjob dari cewek itu," ucap Sukuna tapi bukan dengan nada bertanya.
"Lumayan," senyum Gojo. Ia tahu Sukuna sedang marah, tapi ia ingin menggodanya. "Kau mau lanjutkan? Rasanya sakit ditinggal pas sudah sange."
"Khh, dasar brengsek!" kesal Sukuna, ia tahu Gojo mempermainkannya. Sukuna meraih tissue di atas meja lalu mengelap penis Gojo dengan keras.
"Aaa…ittai, ittai yo Sukuna, titid ku bisa lepas," omel Gojo.
"Huh, ya, lepas saja biar tau rasa," Sukuna menggenggam penis Gojo kuat dan menariknya.
"Gyaahh, serius, ini sakit aaaaa, ampun ampun," Gojo berusaha menghentikan tangan Sukuna. Gojo memeluk Sukuna supaya lebih tenang. "Ngilu, berhenti ya," rayu nya.
"…" Sukuna terdiam, tapi sudah berhenti mencengkeram penis Gojo. Untuk beberapa saat mereka diam di posisi itu, Gojo memeluk perut Sukuna, tangan Sukuna masih memegang penis Gojo dengan tissue meski tak mencengkeramnya lagi.
Gojo mendongak menatap wajah Sukuna meski masih menempelkan kepala di perut Sukuna. "Kau nggak main sama Miko-chan?" Tanya Gojo. Sukuna hanya membuang pandangan. Gojo menghela nafas lalu mendorong tubuh Sukuna hingga terbaring ke ranjang. Ia merayap turun memosisikan wajahnya ke depan selangkangan Sukuna. "Tempat ini bahkan belum bangun, apa Miko-chan tak memanjanya?" Gojo menurunkan resletting celana Sukuna, lalu menjilat penis Sukuna yang masih tertidur.
"Jama," ucapnya lalu bergerak untuk menarik lepas celana Sukuna, membuangnya ke lantai bersama sepatu Sukuna yang ia buang sekenanya. Gojo kembali menurunkan wajah mengecup paha dalam Sukuna, lalu bergerak hingga ke kejantanan Sukuna, mulai memanjanya dengan lihai.
"Nn…" ia mendengar Sukuna mendesahh tertahan, tapi masih tak mau menatap Gojo, ia bahkan menutup mulutnya dengan punggung tangan. Gojo menaikkan paha Sukuna supaya lubangnya terlihat, ia beralih menggigit bokong Sukuna sebelum mulai menjilati lubangnya. "Hngh…!" bisa ia rasakan tubuh Sukuna berjengit. Gojo tak berhenti, ia terus membasahi lubang Sukuna sementara tangannya mengocok penis Sukuna yang mulai mengeluarkan precum.
Gojo merasakan penisnya sendiri mulai berkedut tak nyaman, ia ingin masuk. Apalagi ia sudah ereksi sejak tadi. Ia merayap naik untuk mencium bibir Sukuna, tangannya bergerak untuk membawa penisnya masuk ke lubang Sukuna, lalu mulai bergerak pelan.
"Mnnh…nn," Sukuna mendesah dalam ciuman mereka.
"Hng…sshh, ahh…" Gojo mendesah pelan setelah melepas ciuman, ia hanya meletakkan wajahnya di dekat telinga Sukuna tanpa berhenti bergerak keluar masuk. "Hng…" tangannya meraba nipple Sukuna, memilinnya. "Ahh…Sukuna…Sukuna…" panggil Gojo.
Gojo mengangkat tubuhnya untuk berganti posisi, ia memiringkan tubuh Sukuna, menempatkan satu kaki Sukuna naik supaya ia lebih mudah penetrasi di antara kedua kaki itu.
"Nhh…hei, jangan marah lagi dong," ucap Gojo melihat Sukuna masih menutup mulutnya dengan tangan. "Aku ingin dengar suaramu."
"Uru—…sai…nnh," bantah Sukuna.
"Hng…ayolah," Gojo menarik kejantanannya hingga ke ujung, lalu menghujam keras ke lubang Sukuna.
"Hnnggkkh…!" tubuh Sukuna mengejang, Gojo menyeringai melihat itu. Ia melakukannya lagi beberapa kali dan membuat Sukuna klimaks tanpa ia menyentuh penisnya. Tanpa memberikan waktu istirahat, Gojo memutar tubuh Sukuna supaya membelakanginya. Ia memasuki Sukuna dari belakang, sehingga ia bisa dengan mudah membuat tangan Sukuna menyingkir dari mulutnya.
"Hngh…ahh, baka—…ahh…" desah Sukuna, tubuhnya dipeluk—dikunci—dari belakang oleh Gojo, ia hanya bisa mencengkeram lengan Gojo yang memeluknya. Gojo tak berhenti bergerak, tangannya yang bebas mengocok penis Sukuna yang sudah belepotan cairan putih. "T-tunggu…ahhh, aku baru saja klimaks. Satoru—…ngh…" Sukuna mengeratkan kakinya karena menahan diri, begitu juga lubangnya di dalam sana.
"Ungh…ahh, kau menjepitku kuat sekali Sukuna-chan," goda Gojo. "Aku nggak kuat lagi, mnhh…ahh…ahh…" Gojo mengeluarkan sperma nya di lubang Sukuna, bisa ia rasakan cairan panas juga memenuhi tangannya yang tengah meremas penis Sukuna.
Sukuna terengah masih di pelukan Gojo, ia lalu melepaskan diri dengan sedikit kasar. "Ahh—…" ia lupa kalau penis Gojo masih di lubangnya, dan ia mengerang saat merasakan benda itu terlepas dari sana.
"Hei, kau masih marah? Ayolah, maafkan aku," Gojo kembali memeluk Sukuna. "Kupikir kau juga ingin bersenang-senang dengan wanita. Kau juga biasa melakukannya kan?"
"Uruse! Aku juga tidak tahu kenapa sekarang tidak minat. Ini salahmu brengsek!"
"Begitu?" Gojo membaringkan tubuhnya sehingga Sukuna ikut terbaring karena ia masih melingkarkan tangan di pinggang Sukuna. "Sepertinya aku harus tanggungjawab. Apa kau mau kita pacaran saja?"
"HUH?!" Sukuna tampak terkejut.
"Dengan begitu aku tidak akan melakukan sex dengan orang lain lagi, dan kau juga sama. Kita bisa menghubungi satu sama lain tiap ingin melakukan sex."
"…" Sukuna masih bungkam dengan ekspresi terkejut, tapi ia lalu tertunduk dan melepaskan diri dari pelukan Gojo. "Nggak," ucapnya.
"Eeh, kenapa?" giliran Gojo yang bingung. Ia berbaring miring ke arah Sukuna, menopang kepalanya dengan satu tangan.
"Kalau sesuai yang kau bicarakan tadi, kurasa lebih cocok dibilang fuck buddy dibanding pacar. Apa bedanya dengan kita yang sekarang," jawab Sukuna, duduk dengan menekuk satu kakinya sebagai tumpuan siku.
"…" Gojo sweatdrop. "Ya, tapi kalau kau cemburu seperti tadi bukan fuck buddy dong."
"Huh! Aku nggak cemburu!"
Gojo makin sweatdrop, Sukuna kalau tsundere nya sudah kumat emang nggak ada obat. "Lah terus maumu sekarang gimana dong?" Gojo ikutan duduk. "Aku nggak boleh main sama cewek nih? Kau juga nggak mau main sama yang lain selain aku?"
"…" Sukuna diam, seolah baru sadar. "Boleh kok yang penting aku jangan sampai tahu. Kau mau main sama siapa aja terserah, yang penting jangan sampai memberitahuku, aku juga akan pergi sama cewek tapi nggak memberitahumu."
Gojo benar-benar cengok. Bukankah itu namanya cemburu? "Ya sudah, kenapa kita nggak pacaran saja?"
"Nggak mau, pacaran itu kalau kita saling mencintai. Memangnya kau mencintaiku?"
"…" keduanya bungkam lalu merinding masing-masing. "A-ano, Sukuna-san, kurasa kata itu terlalu berlebihan untukku," ucap Gojo dengan muka membiru.
"Na-nah, kubilang juga apa," Sukuna ikutan jijik dengan ucapannya sendiri. Keduanya meghela nafas lelah, menormalkan mood mereka. "Makanya kubilang jangan pacaran," ulang Sukuna. "Kalau soal hubungan sepertinya kita justru harus belajar dari Megumi dan Yuuji. Bagaimana cara mereka memperlakukan satu sama lain. Bukan seperti kita."
"…ne," terdiam sesaat. "Ngomong-ngomong soal Megumi, apa kau masih menyukainya? Kau tahu, suka dalam konteks romance."
"…" Sukuna juga tak langsung menjawab. "…entahlah. Kau sendiri bagaimana? Terhadap Yuuji."
Mereka berdua bungkam, sepertinya perasaan mereka kini abu-abu. Mereka telah melakukan seks, juga sempat cemburu saat melihat bersama orang lain. Lalu saat mereka melihat hubungan Yuuji dan Megumi yang sangat manis, bukannya ada rasa cemburu, mereka justru ikut bahagia melihat kedekatan Yuuji dan Megumi, melihat senyum kedua bocah itu. Ya mungkin karena kedua bocah itu adalah orang terdekat mereka, tapi bukankah Yuuji dan Megumi seharusnya orang yang mereka cintai—dalam konteks romance?
"U—…umm…" Gojo membuang pandangan, mengusap tengkuknya sendiri. Ia sendiri tak tahu apa yang dirasakannya sekarang. Ia masih menyukai Yuuji, pasti. Tapi apa suka seperti ingin berciuman atau melakukan seks? Ya, dulu ia sempat memikirkannya. Bisa kencan dengan Yuuji, bergandengan tangan, ciuman, lalu suatu saat seks. Tapi dulu dalam pikirannya ia membayangkan hal itu begitu lembut, begitu halus dan hangat. Memperlakukan Yuuji dengan hati-hati, menganggapnya sebagai hal paling berharga di dunia, bukan memandang dari titik seksual seperti yang ia lakukan dengan Sukuna saat ini. Tapi apa sekarang masih sama saja?
"Tonikaku," ucap Sukuna, ia mulai mengumpulkan celananya yang berceceran di lantai. "Kurasa sudah cukup apa yang kita punya saat ini. Kita belum siap untuk mencari tahap selanjutnya dari hubungan ini."
Gojo hanya melirik dari ekor mata nya, menatap ekspresi Sukuna yang sedikit blank. Ia yakin Sukuna juga memikirkan hal yang sama soal Megumi. Bingung antara masih menyukai atau sudah sepenuhnya melepaskan.
"Yeah, kita jalani saja dulu," ucap Gojo pada akhirnya.
.
~OoooOoooO~
.
Jam sudah menunjuk pukul 1 dini hari saat mereka meninggalkan parkiran bioskop, Sukuna yang menyetir kali itu. Di perjalanan menuju cottage, Yuuji dan Megumi terlelap, sepertinya lelah sekali sudah bermain seharian. Mereka pun digendong oleh Gojo dan Sukuna menuju cottage.
Setelah menidurkan Yuuji dan Megumi di kamar mereka, Gojo menuju kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi. Ia memakai bando dan membuat rambutnya seperti landak.
"Hahah apa kau jadi suka model rambut itu," tawa Sukuna saat memasuki kamar mandi, berdiri di samping Gojo untuk sikat gigi juga.
"Ya kurasa tidak buruk," jawab Gojo. Ia menyelesaikan acaranya di kamar mandi, mengelap wajahnya dengan handuk kecil. Ia lihat Sukuna juga sudah selesai, jadi tanpa sadar ia menunggu Sukuna untuk kembali bersama saja menuju ke kamar, ia berdiri bersandar di pintu kamar mandi yang terbuka. Setelah Sukuna mengelap wajahnya, Gojo berniat melangkah tapi Sukuna mencengkeram kaosnya di bagian dada, menariknya untuk meminta ciuman. Gojo tersenyum saat bibir mereka menyatu, kadang Sukuna bisa manis begini. Gojo meraup bibir Sukuna untuk menciumnya sedikit rakus, tapi saat ia menjilat bibir itu, Sukuna mendorong dadanya menjauh.
"Hei ayolah," goda Gojo.
"Gojo-sensei, Sukuna-san?" terdengar suara Megumi. Mereka berdua langsung menoleh. Megumi tampak menuju kamar mandi sambil mengucek matanya. "Kalian baru sikat gigi?"
"U-umm…ya," jawab Gojo.
"Kalian nggak berantem lagi kan?" Megumi menatap tajam. Sukuna baru sadar ia masih mencengkeram baju Gojo dengan kuat.
"Ah, nggak kok," Sukuna segera melepaskan tangannya. "Kau mau ke toilet?"
"Ya, belum gosok gigi juga," Megumi melewati mereka menuju wastafel.
"Kalau begitu kami duluan," Sukuna melangkah menuju kamar.
"Oyasumi, Megumi," ucap Gojo sebelum menyusul Sukuna.
"Okhakhumi," jawab Megumi sambil menggosok gigi.
Sukuna duduk terdiam di sisi ranjang saat Gojo masuk dan menutup pintu. "Apa dia melihat kita ya?" Tanya Sukuna.
"Kurasa tidak. Dilihat dari ekspresi Megumi sepertinya ia tak melihat kita berciuman," balas Gojo. Ia melihat ekspresi Sukuna yang masih tampak khawatir. Gojo tersenyum, mendekati Sukuna. "Kau khawatir Megumi cemburu melihatmu bersamaku?" ia mengangkat dagu Sukuna.
"Baka ga," omelnya tapi tak menolak saat kali ini Gojo menciumnya menggunakan lidah. Gojo perlahan mendorong tubuhnya sampai terbaring ke ranjang, menggigit bibir bawah Sukuna sebelum melepas ciuman.
"Tapi serius deh, kalau suatu saat kita betulan jadian, kira-kira reaksi Megumi dan Yuuji seperti apa ya?" Gojo menelusupkan tangannya ke balik kaos Sukuna, meraba dadanya.
"Ngh…" Sukuna mengerang kecil. "Kau bicara seolah-olah kita betulan akan jadian. Siapa yang tahu kalau nanti aku menemukan wanita yang kusukai dan menikah dengannya."
"…" Gojo hanya tersenyum tanpa jawaban, ia hanya melanjutkan kegiatannya untuk menyusuri tiap inchi tubuh Sukuna, melanjutkan ronde kedua mereka dari bar itu.
.
.
.
~TBC~
Support me on Trakteer : Noisseggra
