Disclaimer :

Naruto © Masashi Kisimoto

High school DxD © Ichiei Ishibumi

Summary : Namikaze Naruto, Anak kecil berambut kuning berumur 10 tahun yang harus kehilangan keperjakaannya karena teman kakaknya yang datang ke rumahnya, ia berpikir semua itu hanya mimpi namun ternyata tidak, dan saat itu juga hidupnya benar-benar berubah drastis.

Nee-chan to Kaa-chan no Tomodachi

Pair : Naruto x Harem

Genre : Big Breast, Harem, Shotacon, School Uniform, Handjob, Blowjob, Breast Feeding, Incest, Solo Male, Milf, Bikini, Mastrubation, Teacher, Paizuri, Apron, Bathroom, full energy.

Rate : M

Warning : Typo, OC, OOC, Multichap, R18+, alur berantakan, Not Like Don't Read!, ANAK DI BAWAH UMUR PERGILAH! DOSA BUKAN SALAH SAYA!

"Halo." berbicara

"Halo." batin

.

Chapter 8 : Hospital Time! Part 2

.

Sabtu, 4 September 20xx

Rumah Sakit.

09.00 AM.

.

Pagi yang cerah di sebuah ruangan rumah sakit, terdapat Naruto yang masih tertidur lelap karena kemarin melakukan sex dengan Prinz hingga tengah malam.

Sebuah cahaya memasuki kamar Naruto melalui celah jendela hingga mengenai mata Naruto membuatnya melenguh dari tidurnya dan perlahan membuka matanya.

Ia mengerjapkan matanya beberapa kali hingga teringat dengan kejadian kemarin malam, mengingat itu pipi Naruto merona.

Kreet!

Naruto yang mendengar suara pintu terbuka tersentak lalu sedikit menoleh ke arah pintu, dan ia melihat Atago serta Takao yang memasuki ruangannya.

"Ohayo, Naruto-kun," sapa Atago sambil tersenyum manis. "O-Ohayo, Atago-san, T-Takao-san," balas Naruto dengan nada tergagap.

Atago serta Takao pun berjalan mendekati Naruto, lalu Takao membantu Naruto untuk mendudukkan dirinya. "Bagaimana tidurmu semalam, Naruto-kun? Apakah nyenyak?" tanya Atago membuat pipi Naruto merona karena kembali mengingat kejadian tadi malam.

"U-Um, n-nyenyak sekali, Atago-san," jawab Naruto sambil tersenyum kaku, Atago yang mendengar itu tersenyum, dirinya tahu bahwa Naruto berbohong karena dia sendiri melihat apa yang dia lakukan kemarin bersama Prinz, tapi dia tidak akan mengatakannya sekarang.

"Syukurlah kalau begitu."

"Hey, kamu tidak perlu gugup begitu, kami tidak akan menggigitmu kok," ucap Takao yang masih ada di belakang Naruto karena membantu Naruto mendudukkan dirinya.

"Fufufu, Takao-chan, dia pasti gugup karena dua Onee-chan cantik bersamanya," balas Atago sambil tersenyum manis membuat wajah Naruto memerah sempurna, "baiklah, sekarang kami akan melakukan pemeriksaan terhadapmu, Naruto-kun."

Lalu mereka pun melakukan pemeriksaan kepada tubuh Naruto serta tangan Naruto. Selagi melakukan pemeriksaan, mereka mendengar suara ketukan di depan pintu ruangan Naruto.

Atago pun memberikan izin untuk masuk ke dalam, "Silahkan masuk," ucap Atago. Setelah itu, pintu ruangan itu pun terbuka dan memperlihatkan Kushina yang memasuki kamar tersebut.

"Ohayo Gonzaimasu, Atago-san, Takao-san," salam Kushina sambil sedikit membungkukkan badannya. "Ohayo Gonzaimasu, Kushina-san," balas Atago sambil tersenyum.

"Ohayo, Naruto-kun," salam Kushina terhadap putranya. "U-Um, Ohayo, Kaa-chan," balas Naruto sambil tersenyum.

"Bagaimana keadaan, anak saya, Atago-san?" tanya Kushina ingin tahu keadaan anaknya hari ini. "Dia baik-baik saja, namun dia masih belum boleh terlalu sering menggerakkan tangannya," jawab Atago menjelaskan keadaan Naruto.

"Mungkin dalam beberapa hari jika luka tangannya sering di obati, dia akan sembuh," lanjut Atago membuat Kushina tersenyum senang serta lega. "Arigato Gonzaimasu, Atago-san, Takao-san," ucap Kushina berterima kasih sambil sedikit membungkukkan badannya.

"Um, sama-sama," jawab Atago, "kalau begitu kami akan pergi dulu, ada beberapa Paisen yang harus kami periksa," lanjut Atago dan di balas anggukkan oleh Kushina.

"Sampai bertemu nanti, Naruto-kun. Nanti kami akan kembali melakukan pemeriksaan padamu," ucap Atago lalu melangkah pergi bersama Takao di belakangnya. Setelah melihat mereka pergi, Kushina pun mendudukkan dirinya di samping Naruto, "Bagaimana tidurmu kemarin nak? Apakah tidurmu nyenyak?" tanya Kushina dan di balas anggukkan oleh Naruto.

"U-Um, tidurku nyenyak kok."

"Hah... Semalam Kaa-chan selalu memikirkanmu, seharusnya Kaa-chan menemanimu di sini, tapi kau sendiri tahu kan kalau Kakakmu itu tidak begitu pandai memasak," ucap Kushina sambil memeluk Naruto lalu mengelus rambutnya dengan lembut.

"Gomen ne, Kaa-chan," ucap Naruto meminta maaf karena dirinya merepotkan Ibunya. "Tidak apa-apa," balas Kushina lalu melepaskan pelukannya terhadap Naruto.

"Sekarang, Kaa-chan akan membersihkan tubuhmu itu, lalu kau sarapan, ya," ucap Kushina dan di balas anggukkan pelan oleh Naruto. "T-Tapi sebelum itu... Ka-Kaa-chan, Aku ingin," balas Naruto dengan pipi merona.

"A-Ah, benar juga," balas Kushina dengan pipi merona juga. Lalu ia pun mengambil sebuah botol yang ada di bawah kasur Paisen yang biasanya di gunakan untuk membuang air kecil lalu membantu Naruto untuk buang air kecil dengan membukakan celana Naruto hingga terlihatlah penis kecil Naruto.

Lalu Kushina pun memasukkan penis kecil Naruto ke dalam botol membuat Naruto bisa membuang air kecilnya, setelah itu Kushina pun keluar lalu mencari toilet terdekat untuk membuang air kecil yang ada di botol Naruto, serta mencari air satu ember untuk membersihkan tubuh Naruto.

Setelah mendapat air satu ember, Kushina pun kembali ke kamar Naruto. "Baiklah, sekarang Kaa-chan akan membersihkan tubuhmu, " ucap Kushina sambil mengambil satu kain lap lalu memasukkannya ke dalam ember lalu mengangkatnya kembali dan memerasnya.

Lalu Kushina pun mulai membersihkan wajah Naruto dengan perlahan agar terlihat segar kembali, setelah itu lalu membersihkan tangan Naruto, lalu turun ke tubuh Naruto.

"Baiklah, sekarang bagian bawahmu," ucap Kushina lalu mulai membersihkan bagian bawah Naruto. "A-Ah, Kaa-chan... A-Aku rasa itu tidak p-perlu," jawab Naruto dengan pipi merona.

"Tidak apa, lagi pula bagian bawahmu itu kotor jadi harus di bersihkan," ucap Kushina yang juga dengan pipi merona, lalu perlahan Kushina pun mulai membersihkan penis Naruto dan itu ternyata memberikan rangsangan kepada Naruto yang membuat penis itu perlahan mulai tegang.

Kushina yang merasakan penis Naruto tegang tersentak lalu ia pun menyingkirkan kain lap yang dia gunakan untuk membersihkan penis Naruto hingga dia bisa melihat penis kecil Naruto yang tegang.

"A-Ah, Ka-Kaa-chan... I-Ini..."

"A-Astaga... penismu tegang hanya karena Kaa-chan membersihkannya?" tanya Kushina sambil mengelus penis Naruto membuat nya melenguh pelan, Kushina yang sudah lama tidak merasakan penis karena suaminya bekerja di luar negeri terdiam, tanpa sadar Kushina mulai menggerakkan tangannya mengocok penis Naruto.

"Ahhh... Ka-Kaa-chan... A-Apa yang kau..."

"Kaa-chan sedang mengobatimu agar penismu ini tenang," jawab Kushina semakin mempercepat kocokannya, "kau tidak bisa sarapan nanti dengan penis yang tegang."

"Ahh... Ka-Kaa-chan... Ahhh!" desah Naruto dengan suara yang di kecilkan, Kushina yang merasakan penis Naruto mulai berkedut pun mempercepat kocokannya, lalu tak lama setelah itu Naruto pun mencapai puncaknya dan membuat tangan Kushina ter lumuri cairan sperma Naruto.

Kushina yang melihat sperma Naruto melumuri tangannya terdiam, lalu Kushina pun membasuh tangannya dengan air yang dia pakai membersihkan tubuh Naruto lalu memperbaiki celana Naruto.

Sebelum dia memperbaiki celana Naruto, dia masih melihat Penis Naruto masih sedikit tegang. Setelah itu Kushina pun bangkit dan membawa ember yang dia gunakan untuk membersihkan tubuh Naruto ke kamar mandi terdekat dan mengganti airnya.

Setelah sampai di kamar mandi, Kushina terdiam sambil mandangi dirinya sendiri di cermin, lalu setelah itu wajah Kushina berubah memerah dengan sempurna. Dirinya sungguh tidak sadar dirinya melakukan sesuatu yang mesum terhadap putranya sendiri, dirinya terbuai karena sudah lama tidak merasakan penis suaminya.

"Apa yang baru saja aku lakukan...," batin Kushina sambil mengusap wajahnya dengan kasar, "aku baru saja melakukan sesuatu yang mesum terhadap putraku sendiri."

"Apa yang terjadi denganku, hanya karena melihat penis putraku yang tegang, tanpa sadar aku melakukan sesuatu yang mesum terhadap anakku sendiri," batin Kushina, "ingatlah diriku! Kau itu sudah punya suami! Bahkan Penis Suamimu itu lebih besar dari putramu!" lanjut Kushina sambil memejamkan matanya.

Bayangan penis Naruto yang tegang serta mengeluarkan sperma yang sangat banyak saat melumuri tangannya terlintas di kepalanya, dengan cepat Kushina menggelengkan kepalanya, "Tidak... Tidak... Sadarlah... Dia itu putramu, kau itu sudah punya suami," batin Kushina, dia mencoba melupakan kejadian yang tadi terjadi namun tetap saja tidak bisa, dia selalu mengingat kejadian itu.

Perlahan, nafas Kushina pun mulai memburu, dan celana dalamnya mulai basah menandakan saat ini dia sedang Horny.

.

.

Beralih ke ruangan Naruto, tampak saat ini Naruto tengah mendudukkan dirinya sambil menundukkan kepalanya. Tak lama setelah itu pintu ruangan itu pun terbuka dan memperlihatkan Kushina yang telah kembali dari kamar mandi sambil membawa air seember kembali.

"G-Gomen membuatmu menunggu lama, Naruto-kun," ucap Kushina meminta maaf, "se-sekarang saatnya kamu sarapan, K-Kaa-chan akan..." Saat Kushina ingin mengambil kotak sarapan Naruto dirinya terkejut ketika melihat Naruto tengah menangis.

Melihat itu Kushina pun mendekati Naruto dan berusaha menenangkannya, "Na-Naruto-kun, ka-kau kenapa nak?" tanya Kushina dengan lembut. "Gomen-Gomenasi... Kaa-chan...," lirih Naruto sambil terisak.

Kushina yang mendengar itu terdiam beberapa saat hingga menyadari apa yang membuat Naruto menangis, lalu Kushina pun memeluk Naruto dengan lembut dan mengelus rambutnya dengan perlahan berusaha menenangkannya.

"Ti-Tidak apa, Naruto-kun... la-lagi pula, ini salah Kaa-chan, jadi jangan menangis lagi." Setelah beberapa menit menangis, akhirnya Naruto pun menjadi tenang kembali, Lalu Kushina pun membuka bekal sarapan Naruto dan menyuapinya, situasi tampak cukup canggung di antara mereka hingga akhirnya Naruto mencairkan suasana.

"Ne... Kaa-chan... Bagaimana dengan pekerjaan Kaa-chan? Apa tidak apa di tinggal?" tanya Naruto membuat Kushina tersenyum tipis. "Jangan khawatir, Kaa-chan sudah memerintahkan bawahan Kaa-chan untuk menggantikan Kaa-chan sesaat, saat Kakakmu pulang dari sekolah dia akan menggantikan Kaa-chan menjagamu," jawab Kushina membuat Naruto menggumam pelan.

"Nee-chan... ya."

"Kau tahu, Nee-chanmu sangat khawatir sekali terhadapmu, bahkan dia kemarin sampai susah tidur karena memikirkanmu," ucap Kushina membuat pipi Naruto merona tipis, "ayo, lanjutkan sarapanmu, setelah itu kau harus minum obat dan beristirahat," lanjut Kushina sambil menyuapi Naruto kembali.

Setelah selesai sarapan, Naruto pun meminum obatnya serta di olesi salep oleh Kushina, lalu setelah itu Naruto pun kembali berbaring untuk beristirahat.

Sementara Kushina, dirinya tetap berada di samping Naruto sambil menunggu Naruko datang menggantikannya serta siapa tahu putranya membutuhkan sesuatu darinya.

Naruto yang hanya bisa melihat langit-langit kamarnya serta tidak bisa melakukan apa-apa selain melatih tangannya perlahan demi perlahan menghembuskan nafas bosan, "Aku ingin sekali cepat pulang dan kembali ke sekolah," gumam Naruto membuat Kushina tersenyum lalu mengelus rambut putranya dengan lembut.

"Bersabarlah, memang seperti ini lah rasanya masuk rumah sakit," ucap Kushina, seketika dirinya tersentak bahwa mendengar ponselnya berbunyi, ia pun mengambil ponselnya dan tertera nama suaminya.

"Siapa itu, Kaa-chan?" tanya Naruto dengan wajah penasaran. "Ah, ini Tou-san mu," jawab Kushina lalu berdiri dari duduknya.

"Gomen ne, Naruto-kun, aku tinggal kamu sebentar untuk menjawab panggilan Tou-sanmu," ucap Kushina meminta maaf. "Kenapa tidak di sini saja?" tanya Naruto kembali.

"Tidak bisa, jika nanti Atago-san datang dan tanpa sengaja menanyakan keadaanmu, Tou-sanmu bisa khawatir." Naruto yang mendengar itu terdiam beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya.

"Baiklah."

Kushina yang mendengar itu pun keluar dari ruangan Naruto untuk mengangkat panggilan suaminya, dan dari arah berlawanan yang di lalui Kushina terdapat sosok Prinz yang tengah berjalan sambil berbincang ringan dengan salah satu temannya.

Prinz yang tak sengaja melihat Kushina keluar dari kamar Naruto menyipitkan matanya, "Bukankah itu, Kushina-san?" batin Prinz, "pergi ke mana dia?"

"Eugen-san." Prinz yang dipanggil seketika tersentak lalu menoleh ke arah temannya, "ada apa?" tanya temannya.

"Ah, Gomen ne, aku harus pergi menemui seseorang," ucap Prinz meminta maaf kepada temannya, "lalu jika kau bertemu dengan Atago-chan, beritahu dia, aku memiliki urusan."

"Hm, baiklah, Jaa na, Eugen-san." Setelah melihat temannya pergi, Prinz pun langsung menuju ruangan Naruto lalu masuk secara perlahan.

"Permisi," ucap Prinz, Naruto yang mendengar suara Prinz menoleh dan benar saja, dia melihat Prinz memasuki ruangannya. "Pr-Prinz-san," gumam Naruto dengan pipi merona.

"Guten Morgan, Naruto-kun," sapa Prinz sambil tersenyum manis lalu duduk di samping ranjang Naruto, "bagaimana tidurmu kemarin malam? Apakah nyenyak?" tanya Prinz dan di jawab anggukkan pelan oleh Naruto.

"Lalu, apakah kau sudah membersihkan tubuhmu? Apakah kau juga sudah makan?" tanya Prinz kembali. "U-Um, ibuku sudah membersihkan tubuhku serta menyuapiku makan tadi," jawab Naruto membuat mata Prinz beralih ke arah tas Kushina sesaat lalu kembali melihat ke arah Naruto.

"Tadi aku melihat ibumu keluar dari sini, ke mana dia?" tanya Prinz penasaran. "A-Ah, dia pergi untuk mengangkat panggilan dari Tou-san," jawab Naruto membuat Prinz tersenyum sambil menjilati bibirnya.

"Souka...," gumam Prinz lalu mendekatkan wajahnya, namun Naruto memundurkan wajahnya membuat jarak di antara mereka. "N-Ne... P-Prinz-san... Bu-bukankah sebaiknya kita tidak melakukannya... A-Aku tidak ingin melakukannya lagi... Ji-jika Kaa-chan datang dan melihat kita...," ucap Naruto membuat Prinz terdiam sesaat namun Prinz bukannya menjauh melainkan semakin mendekati Naruto.

"Biar aku beri tahu satu hal, Naruto-kun," bisik Prinz dengan nada menggoda, "jika perempuan sudah menetapkan sesuatu pada apa yang mereka sukai dan cintai, perasaan mereka akan sangat kuat, dan tidak akan melepaskannya dengan mudah."

"Jadi... Aku tidak akan melepaskanmu...," lanjut Prinz sambil menjilati bibirnya, Naruto yang mendengar itu menegang, "selagi punya kesempatan bagaimana kita lanjutkan yang kemarin malam sesaat?" bisik Prinz lalu tanpa basa basi mencium Naruto dengan liar.

.

.

Beralih ke Kushina di waktu yang sama saat Prinz memasuki kamar Naruto, saat menemukan tempat yang tepat yaitu di luar rumah sakit, ia pun mengangkat panggilan suaminya.

"Moshi-moshi, Kushina-chan," sapa Minato membuat Kushina tersenyum senang. "Ha'i, Minato-kun... ada apa kau menghubungiku?" tanya Kushina penasaran.

"Apakah aku tidak boleh menghubungi Istri tercintaku?" Kushina yang mendengar itu tertawa kecil. "Kau tetap tidak pernah berubah, Minato-kun," ucap Kushina dan di balas tawa pelan di seberang sana.

"Bagaimana kabarmu? Dan bagaimana kabar anak-anak?"

"Aku baik-baik saja, begitu juga dengan anak-anak," jawab Kushina, "lalu bagaimana denganmu? Apakah kau menjaga kesehatanmu? Apakah kau sudah makan dengan teratur? Apakah kau tidur dengan nyenyak di sana? Lalu apakah kau..."

"Ma-Maa-maa, Kushina-chan aku baik-baik saja di sini, aku juga sudah makan dengan teratur dan menjaga kesehatanku," balas Minato membuat Kushina bernafas lega. "Souka? Baguslah kalau begitu," gumam Kushina lalu ia terdiam sesaat dengan wajah murung.

"kapan kau akan kembali, Minato-kun?"

Minato yang mendengar itu terdiam sesaat lalu menjawab pertanyaan istrinya, "Maafkan aku, Kushina-chan... tapi sepertinya aku belum bisa pulang lebih cepat kali ini," jawab Minato membuat Kushina kecewa.

"Souka...," gumam Kushina. "Maafkan aku, sebenarnya aku juga ingin sekali cepat-cepat pulang, menghabiskan waktu bersamamu, dan aku juga sangat rindu untuk menyentuhmu," ucap Minato membuat pipi Kushina merona.

"Dasar mesum."

"Ahaha... Tapi kau juga begitu bukan?" Kushina yang mendengar itu terdiam sesaat lalu menggumam pelan.

"Um."

"Ah... Maafkan aku, Kushina-chan. Aku harus bekerja kembali, sampai jumpa," ucap Minato berpamitan dengan Kushina. "Um, Jaa na," balas Kushina, lalu ia menatap diam ponselnya sesaat dan kembali masuk ke dalam rumah sakit.

.

.

Kembali ke kamar Naruto, tampak saat ini Naruto tengah mendesah pelan karena Prinz tengah mengulum penis Naruto sambil menjepitnya dengan kedua dadanya.

Dengan gerakan sedang, Prinz menaik turunkan kepalanya sambil menghisap serta memainkan lidahnya di ujung penis Naruto. Prinz yang merasakan penis Naruto mulai semakin tegang dan berkedut mempercepat gerakkan kepalanya.

"Pr-Prinz-san... Ahhhhh!"

Penis Naruto pun mengeluarkan spermanya di dalam mulut Prinz dan dengan senang hati dia menelannya hingga tak tersisa.

Prinz lalu melepaskan kulumannya pada penis Naruto hingga ia bisa melihat penis tersebut masih ter lumuri sisa sperma, melihat itu Prinz tersenyum lalu membersihkan penis Naruto dengan mengulumnya sesaat.

"Nikmat seperti yang kemarin, Naruto-kun," ucap Prinz dengan nada menggoda, "Ibumu masih belum kembali ya...," lanjut Prinz sambil melihat ke arah balik korden yang menutupi mereka sesaat lalu kembali melihat ke arah Naruto.

"Karena dia masih belum kembali, mari kita lakukan Fast sex," bisik Prinz lalu memasukkan penis Naruto yang masih tegang ke dalam Vaginanya, "Ahhh! Nikmat sekali," desah Prinz pelan lalu menggerakkan pinggulnya dengan kecepatan sedang sambil memeluk Naruto hingga wajahnya terhimpit dua dadanya.

"Ahh! Hisap dadaku, Naruto-kun! Ahhh! Hisaplah! Ahhhh!" desah Prinz kepada Naruto sambil mengarahkan kedua putingnya ke mulut Naruto lalu memeluk leher Naruto dengan kuat agar Naruto tetap menghisap dadanya.

Naruto pun mulai menghisap kedua puting Prinz membuatnya mendesah nikmat, "Ahhhh! Yahhh! Begitu, Naruto-kun! Ahhhh!" desah Prinz sambil mempercepat gerakan pinggulnya.

"Ahhh! Ahhh! Yaah! Penismu benar-benar membuatku ketagihan, Naruto-kun! Ahh! Ahhh!" desah Prinz sambil mendongak ke atas dan sedikit mengeluarkan lidahnya menandakan dia menikmati melakukan sexnya dengan Naruto.

Prinz yang merasakan penis Naruto semakin mengeras dan mulai berkedut di dalam Vaginanya semakin mempercepat gerakkan pinggulnya untuk mencapai puncak mereka.

"P-Prinz-san... Ahhh! Ak-Aku..."

"Yahh! Ahhh! Ahhh! Keluarkan didalam lagi, Naruto-kun! Ahhh! Aku juga akan sampai! Ahhh! Kita keluarkan bersama!"

"Ahhhhh!"

Penis Naruto pun kembali mengeluarkan cairannya ke dalam vagina Prinz seperti kemarin malam. Prinz yang merasakan sperma Naruto memenuhi vaginanya kembali tersenyum senang lalu mencium Naruto penuh nafsu.

.

.

Beralih kembali ke Kushina, saat ini dia berada di kamar mandi khusus perempuan dan mendudukkan dirinya di sebuah closet duduk dengan wajah murung, tidak ada siapa pun selain dirinya di sana.

Lalu Kushina membuka layar ponselnya kembali dan mencari foto suaminya, lalu ia pun membuka kedua pahanya serta menyikapi rok panjang miliknya dan mengelus vaginanya yang masih terbungkus celana dalam.

"Mhhmmm... Minato-kun," batin Kushina sambil melihat foto suaminya serta membayangkan suaminya menyetubuhinya, dirinya sudah sangat lama sekali tidak merasakan sentuhan suaminya dan itu membuat sebuah hasrat yang sangat tak tertahankan di dalam dirinya.

Dirinya mempercepat gerakan jarinya untuk cepat mendapatkan klimaksnya, membayangkan dirinya melakukan service kepada penis suaminya yang bisa membuatnya selalu mendesah, serta membayangkan penis itu saat ini memasuki vaginanya.

Namun seketika bayangan itu tiba-tiba berubah menjadi bayangan saat dia mengocok penis Naruto serta tangannya yang terlumuri sperma Naruto dan saat itu juga, Kushina langsung mendapat klimaksnya membuat celana dalamnya basah karena cairan cintanya.

Kushina yang telah mendapat klimaksnya mengatur pernafasannya yang memburu, ia menatap jarinya yang basah karena cairan cintanya dirinya tidak menyangka dirinya mencapai klimaks karena membayangkan penis putranya sendiri bukannya penis suaminya.

.

.

Setelah merapikan dirinya dari kamar mandi, Kushina pun kembali ke kamar Naruto dengan tatapan yang susah di jelaskan. Begitu memasuki kamar Naruto, Kushina sedikit terkejut karena terdapat Prinz yang duduk di samping kasur Naruto yang tengah tertidur.

"Konichiwa, Kushina-san," sapa Prinz sambil tersenyum. "Konichiwa, Prinz-san," balas Kushina dengan wajah kebingungan.

"A-Apa yang kau lakukan di sini?"

"Ah, secara tak sengaja tadi saya melihat dirimu keluar dari ruangan ini, jadi selama dirimu pergi aku menggantikanmu untuk menjaga Naruto-kun," jawab Prinz membuat Kushina tersentak lalu sedikit membungkukkan badannya kepada Prinz.

"A-Ah,S-Souka... Arigato Gonzaimasu telah menjaga Naruto-kun selama aku tidak ada di sini, Prinz-san!" ucap Kushina berterima kasih kepada Prinz.

"um, sama-sama," balas Prinz sambil tersenyum, "kalau begitu saya permisi dulu, saya harus kembali bekerja," ucap Prinz pamit dan di balas anggukkan oleh Kushina.

Setelah kepergian Prinz, Kushina pun kembali duduk di samping Naruto sambil melihat putranya yang tertidur, lalu dirinya kembali teringat apa yang terjadi saat di kamar mandi dan membuat wajahnya memerah.

Beberapa detik setelahnya, dirinya tersentak ketika mencium bau sesuatu yang kuat, ia pun mencari bau tersebut dan dirinya tersentak ketika terdapat sedikit ceceran sperma di selimut Naruto.

Kushina yang melihat sperma itu terdiam beberapa saat, lalu ia pun mencolek sperma tersebut dan mulai menjilatinya. Begitu memasuki kerongkongannya, Kushina sedikit tersentak dan tanpa sadar mulai menjilati jarinya yang terdapat bekas sperma tadi, "Nikmat...," batin Kushina.

.

.

.

Ruangan Atago

12.30 PM

.

Beralih ke tempat Prinz, saat ini dia berjalan ke ruangan Atago dengan ekspresi senang, begitu sampai di ruangan Atago, ia pun mengetuk pintu untuk meminta izin masuk.

"Permisi, Atago-chan."

"Masuk, Prinz-chan."

Setelah mendapat izin untuk masuk, Prinz pun memasuki ruangan tersebut dan melihat Atago serta Takao yang tengah duduk santai karena saat ini tengah jam Istirahat.

"Kau ke mana saja, Prinz? Apakah bertemu dengan kenalanmu sampai selama itu?" tanya Takao dengan tegas. "Fufufu, Gomen-gomen... Tadi aku harus menggantikan Kushina-san menjaga Naruto-kun karena dia mendapatkan panggilan dari suaminya," jawab Prinz membuat Atago tersentak.

Lalu Atago berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah Prinz membuatnya serta Takao menatap kebingungan Atago. "Ada apa, Nee-chan?" tanya Takao.

Atago lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Prinz dan berbisik, "Kau... Habis melakukan itu dengan Naruto-kun kan?" tanya Atago dengan nada berbisik membuat Prinz sedikit tersentak, "fufufu, kau pasti berpikir bagaimana aku tahu, itu karena kemarin malam, aku sempat melihat kegiatan kalian berdua karena aku tidak melihat catatan laporanmu."

"Karena aku tidak melihat laporanmu, aku memeriksamu di kamar Naruto-kun, dan ternyata... Kalian melakukan sex," bisik Akeno, "selain itu kau juga tampak sangat bernafsu sekali kemarin, dan hari ini karena Kushina-san pergi tadi kau menggunakan kesempatan itu untuk fast sex bukan?"

Prinz yang mendengar itu tidak bisa mengelak, ia pun menganggukkan kepalanya, "Um, itu benar...aku baru saja melakukannya dengan Naruto-kun," jawab Prinz dengan nada berbisik juga, Atago yang mendengar itu menjilati bibirnya.

"Bagaimana rasanya penis Naruto-kun," tanya Atago membuat Prinz tersentak. "A-Atago-chan... K-Kau...," gagap Prinz.

"Ya... Aku juga ingin merasakan penis Naruto-kun, saat melihat penisnya memasuki vaginamu memberikan kenikmatan yang luar biasa, melihat banyaknya cairan yang dia keluarkan, serta penisnya yang masih tegang walau sudah keluar berkali-kali... Aku juga ingin merasakannya."

Prinz yang mendengar itu tersenyum lalu menjilati bibirnya, "Fufufu, kalau begitu malam nanti kita akan melakukannya."

"Oi! Kalian! Sejak tadi kalian saling berbisik! Apa yang kalian bicarakan?!" bentak Takao karena sejak tadi merasa di acuhkan. Prinz dan Atago saling menatap satu sama lain lalu tertawa halus bersama, "Rahasia," jawab mereka kompak.

"Eh?! Apa-apaan itu?!" balas Takao dengan wajah tidak senang karena kakaknya serta temannya tidak memberitahukan apa yang mereka bicarakan. "Takao-chan, nanti malam tolong kau lanjutkan tugasku ya, aku serta Prinz-san memiliki urusan," pinta Atago dengan lembut.

"Eh?! Tidak adil?! Kenapa hanya aku?!" protes Takao kembali. "Mou... Ayolah Takao-chan, nanti malam gantikan aku ya," ucap Atago merayu Takao sambil memeluknya dengan erat.

"Nee-chan, lepaskan!" ucap Takao mencoba melepaskan pelukan Atago, tangan Atago yang awalnya memeluk erat Takao pun mulai berpindah di mana satu tangannya bergerak ke paha Takao serta satunya lagi meremas-remas dada Takao, "Ahh! Ne-Nee-chan!"

"Ayolah, Takao-chan, nanti malam gantikan aku ya," goda Atago sambil terus meremas dada Takao. "Mhnn! Ne-Nee-chan! T-Tolhong h-hentikan! Ahmnn!" pinta Takao sambil mendesah pelan karena remasan Atago.

"Kami mohon ya, Takao-chan," ucap Prinz juga memohon kepada Takao sambil ikut memeluk Takao dan meremas-remas dadanya lagi satu. "Mhhnn! A-Ahh! Ba-Baiklah! Baiklah! To-Tolong hentikan kalian berdua!" ucap Takao akhirnya menerima permintaan mereka.

Atago dan Prinz pun melepaskan pelukan mereka sambil tertawa halus bersama, "Arigato, Takao-chan," ucap Atago sambil tersenyum begitu juga dengan Prinz, sementara Takao hanya menatap kesal mereka berdua sambil merapikan pakaiannya.

.

.

Skip Time.

Ruangan Naruto

15.00 PM

.

.

Waktu telah menunjukkan siang hari menjelang sore hari, dan di ruangan Naruto tampak Kushina yang tertidur di samping Naruto yang berbaring di kasur.

"Permisi!" tak lama setelah itu, pintu ruangan Naruto di rawat terbuka dan memperlihatkan Naruko yang datang dengan pakaian sekolahnya serta membawa satu kantung plastik berisi makanan.

Naruko yang melihat Ibunya tertidur bersama Naruto pun mendekati ibunya dan membangunkan ibunya dengan lembut, "Kaa-chan, bangun."

Kushina yang merasakan guncangan pada tubuhnya membuka matanya secara perlahan dan ia melihat Naruko yang telah berdiri di sampingnya, "Ah... Naruko-chan, Okaeri," ucap Kushina sambil menegakkan tubuhnya kembali.

"Um, tadaima, Kaa-chan," jawab Naruko sambil meletakkan tas sekolahnya serta kantung plastik berisi makanan di meja di samping ranjang Naruto. "Bagaimana keadaan Naruto-kun?" tanya Naruko sambil menatap Naruto yang masih tertidur.

"Masih seperti biasa, tapi mungkin saja dalam beberapa hari lagi dia bisa pulang," jawab Kushina dan di balas gumaman pelan oleh Naruko. "Kau sudah bisa pulang Kaa-chan, sekarang biar aku yang menjaga Naruto-kun," ucap Naruko dan di jawab anggukkan pelan oleh Kushina.

"Baiklah, kalau begitu tolong jaga Naruto-kun ya, Naruko-chan," ucap Kushina sambil bangkit dari duduknya dan mengambil tasnya, Naruko yang mendengar itu mengangguk.

Sebelum keluar dari kamar Naruto, Kushina menatap Naruto diam beberapa sesaat, "Ada apa Kaa-chan?" tanya Naruko membuat Kushina tersentak dengan pipi merona lalu mengibaskan tangannya pelan. "Ah, tidak ada apa-apa," jawab Kushina sambil tersenyum canggung.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya, Naruko-chan," ucap Kushina dan di balas anggukkan kembali oleh Naruko. "Um, hati-hati di jalan Kaa-chan," balas Naruko, lalu Kushina akhirnya keluar dari kamar tersebut dan berjalan pulang ke rumah.

Setelah melihat ibunya pulang, Naruko pun mendekati tempat tidur Naruto berbaring dan duduk di sampingnya sambil menatap lirih adiknya. "Naruto-kun," gumam pelan Naruko sambil menyentuh kening Naruto dengan lembut berusaha tidak membangunkan sang adik.

Namun Naruto perlahan membuka matanya membuat Naruko tersentak pelan lalu menarik tangannya dari kening, "Nee-chan...," gumam Naruto ketika melihat Kakaknya telah duduk di sampingnya.

"Konichiwa, Naruto-kun," ucap Naruko sambil tersenyum, "gomen karena membangunkanmu," lanjut Naruko sambil membantu Naruto untuk mendudukkan dirinya.

"Um, Tidak... Aku memang ingin bangun saja," balas Naruto sambil menggelengkan kepalanya pelan bahwa kakaknya tidak bersalah, "apa Kaa-chan sudah pulang?"

Naruko yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, "Um, dia baru saja pulang," jawab Naruko dan di balas gumaman pelan oleh Naruto, lalu terjadi keheningan di antara mereka berdua, hingga Naruko kembali berbicara, "bagaimana keadaanmu, Naruto-kun? Apakah kau masih merasakan sakit saat menggerakkan tanganmu?"

"Aku baik-baik saja, dan aku masih merasakan sakit jika aku menggerakkan tanganku," jawab Naruto sambil mencoba menggerakkan tangannya secara perlahan, "tapi, Atago-san tadi bilang aku harus melatih menggerakkan tanganku secara perlahan agar terbiasa."

"Souka?! Syukurlah itu artinya kau bisa sembuh dalam beberapa hari ke depan," balas Naruko dengan nada senang sambil memeluk Naruto erat. "Ne-Nee-chan, sa-sakit," ucap Naruto membuat Naruko tersentak dan melepaskan pelukannya.

"A-Ah, gomen Naruto-kun," ucap Naruko meminta maaf kepada adiknya, Naruto yang mendengar itu tersenyum lalu memasang wajah bersalah kepada sang kakak. "Gomen ne, Nee-chan membuatmu khawatir," ucap Naruto kali ini meminta maaf kepada sang kakak.

"Aku dengar dari Kaa-chan, Nee-chan tidak bisa tidur karena aku di sini... Aku benar-benar minta maaf Nee-chan," lanjut Naruto sambil menundukkan kepalanya, Naruko yang mendengar itu terdiam sesaat lalu membalas ucapan Naruto. "Itu benar... Kau benar-benar harus bertanggung jawab, Naruto-kun! Kau membuatku tidak bisa tidur! Kau membuatku sangat khawatir tahu!" balas Naruko dengan nada membentak Naruto.

Sementara Naruto yang mendengar itu semakin menundukkan kepalanya, namun dirinya seketika terkejut karena Naruko memeluknya dengan erat kembali. "Tapi syukurlah kau baik-baik saja, jika kau tidak ada... Nee-chan akan sangat sedih," lanjut Naruko sambil mengelus rambut Naruto.

Naruto yang mendengar itu menitikkan air matanya lalu kembali meminta maaf kepada Naruko, "Gomen ne, Nee-chan," lirih Naruto, Naruko yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. "Um, Nee-chan memaafkanmu, dan tolong jangan di ulangi lagi ya, Baka-Imouto," balas Naruko melepaskan pelukannya lalu menyentil pelan hidung Naruto.

Naruto yang mendengar itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya pelan, "Ha'i, Nee-chan." mendengar itu Naruko ikut tersenyum, "benar juga," gumam Naruko lalu mengambil kantung belanja yang dia bawa dari pulang sekolah.

"Kau belum makan siang bukan? Nee-chan sudah membawakan makanan untukmu," ucap Naruko sambil mengeluarkan sebuah bungkusan roti kepada Naruto. "Arigatou, Nee-chan," ucap Naruto sambil tersenyum.

Lalu Naruko pun membukakan bungkusan roti di tangannya lalu mengambil seperempat bagian roti tersebut dan mengarahkannya kepada Naruto.

"Ayo, Naruto-kun, Aaaaahh," ucap Naruko menyuapi sang adik. Naruto yang melihat itu membuka mulutnya dan menerima suapan roti dari sang kakaknya, "bagaimana, Naruto-kun? Apakah enak?"

Naruto yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, "Um, rasanya enak sekali," jawab Naruto membuat Naruko tersenyum senang, "Nee-chan tidak makan siang juga?" tanya Naruto dan di balas gelengan pelan oleh Naruko.

"Umn, Nee-chan belum lapar, lagi pula yang lebih membutuhkan itu kamu dari pada Nee-chan."

"Tidak boleh begitu, Nee-chan juga harus makan, Jika tidak aku tidak mau makan," balas Naruto membuat Naruko terdiam lalu kembali tersenyum. "Baiklah, kalau begitu kita makan bersama-sama," ucap Naruko lalu kembali membagi rotinya dan memakannya setelah itu ia pun membagi roti di tangannya kembali lalu menyuapi Naruto.

.

.

Kediaman Namikaze

.

.

Beralih ke kediaman Namikaze, di salah satu kamar saat ini terdapat sosok Kushina yang berbaring di kasur dengan pakaian berantakan, salah satu tangannya bermain di vaginanya yang telah basah serta sambil menggigit salah satu jarinya

"Mhnnmm... Ahhmnn... Mhnnn!" dirinya mendesah sambil mempercepat gerakan jarinya, dirinya melakukan masturbasi sambil membayangkan penis Naruto memasuki dirinya bukan penis suaminya.

Bayangan penis Naruto selalu terngiang-ngiang di kepalanya, selain itu saat dirinya merasakan sperma Naruto sebelumnya, rasanya begitu nikmat di tenggorokannya dan dirinya ingin merasakannya kembali.

Tapi dirinya sadar itu tidak mungkin dia lakukan, jadi yang bisa dia lakukan hanyalah melakukan masturbasi, "Mhhnnnn!" dirinya mendesah tertahan dengan tubuh menegang karena mencapai puncaknya.

"Hahh... Hahh... Hah..." Mengatur pernafasannya yang memburu dengan wajah memerah, Kushina lalu menatap tangannya sendiri yang telumuri cairannya sendiri.

Lalu ia menjilati jarinya yang terlumuri cairannya sendiri sambil bergumam pelan, "Naruto-kun..."

.

.

Rumah Sakit

.

.

Kembali beralih ke rumah sakit, setelah makan siang bersama, Naruko membantu Naruto untuk melatih menggerakkan tangannya secara perlahan dengan duduk di sampingnya.

"Bagaimana, Naruto-kun? Apakah terasa sakit?" tanya Naruko sambil membantu Naruto menggerakkan tangannya perlahan. "Itte... Y-Ya... Sedikit... Tapi aku bisa menahannya," jawab Naruto sambil menahan rasa sakit di tangannya.

"Jika terasa sangat sakit katakan saja, Nee-chan tidak akan memaksamu," ucap Naruko dan di balas anggukkan pelan oleh Naruto, lalu setelah itu Naruko meletakkan dagunya di pundak Naruto membuatnya tersentak karena apa yang di lakukan oleh kakaknya.

"Ne-Nee-chan..."

"Ne, Naruto-kun... Belakangan ini kau semakin dekat dengan teman-teman Nee-chan ya?" tanya Naruko sambil mengembungkan pipinya, Naruto yang mendengar itu menegang dengan wajah pucat. "A-Apa Nee-chan tahu?!" batin Naruto sambil meneguk ludahnya.

"Tidak adil, Naruto-kun." Naruto semakin menegang ketika Naruko tiba-tiba memeluknya dengan erat dari belakang, "Nee-chan tidak senang jika kamu lebih dekat dengan mereka dari pada Nee-chan," lanjut Naruko mengatakan isi hatinya membuat Naruto tersentak.

"Karena itu, mulai dari sekarang... Jika Nee-chan melihat kamu sangat dekat dengan mereka dari pada Nee-chan, Nee-chan akan menghukummu, paham?" ancam Naruko sambil menarik kedua pipi Naruto dengan pelan dari belakang.

"Ba-Baik, Nee-chan," balas Naruto, Naruko yang mendengar itu tersenyum lalu melepaskan tarikannya pada kedua pipi Naruto. "Baiklah, sekarang ayo, kita kembali lanjutkan latihanmu," ucap Naruko sambil membantu Naruto melatih menggerakkan tangannya agar terbiasa.

Setelah berjam-jam melakukan latihan itu hingga sore, mereka pun memutuskan untuk melanjutkannya besok dan kali ini Naruto harus membersihkan tubuhnya. Naruko pun mengambilkan air menggunakan ember yang di gunakan sebelumnya oleh ibunya lalu membersihkan tubuh Naruto yang di penuhi keringat.

Sementara Naruto, dirinya terdiam dengan wajah merona karena ini pertama kalinya kakaknya melakukan ini padanya, jadi dirinya sangat gugup. Naruko yang merasakan tubuh Naruto tegang tersenyum tipis lalu menggoda Naruto dengan meniup pelan kuping Naruto.

"Ne-Nee-chan!"

"Hihihi, kau tidak perlu tegang begitu, Naruto-kun. Lagi pula aku ini kakakmu, jadi biasakan saja," ucap Naruko lalu melanjutkan membersihkan tubuh Naruto, setelah selesai membersihkan tubuh Naruto, Naruko lalu membantu Naruto menggunakan pakaiannya kembali.

"Nee-chan, apa kau tidak pulang lebih dahulu dan membersihkan diri juga?" tanya Naruto merasa tidak enak jika kakaknya selalu bersamanya apa lagi dengan pakaian sekolah masih melekat di tubuhnya. Naruko yang mendengar itu mengembungkan pipinya dan menatap Naruto kesal, "Apa kau mengusir Nee-chan?"

"T-Tidak... Bukan itu," jawab Naruto sambil menggelengkan kepalanya, "a-aku hanya merasa tidak enak jika Nee-chan menjagaku dengan pakaian sekolah Nee-chan," jawab Naruto sambil menggaruk pipinyanya yang tidak gatal.

Naruko yang mendengar itu tersenyum tipis, "Tidak apa-apa, lagi pula besok hari libur... dan juga aku sebenarnya berniat menginap di sini menjagamu sampai besok pagi," jawab Naruko.

"Tapi maafkan aku karena itu tidak bisa di lakukan, Naruko-san." Naruko serta Naruto seketika menoleh ke sumber suara dan mereka melihat Atago serta Takao dan Prinz di belakangnya memasuki ruangan mereka.

"E-Eh?! Ke-Kenapa?!" tanya Naruko merasa tidak terima jika dirinya tidak bisa menginap menjaga Naruto. "Itu sudah prosedur rumah sakit ini agar tidak mengganggu pasien lainnya, jadi maafkan kami, Kamu tidak bisa menginap di sini," jawab Atago lalu meminta maaf kepada Naruko.

"Tidak mungkin," gumam Naruko merasa kecewa, Naruto yang melihat kakaknya tampak kecewa terdiam sesaat dia sebenarnya juga ingin kakaknya ada di sini menjaganya, tapi melihat wajah Prinz yang tersenyum seolah memberinya tanda bahwa dia harus menurut atau tidak rahasianya akan terbongkar, jadi ia pun mencoba menghiburnya. "Nee-chan," panggil Naruto membuatnya menoleh ke arahnya.

"Nee-chan pulang saja dan beristirahat, saat aku keluar dari sini, Aku janji akan selalu bersama Nee-chan, bagaimana?" ucap Naruto membuat perjanjian dengan kakaknya. Naruko yang mendengar itu terdiam beberapa saat lalu menatap adiknya dengan serius.

"Benar? Kau janji?"

Naruto yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, Naruko yang melihat itu merungut pelan sambil mengembungkan pipinya, "Janji ya, jika kau melanggar janji, Nee-chan akan menghukummu," ucap Naruko mengancam Naruto kembali.

"Y-Ya, aku janji."

Menghembuskan nafas pelan, Naruko pun menatap Atago, Prinz dan Takao, "Baiklah... Tolong jaga, Naruto-kun, Atago-san, Takao-san, Prinz-san."

"Serahkan pada kami," jawab Atago sambil tersenyum, "baiklah, sekarang kami akan memeriksa Naruto-kun dulu," lanjut Atago lalu melanjutkan tugasnya yaitu memeriksa keadaan Naruto, sementara Takao serta Prinz memberikan perban baru pada beberapa tubuh Naruto karena di lepaskan saat membersihkan tubuh Naruto serta karena perban sebelumnya telah kotor.

Setelah selesai, Atago, Takao serta Prinz pun berpamitan dari ruangan itu, "Baiklah sudah selesai, serahkan pada kami untuk menjaga Naruto-kun, kau bisa pulang dan beristirahat di rumah, Naruko-san," ucap Atago dan di balas anggukkan pelan oleh Naruko.

"Terima kasih atas kerja samanya, Atago-san, Prinz-san, Takao-san," ucap Naruko sambil membungkukkan badannya, setelah itu mereka pun keluar dari ruangan itu meninggalkan Naruto dan Naruko kembali berdua.

Melihat kepergian mereka, Naruko kembali mendekati Naruto lalu duduk di belakangnya dan memeluk erat sang adik, "Nee-chan," gumam Naruto.

"Sebentar saja... Nee-chan ingin seperti ini sebentar saja sebelum Nee-chan pulang," bisik Naruko membuat Naruto terdiam dan membiarkan kakaknya itu memeluknya hingga dia puas.

Setelah satu jam memeluk Naruto, Naruko pun melepaskan pelukannya, lalu turun dari tempat berbaring Naruto dan mengambil tas sekolahnya.

"Jaa... Nee-chan akan pulang sekarang, ingat kau harus beristirahat dan tidak memaksakan dirimu agar bisa cepat pulang," ucap Naruko sambil membantu Naruto untuk berbaring. Naruto yang mendengar itu menganggukkan kepalanya dengan pelan, "Baiklah, Nee-chan, hati-hatilah di jalan."

"Um, ah sebelum pergi, Nee-chan ingin memberimu sesuatu yang special," ucap Naruko lalu membungkuk dan memberikan sebuah ciuman di pipi Naruto membuat wajah Naruto memerah sempurna.

"N-Nee-chan?!"

"Fufufu, Jaa sampai bertemu besok, Naruto-kun," ucap Naruko sambil tertawa halus lalu pergi meninggalkan Naruto yang memerah wajahnya.

Naruto yang melihat kakaknya telah meninggalkan ruangannya terdiam sambil memandang langit-langit kamarnya. Dirinya tidak menyangka bahwa kakaknya akan memberikan sebuah ciuman di pipinya, walau status mereka adalah kakak dan adik tetap saja itu sungguh memalukan untuknya.

Di sisi Naruko, ia berjalan dengan pipi merona sambil menyentuh bibirnya tersenyum, "Cepat sembuh, baka-Otouto."

.

.

Skip Time

Kediaman Namikaze

19.00 PM

.

Setelah perjalanan cukup lama, akhirnya Naruko sampai di rumahnya, "Tadaima!" ucap Naruko sambil memasuki rumah dan melepaskan sepatunya. "Okaeri, Naruko-chan!" sambut Kushina sambil mendatangi Naruko.

Kushina yang melihat wajah murung Naruko terdiam sesaat lalu mengelus pipi putrinya dengan lembut, "Padahal kau sudah menghabiskan waktumu dengan adikmu, apakah kau masih memikirkannya?"

Naruko yang mendengar itu mengangguk pelan, "Um... Aku sangat merindukannya, aku harap dia cepat bisa bersama kita lagi," gumam Naruko sambil memeluk ibunya. Kushina yang mendengar itu merona tipis lalu membalas pelukan putrinya, "U-Ummm... Kau benar."

Lalu Kushina melepaskan pelukan Naruko dan mengelus rambut putrinya dengan lembut, "Sekarang ayo bersihkan tubuhmu, makan malam sudah siap."

"Baik, Kaa-chan."

.

.

Skip Time

Rumah Sakit, Ruangan Atago.

23.00 PM

.

.

Malam hari pun telah tiba, di ruangan Atago, saat ini sang pemilik ruangan tersebut tengah memberikan tugasnya kepada sang adik sesuai perjanjian mereka tadi siang, setelah memberikan instruksi apa saja yang harus di lakukan, Prinz serta Atago pun bersiap.

"Baiklah, Takao-chan, kami serahkan padamu ya," ucap Atago sambil tersenyum, Takao yang mendengar itu menghembuskan nafasnya dan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah... Cepatlah selesaikan urusan kalian, lalu kembali di kesini untuk membantuku menyelesaikan ini dan jangan lama-lama," ucap Takao sambil menatap kesal mereka berdua. Prinz serta Atago yang mendengar itu tertawa halus bersama, "jangan khawatir, Jaa... Kami pergi dulu, Takao-chan," ucap Atago berpamitan dengan sang adik lalu dengan cepat pergi ke kamar Naruto bersama Prinz.

.

.

Beralih ke kamar Naruto yang tampak gelap, saat ini dirinya tengah terjaga sambil melihat keluar ke arah jendela memandangi langit-langit malam. Dirinya terjaga karena dirinya teringat dengan apa yang di lakukan Prinz kemarin serta tadi pagi, dirinya sangat yakin jika dia pasti akan datang lagi ke tempatnya dan melakukan itu lagi padanya.

Tak lama setelah itu dia mendengar suara pintu ruangannya terbuka dan ia melihat Atago serta Prinz memasuki ruangannya, "Atago-san... Prinz-san," gumam Naruto sambil berusaha mendudukkan dirinya sendirian.

Dirinya terdiam ketika melihat mereka berdua datang mendekatinya, jika Atago bersama Prinz itu artinya dia tidak akan melakukan itu padanya hari ini, itulah pikirnya.

"Konbanwa, Naruto-kun," sapa Atago sambil tersenyum. "Konbanwa... Ada apa Atago-san datang kemarin?" balas Naruto lalu bertanya kepada Atago.

Atago yang mendengar itu tertawa halus sesaat lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Naruto, "Kemarin, kau melakukan sex dengan Prinz-chan bukan?" bisik Atago membuat tubuh Naruto menegang, "fufufu kemarin secara tidak sengaja aku melihat kegiatan kalian berdua, dan juga tadi siang kalian melakukannya lagi bukan?"

Naruto yang mendengar itu tidak bisa berkata-kata, Atago yang melihat reaksi Naruto tertawa halus lalu berbisik kembali, "Tidak perlu khawatir, aku tidak akan memberitahukan hal itu kepada ibumu, tapi dengan satu syarat," bisik Atago lalu mendorong Naruto dengan pelan hingga ia berbaring kembali.

"Kau juga harus melakukan itu denganku," lanjut Atago lalu mencium bibir Naruto penuh nafsu, Prinz yang masih ada di sisi kasur mulai menarik korden yang ada di sisi tempat Naruto berbaring untuk menutupi kegiatan mereka serta korden yang ada di jendela ruangan Naruto.

Naruto yang di cium oleh Atago memerah wajahnya, dirinya tidak bisa melawan selain hanya mengikuti alur. Ciuman Atago semakin mendalam, ia memasukkan lidahnya ke dalam mulut Naruto serta mengajak lidahnya berdansa, salah satu tangannya bergerak arah penis Naruto dan mengelusnya dengan lembut.

Prinz yang telah selesai menutupi tempat mereka pun ikut naik ke tempat berbaring Naruto sambil membuka tiga kancing bajunya lalu mengeluarkan dadanya yang terbalut bra berwarna merah.

Setelah puas berciuman dengan Naruto, Atago pun melepaskan ciumannya hingga terlihat Saliva menjembatani bibir mereka. "Jangan lupakan aku, Naruto-kun." Naruto yang baru saja mengatur nafasnya harus kembali berciuman panas dengan Prinz.

Tanpa menunggu lama, Atago bergerak ke bagian bawah Naruto lalu menarik celana pasien Naruto hingga terlihatlah penis Naruto yang telah menegang, Atago yang melihat penis Naruto menjilati bibirnya lalu mengelus penis tersebut dengan lembut kembali.

"Ahhnn, penis Naruto-kun," gumam Atago lalu mulai menjilati penis Naruto dari bawah hingga ke atas. "Uhmmnn!" Naruto yang masih berciuman dengan Prinz mendesah dalam ciuman panas mereka, tangan Prinz yang hanya diam bergerak mengambil salah satu tangan Naruto lalu mengarahkannya ke dadanya yang masih terbalut bra berwarna merah dan memandunya untuk meremas dadanya.

"Ahmmnn... Remas, Hamnnhn lebih keras, Naruto-kun, Uhmmn!"

Atago yang telah puas menjilati penis Naruto mulai mengulum penis tersebut sambil menggerakkan kepalanya naik turun dengan kecepatan sedang, serta memainkan lidahnya di ujung penis Naruto.

"Fuaahh! Ahhmnn! A-Atago-san," desah Naruto begitu ciumannya bersama Prinz terlepas. "Naruto-kun, ayo hisap dadaku," ucap Prinz menarik bra merahnya ke atas membuat kedua dada Prinz terekspos lalu mengarahkannya ke mulut Naruto untuk menghisap dadanya, salah satu tangan Prinz yang menganggur mengambil tangan Naruto lagi satu dan mengarahkannya untuk mengelus vaginanya di balik rok susternya.

Atago yang masih mengulum penis Naruto, membuka tiga kancing bajunya susternya lalu menarik keluar dadanya yang terbalut bra berwarna ungu, ia lalu membuka bra ungu miliknya hingga terlihatlah dada besar Atago tanpa sehelai benang menutupinya.

Ia lalu melepaskan kulumannya pada penis Naruto dan mengapit penis Naruto dengan kedua dadanya, "Ahhhh!" desah Naruto ketika merasakan penisnya di apit benda lembut nan kenyal. "Bagaimana, Naruto-kun? Apakah pelayananku lebih nikmat di banding milik Prinz-san?" tanya Atago lalu mengulum penis Naruto kembali sambil menaik turunkan kepalanya serta dadanya.

"Ahhh! Jangan dengarkan dia, Naruto-kun, Ahhhhn! tentu saja Uhhmmnn! pelayanku lebih nikmat kan," balas Prinz sambil mendesah karena hisapan pada dadanya serta elusan pada vaginanya secara bersamaan.

Atago yang merasakan penis Naruto semakin menegang dan berkedut mempercepat gerakan kepalanya, dirinya sangat tidak sabar ingin merasakan nikmatnya sperma Naruto, Prinz yang juga akan mendapat puncaknya mempercepat gerakkan jari Naruto pada Vaginanya.

"Ahhhnn! Naruto-kun! Hisap lebih kuat! Aku akan keluar ahhhh!" desah Prinz melepaskan salah satu tangan Naruto yang dia arahkan untuk meremas dadanya lalu mendekap kepala Naruto dengan erat agar tidak melepaskan hisapannya pada dadanya.

"Ahhhhnnnn!"

"Ughhnnnnn!"

Mereka bertiga pun sama-sama mencapai puncak mereka, vagina Prinz serta Atago mengeluarkan cairan cinta mereka hingga membuat celana dalam mereka basah, serta penis Naruto yang mengeluarkan sperma cukup banyak di dalam mulut Atago.

Atago yang merasakan banyaknya sperma Naruto di mulutnya menelannya dengan senang hati hingga tak tersisa, dan ia sangat menyukai rasanya, pantas saja Prinz sangat ketagihan melakukan ini dengan Naruto.

"Fuaah! Sungguh nikmat sekali, Naruto-kun," ucap Atago setelah melepaskan kulumannya pada penis Naruto. "Sudah aku bilang, rasanya sangat nikmat dan membuatmu ketagihan bukan," balas Prinz sambil melepaskan dekapannya pada kepala Naruto.

Naruto yang telah lepas dari dekapan Prinz serta mencapai puncaknya mengatur nafasnya yang memburu, "Sekarang giliranmu untuk merasakan spermamu, Naruto-kun," ucap Prinz bergerak ke arah penis Naruto lalu menjilatinya membuat Naruto menggerang pelan.

Sementara Atago, dia mendekati Naruto sambil melepaskan celana dalamnya yang basah karena cairannya, kali ini dia yang akan memanjakan Naruto dengan dadanya serta ciumannya.

Setelah dekat dengan Naruto, Atago langsung membungkuk dan mencium Naruto dengan panas, ia mengambil kedua tangan Naruto lalu mengarahkannya secara perlahan ke dadanya dan menyuruhnya untuk meremas dadanya.

"Uhhhmmn! Ahhmnngnn! Hmmhnnn!" lenguh Naruto serta Atago dalam ciuman panas mereka. Sementara Prinz, setelah puas menjilati penis Naruto yang berlumuran sisa sperma, ia pun menjepit penis Naruto dengan kedua dadanya serta mengulum ujung penis Naruto.

Setelah puas mencium Naruto, Atago pun melepaskan ciumannya, "Ha'i, Naruto-kun, tolong hisap dadaku juga seperti yang kau lakukan terhadap Prinz," ucap Atago mengarahkan salah satu dadanya ke mulut Naruto agar menghisapnya.

Naruto yang di berikan dada oleh Atago hanya bisa melakukan apa yang dia minta, dia pun menghisap dada Atago membuatnya mendesah kenikmatan.

"Ahhhh! Yah! Begitu, Naruto-kun!" desah Atago sambil memeluk kepala Naruto begitu merasakan Naruto menghisap dadanya, "Mhaannh! Hisap lebih keras, Ahhh!"

Naruto pun melakukan apa yang Atago minta, ia menghisap kuat dada Atago sambil sesekali lidahnya memainkan puting Atago.

"Ahhhnn!" desah Atago tersenyum senang dengan apa yang di lakukan oleh Naruto, "Nhaanmhn! Mainkan jarimu juga di vaginaku, Naruto-kun," pinta Atago sambil mengarahkan salah satu tangan Naruto untuk memainkan vaginanya.

"Yahhnn! Gerakkan jarimu Nhannhn! Ahh! Lebih cepat, Naruto-kun! Ahhh!"

Prinz yang merasakan penis Naruto semakin menegang dan mulai berkedut di dalam mulutnya mempercepat gerakan kepalanya membuat Naruto yang menghisap dada Atago menggerang.

"Ahhh! Belum saatnya! Nyahhnn! Gerakkan jarimu lebih cepat, Naruto-kun! Kita keluar bersama! Ahhhhn!" desah Atago semakin mempercepat gerakan jari Naruto di vaginanya.

"Ahh! Aku sampai! Aahhhhhh!" desah Atago mencapai puncaknya begitu juga Naruto yang mengeluarkan spermanya dalam jumlah banyak di dalam mulut Prinz.

Dengan senang hati, Prinz menelan semua sperma Naruto yang ada di mulutnya hingga tak tersisa lalu melepaskan kulumannya pada penis Naruto.

"Nikmat seperti biasanya, Naruto-kun," ucap Prinz sambil menjilati sisa sperma Naruto di bibirnya. "Tadi itu nikmat sekali, Naruto-kun," ucap Atago mencium Naruto sesaat lalu melirik ke arah Penis Naruto yang masih tegang.

Melihat itu, Atago semakin tersenyum lalu mengelus penis tersebut dengan lembut, "Sekarang... Aku akan memberikan pelayanan terbaikku," ucap Atago sambil menyejajarkan penis Naruto dengan vaginanya lalu menurunkan pinggulnya.

"Ahhhhnnn!" desah Atago begitu penis Naruto memasuki vaginanya. "Aghhh!" desah Naruto merasakan penisnya di pijat kuat oleh vagina Atago, dan dari celah penyatuan mereka terdapat beberapa darah keluar.

"Fufufu... Kau sudah mengambil keperawanan ku, maka kau akan bertanggung jawab, Naruto-kun," ucap Atago lalu merendahkan tubuhnya lalu mencium Naruto dengan panas.

Setelah membiasakan dengan penis Naruto, Atago pun menggerakkan pinggulnya secara perlahan membuat mereka berdua melenguh pelan dalam ciuman panas mereka.

"Ahhmmn! Mhuanhmmn! Mhhnnn!"

Prinz yang melihat mereka melakukan sex memainkan jarinya pada vaginanya sambil meremas-remas dadanya, dirinya juga tidak sabar penis Naruto memasuki vaginanya.

"Fuahhh! Ahhnn! Ahhh! Luar biasa! Ahhh! penismu sungguh nikmat Naruto-kun," ucap Atago begitu melepaskan ciuman panas mereka, perlahan Atago mempercepat gerakan pinggulnya membuatnya semakin mendesah nikmat begitu juga Naruto.

"Ahh! A-Atago-san! Ahh!" Naruto yang sudah tidak tahan perlahan menggerakkan tangannya ke arah pantat sintal Atago membuatnya sedikit tersentak, lalu Naruto mulai ikut menggerakkan pinggulnya membuat Atago semakin merasakan kenikmatan.

"Ahhh! Dasar mesum! Tapi ahhhh! Aku menyukainya! Ahhhh!" desah Atago sambil menatap Naruto penuh nafsu, "Nhaahhnn! Lebih cepat Naruto-kun! Ahhh! Hisap dadaku juga! Ahhh!"

Naruto yang melihat dada Atago bergerak sesuai gerakan sex mereka menghisap dada tersebut membuat Atago semakin mendesah nikmat. Ia lalu mendekap kepala Naruto yang menghisap dadanya dan mempercepat gerakkan pinggulnya.

"Ahhhhn! Penismu menyentuh rahimku, Naruto-kun! Ahhhh! Nikmat sekali! Ahh!"

"Fuaahh! Ahhh! Atago-san... Aku...," desah Naruto yang akan mencapai puncaknya. "Yahhh! Aku juga akan keluar! Ahhh! Penismu sungguh nikmat Naruto-kun! Ahhh! Keluarkan di dalam! Isi rahimku dengan spermamu!" balas Atago yang juga akan mencapai puncaknya.

"Ahhh! Aku sampai! Aahhhhhh!"

"Ughn!"

Akhirnya mereka berdua pun mencapai puncak mereka, Naruto mengeluarkan spermanya dalam jumlah banyak di dalam rahim Atago, serta Atago mengeluarkan cairan cintanya hingga melumuri penis Naruto, sementara Prinz mengeluarkan cairan cintanya hingga membasahi tempat Naruto berbaring.

"Ahhh! Luar biasa! Kau memenuhi rahimku, Naruto-kun," lenguh Atago tersenyum senang merasakan kehangatan di dalam vaginanya, Naruto yang mendengar itu hanya diam sambil mengatur pernafasannya.

"Kyaa!" Naruto, Atago serta Prinz yang mendengar suara teriakan pelan menoleh dan mereka melihat Takao yang menatap mereka dengan terkejut, Prinz yang melihat itu dengan cepat menangkap Takao dan menariknya ke arah mereka.

"Takao-chan," gumam Atago menatap tidak percaya adiknya ada di sini, sementara Naruto yang melihat Takao mengetahui kegiatan mereka memucat wajahnya. "A-Apa yang kau lakukan, Prinz," ucap Takao mencoba memberontak.

"Fufufu, tampaknya ada yang ingin bergabung," ucap Prinz sambil menahan kedua tangan Takao, "bagaimana, Atago-chan? Bukankah sebaiknya kita menghukumnya?"

Atago yang mendengar itu terdiam sesaat lalu tersenyum, "Aku rasa kau benar," balas Atago melepaskan penyatuannya dengan Naruto lalu membantu Prinz membaringkan Takao di tempat Naruto, lalu menahan kaki Takao dengan kaki mereka membuat paha Takao terbuka dan Naruto bisa melihat vagina Takao yang tertutup celana dalam berwarna biru.

"Ne-Nee-chan, apa yang kau lakukan?" ucap Takao menatap tidak percaya kakaknya. "Ssstt, kau hanya akan mengganggu pasien lainnya, Takao-chan," bisik Atago lalu mengelus vagina adiknya membuatnya mendesah pelan.

"Fufufu, sebentar lagi kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa, Takao-chan," bisik Prinz sambil membuka kancing baju Takao dan mengeluarkan kedua dada Takao yang terbalut bra berwarna biru dengan ukuran sama besarnya dengan miliknya serta Atago.

"He-Hentikan!"

"Sstt, diam dan nikmati saja," bisik Prinz sambil membuka bra Takao hingga terlihatlah dada polos Takao. Lalu, Atago berpindah ke belakang Takao dan menahan kedua tangan Takao serta menahan kedua kakinya agar pahanya tetap terbuka.

Sementara Prinz menutup kembali pintu ruangan Naruto lalu menguncinya agar tidak ada yang masuk kembali, lalu setelah itu dia berpindah ke belakang Naruto dan membantunya mendekat ke arah Takao.

"Me-Menjauh dariku!"

"Pr-Prinz-san, A-Aku...," gumam Naruto tidak berani melakukan itu juga terhadap Takao. "Tidak apa, Naruto-kun, kau tidak ingin kita ketahuan bukan, satu-satunya cara agar dia tidak menyebarkannya adalah membuatnya ketagihan juga," bisik Prinz semakin mendekatkan Naruto kepada Takao.

Naruto yang mendengar itu terdiam, tentu saja dia tidak ingin itu terjadi, mau tidak mau ia harus melakukannya. Perlahan ia pun mendekatkan kepalanya ke arah dada Takao yang menggantung lalu menghisapnya dengan lembut membuat Takao mendesah pelan.

"He-Hentikan! Ahhhhnmmnn!" desahan Takao tertahan karena Atago mencium bibirnya. "Bagus, Naruto-kun, selagi kau menghisapnya kau juga mainkan jarimu di vaginanya," bisik Prinz membuka celah celana dalam Takao memandu salah satu tangan Naruto untuk bermain di vaginanya.

Naruto pun melakukan apa yang di perintahkan Prinz, ia memaju mundurkan jarinya di vagina Takao membuatnya semakin mendesah dalam ciumannya bersama Atago, salah satu tangannya yang menganggur juga bergerak ke salah satu dada Takao dan meremasnya dengan lembut.

"Ahhmnn! Henmthikan... Ahhmnn!"

Setelah menghisap puas salah satu dada Takao, Naruto pun berpindah ke dada yang lagi satu dan menghisapnya cukup kuat sambil mempercepat gerakan jarinya.

"Oh, lihat! Penismu masih tegang rupanya," bisik Prinz sambil mengocok pelan Penis Naruto membuat Naruto yang menghisap dada Takao melenguh pelan.

Atago yang bisa merasakan Takao semakin menegang tersenyum dalam ciumannya bersama sang adik, "Uhmmmmmmn!" tak lama setelah itu, Takao pun mencapai puncaknya dan mengeluarkan cairan cintanya hingga melumuri jari Naruto.

Atago pun melepaskan ciumannya terhadap Takao membuatnya mengatur nafasnya yang memburu, Prinz yang melihat Takao telah mendapat puncaknya tersenyum lalu mempercepat kocokannya pada penis Naruto.

"A-ahh! Pr-Prinz-san! A-Aku... A-Ahhhh!"

Tak lama setelah itu, Naruto pun mendapat puncaknya juga dan menyemburkan spermanya hingga mengenai wajah Takao.

Takao yang merasakan sperma Naruto mengenai bibirnya tak sengaja menjilati cairan tersebut dan ia merasakan sesuatu yang nikmat begitu memasuki kerongkongannya.

"Bagus, sekarang kau tinggal memasukkan penismu ke dalam vaginanya," bisik Prinz kepada Naruto yang mengatur pernafasannya. Setelah mengatur pernafasannya hingga normal, Naruto pun memposisikan penisnya di lubang vagina Takao memasukkannya secara perlahan.

"Ughn!"

"Ahhhh!" desah Takao, setelah masuk setengahnya, Prinz lalu mendorong pinggul Naruto hingga membuat penis Naruto masuk sepenuhnya.

"Ahhmmnnnn!" kembali Atago mencium bibir Takao untuk meredam suara desahannya, dari selah penyatuan Naruto serta Takao, terlihat beberapa tetes darah keluar menandakan Takao juga masih perawan dan Naruto telah merebut keperawanannya.

"Selamat, Takao-chan, kau sudah menjadi salah satu bagian dari kami," bisik Atago setelah melepaskan ciumannya terhadap sang adik,.lalu menjilati sisa sperma Naruto yang ada di wajah sang adik.

Setelah terdiam sesaat membiasakan penisnya dengan vagina Takao, perlahan Naruto pun menggerakkan pinggulnya membuat Takao mendesah pelan, "perasaan apa ini... Rasanya sungguh nikmat sekali," batin Takao ketika merasakan penis Naruto bergerak di dalam vaginanya.

"Ahhh! Nikmat! Ahhhnn!" desah Takao, mendengar itu Atago serta Prinz tersenyum. Atago pun melepaskan kunciannya terhadap Takao dan membiarkan Naruto serta Takao melakukan sex mereka.

"Nhann! Tidak aku sangka! Ahhhh! Rasanya sungguh luar biasa! Ahhh! Ahhhhhh!" desah Takao, Naruto yang merasakan pijatan kuat di dalam vagina Takao melenguh pelan, rasanya sungguh nikmat sama saat penisnya masuk ke dalam vagina Atago.

"Naruto-kun! Cium aku! Ahhh! Ahhhh! Uhhmmn!" pinta Takao sambil mengalungkan tangannya di leher Naruto lalu menciumnya dengan panas, kedua tangan Naruto juga bergerak ke arah pantat sintal Takao dan meremasnya dengan lembut membuatnya mendesah dalam ciuman panas mereka.

Perlahan Naruto pun mempercepat gerakan pinggulnya membuat mereka berdua semakin melenguh dalam ciuman panas mereka.

"Fufufu, bagaimana, Takao-chan? Apakah kau menikmatinya?" tanya Prinz, Takaonyang mendengar itu melepaskan ciumannya. "Yahh! Nikmat sekali! Ahhh! Uuhmmn! Ahhh! Tidak aku sangka rasanya ahhh! Nikmat sekali," balas Takao dengan wajah sayu menikmati penis Naruto memasuki vaginanya.

Dulu dia berpikir kegiatan seperti ini akan sangat menyakitkan baginya, namun dirinya tidak menyangka rasanya berbeda dari yang dia pikirkan.

Naruto yang melihat dada Takao bergoyang, menghisap salah satu dada Takao membuatnya semakin mendesah lalu mendekap kepala Naruto dengan erat.

"Yahhn! Begitu Naruto-kun! Hisap dadaku! Ahhhh! Gerakkan pinggulmu lebih cepat lagi! Ahhhh!" desah Takao sambil mendongakkan kepalanya tanda dia menikmati sexnya dengan Naruto.

Naruto yang mendengar itu melakukan apa yang di pinta Takao, ia meningkatkan gerakkan pinggulnya hingga membuat penisnya masuk semakin dalam bahkan sering membentur ujung rahim Takao.

"Ohhh! Luar biasa! Penismu masuk semakin dalam! Ahhh! Ahhhhhh! Aku sudah tidak tahan lagi," ucap Takao lalu mendorong Naruto perlahan hingga berbaring kembali lalu ikut menggerakkan pinggulnya, "aahhh! Cium aku, Naruto-kun! Aku akan sampai! Ahhh! Keluarkan di dalam!" pinta Takao melepaskan dekapannya terhadap kepala Naruto lalu menciumnya dengan penuh nafsu.

Beberapa menit kemudian, mereka pun mencapai puncaknya, Naruto mengeluarkan spermanya di dalam rahim Takao, sementara Takao mengeluarkan cairan cintanya hingga melumuri penis Naruto.

Setelah puncak mereka selesai, Takao serta Naruto melepaskan ciuman mereka dan mengatur nafas mereka yang memburu, "Ahh... Penismu mengisi penuh rahimku, Naruto-kun."

"Hah... Hahh... Gomen, Takao-san."

"Tidak apa... Justru aku mau lagi," balas Takao sambil tersenyum membuat Naruto terkejut. "Hey! Sekarang itu giliranku! Aku dari tadi sudah tidak sabar ingin merasakan penisnya memasukiku!" ucap Prinz mendekati mereka dengan wajah cemberut.

"Fufufu, tampaknya penismu masih tegang ya, Naruto-kun, jangan khawatir," ucap Atago sambil tersenyum penuh nafsu, "kami akan memberikanmu pelayanan terbaik hingga kau sembuh."

"Ugh... Sial."

.

.

.

.

.

.

TBC

Note : YO! MAAF ATAS TELAT UPDATENYA! WAH! GOMEN-GOMEN YA MINNA-SAN!

Seharusnya nih fic sudah kemarin saya update, tetapi karena sebuah urusan penting saya jadi telat updatenya. Well seperti kataku, urusan pribadi lebih penting dari ini sih, tapi karena... Yah... Kalian sepertinya besok sudah pada... Um, tak perlu aku jelaskan pasti sudah paham.

Ok, Anyways... Ini akan menjadi part terakhir Scene Hospital, dan chapter depan yang entah kapan akan menjadi scene tetangga.

Well, Vote masih seperti di chapter sebelumnya.

Pertama, Naruko Namikaze : 2

Kedua Akeno Himejima + Kuroka : 8

Ketiga, Tifa Lockheart : 17

Ke empat, Mikoto Uchiha. : 8

Sejauh ini Tifa lebih unggul dari yang lainnya, jadi silahkan beri vote kalian dan jangan jadi orang bodoh karena saya sudah bilang pilihan kalian hanyalah satu bukan tiga.

Lalu mengenai Kushina? Hell, saya sudah mengatur alurnya jadi kalian hanya perlu mengikuti Arc yang saya siapin saja. Ok saya tidak akan cakap banyak di sini, dan satu hal lagi.

Saya sebagai Author dengan agama yang berbeda mengucapkan, selamat hari raya idul Fitri, mohon maaf lahir batin, dan selamat menjalankan ibadah puasa, dan secara resmi saya menutup sesaat fanfic ini hingga puasa kalian selesai.

Well... Walau sebenarnya tidak perlu di tutup karena saya updatenya pasti lama, tapi hanya berjaga-jaga. Ok, itu saja dari saya, Bye bye.

FCI. 4kagiSetsu Out