I LOVE YOUR DAD
WU YIFAN X KIM JONGIN
.
.
Ini bukan tentang sugar daddy apalagi pedofil
.
.
CHAPTER 26: Lemon
"Kau kemarin kenapa?" Yifan akhirnya bertanya saat Jongin membuka jaket kulitnya. "Migren." Perjelas Yifan.
"Stress." Jongin menjawab dengan lugas.
"Jepang?"
"Paris, ah mungkin sekarang di Jerman," jawab Jongin asal yang malah membuat Yifan membulatkan matanya. "Sebenarnya aku bertemu dengan Luis, sebelum datang ke kantormu" Jongin kaget karena wajah Yifan berubah pias. "Dia bilang kenapa kau memilih aku dan aku juga penasaran kenapa kau tidak memilih Luis."
"Terus?"
"Aku bilang saja kalau dia ingin merebutmu, dari dulu seharusnya dia harus fokus padamu bukan pada orang yang kau kencani."
"Terus?" Yifan masih bertanya dan kini Jongin yang bingung. "Kenapa kau menyinggung Paris?"
"Oh, dia hanya menyinggung mantanmu."
Wajah Yifan yang tegang membuat Jongin bingung.
"Dia menceritakan semuanya?" Yifan betulan gelisah, sekarang Jongin tahu kenapa Yifan bersikap macam ini. "Apa Luis juga tahu kalau dia ada di Jerman sekarang?"
"Dia hanya bilang, kalau dia penyebab kalian berpisah dan membuat mantanmu memilih pergi ke Paris."
"Jerman?"
"Ibumu yang bilang padaku." Jongin tersenyum kecil saat melihat perubahan pada ekspresi wajah Yifan.
Pada satu titik itu, Jongin menemukan wajah Yifan berubah lebih tenang. Ia penasaran tapi ia yakin Yifan tidak akan mau bercerita. Banter-banter Yifan hanya memintanya untuk tetap percaya kalau Yifan benar-benar mencintainya. Jadi Jongin lebih memilih untuk duduk di sofa yang menghadap langsung pada televisi yang awalnya ingin ia nyalakan.
"Pertama kali aku mengenal Luis, saat orang tuanya diam-diam memasukkan Luis ke dalam komunitas," Yifan tahu sudah saatnya ia menceritakan semuanya. Dan Jongin mengurungkan niatnya untuk menyalakan televisi "Mereka melakukannya seolah-olah Luis tidak sengaja menemukan sebuah komunitas." Yifan menatap Jongin yang menyimak perkataannya dengan serius. "Tolong jangan potong penjelasanku dan memintaku untuk memasak mie." Yifan memberikan peringatan yang membuat Jongin tertawa.
"Kenapa orang tua Luis melakukan hal sejauh itu?" Jongin kok jadi teringat Ayahnya yang membujuk Jongin untuk mengikuti saran Baekhyun agar Jongin bergabung ke dalam komunitasnya Yifan.
"Cinta pertamanya adalah orang yang membongkar rahasianya," Jongin mengerutkan dahi ingin bertanya tapi lebih memilih untuk lebih dahuli menyimak. "Melalui video sex pada kedua orang tua Luis," Yifan meringis saat Jongin melebarkan mulut dan matanya. "Alhasil kedua orang Luis di peras habis-habisan, sampai akhirnya mereka bertemu dengan Luhan."
Jongin yakin Luhan yang menghapus video itu hingga ke akar-akarnya. "Bagaimana dengan keadaan Luis?"
"Rumah sakit jiwa," Yifan mengatakannya dengan pelan. "Dan berulang kali mencoba untuk bunuh diri."
"Pantas saja." Jongin baru paham kenapa semua orang di komunitas tampak begitu perhatian pada Luis.
"Luhan yang mempertemukanku dengan orang tua Luis," kalau Jongin tidak tahu masa lalu Luis. Mungkin ia sudah mengutuk perbuatan Luhan yang sudah mempertemukan Yifan dengan Luis. "Luhan yang meyakinkan orang tua Luis untuk menerima keadaan anaknya."
Jongin mengerutkan dahinya. Kok seperti ada yang janggal.
"Dia satu-satunya yang bisa melanjutkan bisnis kedua orang tuanya," Yifan menemukan Jongin menunjukkan reaksi mengkasihani Luis. "Dan aku yang menjadi perantara antara dokter dan Luis," Yifan menarik nafas dalam sebelum kembali melanjutkan ceritanya. "Aku tahu rasanya menjadi Luis," Yifan tersenyum saat Jongin mengangguk pelan. "Dan Luis membaik dengan cepat," Yifan anehnya meringis saat mengatakannya. "Sangat cepat karena dia berpikir aku melakukan semua ini karena aku menyukainya."
"Jangan bilang Luis tidak tahu kau sudah menikah dan sudah punya kekasih?"
Yifan mengangguk dengan pelan.
"Kau tidak pernah membawa kekasihmu ke komunitas?"
"Setiap Luis datang, aku akan lebih fokus pada Luis."
"Dan kebiasaan itu tidak pernah hilang," Jongin menghela nafas. "Sekarang aku ikut prihatin dengan mantan kekasihmu."
"Saat dia tahu kalau aku sudah menikah, memiliki anak dan memiliki kekasih, dia mengamuk di komunitas," Yifan mengingat jelas apa yang setelahnya Luis lakukan. "Pada malam itu, dia melakukan hal yang sama persis seperti yang mantannya lakukan."
"Video juga?" Bulu kuduk Jongin meremang seketika.
"Foto cctv dimana aku melakukan double date dengan Nara."
"Wow!" Jongin tidak sengaja hampir mengumpat sambil tertawa. "Cctv hotel?" Jongin tersenyum miring berniat bercanda, tapi wajahnya mematung saat Yifan menganggukkan kepala. "Shit!" teriak Jongin. "Ya Tuhan, pantas saja kekasihmu.." Jongin kehilangan kata-kata.
Mantan Yifan itu hanya beda tiga tahun dengan Jongin. Rasanya pasti seperti anak kuliahan yang tidur dengan om-om demi uang. Jongin merasa migrennya kembali kambuh. Ibu Yifan pernah bilang kalau kekasih Yifan diasingkan oleh keluarganya ke Paris dan hampir mati karena bunuh diri. Karena merasa bersalah, orang tua Yifan membantu orang tua kekasih Yifan. Di situ lah, proses dimana kedua orang tua Yifan mulai menerima Yifan.
"Karena merasa bersalah, orang tua Luis mengirim Luis ke Singapur," Yifan melanjutkan ceritanya. Jongin terkejut dengan alasan asli Luis bisa beberapa tahun tinggal di Singapur. "Aku beruntung memiliki Nara dan Sehun."
"Kau punya partner yang hebat," gumam Jongin setuju dengan perkataan Yifan. Karena Nara dan Yifan saling menguatkan satu sama lain. Tapi Jongin jadi ingat satu hal. "Dan bisa-bisanya kau malah pura-pura tidak tahu kalau itu semua perbuatan Luis."
"Apa yang bisa aku lakukan?" Yifan balik bertanya.
"Alhasil ia selalu berhasil menghancurkan hubunganmu." Jongin bertepuk tangan dengan emosi.
"Tapi kau bertahan denganku," Yifan tersenyum kecil. "Orang tuamu dan temanmu, mereka semua tahu identitas aslimu," Yifan sepertinya harus mengatakan ini. Tapi karena itu juga Yifan harus melakukan sesuatu yang membuat Jongin hampir meninggalkannya. "Maaf aku selalu menyakitimu," Yifan menatap Jongin dengan ringisan kecil. "Mungkin ini terkesan pembelaan, tapi aku harus melakukannya."
Jongin melebarkan kedua matanya. "Termasuk yang di Inggris?"
"Sebagian besar, baik itu di Inggris, di komunitas dan di pesta pernikahan teman kita," Yifan tersenyum kecil. "Aku pemarah tapi tidak semudah itu terpancing emosi," Yifan tertawa pelan saat Jongin menatap Yifan dengan kesal. "Tapi rencanaku rusak karena kau bertemu dengan Chanyeol di Australia."
"Kenapa di Inggris kau melakukannya sampai sejauh itu?!" Jongin butuh penjelasan lebih lanjut.
"Aku tahu kau mulai tidak terpengaruh oleh taktik Luis, aku takut dia akan mencoba hal yang lebih parah lagi." Yifan menggenggam tangan Jongin dengan erat. "Karena itu juga aku tidak mau kau menghalah hanya karena aku."
"Kalau aku bilang, aku akan bertemu dengan Kyungsoo dan istri Chanyeol besok, apa kau akan marah?" Jongin baru ingat Kyungsoo kemarin menghubunginya.
"Buat apa?" Yifan mengerutkan dahinya. Tapi Jongin hanya menggelengkan kepala. "Aku tidak marah tapi khawatir."
..ILYD..
"Sebentar lagi Chanyeol ulang tahun," Ariela mengukur reaksi Jongin yang malah terlihat heran. "Kau mau tidak makan malam dengannya?"
"Tidak." Jongin bahkan terkejut dengan jawaban luar biasa cepat keluar dari mulutnya. "Kok bisa kau punya ide macam itu?"
Jongin menatap Kyungsoo yang hanya diam. Kebetulan mereka duduk di meja bulat. Sejak Kyungsoo bilang kalau Ariela ingin bertemu. Jongin terus berpikir apa alasan yang tepat. Karena hubungan Jongin dan Ariela hanya mantan pacar dan istri Chanyeol.
"Dia selama ini mencari orang yang mirip denganmu," Ariela memakan cheesecakenya dengan nada mengkasihani. "Mulai dari pria sampai wanita, entah itu wajah, sifat, kebiasaan, siapa pun orang yang mirip denganmu." Ariela bahkan menghela nafas meski mulutnya kembali mengunyah.
Jongin tahu Chanyeol sedikit aneh tapi masa sampai segila itu.
"Sekarang dia sampai mengencani 7 orang yang mirip denganmu," Ariela mengatakannya dengan anggukan pelan saat Jongin membulatkan matanya dengan tidak percaya. "Tapi dia selalu pulang dengan keadaan tidak puas, aku bahkan beberapa kali menjemputnya dari rumah Kyungsoo."
"Rumah Kyungsoo?" Jongin menatap Kyungsoo yang hanya diam. Jangan bilang itu alasan Baekhyun yang mengurungkan niatnya untuk tinggal bersama Kyungsoo dan Jongdae.
"Oh, kau tidak tahu?" Ariela sedikit terkejut, ia pikir Kyungsoo akan menceritakan semuanya pada Jongin. "Kalau dia sedang merindukanmu, dia akan selalu datang ke rumah Kyungsoo dengan keadaan mabuk dan berakhir tidur di kamarmu."
Masa sih? Tapi jujur, dibandingkan senang, Jongin malah merasa merinding.
"Kau baik-baik saja?" Jongin mulai khawatir dengan wanita di hadapannya ini. "Kau tidak marah?"
"Tidak," Ariela menjawab dengan begitu jujurnya. "Chanyeol mencintaiku tapi terobsesi denganmu," Ariela menemukan Jongin yang terperanjat karena jawabannya. "Buat apa aku marah?"
"Tujuh orang itu, bagaimana?" Jongin masih ingat Ariela bilang Chanyeol mengencani banyak orang.
"Ah, aku punya kakek, ayah dan kakak laki-laki yang sudah memiliki istri dan memiliki simpanan dimana-mana, aku sepertinya tidak akan kaget kalau dia punya anak dari wanita lain," Ariela berkata sambil sibuk menjilat tangannya yang terkena krim coklat. Ia kini memakan hidangan penutup yang kedua, coklat cake. "Meski Chanyeol tidak menunjukkannya langsung di depanku, aku tahu dia juga punya simpanan," Ariela kemudian memotong cake yang berlumuran saus coklat bertekstur kental sebelum menyuapkannya ke mulut. "Aku mencari informasi simpanannya hanya untuk berjaga-jaga, obsesinya kepadamu bisa menjadi sebuah kelemahan."
"Kau menyukai Chanyeol?"
"Aku tidak punya alasan untuk tidak menyukainya."
"Meskipun dia.."
"Tidur dengan orang lain?" tanya Ariela. Jongin mengangguk. "Hmm, sejujurnya aku punya daya adaptasi yang tinggi."
"Apa kau bahagia setelah menikah dengan Chanyeol?" Jongin mulai pada intinya. Wanita ini terlalu aneh dan sulit untuk dipahami.
"Aku sudah bahagia bahkan sebelum menikah dengan Chanyeol," Ariela tersenyum kecil pada Jongin. Ariela menatap lekat Jongin sambil memimun air sodanya. Wanita ini heran kenapa Chanyeol bisa tergila-gila pada pria biasa ini. "Atau mungkin karena aku tidak pernah menuntutnya untuk membuatku bahagia."
Jongin betulan kehilangan kata-kata.
"Kau punya simpanan?" pertanyaan ini terlintas begitu saja di otak Jongin.
"Tidak," Ariela menjawab dengan lugas. "Chanyeol pernah bilang aku boleh memeluk, mencium bahkan tidur dengan siapa pun dengan dua kondisi, melakukannya dihadapannya dan setelahnya dia diizinkan untuk menembak kepala orang itu." Ariela lalu menatap Kyungsoo. "Kau mengerti maksudku kan?"
Jongin refleks menatap Kyungsoo.
"Mungkin Chanyeol terobsesi dengan Jongin tapi dia lebih membutuhkanmu dan dia tidak akan melepaskanmu," Kyungsoo mengatakannya pada Ariela. "Dia kadang heran bahkan sakit hati saat kau bereaksi biasa saja saat tahu dia punya simpanan," Kyungsoo yang sejak tadi hanya diam, menatap Ariela yang memakan cerry di cake ketiganya. "Dia bilang harusnya kau marah kalau kau betulan menyukainya."
"Tapi kalau dia menyukai Ariela bukankah seharusnya dia tidak selingkuh?" Jongin jadi berpikir jangan-jangan saat Chanyeol berpacaran dengannya. Chanyeol juga punya pacar lain. Kalau ia jadi Ariela, sepertinya ia akan mengamuk.
"Nah itu, mereka berdua ini memang pasangan aneh." Kyungsoo kini menatap Jongin. "Jadi kau tidak perlu mencoba untuk memahami hubungan mereka."
"Bukan.. Bukan.." Jongin diam sebelum kembali bertanya. "Aku tanya sekali lagi," Jongin punya pertanyaan yang lebih tepat saat melihat Ariela makan cake ke-empatnya. "Saat kau sudah sangat kenyang dan hanya punya satu coklat tapi kau merasa sedang ingin makan coklat, saat kau melihat Chanyeol apa kau akan memberikannya untuk Chanyeol?"
Tanpa perlu berpikir lama Ariela menjawab, "Tidak." Ariela bahkan tersenyum lebar.
Ya pantas saja Ariela dengan santainya meminta Jongin untuk makan malam dengan suaminya sendiri. Perkara coklat saja tidak mau berbagi, apalagi hati kan?
"Jadi kau mau makan malam dengan Chanyeol, tidak?" Ariela kembali bertanya. "Aku tidak punya ide untuk meberikannya kado apa selain ini."
"Maaf, tapi jawabanku tetap tidak."
"Kenapa?"
"Aku tidak mau membuatmu menyesal." Jongin tidak memperdulikan wajah tidak setuju Ariela.
Lagi pula, Jongin juga tidak mau jadi target pembunuhan berencana oleh sekelompok triad dan mavia.
..ILYD..
Ariela pulang setelah dipaksa Chanyeol melalui anak buahnya. Kyungsoo dan Jongin tetap diam di café yang sama untuk menunggu Bakehyun dan Baba. Sejujurnya, Jongin sejak tadi memikirkan perkataan Ariela pada Kyungsoo. Jongin sengaja memecah keheningan dengan menepuk punggung tangan Kyungsoo.
"Apa maksud Ariela?" Jongin menuntut pada Kyungsoo yang berdecak pelan. Kyungsoo menghela nafas pelan. "Apa kau ada masalah dengan Luhan?" Jongin pikir hubungan Kyungsoo dan Luhan berjalan dengan lancar.
"Semua hubungan pasti ada masalah kan?" Kyungsoo malah berbalik pertanya.
"Baiklah, kalau kau belum mau menceritakannya padaku." Jongin mengangguk pelan. Mungkin memang Kyungsoo lebih nyaman menceritakan masalahnya pada Ariela dan Chanyeol.
"Xiumin bilang dia akan datang beberapa jam lagi," Baekhyun yang baru datang bersama Baba memberikan informasi. Jongin hanya mengangguk tapi Kyungsoo hanya berdecak pelan. "Ayolah, mau sampai kapan kau seperti ini pada Xiumin-Ge?" Baekhyun menggerutkan dahi saat mendapatkan tatapan tajam dari Kyungsoo. "Xiumin hanya mantan Luhan, Jongin saja bisa berteman dengannya."
Kyungsoo mendengus pelan sebelum menyesap minuman hangatnya. "Kalau kekasihku macam Kris-Ge, aku juga bisa." Rutuk Kyungsoo tanpa sengaja.
Jongin mengerutkan dahinya. "Memangnya kalau Luhan kenapa?"
Kyungsoo kadang kesal dengan kejelian Jongin. Awalnya Kyungsoo ingin merahasiakan ini sendirian. Kyungsoo membuka tab yang tidak pernah Jongin lihat dan menaruhnya di tengah-tengah meja. Dan memilih salah satu video untuk mereka bertiga. Jongin, Baekhyun dan Baba refleks berkumpul. Ketiganya langsung terdiam setelah selesai menontong video berdurasi cukup panjang.
"Chanyeol awalnya ingin membuntuti Yifan, mencari kesalahan Yifan tapi dia malah menemukan ini." Kyungsoo menjelaskan sumber video sebelum ditanya.
"Berapa lama kau menyimpan ini sendirian?" Baekhyun yang bertanya dengan wajah nelangsa.
"Hampir dua bulan." Kyungsoo mengambil tabnya kembali. "Sebenarnya masih banyak video lainnya tapi aku tidak tertarik untuk mengoleksinya."
"Kenapa kau baru cerita sekarang?" Jongin bertanya dengan frustasi. Kenapa pada saat seperti ini, Kyungsoo memilih untuk diam.
"Karena Luhan sahabat kekasihmu dan kekasih kakakmu," Kyungsoo tersenyum kecil. "Aku tentu tidak baik-baik saja," Kyungsoo tahu arti tatapan ketiga temannya. "Tapi biarkan aku memproses semua persaan ini, aku masih harus meyakinkan diriku sendiri kalau bukan aku yang salah tapi mereka berdua," Kyungsoo menatap mugnya dengan nada sendu. "Setiap aku mulai merindukan dan ingin memaafkan Luhan, aku akan selalu menonton ini."
Video dimana Luhan dan Xiumin berperang lidah di lorong komunitas. Padahal mereka tahu Kyungsoo ada di dalam. Setelah melakukannya, Luhan kembali masuk untuk menghampiri Kyungsoo dan saat Luhan kembali pada kelompok Yifan. Xiumin masuk untuk bergabung bersama teman-teman Kyungsoo.
"Kenapa kau tidak memutuskannya saja?" Baba bertanya karena ia khawatir Kyungsoo masih memiliki perasaan yang begitu mendalam pada Luhan.
Kyungsoo menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Biar dia yang memutuskanku duluan," Kyungsoo diam saja selama dua bulan ini hanya untuk menunggu. "Aku akan benar-benar lepas, jika dia duluan yang memutuskanku."
Bagi Jongin tiga puluh menit yang baru ia lewati terasa begitu melelahkan. Jongin mencoba menanggapi celotehan Xiumin. Dengan begitu mengejutkan Baekhyun bahkan bisa sebegitu luwesnya bercengkrama dengan Xiumin setelah tahu keadaan Kyungsoo. Dan Kyungsoo seperti biasa, memilih untuk tenggelam dengan game ponselnya.
"Aku heran kenapa Luhan memilih pria yang membosankan sepertimu." Xiumin dengan mulut menyebalkannya menatap Kyungsoo yang hanya melirik pelan.
"Aku sebenarnya yang mulai bosan." Kyungsoo menjawab sekenanya.
"Karena Chanyeol, setelah kau tidak mendapatkan Yifan kau memilih mendekati mantan Jongin?" Xiumin mungkin berniat bercanda tapi Kyungsoo juga lebih memilih untuk pura-pura tidak mendengar.
"Chanyeol sudah menikah." Jongin tahu kalau Xiumin juga sudah tahu status baru Chanyeol.
"Tapi aku dengar, Chanyeol kadang menginap di rumah Kyungsoo dalam keadaan mabuk," Xiumin memajukan wajahnya pada Kyungsoo. "Apa saja yang kalian lakukan?"
Xiumin yang menyeringai membuat Kyungsoo tidak nyaman. "Jangan samakan aku denganmu." Jawaban tegas Kyungsoo malah membuat Xiumin tertawa.
Jongin mengerutkan dahi, ia mungkin akan memiliki pemikiran yang sama jika ia tidak mengenal Kyungsoo. Tapi bagaimana dengan pandangan Luhan? Apa ini alasan Luhan selingkuh? Tunggu, bukankah Luhan bisa dengan mudah meretas handphone bahkan laptop Kyungsoo. Apa alasan versi Xiumin yang benar, Luhan selingkuh karena bosan?
Pada saat Jongin memikirkan kemungkinan alasan yang ada. Jongin malah menemukan Kyungsoo yang tersenyum kecil padanya. Tentu saja Jongin tersentak kaget.
"Apapun alasannya," Kyungsoo tiba-tiba berkata dengan pelan. "Tetap saja bukan aku."
Jongin mengerutkan dahi dengan dalam. Mungkin benar, Kyungsoo membosankan. Mungkin benar Luhan cemburu karena Chanyeol. Tapi bukankah ada opsi lain untuk memutuskan hubungan saat keduanya sudah tidak nyaman. Alasan mencari sesuatu yang berbeda dari pasangan tetap tidak bisa dibenarkan. Lagi pula, pilihan Kyungsoo juga lebih tidak masuk akal. Manusia yang terkenal bermulut sadis ini bahkan lebih memilih untuk dicampakkan.
"Kau masih di sini?" suara Luhan membuat semua orang tersentak kaget.
"Setelah bertemu dengan Ariela, aku malas pindah tempat jadi meminta mereka untuk ke sini."
"Ariela?" Xiumin yang bertanya.
"Istri Chanyeol, dia ingin berdiskusi dengan Jongin untuk hadiah ulang tahun Chanyeol," Kyungsoo menatap Jongin yang tampak tidak keberatan sama sekali. "Tumben, ada perlu dengan kerjaan atau mau menjemputku?" Kyungsoo bertanya dengan to the point.
"Oh, aku hanya ingin melihatmu," Luhan menarik kursi dari meja lain. Duduk tepat disamping Kyungsoo. Padahal ada kursi kosong di samping Xiumin yang duduk bersebelahan dengan Jongin. "Ada pameran mobil di Dubai, kau mau ikut?" Luhan memberikan tiket pesawat dan tiket pameran mobil yang Luhan katakan.
"Terimakasih." Kyungsoo menerimanya dengan senyuman tipis yang menyenangkan.
Kyungsoo yang tersenyum tipis macam itu tentu membuat Jongin heran. Kyungsoo sengaja menaruh tiket pameran mobil di atas meja saat Luhan mengusak kepalanya. Ah, tanggal acaranya tepat saat Chanyeol ulang tahun.
"Dua tiket?" Kyungsoo bertanya dengan heran. "Bukannya kau tidak suka?"
"Kau bebas mengajak siapa pun," Luhan menjawab dengan bahu terangkat. "Walau pun kau suka pergi sendirian."
..ILYD..
Jongin tahu ini akan terjadi. Saat Yifan mengajaknya makan siang di kantornya.
"Sehun yang akan datang mewakiliku di acara ulang tahun perusahaan ayahmu," Yifan menunjukkan undangan yang Jongin juga dapatkan. "Kalau sempat, kau mampir saja, pasti pesta pembukaan bar baru James sampai subuh."
Jongin sempat memikirkan hal mengerikan seperti penari striptis, lelaki menawan mau itu tampan ataupun imut seperti kesukaannya Yifan. Bar gemerlap penuh dengan hawa nafsu dan suara music keras. Hanya saja, Jongin heran kenapa James menulis nama Kyungsoo dan Baekhyun untuk mengisi acara.
"Katanya sih, bar ini punya tema yang berbeda dengan bar biasa James buat," Yifan menatap undangan berwarna hitam dengan tinta emas. "Lumayan elegan untuk sih undangannya."
"Mungkin pelayannya juga lebih elegan." Jongin tidak bermaksud mengejek. Tapi ya giman?
"Aku dengar Luhan memberikan tiket ke Dubai," Yifan menatap Jongin dengan penuh kehati-hatian. "Kau tidak berniat untuk menemani Kyungsoo?"
"Nana kan liburan di Beijing," Jongin menggelengkan kepalanya bukan karena menolak saran Yifan tapi karena raut wajah Yifan yang penuh dengan pertimbangan. "Kalau takut aku diculik oleh Ariela, bukankah lebih baik kau terus bersamaku?" Jongin tertawa pelan saat Yifan mengembungkan pipinya. "Aku kapok berurusan dengan Triad."
"Aku jadi ingat muka pucatmu waktu di acara kakaknya Suho."
"Oh yang waktu aku tidur di sofa," Jongin tersenyum kecil saat Yifan menatapnya dengan gelalapan. "Hotel mewah beda ya, sofanya saja bisa nyaman macam itu."
Yifan memicingkan matanya saat Jongin tertawa pelan. Yifan meletakkan piring yang masih menyisakan sedikit makanan. Jongin malah pura-pura makan karena Yifan pasti akan memulai memberikan sebuah alasan pembelaan.
"Sudahlah.." Jongin memotong karena Yifan ketara sekali tengah memikirkan alasan. "Dulu kan hubungan kita tidak seperti ini."
"Kenapa kau suka sekali membuatku merasa bersalah?" Yifan melipat kedua tangannya dengan nada bossy. "Balas dendam?"
"Iya," Jongin tersenyum hingga membuat matanya tenggelam. "Jadi saat Chanyeol ulang tahun, kau akan mengajakku kemana?" Jongin mengubah topik pembicaraan. "Nana bisa dengan Yixing-Ge," Jongin memiliki ide baru. "Paris atau Jerman?"
"Jerman?" Luis tiba-tiba masuk ke ruangan Yifan dengan tidak terduga. "Kalian mau ke Jerman?"
"Maksudku, Eugene Delacroix atau Anton von Werner," Jongin menjawab pertanyaan Luis dengan santai. "Jadi yang mana Ge?" Jongin menatap Yifan yang masih sedikit terkejut. Aduh, sepertinya lain kali Jongin jangan bermain-main dengan dua kata Negara itu.
"Gentile Bellini," jawab Yifan. "Aku lebih suka Italia."
..ILYD..
Jongin merasa ia sedang berada di sebuah event bernama debutante ball. Semacam acara dansa yang diikuti oleh kaum bangsawan untuk memperkenalkan anak gadisnya yang sudah cukup umur untuk bergabung ke dalam acara bersosialisasi dengan masyarakat dalam konteks formal. Jongin tahu istilah itu karena Yuan bilang akhir-akhir ini banyak sekali komik online yang menggunakan latar waktu di abad ke -18 atau ke-19. Jongin juga memiliki beberapa novel klasik inggris. Jadi, mungkin ini rasanya menjadi seorang pria yang memasuki ruangan yang didominasi oleh para gadis berwajah cantik dan menawan. Ulang tahun perusahaan Ayahnya tahun ini terasa begitu spesial karena akhirnya Tuan Zhang memperkenalkan dua anaknya.
Jongin tidak begitu terlalu kaget saat kebanyakan orang justru lebih tertarik mendekati kakaknya, Zhang Yixing. Mau bagaimana pun juga, Jongin tidak memiliki darah keluarga Zhang. Orang bilang darah lebih kental dari pada air, oleh karena itu garis keturunan selalu dianggap paling penting dalam sebuah hubungan keluarga. Apalagi kalau berkaitan dengan masalah bisnis keluarga. Jongin hanya tersenyum dan mengangkat gelas winenya, setiap Yixing memberikan kode untuk membantunya.
"Hai tampan!" Tangan seseorang tiba-tiba merangkul pinggang Jongin. Bukan seorang gadis tapi wanita baruh baya.
"Hai juga cantik." Jongin refleks merengkuh bahu dan mencium pipi wanita paruh baya yang sudah melahirkannya.
"Jadi apa keputusanmu?" Ibunya tanpa basa basi menanyakan hal yang membuat Jongin panas dingin. Oh ayolah, mereka sedang ada pesta. Dan banyak tamu yang perlu disapa. Ibunya ini dibandingkan mendampingi suaminya malah menghampiri anaknya yang kesepian. Serius, tidak ada satu pun gadis yang mencoba mendekati Jongin. Padalah style Jongin tidak kalah dengan Yixing. "Ibu ingin tahu keputusanmu," ini bukan lagi sebuah pertanyaan tapi tuntutan sebuah jawaban. "Bahkan kalau kau memilih untuk langsung menikahi Yifan, ibu tidak akan melarang."
Jongin mendesah pelan sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kemudian menatap ibunya dengan serius. "Ayah memintaku untuk ke Korea Selatan, Otou-san memintaku untuk ke Jepang, bagaimana dengan ibu?" Dibanding siapa pun, ia akan memilih untuk menuruti ibunya. "Apa pun pilihan ibu, akan aku turuti."
Tapi ibunya ini malah menggelengkan kepalanya. "Pilihan ibu sesuai dengan yang kau inginkan," ibunya yang baik hati dan lembut. Jongin hanya menghela nafas karena terlalu bingung. "Kau bebas memutuskan apa yang kau inginkan, buktinya kau bahkan bisa memilih untuk meninggalkan Chanyeol dan menerima lamaran Yifan."
"Ibu.." Keluh Jongin karena ibunya tengah menyindir. Tapi ibunya ini hanya tertawa pelan.
"Ibu tahu kau punya rencana lain."
"Sebenarnya aku sempat berpikir untuk balas budi."
Oh tentu saja, ibunya menaikan alis dengan wajah terkejut.
.ILYD.
Yifan mendapatkan pesan kalau Ayah dan Ibunya datang ke acara ulang tahun perusahaan orang tua Jongin. Tapi Yifan malah terjebak di sebuah pesta yang hingar bingar. Yifan tentu diundang, tapi ia meminta Sehun untuk mewakilkannya. Sudah waktunya Sehun mulai bersosialisasi. Oke, itu bullshit, Yifan hanya tidak bisa menolak permintaan James. Pria tertua di komunitasnya dan ini hari pembukaan bar si tetua satu ini.
Parahnya lagi, meski James jarang datang tapi dia selalu tahu segala hal yang terjadi di komunitas. Yifan bahkan sampai tidak terlalu terkejut saat dua pria imut mendatanginya sekaligus. Yifan tidak menolak tapi juga tidak menanggapi. Saat salah satu pria mencoba menyentuhnya, untungnya ada Luis yang menatap pria mungil ini dengan tajam. Jadi Yifan memilih untuk bersikap masa bodoh. Arght! Kenapa juga ia terjebak di sini?!
"Kau tidak suka?" James bertanya dengan blak-blakan. "Aku pernah dengar kau suka dengan pria tipe seperti mereka," James hanya menemukan Yifan tersenyum tipis. Yifan bahkan tidak melirik sama sekali pada kedua pria yang awalnya duduk di sisi kanan dan kiri Yifan. Posisi duduk itu berubah saat Luis datang dan memilih untuk duduk di sisi kiri Yifan. "Kemana kekasihmu?" pertanyaan ini membuat dua pria yang mendapatkan tugas menemani Yifan tampak... Oh, mereka biasa saja ternyata. Lagi pula, pria beristri juga sering kok dijamu macam ini.
"Ada urusan," Yifan menjawab dengan sekenannya. "Kalau sempat dia akan datang," mata Yifan melirik pria yang tadi mencoba menyentuhnya, pria itu kini dengan sigap kembali menuangkan wine di gelas Yifan yang kosong. "Tapi kalau tidak sempat, dia menitipkan pesan permintaan maaf." Yifan kembali menyesap winenya yang luar biasa enak.
"Jongin ada urusan apa?" yang bertanya adalah si biang gosip. Teman dekat Luis dan yang Yifan yakini sebagai sumber informasi bahwa Yifan suka lelaki imut. Yak betul! Tommy.
Yifan tadi sempat malas menjawab mengingat kekasihnya itu tidak suka pamer. Tapi ini Yifan, jadi waktunya pamer. "Oh, kekasihku menghadiri pesta ulang tahun perusahaan keluarganya, karena kemungkinan besar dia akan menjadi penerus, tentu saja dia harus hadir."
"Kemungkinan besar?" Tommy mengulang kata janggal yang keluar dari mulut Yifan.
Yifan mengeluh, ada saja celah untuk menjatuhkan kekasihnya. Mungkin dulu Yifan akan diam. Tapi sekarang, Yifan ingin membela Jongin. Kadang Yifan juga ingin tahu, apa reaksi Jongin jika melihatnya seperti ini.
"Kakaknya kan anggota NNCC." maksud Yifan begini, Yixing kan abdi Negara, walau pun tidak menutup kemungkinan Yixing yang jadi penerus.
"Wah kasihan juga Jongin, belum tentu jadi penerus." Tommy itu punya mulut yang kadang ingin sekali Yifan cubit.
"Loh, bukan seperti itu dong jalan berpikirnya," Yifan menunjukkan raut wajah tersinggung. Wajar dong Yifan tersinggung, kenapa juga mereka harus kaget Jongin kan kekasih Yifan. "Jongin tetap punya andil di perusahaan, lagian kekasihku itu bukan orang yang ambisius, dia bergabung ke perusahaan karena memang sudah sewajarnya anak membantu orang tua." Maksudnya Yifan. "Jonginku memang sesimpel dan sesederhana itu menjani hidup."
Jongin yang tahu diri, tahu posisi dan tahu untuk menempatkan diri, merupakan salah satu hal yang selalu Yifan kagumi.
I get so weak in the knees. I can hardly speak
I lose all control. And something takes over me
Yifan sedikit terkejut dengan lagu yang berputar di tempat ini. Kok seperti menyindirnya. Lagi pula, atmosper yang berubah hening menandakan Yifan sedikit berlebihan. Tapi, sudahlah, masa bodoh.
Yifan sempat berpikir Jongin paling akan datang dengan setelan andalannya. Kaos polos dan jeans. Untung saja rambut Jongin sudah dirapihkan. Kalo masih gondrong, keliatan sekali status mahasiswanya.
Tapi tidak, Yifan sendiri sampai terkejut dengan style yang Jongin tampilkan malam ini. Yifan baru tahu, Jongin luar biasa cocok dengan model rambut macam itu. Ada semburan warna abu-abu di beberapa sisi rambutnya. Tapi kekasihnya itu malah menggosok poninya, sengaja membuat berantakan dan justru membuatnya semakin keren. Oh shit! Lihat caranya menggulung kemeja. Saking terkejutnya, Yifan sampai diam saja saat Jongin melambaikan tangan. Sejak kapan Jongin suka memakai jam tangan mahal?!
Saat Jongin mencoba mendekat. Ada seseorang yang pura-pura bertabrakan dengan Jongin. Entah karena Jongin terlalu baik atau sopan, Jongin malah membantu lelaki yang sialnya menawan bukan main. Selera Yifan sekali malah.
Yifan hendak beranjak berdiri tapi dicegah oleh Luis. Jongin sempat bertukar bicara dengan pria yang jelas-jelas ingin menggoda sebelum akhirnya kembali pada tujuan. Mendatangi meja Yifan. Pria penggoda itu dengan berani mengikuti langkah Jongin dari belakang.
Salah satu dari dua pria yang menemani Yifan bahkan menawarkan segelas wine. Tapi Jongin malah mengambil gelas yang ada di hadapan Yifan. Entah apa yang merasuki (gak usah sambil nyanyi) Jongin, saat kekasihnya itu menegak segelas anggur putih dengan sekali teguk.
"Selamat atas pembukaan barmu, Ge!" Jongin berujar manis pada James yang kebetulan duduk di sebelah Luis. James menjawab dengan sama riangnya. "Maaf aku baru datang."
Dan si pria yang ditolong Jongin kembali mendekat. Mengapit lengan Jongin sebegitu naturalnya. Jongin hanya melirik pelan sebelum kembali menatap Yifan dengan senyuman tipis. Tapi Yifan malah menatap pria berwajah pura-pura lugu itu dengan kesal. Ih, itu kan milikku. Jonginku. Kekasihku. Dan Yifan punya firasat buruk saat pria yang bertugas menemaninya yang bahkan duduk tepat di sampingnya menatap Jongin dengan tatapan seorang pemburu.
"Lepaskan tanganmu!" ancam Yifan dengan tajam. Si pria penggoda itu tentu saja kebingungan. "Lepas!" bentak Yifan yang malah membuat Jongin sedikit tersentak. Pria penggoda itu refleks melepaskan tangannya.
Luis bahkan tidak berani menahan Yifan kali ini. Yifan berdiri melewati dua pria yang menemaninya. Yifan tanpa basa basi menarik lengan Jongin dengan keras. Padahal Jongin punya aura maskulin yang tidak terbantahkan. Saking kerasnya tarikan Yifan, tubuh keduanya hampir bertabrakan, untung saja Jongin menaruh salah satu tangannya di depan dada Yifan.
"Aku pikir kau akan menggunakan kaos dan jeans andalanmu." Yifan sempat terpesona tadi dan sekarang ia betulan lebih suka style biasa Jongin. Karena style Jongin kali ini ternyata sedikit berbahaya. Jongin betulan seperti eksekutif muda yang enak jadi sasaran para lelaki penggoda disampingnya.
Jongin tersenyum dan memilih mengecup bibir Yifan. "Kau bersenang-senang, cinta?" Jongin tidak mendapatkan jawaban apapun. Ia menghela nafas karena Yifan dengan konsisten menatapnya dengan kesal. "Tadinya aku mau ganti baju," Jongin mulai menjelaskan dengan nada yang sama kesalnya dengan Yifan. "Tapi aku mengubah rencanaku karena berita tentang kekasihku ditemani oleh dua pria yang sesuai dengan kriteria idamannya." Jongin bahkan menunjuk dua pria yang menemani Yifan dengan terang-terangan. Refleks keduanya menunduk karena ditatap tajam oleh Jongin.
Yifan hanya mengerjapkan matanya. Ya ampun, kok seperti kepergok selingkuh. Kok ya, Yifan jadi bingung untuk menjelaskan. Tapi kan, Yifan tidak menggubris sama sekali.
"Ya kalau pun kau tidak tertarik," Jongin paham sih dengan sifat Yifan. Ingat, Jongin pernah kena bintang merah karena apa? Yak, dikira berniat menggoda anggota komunitas untuk menguras dompet teman-teman Yifan. "Tolak dong Fan," Saking kesalnya, Jongin bahkan memanggil nama Yifan tanpa embel-embel Gege. "Jangan diam saja." Jongin dengan berani mencubit dan menarik pipi kiri Yifan. Ya gimana, masa Jongin pukul.
Yifan sempat mengaduh sebelum menunjukkan wajah merajuk. Jongin yang menghela nafas membuat Yifan menarik tangan kiri Jongin. Seperti biasa Yifan punya kebiasaan mengecup cincin yang digunakan Jongin. Dan Jongin jadi keseringan memukul lengan atas Yifan.
"Aduh!" keluh Yifan yang bingung kenapa ia kena pukul.
"Kebiasaanmu itu loh!" Jongin kan selalu kikuk kalau Yifan mencium tangannya macam ini, di depan umum pula. "Apa aku harus pakai gaun dan berkata, It's nice to see you, Lord." Jongin bahkan mengatakannya dengan senyuman manis. Duh, Jongin kena racun webtoon rekomendasian Yuan.
Yifan menaikan alisnya. Melihat sekeliling dan menemukan ide yang menarik. "May i have one dance, Lady?" Yifan bahkan sampai mengulurkan tangan kanannya.
Jongin sampai tertegun melihatnya. "Damn you." Bisik Jongin saat Yifan tersenyum sebegitu tampannya.
Jongin tidak menjawab apa pun. Sebenarnya Yifan memang tidak peduli dengan jawab Jongin. Karena dengan seenaknya Yifan sudah menarik tangan Jongin dan berdiri di dekat panggung. Jongin tidak terlalu terkejut saat melihat Baekhyun berdiri di atas panggung.
"Manisnya.." gumam Jongin saat mendengar suara Baekhyun.
Your love is so sweet
It knocks me right off of my feet
Can't explain why your love, it makes me weak
Lagu yang dibawakan Baekhyu membuat Yifan mendekatkan bibirnya pada telinga Jongin. Awalnya Jongin pikir, Yifan hanya akan mengecup pelipisnya seperti biasa. Tapi ternyata Yifan malah membisikkan sesuatu.
"I fucking love you and I love fucking you."
Eeee kok gitu?
Tentu saja Jongin terkejut, belum lagi Yifan tersenyum sambil mengigit bibir pelan bawahnya. Oh, ini keahlian Yifan. Jongin tahu apa yang akan selanjutnya terjadi.
Yifan memanfaatkan moment terkejut Jongin untuk meletakkan telapak tangannya untuk mengusap pipi Jongin dengan lembut. Kemudian menatap mata serta bibir Jongin secara bergantian. Yifan hanya butuh bersabar. Saat mulut Jongin membuka, Yifan tahu, ia boleh mencium mulut manis Jongin. Bahkan melumat bibir Jongin yang selalu membuatnya ketagihan. Licin, basah, hangat dan seolah akan meleleh begitu saja. Rasa manis wine menguar diantara keduanya. Nafas Jongin yang berhembus di fitrumnya begitu teras hangat, memberikan getaran yang menyenangkan dan membuat Yifan mengigit pelan bibir Jongin.
Gigitan Yifan membuat tangan Jongin meremas pelan lengan Yifan yang tengah membelai leher Jongin. Kepala Jongin sedikit bergerak, menuntut untuk melumat bibir bawah Yifan. Ini maksud Yifan, Jongin itu memang murid pintar yang bisa belajar dengan cepat.
Saat jari-jari Jongin menyentuh bibir Yifan yang membengkak. Jongin sadar ia sudah melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan di ruang publik.
"Shit!" umpat Jongin sambil menyembunyikan wajahnya di pundak Yifan. Kekasihnya ini hanya tertawa ringan dengan kedua tangan merengkuh pinggang Jongin.
"In a daze, your love's so amazing." bisik Yifan, kali ini sesuai dengan lirik yang dinyanyikan Baekhyun. Saat Jongin mendongakkan kepalanya dan mengalungkan kedua tangannya untuk mengelilingi leher Yifan. Kesempatan itu tentu saja dimanfaatkan Yifan untuk mengecup dalam bibir Jongin.
Yifan dan Jongin kembali duduk di meja James. Satu dari dua pria penghibur menghilang dan menjalankan tugas di meja lain. Satu pria sisanya memilih untuk menemani James. Jongin berusaha untuk biasa saja, meski ia tidak bisa untuk tidak menatap tajam setiap matanya menangkap sosok pria yang bertugas menemani Yifan. Jongin juga tidak bisa marah pada James. Sifat James yang senang membuat keisengan membuat Jongin harus menganggapnya wajar.
Saking seringnya Jongin duduk menemani Yifan yang senang berdiskusi dengan teman-temannya. Jongin jadi sedikit paham dengan obrolan mereka. Walau pun Jongin lebih memilih untuk diam dan menikmati wine beserta pertunjukan musik. Kali ini Kyungsoo ikut menyumbangkan sebuah lagu. Jongin selalu suka dengan suara merdu Kyungsoo.
"Kau tidak bergabung ke lantai dansa?" James sejak tadi memperhatikan Jongin yang tengah tersenyum melihat temannya tengah bernyanyi. "Masih muda waktunya menikmati hidup dibandingkan diam di sini untuk mendengar celotehan kita," James juga sedikit terkejut saat Jongin hanya tersenyum kecil. "Kenapa?" James tahu Jongin menolak tawarannya.
Ya gimana ya? Bapak tidak lihat, di samping Jongin ada siapa? Dari tadi manusia ini bahkan memeluk pinggangnya dengan erat. Ya kali Jongin nekat turun ke lantai dansa. Jongin tidak menjawab dan malah memilih meminum sisa winenya.
"Oh, karena aku?" Yifan bersuara karena Jongin tidak menjawab dan semua orang menatapnya terutama Luis dan Tommy. Padahal Jongin tidak menatap Yifan apalagi melayangkan pandangan menuduh pada Yifan. "Ya maaf, kau berpacaran dengan pria paruh baya," Yifan melirik Jongin yang menatapnya dengan datar. Asli, ini tatapan andalan Jongin kalau sedang kesal. "Kalau kau mau, ya turun saja."
"Kau kenapa sih?" Jongin bertanya dengan nada heran yang terlihat sekali kesalnya. Biasanya Jongin diam dan akan menjelaskannya nanti. Saat kemarahan Yifan mereda dan tidak ada Tommy maupun Luis. Belajar dari pengalaman, sebelum Tommy menggoreng emosi Yifan. Lebih baik Jongin turun tangan duluan. "Aku bahkan belum menjawab apa pun."
"Lalu alasannya kenapa?" Nah kan, ini malah Tommy yang bertanya.
"Tidak mau saja." Jongin menatap lurus pada mata Tommy dan kembali menatap Yifan yang masih memasang tampang curiga.
"Memangnya harus ada alasan ya?" Jongin menunjuk gelas wine merahnya dengan wine putih Yifan. "Kenapa aku memilih merah dibanding putih?" Jongin menatap Yifan yang mengerutkan dahi. "Kalau aku jawab karena aku lagi ingin minum yang merah, emang salah?" Jongin menunggu jawaban. "Tidak kan?" paksa Jongin yang akhirnya membuat Yifan mengangguk.
"Ya sudah," balas Jongin dengan nada gemas. "Perkara turun ke lantai dansa saja kau jadikan topik untuk bertengkar," Jongin mendelik saat Yifan tersentak kaget. "Makannya tidur cukup, jangan begadang, jadi cepat marah kan?"
Yifan tahu sih, kurang tidur bisa menyebabkan emosi tidak stabil. Tapi kan..
"Aku seperti memacari ibuku sendiri." Keluh Yifan sambil mengusap surainya dengan gerah.
"Oh, selamat, sebentar lagi kau juga akan menikahi orang yang akan mengingatkanmu pada ibumu sendiri setiap hari."
Jongin sukses membuat mulut Yifan menganga. Yifan kaget, Jongin jarang menunjukkan keahliannya dalam berbicara di tempat seperti ini. Mungkin alasannya karena Jongin masih kesal dengan dua pria yang menemani Yifan.
"Kita itu jarang bertemu, jangan memulai pertengkaran." Keluh Yifan sambil memijat dahinya.
"Siapa yang mulai duluan?"
Tatapan menuduh Jongin membuat Yifan tergagap. Yifan langsung menunjukkan wajah merajuk dan memeluk tubuh Jongin dari samping.
"Iya, aku~" jawab Yifan sambil menyurukkan kepalanya di leher Jongin. "Aku duluan yang mulai, maafkan aku." Rajuk Yifan yang hanya membuat Jongin memutar kedua bola matanya.
"Sebentar lagi menikah?" Luis membuka pertanyaan dengan nada mengitrupsi. "Bukankah kau akan melanjutkan kuliahmu terlebih dahulu?" Luis memberikan pertanyaan yang membuat Jongin tersadar. Oh, dia pernah membuat sebuah tantangan bodoh pada Luis. Meski berakhir dengan tolakan.
Jongin sebenarnya tidak tahu harus menjawab apa. Tapi suara riuh dari penjuru ruangan menyelamatkannnya. Seorang lelaki berwajah menawan perpaduan antara cantik, tampan dan terkesan polos datang. Dengan pakaian yang tidak kalah menawan. Jongin refleks menatap Yifan yang tengah terpukau. Lelaki itu betulan kriteria paling sempurna dari impian seorang Wu Yifan. Kepala Jongin mendadak terasa sakit kalau seperti ini. Wah, saingan baru muncul..
"Hai, sayang!" James berseru saat lelaki itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Si pria yang menemani James buru-buru menyingkir dan pergi. Jongin sampai melongo melihat lelaki yang sempat menemani Yifan itu pergi dengan wajah pias, seperti ketakutan. "Baby-ku yang manis akhirnya datang."
Shit! Jongin melebarkan matanya. Ternyata lelaki ini yang dirumorkan menjadi simpanan baru James. Maaf nih, sedikit informasi, James sudah berkeluarga dan sebentar lagi akan mendapatkan cucu pertama. Tapi hobinya ya macam ini. Mengoleksi simpanan.
"Oh, ini seleranya Yifan?" James tertawa menggoda karena Yifan tidak bisa melepaskan tatapannya dari si lelaki yang dipanggil Baby. "Karena moodku sedang baik, aku bisa pinjamkan Xuyu untukmu malam ini."
Jongin mengerutkan dahi. Sayangnya, wajah terpesona Yifan tergantikan dengan tatapan jijik. Tipe wajah yang disukai Yifan 100% ada di Xuyu. Tapi Yifan lebih tidak suka dengan pria parasit. Jongin melirik Luis yang menatap tajam pria yang dengan jelas-jelas tengah menilai Yifan. Ah ini rasanya.. Ketika musuhmu memiliki musuh yang sama denganmu. Sayangnya, Xuyu bahkan tidak merasa risih sama sekali dengan tatapan bengis dari Luis
Saat lelaki itu tersenyum lembut pada Yifan. Jongin tentu saja kesal. Oh, Jongin tahu apa yang lelaki itu pikirkan. Tentu saja lebih baik menjadi simpanan Yifan dibanding James. Mereka berdua sama-sama kaya raya. Bonusnya, Yifan lebih muda dan lebih tampan. Siapa sih yang tidak mau memiliki Yifan? Jongin saja harus kerja keras.
Sialnya, handphone Jongin berbunyi. Panggilan masuk. Jongin terkejut dengan nama yang tertera di handphonenya.
"Adikku." Bisik Jongin pada Yifan sambil buru-buru meninggalkan meja. Kan tidak enak menerima telfon dari calon Ayah mertua dengan suara bising macam ini. Jongin juga sedikit tenang karena ada Luis di samping Yifan.
Kesempatan itu, membuat Xuyu berani berpindah posisi duduk. Kini lelaki simpanan James duduk di samping Yifan menggantikan Jongin. Pria ini menuangkan wine dengan begitu anggunnya untuk gelas Yifan. Bahkan Xuyu dengan terang-terangan memasukkan sebungkus bubuk putih ke dalam gelas wine Yifan.
"Siapa yang memperbolehkanmu duduk di sini?" Yifan bertanya dengan dingin tepat saat Jongin berjalan mendekat. Lelaki itu tentu saja tersentak. "James, aku tahu kau bermaksud berbaik hati, but it's not my style." Yifan kali ini betulan bad mood.
Lelaki menawan itu jelas saja memilih untuk kembali duduk ditempatnya. Jongin juga sempat melihat Xuyu mencoba mendekati Yifan. Ia ingin sekali marah. Tapi saat ia menatap Xuyu dan Yifan dengan bergantian. Kenapa ekspresi wajah Yifan jadi lebih bengis ketimbang Luis yang juga semakin menatap Yu dengan tatapan ingin menguliti.
"Kenapa adikmu menelfonmu?" tanya Yifan yang berusaha terlihat biasa saja tapi malah terkesan bertanya dengan kesal pada Jongin.
"Oh, minggu depan Nana akan liburan di sini," Jongin menepuk pelan paha Yifan. Baru kali ini ia melihat orang yang digoda oleh manusia menawan malah marah. "Kau butuh minum?" Jongin mengambil gelas Yifan.
Tapi Yifan malah mengambil gelas wine Jongin. Dan meminumnya dengan sekali teguk. Ya ampun. Ada apa ini? Tolong ada tidak orang yang berbaik hati, menjelaskannya pada Jongin.
"Jangan diminum, dia menaruh sesuatu di dalamnya." Luis menghentikan tangan Jongin yang berniat meminum wine milik Yifan.
"Menaruh apa?" Jongin bertanya dengan terkejut sekaligus penasaran. Oh ya, warnanya sedikit pekat.
James tersenyum sambil menarik sesuatu dari balik jasnya. Jongin mengulurkan tangan dan James dengan senang hati memberikannya pada Jongin. Wah.. Wah.. Wah.. Jongin rasanya ingin mengamuk. Ampun dah..
"Berani ya.." gumam Jongin sambil mengdengus pelan. Pantas saja Yifan kesal. Yifan kan sukanya sama lelaki imut nan polos. Ini sih binal. Lihat, Xuyu bahkan masih berani tersenyum macam itu pada Yifan.
"Berani ya, menggoda pria di depan tunangannya sendiri." Jongin bisa kok bersikap mengintimidasi.
Xuyu tentu menatap Jongin dengan terkejut. Namun sedetik kemudian, Xuyu menunjukkan wajah sedikit tidak percaya. Xuyu menilai penampilan Jongin secara terang-terangan. Xuyu jelas dengar kriteria pria yang disukai Yifan. Lihat, Xuyu dan Jongin memiliki perawakan yang kontras. Dan Jongin jelas bukan kriteria pria yang Yifan sukai.
Kini gantian Yifan yang mencoba menenangkan Jongin. Haduh, Jongin kalau sudah marah, bisa berbahaya loh. Terlambat, Jongin bahkan sudah menuangkan wine putih di gelas Xuyu. Dan menuangkan bubuk itu pada gelas Xuyu. Sama persis. Jongin sengaja memamerkan jam tangan mahalnya pada Xuyu saat menuang bubuk laknat itu. Caranya tentu berhasil, karena pria itu menatap jam tangan dan wajah Jongin bergantian. Bergaul dengan Baekhyun dan Kyungsoo, membuatnya tahu cara menakhlukkan orang gila harta.
Jongin mengangkat gelas wine Yifan. "Selesaikan apa yang baru saja kau mulai," Jongin tersenyum miring saat Xuyu terlihat ingin menolak. Xuyu jelas ingin meminta tolong pada James. Hanya saja James lebih suka berdiri di sisi Jongin. Ayolah, ini tontonan yang menyenangkan. Saat Xuyu menatap Jongin, ia malah menemukan tatapan mengancam dari Jongin. Siapa bilang Jongin tidak bisa mengintimidasi? "Aku akan memaafkanmu, jadi minum sampai habis, oke?"
"Hei!" Yifan terkejut saat Jongin meminum winenya. Astagah! Yifan kaget saat Xuyu juga refleks mengambil gelasnya dan meminum winenya sampai habis.
Tapi Jongin hanya meminum setengah gelas.
"Sayang, banyak atau tidak kau minum, obatnya tetap akan bekerja dengan baik," James tersenyum saat Jongin menaruh gelas berisi sisa wine. "Lebih baik kau habiskan."
"Aku tidak mau sendirian." Jongin menatap Yifan dan memberika kode untuk meminum wine dari gelas yang sama.
Yifan hanya bisa menghela nafas. Jongin sedang dipuncak kemarahan. Jadi, ayo kita ikuti saja kemauan Jongin.
"Berapa lama obatnya akan bereaksi?" Jongin rasa ia harus bersiap-siap.
"Lima sampai sepuluh menit."
"Oh, berarti lima menit lagi kita sudah harus pulang," Jongin menatap Yifan dengan serius. Yifan sampai harus menelan ludah karena tahu efek dari obat yang baru ia minum. "Tolong anggap tindakanku ini sebagai kado yang mungkin sedikit menyenangkan untukmu, Ge. Jadi selamat menikmati," ucap Jongin sambil menatap wajah Xuyu yang kini sudah merona merah. Woaw, obatnya sudah mulai bereaksi. "Ah! Bukannya aku bertindak kurang sopan karena pulang duluan sebelum acara selesai," Jongin juga merasa tubuhnya mulai memanas. "Tapi Gege tahu kan, kami harus menyelesaikannya terlebih dahulu."
Jongin tersenyum sambil menarik lengan Yifan bersiap untuk berdiri. James sendiri hanya mengangguk sambil tertawa.
"Aku hanya berniat untuk menggoda," James masih terkikik pelan. "Aku terkejut, tapi aku sekarang juga mengerti kenapa Yifan mengejarmu," James jelas melihat Yifan sedang menatap kekasihnya dengan tatapan kewalahan. "Dan tolong anggap ini juga sebagai hadiah yang mungkin bisa menyenangkan kalian berdua."
James tertawa saat melihat Yifan buru-buru pamit dan menarik tangan Jongin. Mereka berdua bahkan berlari untuk keluar dari ruangan yang lumayan luas.
"Luis, aku mengatakan hal ini karena aku mengasihimu seperti adikku sendiri," James menatap Luis yang tengah termenung menatap Yifan dan Jongin keluar dari ruangan. Luis tidak punya alasan untuk mencegah Yifan. "Yifan sudah menemukan orang yang tepat."
Luis hanya diam. James masih ingin menasehati Luis tapi bahunya ditepuk pelan oleh seseorang. James terkejut karena orang itu dengan berani mengecup bibirnya. Tapi karena orang itu Xiumin, James tidak keberatan sama sekali, pria ini malah senang. Ia pernah bermalam dengan Xiumin, dan itu pengalaman yang menyenangkan.
"Ge, boleh aku bantu bayi kecilmu?" Xiumin melirik Xuyu yang tengah mengigit kuku ibu jarinya sendiri. Xiumin bahkan duduk di samping Xuyu untuk mengambil bungkusan di atas meja. "Wuah, ini kuat sekali loh!" Xiumin menatap Xuyu yang mengeluatkan keringat dingin dengan kasihan.
"Tolong jangan sampai lecet," James memberikan sedikit peringatan. Namun tiba-tiba James membulatkan matanya sambil menutup mulutnya sendiri. "Ya ampun, semoga Jongin baik-baik saja ya.." James baru sadar.
.ILYD.
Jongin terbangun dengan Yifan yang sudah berpakaian rapih. Duduk di satu-satunya kursi yang menghadap ranjang. Jongin berasa sedang dijenguk, meski seluruh badannya memang terasa begitu sakit.
"Kau ada janji?" dengan suara parau Jongin bertanya pada Yifan yang tengah mengecek tabnya.
"Luis mengalami kecelakaan tunggal?"
Jongin merasa nyawanya langsung terkumpul. "Apa Luis baik-baik saja?"
"Yang aku tahu dia digips." Yifan menatap Jongin yang berusaha menegakkan tubuhnya dengan nada merintih.
"Kenapa kau masih di sini?" Jongin tahu Yifan pasti berniat untuk menjenguk Luis. Temannya kecelakaan kok bisa-bisanya Yifan masih berlagak tenang macam ini.
"Menunggumu bangun, lagi pula ada Tommy yang menemani Luis," Yifan kini menyilangkan kakiknya. Masih menatap Jongin yang telanjang bulat di balik selimut dan mencoba menggapai boxer di bawah ranjang. "Pemandangan langka," Yifan bahkan menyesap kopinya dengan nikmat. "Kapan lagi aku bisa melihatmu seperti ini?"
Maksud Yifan, biasanya kalau Jongin dihajar habis-habisan di ranjang. Besok paginya Jongin pasti akan mengomel.
"Sudah puas kan?" Jongin kesal nih. "Sana jenguk Luis."
"Kau tidak ikut?"
"Dia lebih suka melihatmu sendirian," Luis pasti tidak suka dijenguk oleh lelaki yang dia sukai bersama kekasihnya dengan keadaan habis bercinta. "Aku hanya akan merusak suasana." Selain itu, tubuh Jongin benar-benar lemas.
"Tapi kau harus tetap ikut," Yifan akhirnya beranjang dari kursi. Membantu Jongin untuk mengambil boxernya. Tapi malah dilempar seenaknya oleh Yifan. "Buat apa pakai boxer? Langsung mandi saja," Yifan langsung menarik selimut yang menutupi tubuh Jongin. Berniat untuk membantu Jongin, tapi Yifan menemukan hal yang membuatnya tercengang. "Sakit ya?" Yifan meringis dengan luka lebam di pinggang, paha dan lengan Jongin. "Kok kekasihku malah kaya korban pemerkosaan?!" pekik Yifan sambil menangkup wajahnya sendiri.
"Makannya ku bilang, kau pergi sendiri saja sana!" Jongin ingin meninggikan suaranya tapi malah terdengar makin menyedihkan.
"Tidak lecet kan?" Yifan meringis mendengar susara parau dan mata Jongin yang membengkak.
Tadi malam, Jongin sampai menangis dan berteriak. Yifan kini menangkup wajah Jongin dengan khawatir. Aduh~ kekasihnya kenapa jadi begini?
"Sakit sekali tidak?" Yifan juga baru sadar ada memar di bahu Jongin.
Jongin tuh tadi kesal bukan main, bangun dengan keadaan seluruh badan sakit. Yifan malah meminum kopinya dengan nikmat. Kan, kampret.
.ILYD.
"Beritahu aku kenapa dia akhirnya menyukaimu?" Tommy terus memikirkan kemungkinan tapi tidak menemukan apa yang pas. Karena dibandingkan Jongin, Luis lebih pantas untuk Yifan. Melihat pakaian Jongin yang serba tertutup bahkan memakai kacamata hitam. "Saat pertama kali kalian melakukannya, apa pada saat Yifan mabuk dan tidak sengaja memperkosamu."
"Sepertinya kau harus mulai berhenti membaca novel atau drama macam itu Ge," Jongin mengerutkan dahinya dengan terkejut. Pemerkosaan kan kejahatan, bagaimana ceritanya pelecehan seksual menjadi alasan dua insan manusia saling jatuh cinta. "Kita berdua tidak sama-sama mabuk." Entah kenapa Jongin bisa menebak pertanyaan Tommy selanjutnya.
Jongin menghela nafas dengan pelan. Yifan sedang berada di kamar inap Luis. Tommy dengan baiknya menyeret Jongin untuk menemaninya sarapan di kantin rumah sakit.
Jika berbicara kapan pertama kali Jongin dan Yifan melakukan hubungan sex. Seingat Jongin pertama kali mereka melakukannya itu saat.. Sial, saat Jongin belum bisa move on dari kematian mantan calon istri Chanyeol. Yifan membantunya melalui jalur sesat yang pada akhirnya membuat mereka berdua jadi sering melakukannya di apartment Yifan jika salah satu diantara mereka mengalami stress berlebih.
"Lebih baik kau tanyakan langsung pada orangnya."
"Sudah," Tommy refleks menatap bibir Jongin karena ingat dengan jawaban Yifan. "Apa bagusnya coba?"
"Apa?" Jongin selalu heran dengan celetukan Tommy.
"Bibirmu." Tommy semakin dalam mengamati bibir Jongin.
"Mau coba?" Jongin tersenyum miring saat tubuh Tommy membatu. "Bercanda," Jongin mengibaskan tangannya saat Tommy dengan terang-terangan menunjukkan ekspresi jengah bercampur jijik. "Masih bagusan bibirnya Luis kan?" Jongin tersenyum tipis saat Tommy kembali tersentak kaget.
Jongin betulan heran sekarang. Kok, bisa-bisanya Luis tidak melihat sosok Tommy yang luar biasa perhatian. Jongin tahu Tommy itu terlalu sayang pada Luis sampai-sampai merelakan apa pun, asal Luis bahagia. Lihat, Tommy sampai tidak memperhatikan penampilannya yang kacau untuk menjaga Luis semalaman.
"Padahal kau tidak seimut Luis." Gumam Tommy untuk kesekian kalinya.
"Yifan juga tidak semanis kau Ge," Jongin menangkup kedua pipinya. "Saat aku sakit, Yifan tidak akan menemaniku semalaman tanpa tidur, mandi dan hapir melupakan sarapannya," Jongin menatap Tommy yang berhenti mengunyah. "Yifan itu egois bukan main."
"Saat Yifan memujimu, kau malah mejelekannya," Tommy menatap Jongin dengan tatapan merendah. "Kau mencoba merayuku?"
"Tidak," Jongin menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Sekarang aku sadar kesamaan para anggota komunitas ini," Jongin mengerutkan dahinya dengan tatapan tidak percaya. "Semua anggotanya punya kepercayaan diri tingkat tinggi," Jongin tertawa pelan saat Tommy masih menatapnya dengan ragu. "Memuji dan merayu itu beda, buat apa juga aku merayumu?"
"Apa bedanya aku dengan Yifan?" Tommy kini gantian tersenyum miring saat Jongin mengerutkan dahi. "Tipemu seperti Yifan kan?"
"Tidak juga.." Jongin menggantungkan jawabannya. Kalau dipikir-pikir tipenya Jongin berbeda jauh dengan Yifan.
"Ah~ tipemu pasti seperti mantanmu yang di Inggris."
"Oh woaw!" Jongin terkejut bukan main. "Detail sekali cerita Luis." Jongin yakin Tommy tahu sosok mantannya dari Luis. Tommy kan tidak sepenasaran itu pada hidup Jongin.
Senyuman Jongin kali ini benar-benar membuat Tommy tidak nyaman. Entah kenapa Tommy mengerti maksud Yifan. Karena Tommy pikir Jongin itu tipe pendiam yang merasa rendah diri. Tapi pria dihadapannya ini bisa menunjukkan senyum miring sambil meminum jus kiwinya dengan santai.
"Tapi kau memang lebih cocok dengan mantanmu," Tommy mulai dengan mulut jahatnya. "Cocok, selevel."
Jujur saja Jongin memang tersentak kaget. "Kalau dipikir-pikir Yifan memang cocok sih dengan Luis, tapi nanti kasihan Luisnya." Jongin menghela nafas pelan. Yifan kalau sudah menunjukkan sifat aslinya, bisa jadi Luis akan berhenti menyukai Yifan atau menjadi budak cintanya Yifan.
"Karena kedua orang tua Yifan lebih mendukungmu?"
"No, big no!" Jongin menghela nafas dengan kasar. "Aku pikir Luis menceritakan semuanya padamu," pada akhirnya semua orang tentu tidak akan menceritakan semua rahasianya. "Bahkan jika Yifan membawamu pada orang tuanya, aku yakin orang tua Yifan akan 100% setuju dengan hubungan kalian berdua." Kalau Luis yang di bawa mungkin beda cerita.
Tommy mengerutkan dahinya. Jongin sebenarnya tahu kelanjutan cerita saat Luis membongkar hubungan Yifan dan kekasihnya dulu.
"Kau tahu mantan kekasih Yifan yang pergi ke Paris?" Jongin menemukan Tommy mengangguk. "Orang tua Yifan yang memberikan pengertian pada orang tua mantan Yifan," sebenarnya Jongin tidak tahu persis, pengertian macam apa yang orang tua Yifan katakan. "Mantan Yifan juga hampir gila." Bukan hanya itu, Yifan juga hampir gila. Dan demi Sehun, Yifan mengendalikan kewarasannya.
Jongin tersenyum saat Tommy tersentak kaget. Bukan hanya Luis yang menderita di dunia ini. Tapi Luis seharusnya tahu betul rasanya menjadi mantan Yifan. Orang gila macam apa yang akan mencintai seseorang yang tidak hanya merusak hubungan percintaan tapi juga keluarga. Orang gila mana yang akan tulus mencintai orang yang hampir membuat kekasih dan dirinya sendiri menggila. Yifan hanya bisa mewajarkan. Dan hanya itu yang bisa Yifan lakukan.
"Kau mengerti maskud ku kan?"
Kali ini Jongin lebih memilih untuk beranjak berdiri dan meninggalkan Tommy yang termenung.
.. ILYD/27..
"Penis atau payudara besar?" Kyungsoo bertanya dengan sebegitu frontalnya pada Nana.
"Eh?"
"Pria atau wanita?"
"Pria."
Kyungsoo mengangguk pelan. "Penis ya, aku juga lebih suka penis sih, tapi payudara mungkin tidak masalah." Kyungsoo mengatakannya sambil meminum colanya dengan santai.
"Bukan gitu dong konsepnya!" Nana meninggikan suaranya karena terlalu terkejut dengan kesimpulan Kyungsoo. "Personaliti merupakan hal yang lebih penting."
"Jadi kalau ada wanita yang memiliki personality yang cocok denganmu, tidak masalah kan?"
"Aku tidak bisa membayangkannya," Nana mengeluh pelan. "Kalau kau bagaimana, yang penting penis?"
"Mungkin aku juga bisa menyukai wanita," Kyungsoo mengangguk takzim sambil tersenyum. "Kau mau coba berkencan denganku?" Kyungsoo berkata dengan wajah berbinar. "Sepertinya aku bisa menikah dengan wanita, jika kau orangnya."
Mata Nana memincing. Teman-teman kakaknya tidak ada yang beres satu pun.
"I love your lips," Kyungsoo bergumam sambil mendesah pelan. "Aku sekarang mengerti maksud Yifan yang menyukai bibir Jongin."
"Kau menyukai kakaku?"
"Kalian berbeda," Kyungsoo menggelengkan kepalanya dengan tatapan kagum pada Nana. "Saat kau membalas perkataan Baekhyun kemarin, kau benar-benar terlihat sexy," Kyungsoo bahkan menangkupkan wajahnya dengan sebuah desahan frustasi. "Semalaman aku tidak bisa tidur karena seorang gadis bernama lengkap Nana Nakashima." Yifan dan Luhan bahkan tidak bisa membuat Kyungsoo seperti ini.
"Apa yang kalian bicarakan?" Jongin menghampiri Nana dan Kyungsoo karena Kyungsoo mengusap surainya dengan frustasi. Jongin pikir Nana kali ini bertengkar dengan Kyungsoo.
"Temanmu baru saja melamarku."
"Hah?" Bukan hanya Jongin yang terkejut. Baekhyun, Sehun dan Jongdae sama terkejutnya dengan Jongin. Itu jawaban paling tidak terduga.
"I found my Aphrodite." Kyungsoo tersenyum dengan wajah sumringah yang sedikit menakutkan.
"Mau kau kemanakan Luhan?" Baekhyun tahu kalau Kyungsoo itu panseksual sama seperti Chanyeol.
"Luhan? Xi Luhan yang itu?" Nana bertanya pada kakaknya.
"Iya, Luhan yang itu."
Nana hanya bisa membekap mulutnya tanpa bersuara. Nana ingin menangis saat Jongin memberikan tatapan mengkasihani.
.ILYD.
Masih dengan persoalan yang sama,
Alur yang kacau balau,
Jadi tolong, nikmatin aja..
Btw, maaf kemarin saya hapus, soalnya yang kemarin dipost itu masih draff
