Rinkazura Presents

Disclaimer Masashi Kishimoto

ORANGE

"Penantian"

Genre : Crime, Mystery, slight Romance

Rate : T

A MinaKushi Fanfiction

Warning : typo(s), OOC (maybe), etc.

SUMMARY : Karena pengorbanan Minato, Jiraiya dan yang lain berhasil membawa pulang penawar racun untuk Kushina. Namun Kushina belum mengetahui apapun, yang ia tahu adalah Minato berhasil kembali dan membawakan penawar racunnya.

.

Cerita sebelumnya:

Aku tidak akan memaafkanmu jika nanti kau tidak bangun lagi Minato.

.

.

Lampu penunjuk operasi sedang berlangsung pun padam dan membuat Jiraiya yang duduk di depan pintu menoleh dan berdiri. Wanita paruh baya berambut pirang pucat itu keluar.

"Bagaimana keadaannya? Kau bisa menyelamatkannya, kan?" cecar Jiraiya tak sabar. Tsunade menghela nafas dan mengangguk ringan.

"Aku sudah mengeluarkan pelurunya dan mengobati lukanya. Dia mengeluarkan banyak darah juga tapi tidak masalah. Sekarang hanya perlu menunggunya sadar. Aku akan memindahkannya nanti," jelas Tsunade. Jiraiya pun menghela nafas lega dan memeluk istrinya itu.

"Syukurlah, Tsunade. Syukurlah!" serunya.

"Iya iya aku tahu. Sekarang lepaskan aku. Kalian berhutang cerita lengkap padaku," tutur Tsunade sambil menghela nafas.

"Dan juga pada Kushina..."


enjoy reading :)

.

Mikoto dan Kushina masih asyik berbincang melepas kekhawatiran atas apa yang terjadi. Keduanya tertawa sesekali mendengar lelucon kecil satu sama lain, hingga kemudian dahaga mulai merasuki keduanya.

"Aku ingin minuman dingin, apa kau juga, Shina? Atau kau mau minuman hangat?" tutur Mikoto sembari menawari sahabatnya itu.

"Es lemon kelihatannya segar, Miko-chan," kata Kushina tersenyum. Mikoto pun berdiri, "baiklah, Nona, tunggu sebentar dan jangan kabur!" tukas Mikoto seakan-akan curiga pada Kushina yang mungkin saja akan melompat keluar jendela untuk kabur. Mengingat gadis bersurai merah itu pernah melakukannya dulu.

"Tidak akan, astaga!" protes Kushina.

"Jangan coba-coba atau aku akan mengikatmu di ranjang itu," ancam Mikoto sambil melenggang mencari mesin minuman terdekat. Kushina hanya bisa mendengus mendengar ancaman tengil Mikoto yang kemudian meninggalkannya.

Mikoto berjalan santai meyusuri lorong dan mendekati mesin minuman tak jauh dari kamar dimana Kushina dirawat. Kemudian berhenti dan mengedarkan pandangannya mencari es lemon pesanan Kushina dan es kopi yang ia inginkan.

KLANG

Kedua kaleng minumannya sudah keluar dan Mikoto pun membungkuk mengambil minuman-minuman itu.

"Iya pria pirang itu! Orang yang dibawa Tuan Jiraiya waktu itu!" seru salah satu perawat pada perawat lain.

Gerakan Mikoto terhenti. Seketika ia melirik ke arah dua perawat yang berbincang itu dan menajamkan pendengarannya. Ia tahu menguping bukan hal yang bagus, tapi ia seorang mata-mata, menguping seakan sudah menjadi hal biasa baginya. Apalagi ia mendengar ciri fisik orang yang ia kenal.

"Sungguh?!"

"Iya, Tsunade-sama juga terlihat buru-buru ke unit gawat darurat. Sepertinya pria itu yang ada di sana."

Mata Mikoto terbelalak. Ia tidak bisa menahan diri lagi dan mendekati dua perawat itu.

"Pria pirang yang kalian maksud, Minato Namikaze?" tanya Mikoto dengan suara agak keras. Kedua perawat itu sempat terkejut dan saling berpandangan.

"Iya kurasa namanya Namikaze.. Agen baru yang dibawa Tuan Jiraiya, bukan?" jawab salah satu perawat.

"Dia terluka? Kapan?" tanya Mikoto lagi. "Ta..Tadi pagi buta kulihat mereka membawanya ke unit gawat darurat, tapi entah terluka seperti apa," tambahnya.

'Jadi ini alasan tingkah aneh orang-orang itu? Fugaku juga menyembunyikannya?'

"Begitu ya.." kata Mikoto lalu segera berbalik terburu-buru menuju kamar Kushina meninggalkan dua kaleng minumannya begitu saja.

.

.

BRAK

Kushina terkejut dan menatap Mikoto di ambang pintu, "ada apa sih, Miko-chan?!" serunya.

"Kushina! Minato, Minato!" seru Mikoto buru-buru.

"Minato? Dimana?" balas Kushina yang penasaran mengapa Mikoto bersikap demikian.

Mikoto mengehela nafas panjang dan menenangkan diri, "kudengar dari beberapa perawat barusan, Minato dibawa ke UGD pagi-pagi buta. Mereka bilang ia terluka tapi tidak tahu detailnya, jadi –"

"Bawa aku kesana!" sela Kushina dengan yakin. Mikoto pun mengangguk dan mengambil kursi roda di sudut ruangan dan mendudukkan kushina beserta infusnya di sana. Kemudian mendorongnya menuju unit gawat darurat.

.

Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di depan ruangan UGD. Mereka tahu mereka terlambat, jadi Mikoto memutuskan untuk bertanya pada resepsionis unit itu untuk mencari tahu.

"Minato Namikaze, apa benar pagi ini masuk ke UGD?" tanya Mikoto tidak sabar. Penjaga resepsionis itu menaikkan kedua alisnya dan menghela nafas.

"Benar. Tapi Tsunade-sama sudah memindahkannya ke ruang rawat di lantai 4, kamar nomor 2," jawabnya.

"Terima kasih!" sesegera mungkin Mikoto membawa Kushina menuju lift untuk naik ke lantai 4.

"Aku yakin Fugaku tahu soal ini! Mengapa mereka tidak berkata apapun sih!" rutuk Mikoto kesal. Mikoto pun melirik Kushina yang terlihat khawatir. Kushina menggenggam erat sebelah tangannya.

Mikoto mengelus lembut pundak Kushina, "kalau Tsunade-sama yang menanganinya secara langsung, aku yakin dia baik-baik saja. Tenang saja, Shina!" tutur Mikoto mencoba menenangkan.

Kushina membalas kata-kata Mikoto dengan senyum tipis yang sedikit dipaksakan,

Bagaimana mungkin aku bisa tenang setelah dia datang ke mimpiku begitu?

TING

Suara pintu lift yang terbuka membuyarkan pikiran Kushina. Gadis bersurai merah itu menatap lurus lorong di hadapannya sementara Mikoto segera mendorong kursi rodanya. Keduanya sama-sama khawatir. Mereka pun berjalan menyusuri lorong di lantai 4 menuju kamar nomor 2. Tidak sulit bagi mereka menemukan kamar tempat Minato dirawat dari arah lift.

Mikoto melihat Jiraiya berdiri di depan kamar bertuliskan angka 2. Terlihat dari gerak-gerik pria itu, ia akan memasuki ruangan. Sontak saja Kushina memanggilnya dengan lantang.

"Tuan Jiraiya!"

Jiraiya langsung menoleh dan matanya terbelalak – diikuti dengan perasaan ngeri akibat tatapan tajam Kushina – dan tentu saja ia terkejut.

"Ah..rasanya sama seperti ketika Tsunade akan memakiku," ujarnya lirih.

"Kushina..kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Jiraiya melihat dua gadis di hadapannya. Kushina masih melempar tatapan tajam seraya Mikoto mendorongnya mendekat.

"Kau menyembunyikan ini dariku, Pak Tua?!" protesnya.

"Biarkan aku masuk!" lanjut Kushina sambil memutar roda kursi rodanya tidak sabar.

"Tenanglah, Kushina!" ujar Jiraiya pada Kushina. Gadis itu pun menghela nafas pendek, "buka pintunya. Aku mau melihat keadaannya," tutur Kushina.

Jiraiya pun membuka pintu kamar nomor 2 itu dan mempersilahkan Mikoto dan Kushina masuk.

Kushina berhenti sejenak ketika melihat pria bersurai kuning itu terbaring di atas ranjang dengan peralatan medis yang menempel di tubuhnya.

"Kenapa kalian tidak mengatakan apapun? Apa yang terjadi?" tanya Kushina menuntut penjelasan. Ia pun memutar rodanya mendekat menuju ranjang Minato.

Jiraiya menghela nafas panjang, "dia berusaha mendapatkan penawar racun untukmu. Tanpa berpikir panjang bahkan sembrono kubilang. Ia berencana melakukan semuanya sendirian, aku tidak tahu kenapa, tapi kami berhasil menemukan dimana dia berada..bersama Madara tentunya," jelas Jiraiya.

"Lalu Madara?" tanya Mikoto.

"Ada di jeruji bawah tanah kalau kau mau menyapanya," jawab Jiraiya.

"Kenapa tidak ada yang memberitahu kami?" tanya Mikoto lagi. "Kita semua tidak tenang, Mikoto. Kushina kritis, ketika Fugaku datang, bukankah lebih baik menyembuhkan Kushina dulu daripada menambah kekhawatiran?" tutur Jiraiya.

"Tsunade bilang hanya tinggal menunggunya sadar. Dan setelah itu tugasku adalah menggali informasi tentang Madara dari Minato lagi untuk diproses secara hukum. Bagaimanapun juga dia keponakanku," tambahnya.

Setelah berbincang dengan Jiraiya soal kejadian sebelumnya, Mikoto dan Jiraiya pun meninggalkan Kushina bersama Minato.

Kushina memerhatikan Minato dengan seksama. Ia merasa marah dan kesal, mengapa pria itu bertindak seceroboh itu. Sikap yang sama sekali berbeda dengan yang ia ketahui. Pencuri ulung yang selalu memperkirakan segalanya, dan bisa lolos dari situasi apapun bisa bertindak ceroboh seperti ini.

"Kau benar-benar bodoh! Cepatlah bangun supaya aku bisa memarahimu!" rutuk Kushina sambil menggenggam tangan Minato.

Air mata bergulir tanpa permisi menuruni pipi Kushina.

"Aku mohon...cepat bukalah matamu...Minato" ujarnya lirih sambil menunduk sedih, "jangan meninggalkanku begini..." isaknya terdengar menggema di ruangan itu, sementara orang yang ia harapkan untuk bangun itu tak bergeming, membiarkan gadis itu menunjukkan kesedihannya.

Kushina tak pernah sesedih ini setelah kedua orang tuanya meninggal. Ia juga tak pernah menangisi seorang pria seperti ini.

Untuk pertama kalinya, rasanya dunia Kushina bisa hancur kapan saja sekarang. Dalam isaknya, ia pun menyadari betapa besar perasaannya untuk pria bersurai pirang itu.

Hatinya telah tertambat pada pria itu.

Shikaku berjalan menuju penjara bawah tanah dengan membawa dokumen di tangannya. Ia menuruni tangga dengan santai menuju jeruji dimana Madara ditahan. Sesekali ia menghembuskan nafas, seakan malas untuk menemui penjahat yang merepotkan baginya itu.

"Kau datang cukup pagi, Shikaku," ujar salah satu rekannya yang menjaga penjara itu.

"Aku tidak serajin itu. Inoichi pasti sudah di sana bersama Sakumo-san," balasnya. Rekannya itu pun tertawa, "kau benar. Mereka bersemangat sekali."

Shikaku pun berjalan lagi memasuki ruangan paling ujung tempat Madara berada. Tak lama ia pun sampai di tempat tujuannya dan melihat Inoichi duduk berhadapan dengan Madara yang matanya tertutup dengan tangan diikat di belakang tubuhnya.

"Inoichi, kau tahu tidak ada gunanya kan mengintrogasi makhluk ini?" sela Shikaku. Pria berambut pirang pucat itu pun menoleh dan menyandarkan punggungnya ke kursi lalu menyilangkan kedua tangannya.

"Bahkan Sakumo-san tidak mempermasalahkan apa yang kulakukan," balas Inoichi.

"Ada dokumen yang harus kita selesaikan. Biarkan saja makhluk itu di sana sampai pengadilan memanggilnya. Lagipula melihat tulisan jauh lebih menarik daripada harus melihat makhluk ini," lanjut Shikaku.

Inoichi pun menghela nafas pendek dan bangkut dari kursinya. "Apa Minato sudah bangun?" tanya Inoichi. Shikaku menggeleng.

"Ah...Harusnya aku membunuhnya saja kemarin," ujar Madara dengan nada mengejek.

"Sayang sekali kau tidak membunuhnya. Jadi tunggu saja, perjalananmu akan menyenangkan setelah ini, bersiaplah," tutur Shikaku santai. Kemudian ia bersama Sakumo dan Inoichi pun meninggalkan Madara Uchiha yang diseret kembali ke balik jerujinya.

.

.

"Kushina..Kushina," Mikoto menggoyang-goyangkan tubuh Kushina perlahan. Ia tidak menyangka kalau temannya itu akan tertidur di kamar Minato. Gadis bersurai merah itu tak bergeming dan masih tenggelam dalam mimpinya. Mikoto mendengus pelan dan kembali menggoyang-goyangkan tubuh Kushina.

"Kushina, ini sudah malam! Kau harus kembali ke kamarmu, astaga!" serunya sambil menahan suara. Akhirnya Kushina pun mulai terbangun dari tidur singkatnya.

"Uhh..Miko-chan.." ujar Kushina lirih. Ia pun menegakkan badannya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi rodanya. Mikoto meraih pegangan kursi roda Kushina dan menaikkan tuas rem lalu mulai mendorong Kushina.

"Aku akan mengantarmu kembali ke kamar," katanya.

"Aku ingin tetap disini, Miko-chan.." tutur Kushina lirih sambil memandangi wajah pria yang telah mengacaukan hatinya itu.

"Kau butuh istirahat. Aku akan mengantarmu kesini besok. Aku yakin dia akan segera bangun," kata Mikoto dengan positif.

"Rasanya aku tidak mau meninggalkannya...sungguh," ucap Kushina lirih.

CEKLEK

"Aku akan menjaganya, tenanglah," ujar Jiraiya yang tiba-tiba masuk ke kamar Minato. Kushina memandangi Jiraiya lalu beralih pada Minato.

"Tenanglah Kushina. Dia bukan orang selemah itu," lanjut Jiraiya menenangkan sambil berjalan menuju sofa dan menjatuhkan tubuhnya di sana.

"Aku tahu benar keponakanku yang satu ini."

"Baiklah kalau begitu kami permisi dulu. Sampai jumpa Jiraiya-sama," pamit Mikoto seraya mendorong kursi roda Kushina menuju kamarnya, Jiraiya membalas dengan anggukan pelan dan melihat kedua gadis itu menghilang di balik pintu.

"Kau sudah mendapatkan orang yang tepat, jangan sampai kau melewatkan yang ini, Minato.."

Kushina membolak-balikkan tubuhnya. Ia merasa gelisah, sedih dan merasa bersalah. Ia tak menyangka bahwa Minato Namikaze akan berkorban sampai seperti itu untuknya. Kushina telah mendengar segalanya dari Shikaku setelah Mikoto pergi.

Kalau saja waktu itu ia lebih waspada, ia takkan terkena racun dan Minato tidak perlu membahayakan dirinya.

Pikiran itu terus bergentayangan di kepala Kushina dan membuatnya sulit terlelap. Ia gelisah karena Minato tak kunjung sadar. Bagaimana jika Minato tak pernah membuka matanya? Bagaimana jika ia benar-benar meninggalkan Kushina?

Kushina menggeleng cepat mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang seakan-akan sengaja ingin membuatnya menangis dengan kencang,

Kushina tak pernah seperti ini pada seorang pria. Minato-lah orang pertama yang membuat emosinya seperti roller coaster, membawanya pada kebahagiaan dan juga kesedihan yang luar biasa. Gadis itu hanya berharap bahwa mereka bisa bersama lagi – tidak, sebelum itu ia sangat berharap agar Minato segera membuka matanya dan kembali padanya.

Mengapa di saat ia mulai menemukan kebahagiaan, dengan cepat ia harus merasakan kesedihan? Padahal inilah pertama kalinya ia sangat memikirkan seorang pria, ia tidak tahu bagaimana namun sungguh...Minato-lah yang pertama.

Tak lama kemudian mata Kushina mulai berat dan ia merasa sangat mengantuk. Ia bersyukur obat yang ia minum tadi membuatnya mengantuk, jika tidak, ia sangat yakin akan terjaga semalaman memikirkan pria bersurai pirang itu.

Sebelum terlelap, ia hanya berharap esok akan menjadi hari yang baik—atau bahkan Minato akan membuka matanya esok. Setidaknya harapan itulah yang mungkin bisa memberinya mimpi indah malam ini.

.

To Be Continue


Hai, Rinkazura kembali disini hehe. Senang akhirnya bisa upload lagi disini, sebenarnya fic' ini sudah tamat duluan di wattpad. Kenapa nggak di FFn duluan? Karena beberapa kali upload cerita textnya berubah entah kenapa, akhirnya ga upload-upload jadi diupload duluan di wattpad. Sekarang akhirnya sudah berhasil diupload hahahahahaha. Author sangat tahu ini cerita butuh waktu yang sangat lama untuk selesai dan membuat para readers menunggu, jadi author minta maaf sebesar-besarnya dan terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah membaca cerita ini. Kali ini 2 chapter terakhir akan langsung diupload jadi tidak perlu menunggu hehehe.

.

Sekali lagi, Terima kasih semuanyaa