I LOVE YOUR DAD

WU YIFAN X KIM JONGIN

.

.

Ini bukan tentang sugar daddy apalagi pedofil

.

.

CHAPTER 27: Brother-Sister

"Tumben kau datang," Luis menatap James dengan malas. Karena James sengaja membawa simpanan kesayangannya, Xuyu. "Kau tidak lelah setelah kemarin berpesta?"

"Kau mengusirku?" James sempat mencolek dagu Luis meski tahu tangannya akan ditepis. Luis itu memang jelmaan kucing sepertinya. "Aku penasaran dengan ketua club dan pasangannya."

James betulan tidak bisa marah pada Xiumin. Bahkan saat dokter tidak bermoral itu mencium pria kesayangannya dengan seenaknya. Xuyu juga tidak berani menolak. Tapi James suka cara Xiumin mencium Xuyu dengan cara dominan dan vulgar. Style James sekali, James jadi ingin mengajak Xiumin malam ini, sepertinya menyenangkan.

"Perpaduan Lust dan Gluttony akan menghasilkan orang macam Xiumin-Ge ternyata," celetuk Jongin tanpa sadar. "Simpanan orang saja kau ambil Ge." Jongin berkata sambil memberikan segelas beer pada Yifan.

Seharusnya Jongin tidak kaget jika Xiumin berhasil merebit Xuyu, dokter ini berani kok mengambil pacar orang. Padahal yang direbut tahu, ia akan jadi mainan atau James lebih takjub dengan keberanian Jongin untuk mengucapkan hal itu pada Xiumin.

"Aku kemarin sempat membantu bayi kesayangannya James," Xiumin berkata dengan begitu santainya pada Jongin. "Kasian Yu, staminanya James kan sudah tidak sekuat Yifan," Xiumin menatap pakaian Jongin yang tertutup. "Hmm, bringas kan?"

Style mereka berdua tertukar sekarang. Jongin jadi begitu tertutup, dan Yifan memakai kaos memamerkan bentuk ototnya. Tapi beberapa gigitan di leher dan lengan Yifan membuat semua orang menatap Jongin.

"Bagaimana?" James bertanya pada Yifan yang dengan penasaran, Yifan pasti sengaja mengenakan kaos hitam polos.

"Luar biasa," Yifan tertawa meski tahu Jongin akan memukulnya. "Bayangkan saja, aku harus meladeni orang marah yang dipengaruhi obat perangsang," Yifan tersenyum saat Jongin terlihat gelalapan. "Pengalaman yang langka." Ya langka, ia belum pernah melihat Jongin menangis juga saat di ranjang. Tapi biarkan itu menjadi rahasia antar Jongin dan Yifan.

Xiumin dengan tidak sopannya sedikit menyibak pakaian Jongin. Dan menarik kerah Jongin untuk melihat lebam di leher Jongin. Perpaduan dari bekas gigitan dan cengkraman tangan. Kalau ini paksaan, bisa dilaporkan ini. "Sudah kau pakaikan salep kan?" Xiumin betulan khawatir loh. Leher Jongin saja seperti itu apalagi yang di bawah. "Sudah minum obat?" Maksudnya Xiumin, obat pereda nyeri.

"Tenang, aku ikuti semua saranmu." Jongin tersenyum kikuk karena Xiumin menatapnya dengan khawatir.

James bergumam pelan sebelum bertanya pada Xiumin. "Kau itu sempat pacaran dengan Yifan kan?"

"Iya, tapi Jongin kan pasienku," Xiumin memberikan alasan yang logis. Xiumin juga masih hafal dengan semua luka Jongin saat Yifan membawanya. "Kau juga harus hati-hati, Jongin pernah mengalami cedera berat!" Xiumin menatap Yifan dengan kesal.

"Tapi kau buat bayiku lecet." James mulai protes.

"Aku sudah mencoba selembut mungkin," Xiumin menghela nafas. "Tapi harus dikasari biar keluar," Xiumin tiba-tiba menatap Luis dengan berang. "Luis! Taruh minumanmu!" sekarang Xiumin punya dua pasien. "Kau masih dalam masa pemulihan!" Xiumin bahkan merebut gelas Luis, yang direbut hanya memajukan bibirnya dengan kesal.

Lagian tangan di gips kok ya bisa-bisanya tetap datang.

..ILYD..

Jongin sempat heran saat Nana meminta untuk menjemputnya dengan motor. Jongin juga heran saat Nana datang tanpa menggeret koper sama sekali. Nana dengan riangnya bilang kalau kopernya sudah di kirim dengan selamat ke rumah. Tinggallah Nana yang dengan semangat memakai helm.

"Akhirnya aku bisa mencoba ini," Nana duduk dengan nada riang dibelakang Jongin. "Kok diam?"

"Pegangan nanti jatuh," Jongin mengarahkan kedua tangan Nana untuk memeluk pinggang Jongin. "Hmm, begini ternyata rasanya di peluk perempuan dari belakang."

Refleks Nana memukul kepala Jongin yang terhalang helm, kemudian memeluk tubuhnya sendiri dengan merinding. Jongin itu kakaknya sih, gay pula tapi kan tetap saja Jongin itu laki-laki.

"Aku tidak akan berkomentar lagi," Jongin tertawa pelan. "Apa pun yang terjadi aku tidak akan bilang apa-apa," Jongin mencoba menarik kedua tangan Nana yang kembali menerima tepisan. "Ayolah~"

Jongin kewalahan merayu Nana untuk memeluknya tapi dengan alasan jatuh. Dari pada terjatuh, sakit dan menanggung malu. Nana lebih memilih untuk menuruti kata-kata kakaknya.

"Kita ke kampus dulu sampai makan siang," Jongin berkata saat lampu merah menyala. "Aku masih ada urusan di sana, jadi setelah makan siang kau akan dijemput oleh Yixing," Jongin menatap Nana melalui kaca spion. Niatnya mau melihat reaksi Nana. Tapi Jongin lupa kalau Nana juga memakai helm full face. "Iya atau tidak?"

Jongin tersenyum tipis saat Nana mengangguk pelan.

"Ka aku ingin bisa mengendarai motor," Nana tiba-tiba berkata saat mereka berjalan menelusuri lorong kampus menuju taman di fakultas ekonomi. "Ajari aku ya?" Nana masih berusaha membujuk Jongin.

"Kalau Otousan memberikan izin."

Tapi Nana malah berdecak dengan kesal. Jawaban Jongin artinya tidak. Nana harus mencari orang lain yang mau mengajarkannya. Dan tibalah Nana bertemu dengan Sehun dan Jongdae yang pernah ia temui di Jepang. Sehun masih sama dinginnya dan Jongdae juga tetap menatapnya dengan tidak peduli. Tinggallah seorang perempuan yang memperkenalkan diri bernama Yuan dengan nada ramah.

Nana duduk sediri di bangku terpisah. Tidak mau menganggu dan ditatap dingin oleh Sehun. Sumpah, Nana juga tidak suka dengan Sehun sejak pertama kali bertemu. Maksudnya ada loh jatuh cinta pada pandangan pertama. Bukannya cinta pertama, tapi ia menemukan bahwa ada juga benci pada pandangan pertama. Ada kalanya seseorang mempunyai firasat bahwa mereka berdua memiliki frekuensi yang bersebrangan.

"Kata Jongin kau suka makanan manis," Nana tersentak karena sekotak cake mendarat dihadapannya. "Aku pilih yang paling aman, coklat."

"Ah, Yixing-ge?" tanya Nana untuk memastikan. Yixing yang mengangguk hanya membuat Nana tersenyum sebelum berkata. "Terimakasih."

Nana membuka kotak berisi cake rasa coklat yang menggiurkan. Yixing memilih duduk dihadapan Nana. Sepertinya Jongin belum sadar kalau Yixing sudah sampai.

"Kenapa tidak bergabung?" tanya Yixing yang melihat Nana mencari sendok kecil pemberian toko cake yang Yixing beli.

"Takut mengganggu," Nana menjawab seadanya. "Ah, apa aku bawa pulang saja?" Nana yang berniat memakan cakenya menatap seragam Yixing dengan lekat. "Gege pasti harus kembali ke kantor kan?"

Yixing belum mengatakan iya maupun tidak tapi Nana sudah kembali menutup kotak cakenya. Yixing pikir Nana itu anak yang manja dengan segala hal tingkah kebanyakan anak perempuan bungsu. Tapi ternyata tidak, Nana bahkan tersenyum saat Yixing menghampirinya dengan nada dingin. Yixing sempat berpikir gadis ini akan membalas dingin. Tapi Nana kentara sekali adiknya Jongin, padahal mereka dirawat oleh orang yang berbeda.

Yixing mengambil kotak cake milik Nana. Membukanya kembali dan memberikan sendok cakenya pada Nana. "Jadi kenapa kau memilih Beijing untuk tempat liburan, kabur dari rumah?"

"Kurang lebih," Nana menjawab dengan nada masa bodoh yang mirip sekali dengan Jongin. Yixing merasa bertemu dengab Jongin versi perempuan. "Tapi aku punya beberapa tempat yang ingin aku kunjungi." Nana memakan cakenya dengan riang dan menyodorkan cakenya pada Yixing.

Yixing menaikan sebelah alisnya sebelum mengambil tawaran Nana. Menyendok sedikit cake pilihannya dan memakannya.

"Enak?" Nana bertanya seolah Nana yang memilihkannya untuk Yixing. Raut wajah Nana itu yang membuat Yixing akhirnya tersenyum sambil mengangguk.

"Jadi kau berniat pergi kemana?" Yixing kembali menyodorkan kotak cake pada Nana. Tapi Nana malah menaruhnya di tengah-tengah. Agar Nana dan Yixing bisa mengambilnya dengan mudah.

Nana menelan hasil kunyahannya sebelum menjawab. "Bar."

Setahu Yixing, Nana itu tipikal gadis yang menjunjung tinggi sopan santun. Lihat saja pakaian Nana. Celana jeans biru panjang dipadukan dengan sweater rajut putih over size. Atau mungkin Nana mulai menunjukkan sisi berontaknya. Tapi seingat Yixing, Nana pernah punya pacar seorang Host. Bukannya Host itu kerjanya tidak jauh dari tempat macam bar ya? Kalau Nana sudah kuliah, bukannya Nana juga pasti punya teman untuk diajak minum. Atau jangan-jangan..

"Aku tidak punya teman sedekat itu," Nana menjawab keheranan Yixing tanpa perlu menunggu jawaban Yixing. "Aku juga perlu hati-hati untuk tidak merusak repotasi Otousan yang sudah buruk," Nana menghela nafas tapi kemudian tersenyum kecil saat melihat Jongin meninggikan suaranya pada saat berdebat dengan Sehun. "Yah, mau gimana lagi."

"Kenapa?" Yixing tahu sih ini pertanyaan bodoh.

"Aku kan anak hasil perselingkuhan," Nana mengatakannya dengan begitu santai sampai membuat Yixing terdiam. Yixing bahkan hanya bisa mengerjapkan matanya berkali-kali sebelum akhirnya Nana melebatkan matanya. Lah, keceplosan.

"Oke, nanti aku akan mentraktirmu, kau bebas meminum apa pun dan sebanyak apa pun."

Nana tertawa dengan tawaran mengejutkan dari kakak yang baru ia temui. Rasanya aneh jika di ajak minum oleh seorang polisi NNCC macam ini.

"Selain bar, ada lagi yang ingin kau datangi?" Yixing bertanya dengan serius.

"Sebenarnya tujuan utamaku untuk berlibur di sini itu bangun siang tanpa merasa bersalah."

"Merasa bersalah?" Yixing mengulangi perkataan Nana karena terdengar aneh.

"Aku diajarkan untuk bisa menjadi istri yang baik," Nana kemudian terdiam dan malah menatap Yixing dengan dalam. "Tapi kok aku punya firasat aku tidak akan menikah ya Ge."

"Kenapa?"

Yixing tanpa sadar menatap tangan Nana yang meletakkan sendoknya kembali dan melipat tangannya di atas meja.

"Kadang aku merasa kasihan dengan suamiku nanti," Nana menjawab dengan tidak kalah serius. "Kok bisa-bisanya dia tidak beruntung."

"Loh?" Yixing mengerutkan dahi. "Siapa yang merasa tidak beruntung jika menikahi gadis yang akan menjadi ahli waris Nakasima Grup?"

"Ahli waris?" mata Nana terlihat seperti anak yang didengarkan dogeng palsu. "Otousan masih berusaha untuk menjadikan Onisan sebagai ahli waris."

"Hah?"

"Aku sudah menjalani 4 kali perjodohan," Nana mengacungkan jari-jarinya. "Dan gagal semua," Nana menggelengkan kepala dengan perlahan. "Aku dari dulu tidak paham dengan konsep pernikahan," Nana tanpa sadar jadi ingin mengutarakan semuanya pada Yixing. "Apalagi kalau akhirnya selingkuh dan meninggalkan anaknya karena wanita atau pria lain." Nana hanya merasa karma itu ada.

Yixing speechless mendengar perkataan Nana. Kok, kelam sekali pemikiran Nana.

"Jangan berpikir seperti itu," Yixing mengusap kepala Nana dengan pelan. "Kau hanya belum menemukan orang yang tepat."

..ILYD..

"Orang yang tepat." Gumam Nana sambil menatap bartender yang tengah meracik minumannya. Nana belum boleh memesan sebelum Yixing datang.

"Orang yang tepat itu seperti," kekasih kakak keduanya tiba-tiba duduk di samping Nana. Nana melirik kakaknya yang malah menyunggingkan senyuman pada Nana. Oh, Yifan hanya memesan minuman sepertinya. "Bukan orang yang kau anggap bisa hidup dengannya tapi orang yang membuatmu tidak bisa hidup tanpanya." Yifan menatap Nana yang mengerutkan dahinya.

"Oh, Gege tidak bisa hidup tanpa Onisan?" Nana tersenyum tipis saat menemukan Yifan hampir tersedak. "Kapan?" Nana malah mendapatkan tatapan heran. "Kapan kau menikahi kakaku?"

"Kok kapan, harusnya kenapa kan?" Yifan menyangga dagunya. Untuk kesekian kalinya, Nana itu makin mirip saja dengan Jongin. "Aku hanya merasa sepertinya aku harus meminta izin padamu."

"Tidak, sebenarnya itu tidak perlu," Nana hanya merasa pernikahan kakaknya bukan urusannya. "Aku tidak.."

"Aku juga akan menjadi kakakmu, keluargamu, jadi menurutku itu penting." Yifan tersenyum dengan sebegitu menawannya.

Sayangnya perkataan Yifan malah membuat Nana kikuk. "Apa kau punya kekasih?" Yifan hanya berniat untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Mana mungkin." Entah hujan dari mana malah Baekhyun yang menjawab dengan wajah menyebalkan. Nana sampai harus menolehkan kepalanya tepat saat Baekhyun terang-terangan menilai penampilan Nana. "Membosankan."

Nana sedikit tersentak. Tapi kemudian memiringkan kepalanya untuk sedikit memikirkan pendapat Baekhyun. Jika dibandingkan dengan teman kakaknya yang lain, bahkan dengan Yifan. Nana memang terlalu biasa. "Ya memang sih."

Jawaban dari Nana malah membuat Yifan hampir tersedak untuk kedua kalinya. Lagi pula Nana juga tidak terlalu suka dengan pria yang menyukai pesta. Jadi kalau dari perspektif Baekhyun tentu saja Nana membosankan.

Baba yang biasanya menjadi penenang hanya tersenyum miring pada Nana. Kok ya, Yifan merasa ini seperti pembullyan terselubung.

"Jujur saja, kau tidak punya daya tarik." Baekhyun kembali mengkritik.

Nana menatap penampilannya. Lah, dia memang sedang tidak dalam posisi memikat seseorang. Jadi Nana hanya mengerutkan dahi.

"Kau hanya punya wajah cantik dan keluarga yang mapan."

Tidak juga, Nana punya sopan santun dan otak cemerlang. Nana tahu jelas dengan kelebihannya itu. Kalau pria diluaran sana lebih suka dengan wanita ceroboh dan sedikit bodoh. Apa boleh buat.

"Kalau kau mau, sebenarnya kau bisa menarik perhatian banyak pria kalau kau mau belajar dari.." sebelum Baekhyun menyelesaikan ucapannya. Jongin sudah menutup telinga Nana. Sayangnya Nana bisa membaca gerak bibir Baekhyun. 'ibumu'

"Jaga ucapanmu," Jongin berkata dengan dingin. "Aku tahu kalian melakukan hal ini karena khawatir denganku," Jongin masih menutup telinga Nana yang hanya diam mematung. Nana sempat shock meski itu bukan hal baru tapi orang yang tidak pernah berinteraksi dengannya bisa berkata seolah sudah mengenalnya dengan baik. Jongin tahu Nana terluka tapi Nana bahkan jauh lebih pandai dalam mengendalikan ekspresinya. "Kalau kau bukan temanku, mungkin aku sudah menghajarmu."

Baekhyun mungkin tersentak tapi Baba langsung menatap Jongin dengan wajah tidak suka.

Jongin sekarang sedikit mengerti kenapa dulu Sehun tidak suka saat Jongin ikut campur dengan urusan Sehun dan Yifan. Karena Jongin saat itu memang tidak begitu mengenal Yifan dan seenaknya ikut campur dengan hubunga Yifan dan Xiumin.

..ILYD..

Oh, ini rasanya jadi Luis.

Jongin meninggalkan Sehun dan mendekati Yifan. Tapi kalimat menyebalkan dari Baekhyun membuatnya pindah haluan. Ia refleks menutup telinga Nana. Awalnya Jongin khawatir Nana akan berubah murung. Tapi Nana itu memang jelmaan Otousan dalam jenis kelamin perempuan.

Nana melepas kedua telapak tangan Jongin dari telinganya. "Aku ingin meluruskan satu hal," Nana akhirnya hilang kesabaran. "Kenapa hanya ibuku yang disalahkan?" Nana menatap Baekhyun dan Baba dengan tidak kalah bengis. Baekhyun melirik Jongin dengan senyuman kecil. "Ayahku juga salah!" Nana yang kini tersenyum miring saat Baekhyun dan Baba tersentak kaget. "Ketika kau bilang Ibuku menggoda pria beristri, seharusnya kau juga bilang Ayahku menggoda wanita lain padahal dia sendiri sudah punya istri bahkan anak," Nana menggerutukan giginya. "Ayolah, kau bahkan tidak tahu siapa yang menggoda duluan." Nana kini bercakak pinggang.

Jongin terkejut bukan main. Nana makin mirip dengan ayahnya saat marah. Jongin meremas pelan kedua pundak Nana. Tapi sial, Nana belum selesai.

"Kau pasti berpikir aku akan menyalahkan ibu kandung kakakku," Nana jelas melihat senyuman culas Baekhyun. "Maaf, aku bukan gadis tolol, aku jelas tahu siapa yang salah dan siapa korban," Nana membalas senyuman menyebalkan dari Baekhyun. Gadis ini tahu Baekhyun belum puas sama sekali. "Oh, perlu aku jabarkan?" Nana menggangguk takzim. "Ayah dan ibuku pelaku, kakakku dan ibu dari kakaku itu korban, lalu aku? bukti dari kebejatan ibu dan ayahku." Nana tidak terlalu terkejut saat semua orang tersentak kaget. Tapi Nana lupa, ada Jongin di sini.

Ada jeda begitu panjang saat Nana selesai mengatakan semuanya. Keheningan itu juga yang membuat Nana mengusap wajahnya dengan frustasi. Bahkan saat kakaknya memeluk tubuhnya dari belakang dengan erat. Nana terus mengumpat dalam hati. Ini dia yang membuat Nana sulit mendapatkan teman. Sekalinya marah, meledak sampai hancur emosinya.

"Kelepasan lagi," bisik Nana yang membuat Jongin membalikkan tubuh adiknya. "Baka mitai~" Nana terkejut saat kakaknya ini malah mengakup wajahnya dengan tatapan tajam.

"Dai-jo-bu!" Jongin mengatakannya dengan tegas. "Kau boleh marah." Jongin tersenyum karena adiknya mengerutkan dahi. "Kau ini makin mirip saja dengan Otousan."

"Dame!" pekik Nana sambil memukul lengan kakaknya. "Jangan samakan aku dengannya!"

"Oh, betulan abang adek," Yifan tertawa pelan. "Kalian sama persis, kalo marah, main pukul."

"Ada apa ini?" Yixing yang baru datang menemukan kedua adiknya saling bertatapan. Yang gadis tatapan kesal yang pria terlihat tengil. "Kau apakan Nana."

"Ge! Masa Onisa bilang aku mirip Otousan!" Nana refleks mengadu karena butuh dukungan. "Jahat kan ya?!"

Tentu saja Yixing mengerutkan dahi. Karena sepertinya ada yang janggal. Belum lagi Yixing merasa Nana tiba-tiba terlihat kesulitan menarik nafas. Oh, mata Nana juga mulai berair. Jongin yang awalnya masih tertawa jail, langsung menarik lengan Nana.

"Oh, ya ampun," Jongin bahkan sampai memeluk dan mengelus punggung Nana. "Adikku yang cantik."

..ILYD..

Nana rasanya ingin membatalkan acara jalan-jalannya dengan kakaknya. Karena rombongan sabahat kakaknya itu tiba-tiba ingin ikut. Nana kan hanya ingin berjalan dengan kakaknya, kenapa sih mereka semua. Saat yang lain masuk ke dalam toko entah apa. Nana sengaja masuk ke toko sebelahnya. Jongin tentu mengikuti Nana. Tapi yang membuat terkejur Kyungsoo juga masuk ke dalam toko yang Nana masuki.

Kyungsoo sempat heran, hanya karena kehadiran Nana, semua orang berlagak ingin melindungi Jongin yang tidak butuh sebuah perlindungan sama sekali. Jadi disinilah Kyungsoo yang merelakan diri berdiri di sisi Nana. Dan sekarang ia tengah menatap lekat sebuah dress jersey merah dan tubuh Nana bergantian.

Dress merah maroon sebatas lutut, lengan tiga perempat berbahan poliester, elastane karya Ralph Lauren. Dress polos ini hanya memiliki detail tiga kancing disetiap bahunya. Tubuh Nana yang bagus cocok untuk jenis desain dress slim fit macam ini.

Berkat satu semester menjadi mahasiswa tata busana. Kyungsoo sedikit paham mengenai style yang cocok dan tidak cocok secara umum. Kyungsoo tersenyum kecil setiap kali Nana bertanya pada kakaknya. Cocok atau tidak. Dan kakaknya terus berkata kalau semua pilihan Nana itu cocok.

Berkat sebuah kalimat singkat dari sebuah band bernama Magic. Kyungsoo mengambil gaun merah yang mencuri perhatiannya dan memberikannya pada Nana.

"Hal yang terpenting dalam sebuah gaun adalah siapa wanita yang mengenakannya," Kyungsoo tersenyum kala Nana menatap gaun itu dengan lekat. "Hadiah perkenalan dariku." Kyungsoo tidak mau mendengar penolakan sama sekali.

"Tapi.."

"Gunakan itu saat makan malam denganku."

Jongin sempat bersyukur karena Kyungsoo berbeda dengan temannya yang lain. Kyungsoo bisa dengan nyaman mengobrol dengan Nana. Bahkan Kyungsoo yang menemani Nana makan siang. Iya awalnya Jongin senang, karena ia tidak tahu sebuah fakta yang mengejutkan.

"Penis atau payudara besar?" Kyungsoo bertanya dengan sebegitu frontalnya pada Nana.

"Eh?" Nana tidak tahu kalau Kyungsoo yang pendiam bisa berbicara sefrontal ini. Iya, Nana dibelikan sebuah gaun yang bagus. Tapi ia tidak berpikir untuk berbicara dengan sebegitu terbukanya.

"Pria atau wanita?" ulang Kyungsoo sambil memakan makanannya

"Pria."

Kyungsoo mengangguk pelan. "Penis ya, aku juga lebih suka penis sih, tapi payudara mungkin tidak masalah." Kyungsoo mengatakannya sambil meminum colanya dengan santai.

"Bukan gitu dong konsepnya!" Nana meninggikan suaranya karena terlalu terkejut dengan kesimpulan Kyungsoo. "Buatku personaliti merupakan hal yang lebih penting."

"Jadi kalau ada wanita yang memiliki personaliti yang cocok denganmu, tidak masalah kan?"

"Aku tidak bisa membayangkannya," Nana mengeluh pelan. "Kalau kau bagaimana, yang penting penis?"

"Tidak juga," Kyungsoo kali ini menatap Nana dengan lekat. "Aku mulai berpikir mungkin aku juga bisa menyukai wanita," Kyungsoo mengangguk takzim sambil tersenyum. "Kau mau coba berkencan denganku?" Kyungsoo berkata dengan wajah berbinar dengan sebegitu lancarnya. Berbeda dengan Nana yang terlihat gelagapan. "Sepertinya aku bisa menikah dengan wanita, jika kau orangnya."

Kalimat itu yang membuat mata Nana memincing. Dibandingkan tersanjung Nana merasa teman-teman kakaknya tidak ada yang beres satu pun.

"I love your lips," Kyungsoo bergumam sambil mendesah pelan. Suara itu juga yang membuat Nana begidig ngeri. Ya ampun, kakakku kemana. "Aku sekarang mengerti maksud Yifan yang menyukai bibir Jongin."

"Kau menyukai kakaku?" Nana mulai sedikit merasa lega.

"Tidak, kalian jauh berbeda," Kyungsoo menggelengkan kepalanya dengan tatapan kagum pada Nana. Refleks Nana memundurkan tubuhnya. "Saat kau membalas perkataan Baekhyun kemarin, kau benar-benar terlihat sexy," Kyungsoo bahkan menangkupkan wajahnya dengan sebuah desahan frustasi. "Semalaman aku tidak bisa tidur karena seorang gadis bernama lengkap Nana Nakashima." Yifan dan Luhan bahkan tidak bisa membuat Kyungsoo seperti ini.

"Apa yang kalian bicarakan?" Jongin menghampiri Nana dan Kyungsoo karena Kyungsoo mengusap surainya dengan frustasi. Jongin pikir Nana kali ini bertengkar dengan Kyungsoo.

"Temanmu baru saja mengajakku berkencan."

"Hah?" Bukan hanya Jongin yang terkejut. Baekhyun, Sehun dan Jongdae sama terkejutnya dengan Jongin. Itu jawaban paling tidak terduga.

"I found my Aphrodite." Kyungsoo tersenyum dengan wajah sumringah yang sedikit menakutkan.

"Mau kau kemanakan Luhan?" Baekhyun tahu kalau Kyungsoo itu panseksual sama seperti Chanyeol. Meski mereka semua tahu Luhan berselingkuh. Tapi kan mereka belum putus.

"Luhan? Xi Luhan yang itu?" Nana bertanya pada kakaknya.

"Iya, Xi Luhan yang itu."

Nana hanya bisa membekap mulutnya tanpa bersuara. Nana ingin menangis saat Jongin memberikan tatapan mengkasihani.

..ILYD..

"Aku harus ke Shanghai," Yixing duduk mengahadap dua adiknya. "Memangnya kalian tidak bisa mengundurkan jadwal?" Yixing heran karena Jongin bersikeras dia harus pergi. "Memangnya disana ada apa?"

"Sehari sebelum ulang tahun Chanyeol." Jawaban Jongin membuat mulut Yixing membulat meski pun berakhir dengan kerutan di dahinya. "Aku dipaksa Ariela untuk makan malam dengan Chanyeol."

"Oke, kau menginap di rumah Kyungsoo," Yixing jauh lebih khawatir kalau adiknya bersama asisten ibunya di rumah. "Kenapa lagi?" Yixing gemas karena Jongin terlihat tidak setuju.

"Kau ikut denganku saja bagaimana?" Jongin lagi-lagi mendapatkan Nana menggelengkan kepala.

"Aku tidak mau mengganggu kencan kalian," Nana berkata dengan nada jenaka. Lucu saja melihat kakaknya galau karena mengkhawatirkannya. "Aku menginap di rumah Kyungsoo saja."

..ILYD..

"Aku tidak akan menghamili Nana." Kyungsoo memberikan celetukan yang menyebalkan saat Jongin mengantar Nana ke rumah Kyungsoo. Justru itu yang membuat Jongin khawatir. "Aku yakin Nana makin menjauhiku kalau melakukan hal sejauh itu," Kyungsoo menatap Nana dengan cara yang tak pernah Jongin lihat. Seperti tatapan Ariela melihat cake coklat tapi sudah makan 4 cake sekaligus sebelumnya. "Bersama karena terpaksa tidak pernah menjadi hal yang menyenangkan."

Pada satu titik itu, Jongin rasa percaya pada manusia itu memang harus ada batasannya. Dengan gegabah manusia belo itu malah mengajak Nana ke Dubai. Iya, dengan tidak merasa bersalahnya Kyungsoo mengajak Nana. Dan dengan tidak ada ragu sama sekali, Nana mengiyakan. Sekarang tinggallah Jongin bersama Yifan di pesawat menuju Italia yang berniat bertemu dengan lukisan Gentile Bellini.

"Belo sialan!" sepanjang penerbangan Jongin terus mengucapkan kalimat itu.

"Kau tidak percaya pada Kyungsoo?" Yifan bertanya dengan heran.

Yifan tidak tahu sih kalau sahabat Jongin itu diselingkuhi oleh sahabatnya sendiri. Parahnya, Kyungsoo jadi sedikit gila dan mengejar Nana. Meski Nananya sendiri mulai menanggapi kelakuan Kyungsoo dengan biasa saja. Nana juga kenapa daya adabtasinya bisa secepat itu.

Yifan baru kali ini melihat Jongin kelimpungan. Seorang kakak yang khawatir dengan adik perempuan yang liburan dengan sahabat laki-lakinya. Fakta bahwa Kyungsoo itu tidak hanya menyukai pria tapi juga wanita, tentu membuat Yifan kaget. Tapi Kyungsoo kan sudah punya Luhan. Lagi pula Kyungsoo bukan tipe yang akan melecehkan adik dari sahabatnya sendiri. Yifan jadi membanyangkan kalau nanti mereka punya anak. Apa Jongin juga akan seperti ini?

"Kalau begini ceritanya seharusnya aku meminta Noburu menjaga Nana," Jongin tanpa sadar menyebut nama salah satu body guard andalan perusahaan ayahnya. "Kyungsoo sialan."

Yifan yang tengah tiduran miring di atas kasur hanya bisa tersenyum setiap Jongin mengumpat. Lagi pula, Jongin tahu kalau Nana dan Kyungsoo menyewa flat dengan dua kamar terpisah. Masih saja khawatir.

"Kau kan pernah lihat sendiri, Kyungsoo kalau mabuk macam apa?" Jongin tanpa sadar malah melampiaskan rasa kesalnya pada Yifan. "Ah ya, waktu itu kau juga sedang berpacaran dengan dr. Xiumin," jadilah Jongin teringat kenapa Kyungsoo jadi hilang kendali macam ini. "Sialan memang dokter satu itu, Luhan juga sama brengseknya, tapi kalau Chanyeol tidak berbuat sejauh itu, Nanaku tidak akan terseret juga!"

Yifan mengerutkan dahinya dengan ucapan ngelantur Jongin.

"Kalau dulu aku tidak menerima Chanyeol, damai pasti hidupku!"

"Makanannya lain kali hati-hati, pacaran kok dengan triad." Pancing Yifan yang sebenarnya ingin meminta penjelasan.

"Ya mana aku tahu," Jongin juga salah sih, baru kenal beberapa minggu langsung main terima saja. "Aku juga tidak tahu dia akan segila itu."

"Segila apa?"

"Melacak dan menyabotase cctv di tempat yang sering kau kunjungi untuk membuat bukti kalau kau tidak benar-benar menyukaiku," Jongin menjelaskannya dengan cepat. "Tapi yang dia temukan malah bukti kalau Luhan dan bermain dibelakang Kyungsoo," Jongin masih terus melanjutkan ceritanya tanpa rem sama sekali. "Dua bulan si belo itu menyimpannya sendiri tanpa memberitahu siapa pun, Luhan juga tidak juga menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri hubungannya dengan Kyungsoo dan dr. Xiumin," Jongin bercerita masih sambil berjalan mondar-mandir. "Kyungsoo sepertinya memilih untuk menjadikan Nana sebagai alasan untuk putus dengan Luhan." Kesimpulan dengan penuh prasangka buruk yang membuat Jongin terdiam.

Reaksi Yifan yang awalnya biasa saja menjadi kelam membuat Jongin membekap mulutnya dengan keras. Kalau Kyungsoo tidak membawa Nana, Jongin jamin ia tidak akan keceplosan menceritakan ini semua pada Yifan.

"Jadi selama ini Chanyeol masih mengejarmu?" Yifan yang awalnya tiduran mulai merubah posisi menjadi duduk karena Jongin memilih duduk di sofa yang jauh dari ranjang. "Sejauh mana?" Yifan kini mendatangi Jongin yang akhirnya diam. "Kalian masih bertemu?"

Jongin menggelengkan kepalanya dengan cepat. Ringisan Jongin membuat Yifan semakin kesal.

"Segila apa Chanyeol?" Yifan memulai interogasinya. "Sejak awal aku sudah curiga saat kau tidak menolak liburan denganku ke sini," Yifan masih ingat sifat Jongin yang tidak suka menghamburkan uang untuk hal yang tidak penting. "Apa karena Chanyeol?"

"Ariela," Jongin menyerah. "Ariela memintaku untuk makan malam dengan Chanyeol sebagai hadiah ulang tahun," Jongin mengerut saat Yifan melotot. "Ih! Di sini kan tidak ada Luis atau Tommy, kenapa harus semarah ini?"

"Aku tidak marah, aku khawatir," Yifan menarik kedua pipi Jongin. "Kenapa istri Chanyeol malah menawarkanmu jadi hadiah?" Yifan kok merasa janggal.

"Karena Chanyeol punya banyak simpanan yang mirip denganku." Jongin menjawab dengan suara meringis.

"Mirip dengan wajahmu?" Yifan melebarkan matanya.

"Wajah, sifat, tingkah laku, apa pun itu kata Ariela."

"Berapa banyak?" Yifan jadi penasaran tapi Jongin malah mengerutkan dahi. "Berapa banyak simpanan Chanyeol yang mirip denganmu?"

"Kata Ariela sih tujuh."

"Wah, sakit tuh orang," Yifan menatap Jongin yang tengah memeluk tubuhnya sendiri. "Kau tidak senang?"

"Kalau kau jadi aku apa kau senang?" kebiasaan, malah balik tanya.

Tapi pertanyaan Jongin membuat Yifan membayangkan Luis melakukan hal yang sama. Oh, untung Luis tidak sejauh itu. Refleks Yifan malah tersenyum lega pada Jongin.

Balik ke masalah awal. Dari pada membuat Jongin memikirkan Chanyeol dengan segala ketidakwarasannya. Lebih baik Jongin memikirkan adiknya saja. Wait, Yifan punya ide yang lebih baik. Misalnya memenuhi bath up dengan air hangat.

Jongin yang masih bertarung dengen pikirannya sendiri. Heran melihat Yifan sudah berdiri di depannya. Jongin mengerutkan dahi saat kekasihnya ini melepas satu persatu kancing kemeja yang dikenakannya. Yifan sedang mempertontonkan tubuh bidangnya dihadapan Jongin yang melongo. Jongin juga bingung saat Yifan menarik tangan Jongin yang ternyata masih dalam posisi memeluk tubuhnya sendiri. Tanpa banyak bicara, Yifan dengan santainya membugili tubuh Jongin.

"Waktunya merayakan ulang tahun Chanyeol."

Senyum miring Yifan direspon Jongin dengan menelan ludah.

..ILYD..

Jongin berniat menjemput Nana dan meceramahi adik satu-satunya ini. Tapi yang ia temukan malah sebuah adegan mengkhawatirkan yang melibatkan sekelompok triad.

"Dia itu adiknya Jongin," si calon ketua triad yang berkata. "Masa kau jadikan adik sahabatmu sebagai pelarian."

"Aku tahu kau mengincarnya juga," Kyungsoo menarik lengan Nana untuk berdiri dibelakangnya. "Mau bagaimana pun Nana punya wajah yang mirip dengan Jongin."

Nana itu memang memiliki wajah yang serupa dengan Jongin. Bedanya hanya jenis kelamin dan postur tubuh. Nana memiliki tinggi yang beberapa senti lebih pendek dari Kyungsoo.

"Memang salah kalau Chanyeol mengincar Nana?" Ariela yang bertanya.

"Salah," Kyungsoo menjawab dengan tegas. "Kau itu istrinya, kok malah mendukung suami selingkuh."

"Selingkuh?" Ariela menggelengkan kepalanya. "Aku tidak masalah jika Nana menjadi istri kedua Chanyeol."

"Kalau aku tidak mau, apa kaki dan tanganku akan dipatahkan juga seperti kakakku?" Nana mengitrupsi sambil mengangkat tangan kanannya.

"Kalau terpaksa." Lagi-lagi Ariela yang menjawab.

"Oh, kalau begitu, sebelum kau mematahkan kaki dan tanganku, aku harus patahkan dahulu leher kalian."

Perkataan tak terduga dari Nana membuat semua orang melotot. Loh kok jadi nantangin anak satu ini. Keadaan hening macam ini malah membuat Nana tertawa.

"Aku bercanda," Nana mengangkat bahunya dengan pelan. "Terimakasih sudah menyukai kakakku sampai melakukan hal sejauh ini," Nana tersenyum senang pada Chanyeol. "Kalau disuruh memilih, aku lebih memilih bersama Kyungsoo," Nana menatap Chanyeol dan Kyungsoo bergantian. "Aku harap kalian tidak baku hantam hanya karena aku memiliki wajah yang mirip dengan kakakku, karena mau bagaimana pun kami itu berbeda."

Jongin tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi sebelum terjadi hal yang tidak menyenangkan. Jongin memanggil nama adiknya itu dengan keras.

"Onisan!" teriak Nana dengan suara sumringah. Adiknya ini bahkan berlari sambil merentangkan kedua tangannya. Jongin jelas langsung menyambut pelukan Nana meski sempat terkejut karena Nana mengecup pipinya dengan dalam. "Tasukete!" bisik Nana.

Halah, suruh siapa nantang triad. Jongin menghampiri Kyungsoo yang memegang koper Nana.

"Kalau hanya bermain-main, tinggalkan adikku tapi kalau kau serius, tunjukkan padaku." Jongin mengatakannya sambil menarik paksa koper adiknya.

Jongin menarik tangan Nana untuk menjauh dari ketiga makhluk berbahaya. Jongin bahkan sengaja tidak menatap Ariela dan Chanyeol. Bukan karena tidak peduli, Jongin masih punya rasa takut.

"Kau ini!" Jongin menjitak pelan adiknya yang baru saja mengenakan sabuk pengaman.

"Maaf sudah merusak kencanmu." Nana sempat-sempatnya bergurau dengan nada jenaka.

"Bukan itu, kalau Okasan dan Otousan tahu, matilah kita berdua."

Nana tertawa dengan ringisan pelan. Dia tidak memposting apa pun saat di Dubai. Kyungsoo sih iya, tapi kan mereka tidak saling memfollow atau apa pun disana.

"Lagian ngajak liburan tanpa modal." Keluh Jongin yang ingat betul itu tiket dari Luhan.

"Tanpa modal?" Nana ingat kok kalau hotel yang mereka pilih itu atas permintaan Nana. "Dia pesan tiket pesawat di depanku kok," Nana jadi ingat kalau Kyungsoo punya pacar. "Hotelnya malah aku yang pilih," Nana menemukan Jongin yang mengerutkan dahi. "Dia juga bersikeras membayar semuanya, tapi aku memaksa setidaknya membayar makan siang kita selama disana."

"Kyungsoo itu perhitungan loh." Jongin ingat betul satu hal ini. Kok bisa manusia belo itu jadi royal macam ini.

ILYD 28/End

Selingan bentar

Tema Brother-Sisternya bakalan dibuat 2 chap, kalo gak suka skip aja

Oh, semoga suka