Uzumaki Palace

Akhirnya sampai. Semua pekerjaan selesai. Tak terkecuali masalah yang berdatangan. "Aku pulang" teriakku. Kutunggu respon seseorang. Tak ada.

'a-apa dia keluar malam begini?' kini aku berada di tangga dan menuju kamarnya. "Kyuubi?" panggil ku tak lupa mengetuk. Pintunya tidak ditutup dengan baik jadi itu terbuka saat kuketuk.

Seorang perempuan terlihat berbaring diatas kasur dengan tubuh yang menghadap kebawah. 'Ah, dia tidur' kumatikan lampu kamarnya. Aku tak tahu kalau Kyuubi bisa ceroboh seperti ini.

Setelah kamar Kyuubi. Berikutnya kamar Naruto. Kamar mereka berdua berdekatan jadi tak butuh waktu lama aku sampai.

#Cklek

Hmm. 'Dikunci?'

#Cklek-clek-clek

Apa dia berada di dalam? Kurasa tidak. Kyuubi mengatakan kalau Naruto selalu pulang sejam sebelum aku pulang. Ini masih jam 8 malam. Jadi sudah pasti dia belum ada.

Kuambil tasku yang tadinya kutinggalkan di meja lantai bawah ruang makan. Lalu kembali. "kalau tak salah kuncinya yang ini" gumamku pelan. Beberapa kunci duplikat rumah ada bersamaku. Jadi mana mungkin, aku sebagai tuan rumah tak dapat mengakses apapun.

Ah, kebuka.

Segera aku masuk kedalam. 'a-apa-apaan dengan kamar ini..' batinku terkesan. Kamar yang sangat-sangat minimalis. Begitu juga dengan suasana yang terasa berbeda. Kasur yang entah kenapa terlihat empuk serta ingin kutiduri. Padahal kasur itu kubeli sama seperti milik Kyuubi.

Dia juga mempunyai laptop yang sama sekali tak pernah kubelikan. Ku coba membuka laptopnya tersebut. Tapi nihil. Ada terdapat password di dalamnya.

Setelah kumatikan. Aku berpindah tempat duduk dari kursi ke tepian kasur. Sebelum aku mencoba berbaring. Suara seseorang menghentikanku.

"Apa yang kau lakukan?"

"Eh!? A-ah Na-Naruto!" Saking terkejut refleks aku langsung berdiri. Aku yakin wajahku memerah sekarang ini. Tapi untuk menjaga sikapku. Aku menatapnya dengan datar dan bertanya.

"Pu-pulang juga kau anak sialan"

"Ha? Aku pulang di jam yang masih aman"

"Aman? Ini sudah jam 8:23 p.m. kau pikir ini masih aman?" Dih. Apa yang kukatakan. Tentu saja jam ini masih aman untuk seorang lelaki. Namun kenapa aku malah membentaknya.

Mata sebiru laut itu menatapku lebih dalam sebelum terpejam. "Hn. Baik terserah. Aku… minta maaf. Tapi bisakah kau keluar sekarang?" ucap Naruto masih memejam mata. Ada yang beda dengan sikapnya. Kemarin dia seperti… angkuh. Namun sekarang…

Kedua mata biru itu terbuka. "bisakah kau cepat?" pinta Naruto. Aku pun menurut. Saat aku mencapai pintu itu. Aku yakin dia akan menghentikanku sebelum aku keluar. Itu sudah past,-

#Cklek

Eh? Di-dia menutup…

'Si-sialan! A-aku tidak dihentikannya?!' jeritku. Segera aku berbalik dan mengetuk. Pintu itu terbuka. "hm ada apa?" tanya dia malas. "Ka-kau! A-apa yang kau lakukan!" terkejut dengan aku yang tiba-tiba marah. Dia melihatku dengan tampang penuh tanya sebelum. "ha?" aku terdiam. Namun menatapnya dengan tajam sekaligus menggeram.

Aku tak tahu permainan apa yang dia pikirkan terhadapku. Tapi, setelah membuang kesempatanku bertemu dengan para tokoh-tokoh penting dan berpengaruh. Dan membuatku memakai strategi laporan karyawan, karena tak ingin membuang waktu. Dan lebih terutama nya lagi, Pria ini selalu berada di benakku sejak pagi. Dan malah respon ini yang kudapatkan.

Ucapannya yang berikut malah membuatku makin tak terima…

"Oioi. Cepatlah aku mengantu,-"

#PLAKK!

…Kutampar dia.

#PLAKK!-PLAAKK!-PLAAAKKK!

"GYAAAA! SA-SAKIT! HE-HEN,-"

#PLAAKKK!-PLAAKKK!-PLAAAAKKK!

"AHHHH! NA-NA-NARUTO! I-INI TERLALU SAKIT!"

Sekuat tenaga aku berteriak. Sekuat tenaga aku memohon. Sekuat tenaga aku menjerit kesakitan. Semua dihiraukan. Ini benar-benar sudah keterlaluan. Memang benar ini yang kuharapkan. Awalnya terasa enak.

Saat dia mengangkat lalu melemparku kekasurnya. Kunikmati. Apalagi bau kasurnya yang lebih mendorong gairahku. Bahkan aku sedikit klimaks. Dan pada saat dia mendekat. Badanku dibungkuk kasar sehingga pantatku mengarah padanya. Rok kantoranku tiba-tiba di robek sampe ke pinggang.

Dan inilah yang terjadi.

"Aku tak peduli"

#PLAKK!

"Yang kubutuhkan permintaan maaf. Bukan desahanmu"

#PLAAKK!-PLAKKK!-PLAAKK!

"AAAAAAAAAAKU MMINTA MAAFF!" teriakku cepat tak peduli jika Kyuubi terbangun.

Mendengar perkataanku Naruto berkata. "hm, bagus" kemudian mengelus-elus pantatku. Sama seperti kemarin. Tak lama itu dia membuatku berjanji kalau. Aku tidak akan pernah melakukan kekerasan dimulai dari sekarang.

Dan aku setuju.

Badanku yang dari tadi membungkuk. Diangkatnya dan sekarang kami berdua saling berhadapan.

"Baik. Kau bisa pergi sekaran,-"

#PLAKK!

Sadar dengan perbuatanku. Aku membungkuk dengan sendirinya. Baru 3 detik perjanjian itu dibuat dan aku melanggarnya.

Setelah terdiam lama. Kurasakan tangan kekar itu memegang pantatku. Tak ada suara orang terdengar. Pergerakan itu dilakukan dengan kesunyian. Kulihat kain kecil yang barusan dia lempar kesebelahku. Thong hitam.

Aku tak tahu bagaimana bisa. Tapi, kain atau lebih tepatnya celana dalamku. Begitu saja terlepas tanpa sepengetahuanku. Kupalingkan kepalaku saat mendengar suara resleting terbuka.

Aku terpaku. Sekumpulan daging berotot itu mengacung gagah sesaat dia menurunkan boxernya. Dalam hati aku menjerit tidak percaya apa yang kulihat.

'Tak mungkin. Ini sama sekali tidak mungkin! Ukuran sebesar itu takkan mungkin beneran!' seperti itu. Kesadaranku kembali saat dia dengan kasar menarik pantatku. Tahu apa yang akan diperbuatnya, aku panik.

"TUNGGU NARUTO! CO-CONDOM!" melihat teriakanku diabaikan. Aku mencoba meraih tas di hadapanku. Namun tak bisa. Sekuat tenaga aku mencoba tetap tak bisa. Padahal sudah kukorbankan harga diriku sebagai director ternama dengan sempat singgah di supermarket kecil hanya untuk membeli pengaman itu. Dan dia membuat pengorbananku itu…

"T-T-TIDAK! T-TIDAK MUNGKIN BE-BENDA ITUU BISA MASUK! SE-SETIDAKNYA BIARKAN AKU MELICINKANNYA,- GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriakku menggila. Rasa sakit ini sungguh luar biasa. Penisnya itu di keluar masuk dengan cepat dalam vaginaku. Aku pasrah. Kupejam mata dengan kuat. Serta ku tutup kuat suaraku dengan gigi. Masih ada desahan kesakitan yang keluar. Namun itu cukup.

Aku tak ingin Kyuubi melihatku dalam keadaan seperti ini.

Tak kuat menahan sakit. Tanganku melemas sehingga membuat bagian atas tubuhku jatuh terbenam di kasur. Kucium bau kasur Naruto. Anehnya, itu berhasil membuatku sedikit tenang. Segera kutarik kasurnya itu mengelilingi kepalaku. Beberapa menit kemudian pingsan.

Saat aku bangun. Dia masih mengentot ku. Namun dengan gaya missionary. Aku tak tahu seberapa lama aku hilang kesadaran. Rasa sakit yang kurasakan tadi berganti dengan kenikmatan. Aku pun mendesah dengan penuh kenikmatan.

"ah ah ahhnn!" desahku capai klimaks. Beberapa menit telah berlalu, dan sudah kedua kalinya aku dibuat keluar. Mataku tiba-tiba ditutup olehnya saat bangun tadi. Apa dia tidak ingin melihatku? Entahlah. Kurasakkan penisnya tiba-tiba berdenyut dan sedikit membesar.

"Ah ah ah. Ja-jangan di dalam.." ucapku lemas. Pandangan mataku terbuka. Tangan yang tadi menutup mataku kini dimasukkan ke belakang lutut kakiku lalu menindisku. Membuat penis panjang dan besar itu menggali lebih dalam rahimku.

Aku yakin lubang vaginaku murni menjadi pas dengan penis Naruto. Dan mainanku (dildo) tak akan lagi memuaskanku. Aku yakin itu.

Wajah kami berdua sudah sangat begitu dekat. Namun pandangannya mengarah ke arah bawah. Kesal, kucium dia. Lalu dibalas balik. Dalam sela-sela ciuman itu sebelum dia memasuki lidahnya ke dalam mulutku. Aku terlebih dahulu merembas masuk.

Takkan kubiarkan dia berkuasa. Setidaknya tidak di bagian mulut.

Kurasakan lidahku di emut-emut di dalam mulutnya. Selama 3 menit kami berada dalam posisi seperti itu dan hp Naruto berbunyi.

Kupikir dia akan berhenti seperti kemarin. Sebelum aku berniat menahannya. Naruto malah lebih mempercepat gerakannya. "ja-jaaana,- ughh!" desahku. Sperma nya yang hangat masuk tepat ke rahimku.

Cairan putih itu kemudian ikut keluar seiring Naruto mencabut penisnya. Aku mendesah pelan. Tak kusangka sangat banyak.

Lama Naruto berbincang. Waktu itu ku manfaatkan untuk mengumpul tenaga. Kuraih isi dalam tasku dan mengambil suplemen. Suplemen itu untuk menambah tenaga. Begitu juga dengan botol kaca kecil yang di tanganku ini.

Waktu aku meminumnya aku melihat Naruto dan dia melihatku balik. "heh, jadi bukan cuma condom yang kau beli.." ucapnya meremehkan. Dilepas hp nya ke atas meja dan membalikkan kursi. Dia yang tadi membelakangiku kini berhadapan.

"Apa kau ingin… aku melanjutkannya.. Kaa-san?" ucapnya lagi namun terdengar sensual saat dia memanggilku. Aku tak menjawab. Kuacuhkan dia dengan terus meminum obat di botol.

Dia tertawa. "haha.. baik-baik. Tapi sebelum itu.." lalu menjadi serius.

"..Kaa-san, ada yang ingin kubicarakan padamu"

.1

Setelah perkataannya kemarin. Tak kusangka dia berbohong. Kemarin Naruto berkata, kalau dia akan membicarakan hal penting. Dan dia malah "hm, setelah dipikir-pikir. Besok saja…" membuatku lebih penasaran.

Mah. Tapi setidaknya, malam itu kita bercinta sampai pagi. Jadi kumaafkan.

Tapi, lagi-lagi ini sudah keterlaluan..

Ini sudah pukul jam 12 malam. Bahkan telah berganti hari. Dan dia belum pulang-pulang juga.

Kyuubi mengatakan kalau Naruto menghilang entah kemana serta tak balik saat istirahat sekolah. Itu berarti, itu disekitaran jam 10. Mana nomor hpnya tak kutahui lagi. Begitu juga dengan Kyuubi.

Kutarik nafas dalam-dalam.

Apa ini ada hubungannya dengan kemarin? Mungkin. Naruto terlihat serius saat itu. Mungkin sedikit lagi dia akan pulang.

Hp ku berdering setelah beberapa menit berlalu. 'Unknown..?' gumamku pelan. Langsung kutekan reject. Tak lama hp ku berdering kembali. Kali ini aku abaikan.

Tapi, betapa bodohnya aku saat mendengar voicemail yang ditinggalkan. "aku tak akan pulang hari ini" itu suara Naruto. Kuambil hp ku lagi dan kembali menghubungi.

"Telepon yang anda tuju tidak dapat dilakuk,-" operator sialan. Kucoba menghubunginya lagi dan lagi. Tapi tak berhasil. Terakhir kali aku mencoba, 1 pesan masuk.

Naruto.

Huft…

Hampir saja ketahuan…

Kenapa juga Kyuubi belum tidur di jam seperti ini…

Dengan berpakaian baju keluar. Aku memasuki kamar Naruto. Dan mengambil beberapa barang. Dia menyuruhku mengambil laptop beserta tasnya.

Kuperhatikan kamar Naruto sebelum keluar.

Kasurnya berwarna pink? Kemarin malam sampai pagi aku yakin itu masih berwarna putih. Ah tidak-tidak. Aku disuruh Naruto cepat.


"Naruto.. ayo kita lakukan disini.." Ucap Kushina dengan sensual. Wanita merah yang hanya berpakaian dalam itu. Terlihat berusaha mencoba merayu pemuda pirang yang lagi duduk serta melihat pemandangan yang ada di luar jendela.

Dalam hati wanita itu. Hanya dengan menampar si pirang itu. Dia seharusnya sudah mendapatkan apa yang di inginkannya. Tidak dengan cara bermohon seperti pelacur seperti ini. Tapi, mau bagaimana lagi. Setiap tamparan yang di berikan. Selalu dapat di tahan Naruto semenjak 2 hari yang lalu.

Kebingungan, Kushina pun hanya bisa berpikir seperti sekarang ini. "Naruto.." ucapnya lagi memohon. Dia yang tadi duduk di sebelah Naruto. Kini berada di bawah pemuda pirang itu. Menjongkok seraya meraih retsleting dengan gerakan pelan dan berniat menariknya.

"Hentikan Kaa-san. Kau terlihat seperti pelacu,-"

"Tapi aku menginginkannya!" Potong Kushina. Wanita merah itu tampak cukup kesal saat Naruto mengatakan kata yang tidak seharusnya dipanggil untuk wanita terhormat sepertinya. Dengan menggunakan kekerasan. Kushina berusaha menyingkirkan satu tangan kekar yang menutupi retsletingnya.

"Ah. Oi apa yang kau lakukan? He-hent,- Baik-baik aku paham!" Kata Naruto cepat. Menghentikan mulut Kushina yang sedikit lagi menyentuh kulit tangannya.

Pasrah. Naruto kemudian berkata "Sekarang berdiri dan menghadap kemuka" yang dituruti wanita merah itu dengan cepat. Setelah Kushina melakukan tersebut betapa senangnya dia mendengar suara retsleting terbuka. "Hm, sebentar. Aku akan membuatnya berdiri" Penasaran perkataan Naruto seperti itu. Kushina curi-curi pandang melirik kebelakang tanpa berputar. Dilihat Pemuda pirang itu yang kini memegang penisnya dengan tangan kanan.

Aksi mengocok itu. Mau tak mau membuat Kushina terangsang. Apalagi dengan pemuda pirang itu dengan seenaknya. Menjadikan bagian tubuh belakangnya sebagai alat untuk membuat milik si pirang itu berdiri.

Beberapa detik berlalu. Pantat Kushina tiba-tiba di pegang lalu kemudian mengarah ke celana dalamnya. Tak pake lama. Celana dalam berenda hitam itu di robek. Kushina tidak akan terkejut lagi. Sudah 3 hari belakangan ini Naruto merobek semua celana dalamnya. Total yang di robeknya ada 9(1). Yaitu 3 untuk bh dan 6(1) untuk cd.

Kalau saja Naruto tahu betapa mahalnya dan dibutuhkan pengorbanan yang sangat lama untuk Kushina memilih sepasang pakaian dalam itu dengan teliti. Mungkin pemuda itu akan sedikit menghargainya. Tapi, Kushina tak peduli. Malahan dia makin terangsang dengan perlakuan itu.

Naruto kemudian memegang pinggul Kushina lalu menariknya ke bawah secara kasar. Alhasil. Kushina duduk di pangkuan Naruto. Yang pangkuan itu tersebut, terdapat benda besar yang berdiri dengan kokohnya ke atas. "GYAAAAAA!" Teriakan Kushina menggila. Tanpa ampun, pinggul pemuda itu di naikkan dengan sangat kuat dan cepat. Sehingga merusak isi dalam vaginanya.

Desahan-desahan Kushina menguasai isi pesawat. Sebelum Naruto memasukkan jarinya ke dalam mulut. "Hm, hm. Slurp, slurp." Dihisap kedua jari pemuda itu serta menaik turunkan pinggulnya. Berniat membantu Naruto agar dapat merasakan kenikmatan yang lebih.

Beberapa menit mereka melakukan itu, sebelum Kushina mengatakan dia akan segera klimaks. Segera Naruto mengangkat kedua kakinya lalu mendempetkan dengan sangat keras ke arah tubuhnya.

Sudah 2 kali gaya sex ini, Naruto lakukan padanya. Tapi, Kushina sama sekali tak dapat terbiasa. Bukan berarti ini tidak enak. Justru sebaliknya. Gaya sex ini sangat menyakitkan dan tidak nyaman. Membuatnya lebih bergairah. Apalagi dengan Naruto yang menaik turunkan pinggulnya dengan cepat dan bertenaga ke dalam lubang vaginanya.

"ah! ah! ah! ah! ah! ah!" desah Kushina di setiap tusukan Naruto. Beberapa detik kemudian mereka berdua klimaks. Kushina menatap langit pesawat pribadinya dan mengerang. Wajahnya menguat seperti menahan sesuatu yang sangat geli. "UHHNNNNNG!". Beriringan dengan desahannya itu. Cairan putih kental menyembur menghiasi rahimnya. Cukup lama Kushina mendesah, lalu berhenti saat dirasa tak ada lagi semburan yang akan datang.

Naruto melepas kaki Kushina dan menyuruhnya untuk berdiri. Walau enggan. Kushina menurut. Kedua kakinya terlihat gemetaran saat berdiri.

"hm.. tak kusangka sebanyak ini" ucap Naruto kagum melihat cairan putihnya berjatuhan ke lantai. Dia pun memasukan 1 jarinya di lubang pantat wanita itu. "Ahh!" Kejut Kushina hampir rubuh. Kedua tangan wanita itu berusaha memegang bangku pesawat di hadapannya. Berniat membantu kakinya agar tidak rubuh.

Ini pesawat pribadinya. Jadi sudah pasti tidak ada orang yang ada disini. Kecuali 2 pilot yang ada. "Na-naruto.. k-kau bisa memasukannya disana.." ucap Kushina menderuh.

"Aku sudah berjanji akan melakukannya setelah tiba di pulau" balas Naruto. Tangan pemuda itu mengambil cairan putih yang berjatuhan dari dalam vagina lalu di masukan ke dalam lubang pantat Kushina. "Ta-tapi.. kau bisa melakukannya sekarang." Paksa wanita itu.

Menduga akan berkata itu. Naruto menghentikan aktifitas memasukannya lalu menyeringai. Dipegang pinggul Kushina dengan kuat. "Baiklah kalau kau memaksa Kaa-san" Lalu menariknya dengan sangat kuat dari yang tadi.

Seperti hewan buas. Kushina berteriak. "GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!". Wanita itu sudah tak peduli lagi kalau desahannya terdengar oleh kedua pilot. Sekarang ini, yang dipikirkan wanita itu ialah. Menyingkirkan penis itu dari lubang pantatnya. "Sa-sakit! Sakit! Sakit sekali! Na-Naruto! cabut! Cepat ca-cabut! Sekarang!" mohon Kushina dengan cepat. Mata onyx miliknya berkaca-kaca.

"Hm? Cabut? Bukannya tadi kau ingin,-"

"Ti-tidak! A-aku tidak tahu kalau sesakit ini! Ku-kumohon ca-cabut!" mohonnya lagi. Air mata mulai berjatuhan. Di area lubang pantatnya sangat kesakitan. Sangat sulit untuk menjelaskan seberapa sakitnya benda besar itu menggali secara paksa serta membesarkan lubang pencernaannya. "Apa maksudmu Kaa-san? Kau tinggal berdiri saja kan?" balas Naruto tak berniat membantu.

Dengan gemetaran. Kushina memegang pinggiran bangku di hadapannya. Badan serta lututnya bergetar hebat seraya dia dengan sangat pelan berdiri. Ya, harus dengan sangat pelan. Itu karena untuk mengurangi rasa sakit di lubang pantatnya dari penis besar itu. Pada saat wanita itu berpikir tinggal sedikit lagi dan penis itu terlepas. Naruto menyentuh siku kaki Kushina dengan lutut kakinya. Pelan. Hanya pelan. Hasilnya...

Kushina terjatuh dan lagi-lagi penis pemuda itu menusuk tepat di lubang pantatnya. "OOOOH!" Mulutnya kemudian di buat menyerupah O. Sebelum menjadi horor saat Naruto berkata tepat di belakang telinganya. "Masih ada 4 jam untuk sampai ke tujuan Kaa-san… biarkan aku menikmati pantatmu." Kushina yang masih ingin berusaha memohon lagi. Dihiraukan, dengan kedua tangan kekar memegang kedua dadanya lalu diremas dari balik bra.

Naruto kemudian memegang kedua dada Kushina dan meremasnya dari balik bra. Lalu berkata di belakang telinganya "Masih ada 4 jam untuk sampai ke tujuan Kaa-san… biarkan aku menikmati pantatmu." Horor mendengar perkataan itu. Kushina berusaha memohon kembali namun dihiraukan.

"hi! Ti-tidak, Gyaaa! Uhnng! AH!"

Setelah 20 menit di paksa bermain. Wanita itu akhirnya pingsan. Namun bangun kembali setelah setengah jam berlalu. Walau begitu, Naruto, sejak tadi masih tak berniat menghentikan kegiatan menusuknya. Di dalam lubang pantat dan sampai di perut. Kushina dapat merasakan cairan putih kental, dengan jumlah yang sangat banyak berada di dalam situ. Tampaknya, selama wanita itu pingsan. Naruto sempat klimaks sekali dan setelah 3 menit berlalu sejak wanita itu bangun. Gelombang kedua, datang menyembur isi dalam perut Kushina. Dengan begitu, perutnya kembali menghangat. Ekspresi wajah Kushina terlihat menguat. Mulutnya lagi-lagi dibuat menjadi O bersamaan dengan Naruto yang meremas dada kanannya dari belakang dan meraih puting itu dengan mulut. Lalu digigit dengan kuat.

"OOOOHHHHHH!"

Pada akhirnya, suara desahan Kushina berhenti saat mereka sampai tujuan.