Liburan musim panas, Naruto dan Kushina diberikan waktu untuk liburan ke pantai bersama beberapa rekannya yang lain, dia segera bergegas untuk pergi ke penginapan dan meletakkan barang mereka, serta pergi ke pantai untuk menikmati deburan ombak serta pasir pantai.
Naruto by Masashi Kishimoto.
Warning: OOC, AU/Semi-canon, Typo, Lemon, Smut! Incest, Alive!Kushina
Pairing: Naruto x Kushina.
...
..
.
Ke pantai!
...
Naruto saat ini tengah membawa beberapa barang yang biasa dibawa ke pantai, dia menghela napas setelah sampai ke sebuah penginapan yang menjadi tempatnya tinggal sementara, pemuda berusia delapan belas tahun itu meletakkan barang-barangnya ke sudut ruangan lalu duduk di sebuah kursi empuk, dan meletakkan kepalanya di atas meja, ia mengabaikan sosok wanita berambut merah panjang yang tengah berkacak pinggang menatap Naruto dengan tatapan tajam.
"Apa kau langsung seperti itu dan mengabaikan Ibumu?"
Naruto menoleh sedikit ke arah wanita itu. "Tentu, aku ingin mengistirahatkan tubuh sebentar saja kok." Naruto mengambil sebuah jeruk yang menjadi camilan bagi para tamu. "Liburan musim panas di pantai memang menyenangkan, ya kan kaasan?"
Kushina yang sudah duduk pun menoleh ke arah Naruto. "Ya kau benar sochi." Dia kemudian mengambil sebuah jeruk dan mengupasnya. "Terlebih, beberapa dari teman-temanmu ikut dalam liburan ini."
"Kecuali Sasuke, dia tak ikut karena memang punya urusan lain," ujar Naruto di akhiri dengan tawa kecil. "Lebih baik kita ganti pakaian dan pergi ke pantai. Ini masih siang soalnya."
Kushina mengangguk, dia menghabiskan semua jeruk yang dia kupas bersama dengan Naruto, kemudian beranjak dari tempatnya duduk ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya, Naruto sendiri juga ikut mengganti pakaiannya dengan pakaian yang biasa dia gunakan untuk ke pantai. Sebuah jaket tipis berwarna orange serta celana pantai berwarna senada dengan jaketnya. Sementara Kushina yang baru saja selesai dengan acaranya ganti pakaian pun keluar, dia memakai sebuah kain berwarna merah yang menutupi bagian bawahnya, serta jaket berwarna merah yang menutupi tubuh atas serta bikininya. Kushina juga tak lupa membawa sebuah kacamata hitam untuk melindungi kedua matanya dari sinar matahari.
"Kita pergi?" Naruto menyodorkan tangannya pada Kushina, dia memberikan senyuman tipis pada sang ibu.
"Tentu." Kushina tersenyum kecil, dia menerima ajakan Naruto dengan cara menggandengnya keluar dari kamar penginapan itu.
Keduanya melihat beberapa ninja dari Konoha yang kebetulan diberikan waktu libur keluar dari masing-masing kamar, rata-rata dari mereka adalah rekan Naruto, serta orang tua mereka adalah rekan dari Kushina dan Minato. Mereka bertemu di lorong, lalu berjalan beriringan menuju pantai yang ada di luar penginapan.
Naruto merasakan hal aneh saat dia melihat beberapa temannya yang seolah menatap Kushina dengan sebuah tatapan yang entah kenapa membuatnya kesal. Terutama Kiba, dan Konohamaru. Keduanya seolah menatap Kushina dengan tatapan nafsu mereka, Naruto tak tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka, tapi dia harus mewaspadai keduanya.
Kushina sendiri seolah tak merasakan pandangan tersebut, dia terus berjalan keluar sembari mengobrol santai bersama beberapa temannya, sesekali dia juga melihat Naruto yang seolah merasakan hawa negatif disekitarnya. Wanita yang menjadisingle parentitu berjalan mendekati Naruto, dia berjalan bersama Naruto meninggalkan teman-temannya yang terlebih dahulu pergi ke pantai.
Ibu dan anak itu menghentikan langkah mereka tepat di depan pintu penginapan. "Kau sepertinya merasakan hawa negatif, sochi?"
Naruto menoleh ke arah Kushina, dia menatap sang Ibu yang seolah bisa membaca apa yang dia pikirkan saat ini. "A-aku hanya sedang memikirkan sesuatu kok, bukan merasakan hawa negatif." Kushina mengerutkan dahinya mendengar jawaban dari pemuda itu, dia pun memeluk lengan Naruto. "Kaasan?"
"Lebih baik kita menikmati pantainya," ujar Kushina. Naruto pun tersenyum, lalu mengangguk mantap. Keduanya pergi ke pantai bersama-sama.
Di pantai sendiri, Kushina belum membuka pakaian yang menutupi tubuh seksinya, dia masih setia duduk di bawah payung pantai serta menikmati suara deburan ombak, dia juga melihat Naruto yang sedang bermain dengan beberapa temannya.
"Kau tak bermain Kushina?"
Sosok wanita berambut coklat jabrik dengan dua buah tanda segitiga merah di kedua pipinya berjalan ke arah Kushina, dia duduk disebelah wanita itu. "Nanti saja, aku ingin menikmati suara deburan ombak serta angin laut."
"Heh, kau seperti orang tua saja!" wanita bernama Tsume itu tertawa keras saat mendengar jawaban dari Kushina, membuatnya mendapatkan tatapan tajam dari Kushina.
"Aku memang sudah tua, dasar bodoh!"
Kali ini tawa dari wanita berambut coklat itu semakin keras. "Kau lucu sekali, kau terlihat masih sangat muda sekarang, lihat tubuhmu! Para lelaki pasti akan langsung mimisan saat melihatmu, terlebih beberapa lelaki hidung belang di sana terus melihatmu yang duduk disini." Tsume menunjuk ke beberapa pria dengan kulit agak gelap serta beberapa di antara mereka tubuhnya agak atletis. "Mereka seolah ingin menerkammu, Kushina."
"Heh, mereka tak tahu siapa aku, dan anakku."
"Ya, ya kau dan tempramenmu itu. Tentu saja, Naruto akan langsung datang membunuh mereka saat melihat orang yang disayanginya di goda oleh lelaki seperti mereka." Keduanya pun tertawa setelah Tsume mengatakannya. "Baiklah aku akan pergi! Sampai nanti Kushina!"
Kushina melambaikan tangannya membiarkan Tsume pergi dari tempatnya, dia kembali bersantai di atas kursi pantai itu, teriknya matahari membuatnya malas untuk beranjak dari tempat itu. Dia ingin bersantai sejenak setelah melakukan aktifitas rumah yang agak banyak, pensiunan Kunoichi itu memang menghabiskan waktunya untuk menjadi ibu rumah tangga setelah menikah dengan Minato. Namun, sekarang dia agak ragu untuk kembali ke dunia Shinobi setelah bertahun-tahun pensiun.
"Hai nona, apa kau sendirian?"
Kushina mengerutkan dahinya mendengar suara lelaki yang berjalan mendekatinya. "Ya, ada apa? Kau perlu sesuatu?" Kushina membuka kedua matanya, dia melihat beberapa lelaki yang tengah mengerumuni dirinya, para lelaki itu memiliki senyum yang membuat Kushina jijik saat melihatnya. "Kalian perlu sesuatu?"
"Oh, kami hanya ingin menemanimu saja nona, kelihatannya kau sedang sendiri."
"Tidak, aku ada seseorang yang menemaniku."
"Kami tak melihatnya nona, jangan mengada-ngada."
Kushina tak kuasa untuk menyeringai saat ada sosok yang dikenalnya sedang berdiri di belakang para pria itu. "Aku serius, dia sedang berdiri dibelakang kalian, lihatlah!" Mereka semua menoleh kebelakang, dan melihat sosok pemuda berambut pirang jabrik dengan kedua mata rubah yang sangat tajam tengah menatap para lelaki itu dengan tatapan membunuh. Mereka semua mengenal pemuda itu, sosok yang menjadi pahlawan dunia shinobi dari ancaman Akatsuki serta Madara. "Sudah kubilang kan?"
"Ka-kami pergi dulu, sampai jumpa nona!"
Para pria itu pergi dari tempat Kushina, namun Naruto masih terus menatap tajam mereka semua, seolah mereka adalah mangsa yang tepat untuk melempar Rasengannya. "Huh, dasar hidung belang! Lelaki brengsek!" umpat Naruto yang dia layangkan pada mereka semua. "Kalau kembali lagi, bakal ku Bijuu dama kalian!"
"Sudah sochi, mereka sudah pergi."
"Tapi kaasan, aku saat bermain dengan yang lain malah di ganggu oleh hawa negatif dari mereka, dan aku yakin jika kaasan yang disini sendirian akan dalam bahaya."
Kushina tersenyum manis. "Aww, manisnya putra kaasan ini." Kushina menarik Naruto, dan memeluknya tepat di belahan dadanya, membuat wajah Naruto merona saat merasakan buah dada Kushina. "Bagaimana jika kita berjalan-jalan? Yah anggap saja sebagai hadiah dan menghindarkan kaasan dari dua temanmu yang nafsu saat melihat kaasan."
Naruto mengerjapkan kedua matanya, Kushina menyadarinya. "Te-tentu!"
Wanita berstatus single parent itu pun menarik Naruto untuk pergi dari kursi pantai tersebut, keduanya berjalan bersama ke sebuah bebatuan yang tak jauh dari tempat mereka sebelumnya, Kushina menggandeng tangan Naruto seolah dia tak mau kehilangan putranya itu, mereka berdua terlihat seperti sepasang muda-mudi yang sedang berpacaran.
"Kaasan..."
"Hm?"
"Kita seperti sepasang kekasih, kurasa."
Kushina tertawa kecil mendengarnya, dia pun langsung bergelayut manja di lengan kekar milik Naruto. "Anggap saja ini kencan kita. Kau kira kaasan tak tahu jika kau ditolak dua gadis." Naruto menundukkan kepalanya malu. "Jadi kaasan akan jadi gadismu sekarang." Janda beranak satu itu menatap Naruto dengan tatapan menggodanya, tawa kecil juga menghiasi perjalanan mereka ke bebatuan yang sudah tak jauh lagi.
"Ka-kaasan, ini memalukan."
"Benarkah?" tanya Kushina, tangannya mulai merangkak ke gundukan celana pantai milik Naruto. "Kau terangsang kan?" Naruto mengangguk malu, dia benar-benar terangsang akibat tubuh seksi Kushina. "Mari, kita ke tempat itu!" Kushina menarik tangan Naruto hingga sampai pada balik bebatuan itu.
Wanita berusia empat puluh dua tahun itu mendorong tubuh Naruto hingga punggung pemuda itu menabrak bebatuan, dia sendiri berjongkok tepat di gundukan celana pantai Naruto. Tangan putih Kushina mengelus lembut gundukan itu, senyuman menggoda dia keluarkan saat mengelusnya.
"Sepertinya benda ini begitu besar? Hm, mari kita cek." Wanita itu kemudian menarik celana Naruto ke bawah, kedua violetnya membola sempurna melihat sebuah benda yang berukuran besar terpampang jelas tengah berdiri di depannya. "I-ini..."
Naruto menahan rasa malunya saat penis ereksinya berdiri di depan wajah cantik Kushina, wanita itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali dengan kedua pipinya yang merona hebat saat menatap benda itu. Kushina mengangkat tangan kanannya dan mencoba untuk memegangnya, dia merasakan sebuah perasaan aneh di dalam tubuhnya. Niat Kushina sebenarnya cuma menjahili Naruto, tapi saat ini dia malah terperangah pada benda di depannya.
Wanita itu kemudian mencoba menggerakkan tangannya naik turun, dia bisa merasakan urat-urat yang ada di penis Naruto, Kushina meneguk ludahnya dengan susah payah, dia menambah tempo gerakan tangannya, napasnya memburu dan dia mendekatkan wajahnya pada penis itu. Ada sebuah aroma khas seorang lelaki yang menusuk hidung Kushina, dia pun mengeluarkan lidahnya serta mulai menjilati benda keras itu.
Tubuh Naruto merinding saat merasakan benda lunak yang basah sedang bergerak di penisnya, kedua tangan Naruto meremas bebatuan yang berada dibelakangnya, sensasi aneh dirasakan oleh Naruto saat Kushina memberikan sebuah jilatan pada penisnya. Dia tak kuasa untuk mendesah saat itu juga. "Kaasan... ahhh..." Kushina menghentikan jilatannya, namun tangannya masih bergerak. Dia menatap Naruto yang memanggil dirinya, kedua violet itu melihat Naruto yang sedang menikmati bagaimana tangannya bergerak naik turun di penis pemuda itu.
"Sochi?"
"Ugh!" tanpa di duga, cairan putih keluar dari penis Naruto dan menutupi wajah cantik Kushina.
"Kyah!" pekikan kecil keluar dari mulut wanita itu, dia terkejut saat wajahnya menerima sebuah'tembakan'dari penis Naruto. Cairan itu menutupi wajahnya serta sebagian payudaranya, dia lantas melepas kacamata serta jaketnya. Kedua violet itu menatap cairan putih yang dikeluarkan Naruto, dia mencoleknya dan memasukkan jarinya ke dalam mulutnya. Wanita itu menjulurkan lidahnya saat merasakan sperma dari Naruto, terasa asin saat dia menjilatinya. "So-sochi, rasanya asin!"
"Si-siapa suruh untuk menjilatinya, kaasan!"
Kushina tertawa kecil, dia pun berdiri dari tempatnya. "Baiklah—eh?" wanita itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali, perasaan dia tak enak sekarang. "Naruto?" pergelangan tangannya dipegang oleh Naruto, dia melirik putranya yang sedang diam di tempatnya. "Ada apa?"
"Ini," jawab Naruto sambil menunjukkan sesuatu.
Kushina menatap ke arah yang ditunjuk oleh pemuda itu, dia melihat penis itu kembali ereksi setelah klimaksnya yang pertama. "Ko-kok bisa?!"
"Entahlah kaasan, aku tak tahu." Naruto menggaruk pipinya yang tak gatal, membuat wanita itu berdecak kesal. "Ka-kaasan!" pemuda itu terkejut saat Kushina kembali menggenggam penisnya, kali ini genggaman Kushina sedikit kuat daripada yang sebelumnya.
"Mesum seperti Jiraiya!" setelah menggenggam penis Naruto, Kushina membuka bikini yang menutupi payudaranya. Wanita itu kembali berjongkok di depan penis Naruto, lalu memasukkan penis Naruto ke dalam belahan dadanya. Kebetulan, payudara Kushina terkena sperma Naruto, dan itu membuatnya licin saat dia gesek di belahan dadahnya. Tubuh Naruto bergetar merasakan empuknya payudara Kushina saat mengapit penisnya.
Tanpa disadari Kushina, bikini yang menutupi vaginanya mulai basah, tubuh wanita itu mulai panas saat dia mengapit penis Naruto dengan payudaranya. Napasnya mulai memburu dengan wajah cantiknya yang merona, dia meludahi penis Naruto membuatnya menjadi lebih licin di dalam sana. "Uhhh, Kaasan..."
"Nikmat Naruto?"
Naruto hanya mengangguk kecil menyetujui pertanyaan Kushina, dia benar-benar menikmati servis yang diberikan Kushina. Baru kali ini Naruto merasakanforeplay, dan itu dilakukannya bersama Kushina yang merupakan ibunya sendiri.
Kushina tersenyum melihatnya, dia terus menggerakkan kedua payudaranya dengan tempo sedang, lenguhan nikmat keluar dari mulut Naruto, Kushina sendiri hanya menikmati bagaimana penis Naruto dia apit seperti itu.
"Ka-kaasan!"
Sperma hangat kembali keluar dari penis Naruto, wajah serta payudara Kushina kembali dibuat basah akan cairan kental berwarna putih itu. Wanita itu terkejut untuk kedua kalinya setelah yang pertama, dia pun melepas penis Naruto lalu menatap tajam putranya itu. "Kalau ingin keluar, bilanglah Naruto! Kaasan jadi lengket semua ini!" Kushina beranjak dari tempatnya ke air laut yang berada di dekat mereka, dia berjongkok lalu membasuh wajah serta payudaranya yang basah akibat sperma Naruto.
Pemuda itu menghirup napasnya sebanyak mungkin setelah dua kali klimaks dengan cara yang berbeda, kedua retina biru itu menatap bongkahan pantat Kushina yang tengah berjongkok untuk membasuh wajahnya, pemuda itu meneguk ludahnya kasar saat melihat dua buah bongkahan daging yang terlihat lezat itu.
"Kaasan!"
"Ada apa sochi?"
"Ke-kemarilah!"
Kushina memiringkan kepalanya bingung, dia pun menuruti permintaan Naruto untuk mendekatinya. Dengan segera, Naruto memeluk tubuh seksi Kushina, membuat wanita itu terkejut. "E-eh! Naruto! A-ada apa-!?" Kushina merasakan benda kesayangan milik Naruto kembali bangun, violet itu langsung menatap ke bawah dan melihat bagaimana besarnya penis Naruto. "Ka-kau!?"
Naruto tak langsung menjawabnya, dia mendekatkan bibirnya pada telinga Kushina, lalu membisikkan sesuatu pada wanita cantik itu. "Aku menginginkan kaasan sedari dulu..." bisikan itu membuat tubuh Kushina menegang saat itu juga, dia menatap Naruto dengan pandangan tak percaya, wajahnya sudah sangat merona saat ini.
"Ta-tapi kaasan sudah tua."
"Ka-kaasan masih cantik walau usia sudah kepala empat."
"Uhh..." Kushina menundukkan kepalanya dengan wajah cantiknay yang sudah sangat merona. "Te-terima kasih..."
-o0o-
Naruto menatap tak percaya dengan apa yang ada di depannya, dia melihat Kushina yang berdiri telanjang bulat di depannya. Kedua mata biru itu menatap Kushina mulai dari atas hingga bawah, kulit putih, kedua payudara yang seksi dengan ukurannya yang hampir melebihi tangannya, vagina yang tak ditumbuhi oleh bulu, serta kedua kaki jenjang yang sangat lezat untuk di santap.
Naruto meneguk ludahnya, dia berjalan mendekati Kushina lalu memeluk tubuh mungil tersebut, mereka berdua saling tatap satu sama lain, Kushina menutup kedua matanya. Dia seolah ingin menerima sebuah ciuman yang akan diberikan Naruto sebentar lagi, Naruto yang tahu akan hal itu pun bergegas mencium bibir plum Kushina.
Ciuman mesra itu berubah menjadi lumatan dengan Naruto yang menggigit bibir bawah Kushina, dia juga menghisap bibir bawah Kushina seolah bibir tersebut adalah sebuah permen manis yang enak untuk dimakan. Kushina mengeluarkan lidahnya, dan disambut oleh lidah Naruto. Keduanya saling bersilat lidah serta bertukar saliva satu sama lainnya.
Naruto semakin mempererat pelukannya pada Kushina, tubuh mereka berdua semakin panas saat ciuman itu terus mereka lancarkan. Naruto menarik diri dari ciuman itu, dia mulai menciumi pipi Kushina lalu turun ke bawah, pemuda itu menciumi leher putih Kushina, ia memberikan sebuahkissmarkdi leher ibunya itu.
"Eh? I-inikissmarkkan? Ka-kau belajar dari mana?"
Naruto hanya menggelengkan kepalanya sembari mengangkat kedua bahunya tak tahu. "Aku hanya mengikuti intuisiku saja kaasan." Kushina terdiam sejenak, tubuhnya pun dikejutkan dengan sebuah remasan pada payudaranya, dia menggigit bibir bawahnya saat Naruto memainkan kedua benda tersebut. "Kaasan, dadamu lembut sekali," gumam Naruto, dia terus memainkan payudara Kushina, sesekali puting susu Kushina dimainkan oleh pemuda itu.
"Ahhnn..." Desahan nikmat lolos melewati bibir Kushina, dia langsung menutup mulutnya seolah tak ingin ada yang mendengarnya, tubuhnya sendiri menegang saat puting susunya di cubit serta ditarik oleh Naruto. Dia secara reflek memukul kepala Naruto dengan pelan, kedua violet itu menatap tajam Naruto. "Ja-jangan di cubitbaka!"
Naruto baru tahu jika sang Ibu ini seorangtsundere."Maaf."
Keduanya pun kembali berciuman untuk yang kesekian kalinya, kecapan demi kecapan terdengar dari ciuman mereka berdua, tangan Naruto mulai merangkak ke bawah hingga sampai pada vagina Kushina, dia menyentuh permukaan vagina yang sudah basah akan cairan Kushina, lalu memasukkan jari tengahnya ke dalam liang senggama tersebut.
Kushina menarik ciumannya, dia menggenggam bahu Naruto dengan erat saat jari Naruto masuk ke dalam tubuhnya. Perasaan aneh hinggap di tubuh Kushina, dia seolah tak bisa mengendalikan tubuhnya, rasa geli itu terus menyerang vaginanya. Ia seolah ingin berbicara sesuatu, namun suaranya tercekat.
Tubuh Kushina melengkung, kedua tangannya memeluk Naruto dan kedua kakinya seolah tak kuat untuk menahan beban tubuhnya. Cairan cinta-nya keluar dan membasahi tangan Naruto, dia pun terkulai lemas di dalam pelukan putranya sendiri. Napasnya begitu memburu dengan wajah cantiknya yang sudah sangat merah saat ini.
"Kaasan..."
"Biarkan kaasan istirahat sebentar Naruto."
Naruto pun menggotong tubuh Kushina ke dekat bebatuan, dia sendiri duduk disamping Kushina dengan penisnya yang masih ereksi. Sebenarnya dia tak tahan inign memasukkan penisnya ke dalam tubuh Kushina, namun dia ingin menunggu ibunya itu beristirahat setelah klimaksnya yang pertama.
Sementara itu, Kushina merasa puas karena klimaksnya yang pertama itu setelah beberapa tahun tak melakukannya sendiri ataupun dengan seseorang. Dia membuka kedua kakinya lebar-lebar, dan melihat vaginanya yang masih basah akan cairan cintanya. Namun, dia tak sadar jika itu membuat Naruto semakin terangsang. "Eh, sochi?"
"Kaasan, aku sudah tak tahan."
"Tu-tunggu dulu! Ka-kaasan masih sensitif!"
Naruto tak memperdulikan protes dari Kushina, dia mengarahkan penisnya ke liang senggama Kushina disertai dengan dorongan dari wanita itu, Naruto mendorong pinggulnya hingga ujung penisnya mulai masuk ke dalam liang Kushina. Wanita itu tersentak saat merasakan benda besar itu masuk ke dalam tubuhnya, napasnya tercekat begitu setengah dari penis Naruto masuk ke dalam vaginanya.
"Akh! Na-naruto!"
"Ka-kaasan sempit!" Naruto mengangkat kedua kaki Kushina, dia terus mendorongnya masuk. Vagina Kushina terasa begitu sempit saat penisnya masuk ke dalam, dia merasakan betapa nikmatnya saat penisnya di jepit dinding rahim Kushina. "Ugh!" dengan sekali dorong, Naruto memasukkan semua penisnya ke dalam liang senggama Kushina. Wanita itu mendongak ke atas saat merasakan penis besar Naruto masuk ke dalam tubuhnya, tubuhnya bergetar serta klimaksnya yang kedua keluar dari vaginanya.
Keduanya terdiam sejenak, Naruto meneguk ludahnya kasar, dia tadi merasakan cairan Kushina yang membasahi penisnya, iris biru itu menatap Kushina yang sudah lemas akibat orgasm yang kedua. Naruto pun memeluk tubuh Kushina, dan mengangkatnya tubuh mungil itu, dia menggerakkan pinggulnya serta membiarkan Kushina bergerak sebagai bentuk protes padanya.
"Be-berhenti Naruto... ahhh... ku-kubilang berhenti!"
Kushina terus memukul kecil dada bidang Naruto, tapi pemuda itu tak menghentikan gerakannya, dia semakin menambah tempo gerakan pada pinggulnya. Kushina sendiri mulai pasrah, kedua tangannya memeluk leher Naruto, pemuda itu kemudian mencium bibir Kushina sembari penisnya keluar masuk di dalam tubuh wanita itu.
Untuk yang kesekian kalinya, Kushina orgasm tepat saat penis Naruto keluar masuk di dalam tubuhnya.
Tubuh Kushina benar-benar lemas sekarang, dia seolah tak bisa menggerakkan tubuhnya saat ini. "Sochi... cukup... uhh..."
"Se-sedikit lagi kaasan!" Naruto mempercepat gerakannya, dia meringis saat ada sesuatu yang akan keluar dari penisnya. "A-aku keluar!" pemuda itu klimaks untuk yang ketiga kalinya, dia mengeluarkan semua sperma hangatnya dan memenuhi rahim Kushina.
-o0o-
"Kemana Kushina?" Tsume melihat kesekitar, dia tak menemukan teman se angkatannya itu. "Dia pasti melirik laki-laki lain, huh dasar."
"Tsume!" seru Kushina yang saat ini tengah di gendong oleh Naruto. "Maaf membuatmu khawatir, aku dan Naruto tadi berjalan-jalan sebentar, tapi kakiku terkilir jadinya aku digendong oleh Naruto."
"Huh, kukira kau kemana, dan Naruto kau pemuda yang baik pada ibunya, aku bangga padamu."
Naruto tertawa kikuk saat mendengarnya. "Baiklah, aku akan membawa kaasan ke penginapan." Tsume mengangguk kecil, dia membiarkan Naruto dan Kushina pergi ke penginapan. Namun ada satu hal yang mengganjal di pikirannya.
Hidungnya mencium sesuatu yang tajam, dan itu berasal dari area selakangan Kushina. "Hoho, ternya kau bermain dengan anakmu Kushi-chan."
Kiba yang berdiri dibelakang Tsume terkejut mendengar bahwa Kushina—wanita yang menjadi incarannya telah bermain dengan anaknya sendiri."Sial!"
...
..
.
END
