Kushina Uzumaki, wanita berusia empat puluh lima tahun yang saat ini menjadi single setelah beberapa tahun yang lalu digugat cerai oleh suaminya, mencoba untuk berhubungan dengan seorang pemuda pirang yang lebih muda daripada dirinya.


Naruto by Masashi Kishimoto

Warning: OOC, AU, Typo, Lemon, Smut, Porn Without Plot, non-Incest.

Sebuah Hubungan

Enjoy It!

Dia tak bisa berpikir jernih seperti biasanya, semua isi dari otaknya itu hanyalah sosok wanita dengan rambut merah panjang yang memakai pakaian khas seorang pekerja kantoran, dia adalah senior di kantornya. Kushina Uzumaki. Wanita berusia empat puluh lima tahun yang berstatus Single setelah ditinggal cerai oleh suaminya.

Wanita itu sungguh cantik bagaikan seorang Bidadari, sementara dirinya seperti seorang Iblis yang memiliki hawa nafsu yang tinggi.

Naruto Namikaze, pemuda berusia dua puluh tiga tahun dengan pakaian khas kantorannya serta rambut pirang bak seorang pemuda dari luar negeri. Dia hanyalah pemuda biasa yatim piatu yang beberapa tahun lalu keluar dari panti asuhan untuk hidup mandiri. Naruto seorang yang pekerja keras, dia saat duduk dibangku Sekolah menengah pun bekerja disela-selanya menjadi seorang murid.

Dia sendiri dikenal dengan nilainya yang bagus serta cerdas dalam berbagai bidang, dan sekarang dia berakhir menjadi seorang Manager disebuah kantor.

Memang benar, seniornya itu Kushina Uzumaki, tapi dia yang diberikan jabatan manager oleh Bossnya untuk mengatur segala kebutuhan dari kantor itu. Dia sama sekali tak keberatan hal itu, malahan dia senang dengan jabatan yang saat ini di pegangnya.

"Senpai, aku menemukan beberapa kesalahan di laporanmu," ujar Naruto. Dia berbicara dengan Kushina yang saat imi berada di dekatnya. Kebetulan Kushina akan mengcopy beberapa laporan yang akan disetorkan pada Naruto. Pemuda itu menunjukkan beberapa kertas yang telah dicoret oleh Naruto.

Kushina mengerjapkan kedua matanya sejenak, dia pun menerima kertas laporannya. "Ah iya, ada beberapa kesalahan disini, terima kasih Naruto, aku akan memperbaikinya." Kushina yang tadinya akan menggandakan kertas yang ia bawa pun tak jadi untuk melakukannya, dia malah melihat-lihat beberapa coretan serta mengembuskan napas pasrah setelah melihat kesalahan yang dicoret oleh Naruto.

"Maafkan aku senpai."

"Tak apa kok, aku yang salah untuk hal ini serta kurang teliti dengan laporan ini." Kushina meletakkan beberapa kertas itu di atas mesin fotocopy. "Bagaimana jika kita minum setelah pulang dari kantor?"

Naruto mengangkat sebelah alisnya. "Apa tidak masalah?"

"Hey, aku seorang Janda, tak apalah jika aku mengajak lelaki lain."

"Bu-bukan itu maksudku." Naruto berujar sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Apa kau tak akan mabuk, Senpai? Terkahir kita kesana, kau langsung mabuk."

"Tenang saja, Kushina Uzumaki tak akan mabuk kali ini."

Beberapa Jam setelah pulang dari kantor.

"Hic, Minato bodoh... Aaa, Minato bodoh! Dia menyia-nyiakan diriku dan memilih bersetubuh dengan perempuan lain, padahal hic... Aku lebih cantik... Hic... Ya kan Naruto?"

Naruto tersenyum tak enak, dia membiarkan Kushina yang tengah dilanda mabuk karena meneguk segelas bir penuh. Sementara Naruto hanya tenang-tenang setelah meneguk segelas bir.

"Tak mabuk ya." Pemuda itu tertawa kecil mengingat pernyataan Kushina sebelum sampai di tempat itu. "Sepertinya aku harus msngantarkannya pulang."

"Kau mau mengantarnya sambil menyetubuhinya?"

Naruto langsung menatap tajam suara yang menginterupsi dirinya. "Diam Kiba!"

Pemuda bernama Kiba tertawa saat mendengar balasan tajam dari Naruto, dia pun kembali meminum Bir yang sudah tersedia di meja miliknya. "Sebuah keberuntungan jika kau bisa memiliki wanita yang galaknya minta ampun terhadap lelaki."

"Memang dia galak?"

"Jelas, dia sangat galak. Beberapa laki-laki dikantor akan dihajar jika berani menyentuh tangannya tanpa izin. Senior Kushina bahkan pernah menghajar para preman yang menghadang jalannya beberapa minggu lalu."

Naruto mendengarkan penjelasan Kiba dengan seksama, dia mendengar ada perasaan takut saat Kiba menjelaskan perangai yang dimiliki oleh Kushina.

"Kecuali jika bersamamu, dia akan seperti seorang kakak yang menyayangi adiknya," lanjut Kiba. Dia pun meneguk birnya untuk yang kesekian kalinya. "Aku harap, aku bisa menjadi pacarnya. Lihatlah Naruto, dia seksi sekali. Apalagi kedua payudara itu? Besar kan? Cukup di tangan jika aku menangkupnya."

Ada sebuah perasaan tak rela yang menggelitik hati Naruto saat Kiba mengatakan hal tersebut, terdengar cabul sekali memang, tapi Naruto tetap diam untuk mendengarkan perkataan dari teman sekantornya itu.

"Akan aku antar pulang-"

"Biar aku saja Kiba!"

Kiba terdiam mendengar perkataan Naruto, pemuda pecinta anjing itu menatap Naruto yang sudah meneguk semua Birnya hingga habis tak tersisa.

"Aku yang akan mengantarkan dia ke apartemennya." Naruto pun beranjak dari tempatnya. "Senpai, ayo kita pulang!"

"Heee, kenapa pulang... Hic, padahal aku ingin lanjut...hic..."

"Senpai sudah mabuk berat, dan mungkin akan sempoyongan saat jalan."

"Perhatian sekali hic... Semuanya, aku pulang dulu ya... Hic!"

Naruto berpamitan kepada yang lain, dia hanya menganggukkan kepalanya sambil memberikan senyuman tipis pada mereja semua lalu dia menggotong Kushina untuk berjalan bersamanya.

Keduanya keluar dari kedai itu, Naruto memanggil taksi untuk mengantarkan mereka ke apartemen. Kebetulan juga apartemen mereka bersebelahan, jadi Naruto bisa langsung pulang ke tempat tinggalnya.

Setelah sampai ke tempat tujuan, Naruto menggendong Kushina di punggungnya, dia tak lupa untuk membayar ongkos pada supir Taksi itu, Naruto pun langsung berjalan masuk ke gedung apartemen yang menjadi tempat tujuannya, dia memasuki Lift untuk mencapai ke lantai tiga tempat mereka tinggal.

Naruto mencium aroma alkohol yang keluar dari mulut Kushina, dia tertawa kecil saat merasakan Alkohol itu. Padahal dirinya juga meminum Bir, tapi tak ada efek mabuk pada dirinya.

"Senpai, kita sampai di apartemenmu, tolong berikan kuncinya!"

Kushina terbangun dari tidur kecilnya, dia pun mengambil sebuah kunci dari saku jas miliknya, dan memberikannya pada Naruto. Pemuda itu memasukkan kunci ke lubang pintu apartemen Kushina.

Warning Lemon:

Naruto masuk ke dalam apartemen itu, tak lupa juga dia menutupnya. Dia mengantarkan wanita mabuk itu ke dalan kamarnya. Namun saat dia akan meletakkan Kushina, Naruto malah ditarik oleh sang wanita.

"Hey, Naruto... Kau tahu, aku menyukaimu."

"Senpai mabuk."

Kushina menggelengkan kepalanya, wajahnya sudah sangat merah saat ini, dia pun mengangkat kedua tangannya dan mengalungkannya pada leher Naruto. Wanita cantik itu memberikan sebuah ciuman mesra pada Naruto, membuat sang pemuda terkejut saat itu juga.

Naruto pun membalas ciuman itu, dia mendorong tubuh Kushina kebelakang hingga dia berada di atas tubuh wanita itu, Naruto mulai menggerayangi tubuh Kushina, dia membuka kancing kemeja milik Kushina hingga terlepas semuanya. Sebuah bra berwarna merah dengan renda di sekitarnya terlihat oleh kedua mata Naruto, dia membuka kaitan yang menutupi payudara lezat Kushina.

"Tubuhku menjadi milikmu malam ini, kau boleh memperlakukanku semaumu, Naruto."

"Baik, senpai... Kushina."

Pemuda itu pun menciumi leher Kushina, kedua tangannya meremas pelan buah dada Kushina, dia juga tak lupa untuk memilin puting susu yang masih berwarna merah jambu itu, Kushina menggigit bibir bawahnya menahan rasa nikmat yang diberikan oleh Naruto, kedua kakinya menegang saat Naruto terus merangsang dirinya.

"Naru..."

Kushina mendesah memanggil nama Naruto, kedua tangannya memeluk kepala pirang itu. Sementara Naruto terus bermain dengan tubuh atas Kushina, tangan kanan Naruto mulai beranjak ke bawah dan masuk ke dalam celana dalam Kushina. Dia memasukkan salah satu jarinya pada vagina basah wanita itu.

"Cium aku, beri aku ciuman!"

"Tentu."

Mereka pun kembali berpagutan mesra di malam yang dingin itu, tangan Naruto pun mulai melepas celana dalam Kushina dan membuangnya ke sembarang tempat, dia juga tak lupa untuk mengeluarkan penisnya yang sudah berdiri tegap.

"Aku masukkan," gumam Naruto, seolah tak ada jawaban dari Kushina, pemuda itu pun mengarahkan penisnya untuk masuk ke dalam vagina Kushina, dia mendorong pinggulnya maju.

Kushina menggigit bibir bawahnya saat merasakan benda itu masuk ke dalam tubuhnya, kedua kaki Kushina memeluk pinggul Naruto seolah tak ingin melepaskannya.

"Beri aku lebih Naruto..."

"Aku akan memuaskanmu, Kushina..."

Pinggul Naruto bergerak pelan, bibir pemuda itu menciumi leher putih Kushina serta memberikan beberapa bercak berwarna merah di sekitar sana, Kushina mendesah menikmati tiap-tiap cumbuan yang diberikan Naruto padanya, dia serasa melayang di awan saat Naruto menggerakkan pinggulnya.

Kushina tak pernah bisa lebih puas dari pada saat dirinya bersama sang mantan suami. "Naru... Naru..." Beberapa kali dia memanggil nama Naruto, suaranya begitu pelan saat memasuki telinga Naruto. "Aku mencintaimu... Aku ingin kau berada disampingku... Aku membutuhkanmu Naruto..."

Naruto menggigit bibir bawahnya, kata-kata Kushina menggelitik telinganya saat itu. Dia dibuat berpikir keras ditengah-tengah persetubuhannya dengan Kushina. Dia pun membulatkan tekadnya. "Aku juga mencintaimu Kushina... Sungguh mencintaimu."

Malam itu adalah malam yang panas bagi kedua insan tersebut, mereka terus melakukannya hingga fajar tiba, mereka tak perduli jika matahari itu mengusik kegiatan keduanya.

Beberapa hari kemudian setelah mereka resmi menjadi sepasang kekasih, Kushina memutuskan untuk tinggal berdua bersama Naruto, karena itu keinginan pribadinya. Sehari setelah kepindahannya pun di awali dengan kegiatan seks yang membuat mereka terus melakukannya.

Tanpa ada rasa lelah, mereka berdua terus saja melakukan hal tersebut. Di kamar mandi, Dapur, ataupun kamar tidur, mereka seolah tak puas akan persrtubuhan itu.

"Hmmhh!" Kushina menggerakkan tangannya naik turun, dia saat ini berada di kamar mandi kantor dengan dirinya yang duduk di atas kloset, sementara Naruto menutup kedua matanya menikmati mulut Kushina yang sedang melahap penisnya.

"Aku tak tahu jika kau akan sangat agresif seperti ini, senpai."

Kushina menarik mulutnya, dia tersenyum menggoda sambil mengerlingkan sebelah matanya pada Naruto. "Agresif hanya padamu saja, sayang. Benda ini membuatku bergairah, lihatlah adik kecil ini." Kushina mencium penis Naruto dengan mesra, dia tertawa kecil saat di tatap oleh Naruto.

"Berdirilah!"

Kushina pun mengikuti perintah Naruto, dia berdiri dan membalikkan badannya. Pantat yang masih diselimuti rok pendek itu termpampang di depan penis Naruto. Pemuda itu pun meremas bongkahan pantat seksi itu, lalu menyingkap rok pendek Kushina.

"Uhh, memakai mainan itu membuatku malu."

Naruto melihat sebuah benda yang menutupi vagina serta lubang belakang Kushina. Dia menarik benda yang ada di vagina Kushina lalu meletakkannya di depan wajah Kushina. "Tapi kau yang meminta, Kushina." Setelah mengatakannya, Naruto pun memasukkan penisnya ke dalam tubuh Kushina, dia mendorong pinggulnya pelan, kedua tangannya beranjak ke depan untuk meremas buah dada Kushina yang masih terbalut pakaian kerjanya.

"Uhhhh..."

"Bagaimana sayang?" bisik Naruto tepat di telinga Kushina. "Kau puas dengan ini?"

"Berikan aku lebih... Ahh... Be-berikan..." Mulut Kushina langsung dibekap oleh Naruto.

"Diam! Atau akan ada yang mendengar desahanmu." Pinggul pemuda itu bergerak maju mundur, membuat Kushina menahan rasa nikmat yang tiada tara.

Kedua tangan wanita itu bertumpu pada tembok di depannya. Sementara Naruto mulai membuka pakaian yang dikenakan Kushina, payudara dengan ukuran besar itu pun keluar dari kemeja wanita merah itu, Naruto segera menangkup salah satu payudara Kushina.

Dia meremasnya lembut sembari memilin puting susu Kushina.

"Hmmm!"

"Berapa kali kita bermain, tapi vaginamu tetap sempit dan nikmat. Penisku serasa dipijat oleh dinding rahimmu!"

Kushina tak menjawab, tangan Naruto masih membekap mulutnya.

"Sial aku keluar!"

Kushina mendongak menatap langit-langit, tubuhnya menegang saat Naruto akan mengeluarkan spermanya ke dalam rahim wanita. Dia pun ikut klimaks bersamaan dengan Naruto, tanpa adanya suara sama sekali. Hanya ada perasaan nikmat setelah klimaksnya itu.

Naruto menarik tangannya, membuat Kushina mengambil napas sebanyak mungkin, dia hampir saja terjatuh kebawah sebelum akhirnya Naruto menangkap tubuh seksi itu.

"Kau hampir pingsan ternyata." Naruto pun mengubah posisinya, dia duduk di atas kloset sementara Kushina berada di pangkuannya. "Penisku belum luas tapi."

Kushina yang masih mengumpulkan nyawanya pun menatap Naruto nyalang, dia sadar kedua kakinya di angkat oleh Naruto dan dia hanya pasrah karena itu juga keinginannya untuk berhubungan badan saat di kantor.

"Bersiaplah untuk ronde kedua."

Tag: Incest!

Inspirasi Doujin: Suki! Suki! Otou-san! By Doumou.

Beberapa bulan kemudian, mereka meresmikan hubungan dengan cara menuliskan nama mereka pada kertas yang akan menjadi pengikat status mereka.

Naruto menatap kertas yang akan dia bawa ke kantor catatan sipil, dia pun bergegas untuk pergi ke kamar mandi dan melakukan ritualnya sebelum pergi ke kantor catatan sipil. Sementara itu, Kushina berdiri di pintu kamar dengan pandangan yang sulit di artikan.

Ada beberapa kejadian yang membuatnya seolah tak memiliki aura kehidupan; suaminya yang menggugat cerai dirinya, dan ini. Dia membawa sebuah kertas hasil laporan dari sebuah rumah sakit yang tak jauh dari apartemen itu.

Sebuah hasil uji tentang DNA dirinya serta Naruto, dia tak menyangka ini akan terjadi di saat dia menemukan tambatan cintanya setelah ditinggal pergi mantan suaminya dulu, tapi kenapa takdir seolah mempermainkan dirinya sampai sejauh ini? Tak tahukah dia bahwa Kushina hanya menginginkan kebahagiaan dengan seseorang?

Kedua mata violetnya menatap kertas tersebut, dia sungguh ingin bunuh diri saat itu juga.

"Kushina? Ada apa?"

Di sana, Naruto keluar dengan hanya menggunakan sebuah handuk yang menutupi bagian bawahnya saja, Kushina mebgalihkan pandangannya ke arah lain, tanpa ada rasa nafsu apapun di wajahnya, itu membuat Naruto terheran-heran, karena biasanya dia akan diterkam oleh wanita itu.

Tapi ini berbeda, Naruto melihat sebuah kertas hasil pemeriksaan dari sebuah rumah sakit, dia mengerutkan dahinya melihat kertas yang dibawa oleh Kushina. Dia pun berjalan mendekati wanita itu.

"Sebaiknya kita batalkan pernikahan kita."

Langkah Naruto terhenti setelah mendengar perkataan Kushina, dia membulatkan kedua matanya saat itu juga. "Kenapa? Kupikir kau mencintaiku?"

"Aku...sudah tak bisa mencintaimu lagi, Naruto." Air mata Kushina jatuh melewati pipinya, dia meremas kertas yang dibawanya.

"Ta-tapi kenapa?!"

"Karena kau adalah anakku yang hilang!"

Bak disambar petir, Naruto terkejut dengan fakta tentang dirinya yang adalah anak kandung Kushina. Memorinya berjalan mundur, kilas balik hubungannya dengan Kushina pun mulai memenuhi kepala pirang itu, Naruto seolah mendapatkan pukulan telak setelah mendengarkan pengakuan Kushina.

"Ka-kau bercanda kan?!"

Kushina menunjukkan hasil uji Lab dari sebuah rumah sakit, dan di sana tertulis jika Naruto dan Kushina memiliki DNA yang sama, Naruto langsung mengambil kertas tersebut, tubuhnya bergetar tak karuan saat melihatnya, dia tak menyangka jika orang yang selama ini berhubungan seks dengannya itu adalah, Ibu kandungnya.

"Kaachan?"

Kushina mendongak menatap Naruto saat pemuda itu memanggilnya dengan panggilan seorang anak pada ibunya.

"Tolong...batalkan pernikahan kita Naruto."

"Dan kita akan hidup normal seperti Ibu dan Anak."

"Aku mengerti."

Kilatan masa lalu, ketika Kushina melahirkan seorang bayi berambut pirang hasil hubungannya dengan Minato, mantan suminya dulu. Bayi kecil itu pun menghilang entah kemana sesaat setelah Kushina melahirkan. Ada seseorang yang mungkin saja menculik bayi miliknya dahulu.

Tahun demi tahun dia lewati dengans pencarian tentang anak semata wayangnya itu, semuanya tak membuahkan hasil. Naruto kecil tak ditemukan setelah dia mencarinya selama sepuluh tahun, kehidupan rumah tangganya pun mulai tak stabil setelah mereka berdua tinggal selamat lima belas tahun.

Kushina dan Minato mulai sering bertengkar hanya karena masalah sepele, puncaknya pada tahun ke delapan belas. Mereka berdua memutuskan untuk bercerai dan menjalani kehidupan masing-masing. Kushina tak menyesal sama sekali, dia pun terus melakukan pencarian sembari bekerja disebuah kantor selama lima tahun di tempat tersebut.

Dia hanya pegawai tetap dari kantor itu, hingga sampai pada akhirnya dia bertemu dengan sosok pemuda pirang yang menjadi atasannya. Hubungannya dengan pemuda itu berjalan lancar, dia mulai membuka hatinya untuk pemuda itu, dia juga sudah mulai lupa akan pencariannya terhadap bayi kecilnya itu.

Kushina menjalin hubungan dengan pemuda tersebut, seorang pemuda bernama Naruto Namikaze. Berusia lebih muda daripada dirinya, tapi itu tak masalah karena Naruto tak memandang umur Kushina.

Wanita berambut merah panjang itu masihlah terlihat sangat cantik walaupun umurnya sudah mencapai kepala empat.

Hubungan mereka hampir berlanjut ke jenjang pernikahan sebelum pada akhirnya Kushina tahu jika Naruto adalah anak semata wayangnya yang hilang setelah dirinya melahirkan. Dia begitu shock akan kebenaran itu, Kushina tak menyangka jika Naruto Namikaze adalah anaknya yang selama ini tengah dicarinya, dia juga tak menyangka jika dirinya akan berhubungan badan dengan putranya itu tanpa tahu siapa dirinya.

Itu membuat sebuah penyesalan yang dalam pada dirinya sendiri, dia merasa bersalah akan hubungan tabu itu bersama Naruto. Andai saja dia tahu jika Naruto adalah anaknya, maka hal ini tak akan terjadi.

"Naruto, sarapan sudah siap!"

"Baik... kaachan."

Ada sebuah perasaan ragu saat Naruto memanggil Kushina dengan sebutan 'kaachan'. Tak ada yang aneh memang karena Kushina sendiri adalah ibunya. Kushina sendiri yang mendengar itu pun menundukkan kepalanya, rasa penyesalannitu kembali hadir di hatinya.

"Apa kaachan akan ikut ke kantor, atau kau mau mengajukan surat pengunduran diriku?" tanya Kushina, dia meletakkan beberapa mangkuk yang berisi makanan untuk Naruto. "Apa tidak masalah jika kau yang bekerja?"

"Aku tak keberatan...kaachan." Naruto pun mulai memakan sarapannya bersama dengan Kushina. "Biarkan aku saja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan kita."

Kushina terkejut dengan sikap yang dimiliki oleh Naruto saat ini, pemuda itu tersenyum tipis pada Kushina, membuat hati sang Ibu meleleh saat melihat senyuman tersebut.

"Aku selesai."

"Biarkan kaachan yang membereskannya."

Naruto mengangguk, dia pun bersiap untuk pergi ke kantor. "Baiklah, aku tinggal ke kantor terlebih dahulu, sampai nanti... kaachan."

"Hati... Hati..."

Setelah kepergian Naruto, Kushina membereskan semua peralatan makan mereka. Dia akhirnya menjadi Ibu rumah tangga setelah sekian lama bekerja di kantor yang sama dengan Naruto. Dia masih terlalu shock karena mengetahui bahwa Naruto itu anak kandungnya.

Dia benar-benar belum siap dengan hal tersebut, bahkan kertas yang di ambil dari kantor catatan sipil untuk meresmikan hubungan mereka pun disobek oleh Kushina atas permintaan Naruto. Dia merasa di permainkan oleh takdir, tapi dia tak bisa menyalahkan siapapun karena ini sudah menjadi takdirnya.

Jika boleh jujur, Kushina masih mdncintai Naruto. Baginya, pemuda itu adalah segala-galanya. Terlebih lagi, Kushina selalu dimanjakan oleh pemuda itu.

Setelah dia membereskan semuanya, Kushina segera duduk di sofa apartemen itu, dia melamun memikirkan bagaimana kejelasan hubungannya dengan Naruto setelah ini.

Wanita itu menyalakan televisi, di sampingnya ada sebuah Handycam yang menyambung ke televisi tersebut, sebuah Video muncul di televisi itu, Kushina melihat video tentang dirinya dan Naruto yang sedang berhubungan badan. Keduanya melakukan seks itu dengan panas, Kushina yang melihat itu merasa miris saat melihatnya, tapi ada perasaan lain yang mengganjal dirinya.

Kedua tangannya mulai bergerak, salah satunya mulai meremas buah dadanya, sementara itu yang lain tengah menggosok vagina yang ditutupi celana dalam putihnya. Hembusan napas keluar dari mulut Kushina, wajahnya sudah mulai merona saat melihat videonya sendiri dengan Naruto.

Sayup-sayup terdengar sebuah desahan kecil yang keluar dari mulutnya, Kushina mulai terangsang karena dirinya sendiri, dia pun membuka seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat.

"Hnmmm! Naru... Kaachan butuh penismu... Ahh..."

Jemarinya bergerak lincah di dalam vaginanya, Kushina tak puas dengan permainannya sendiri. Dia menginginkan Naruto, tapi hatinya tak menginginkan hal tersebut.

Kushina berjanji untuk tidak melakukan seks dengan putranya itu.

"Kaachan..."

Tas yang dibawa oleh Naruto terlepas dari tangannya, dia langsung berjalan mendekati Kushina. Rencananya dia mau pulang untuk mengambil sesuatu yang tertinggal, tapi dia malah melihat Kushina telanjang bulat sambil menggesekkan vaginanya sendiri.

Naruto tentu tak tahan akan hal tersebut, dan ini sudah dua minggu setelah terkuaknya fakta bahwa dia adalah putra Kushina yang hilang.

"Naruto?!" Kushina tentu saja terkejut, dia langsung menutupi tubuh telanjangnya menggunakan tangannya. "Ja-jangan mendekat!"

Naruto tak membalasnya, dia terus mendekati Kushina mendorongnya hingga terbaring di atas sofa itu. Bibir Naruto mendekati telinga Kushina, dia mendekap wanita itu dengan erat. "Kau sudah tak tahan kan?" bisik Naruto. Kedua netra violet Kushina membulat sempurna mendengar pertanyaan itu, dia memang menginginkan kehangatan dari Naruto, bahkan saat dirinya mandi, dia selalu onani dengan memikirkan bagaimana rasa penis Naruto yang masuk ke dalam vaginanya.

"Jawablah, kaachan-Kushina!" Pemuda itu menggigit daun telinga Kushina, pekikan kecil keluar dari mulutnya membuat Naruto tersenyum.

Tiba-tiba, Kushina membalas pelukan Naruto. "Naruto... Tolong, kaachan menginginkan dirimu..."

Naruto menarik dirinya, dia melepas semua pakaiannya hingga telanjang bulat. "Aku juga, aku menginginkan dirimu, kaachan." Naruto menarik Kushina ke dalam sebuah pelukan hangat, bibir Naruto bergerak untuk mencium leher Kushina, dia memberikan bercak-bercak merah pada leher wanita itu sebagai tanda kepemilikannya. "Kaachan..." Kedua tangan Naruto meremas kedua pantat sintal Kushina.

"Ummh, Naru..." Kushina mulai terbuai akan rangsangan Naruto, dia seolah tak ingat jika orang yang sedang mencumbui dirinya itu putra semata wayangnya. "Kaachan ingin lebih..."

Naruto tak menjawabnya, ciuman pemuda itu turun kebawah hingga ke dua buah payudara lezat Kushina. Dia melahap puting Susu Kushina, kedua mata Naruto membola saat merasakan sebuah cairan yang keluar dari puting susu Kushina, tapi dia terus saja menghisapnya

"Naru..." Kushina terus mendesah memanggil nama Naruto, tubuhnya seolah disengat oleh sesuatu saat Naruto menggerayanginya.

"Kaachan, aku masukkan."

"Ya, masukkan! Aku tak peduli jika kau anakku, aku menginginkanmu, Naruto."

Naruto tersenyum, dia pun mencium bibir Kushina sembari tangannya mengarahkan penis yang sudah berdiri tegap itu ke vagina basah Kushina. Dia mendorong pinggulnya untuk memasukkan semua batang penisnya ke tubuh Kushina.

Kushina menahan deshaannya disela-sela ciumannya bersama Naruto. Tubuhnya serasa kembali muda setelah sekian lama tak berhubungan badan dengan Naruto, sementara itu pemuda pirang tersebut mendorong penisnya untuk bergerak keluar masuk di dalam tubuh Kushina.

Dia merasakan jika dinding rahim Kushina mulai menyempit, pemuda itu merasa agak susah saat merasakannya. "Kaachan sempit sekali..."

"Diamlah!"

Naruto tersenyum, lalu mempercepat gerakannya. "Kaachan... Kaachan..." Naruto terus memanggil Kushina, gairahnya kembali setelah dua minggu tak berhubungan dengan Kushina. "Kumohon, jadilah istriku... Kaachan."

"Ya, aku mau, aku ingin menjadi istrimu! Ukh!"

"Keh!"

Mereka berdua klimaks secara bersamaan, sperma Naruto memenuhi rahim Kushina hingga meluber keluar dari tubuh wanita itu.

"Aku pulang!"

Naruto menata sepatunya di bawah, dia pun masuk ke dalam apartemennya. "Eh, Selamat datang Naruto." Kushina keluar dari dapur dengan perutnya yang sudah buncit. "Anak kaachan kini sudah sukses ya." Wanita itu memeluk tubuh Naruto sembari mencium bibir pemuda itu.

"Ya, kaachan bangga kan punya putra sepertiku?"

"Um kaachan bangga sekali." Naruto tersenyum, dia mengelus perut buncit Kushina. "Dan dia bangga punya ayah seperti Naruto."

"Ya, aku mencintaimu Kushina."

"Kaachan juga."

END.