STRONG FATHER
Disclaimer
Naruto : masashi kishimoto
Highschooldxd : ichie ishibumi
Dan karakter lain dari anime lain
Rate : M
Genre : family, humor, romance, fantasy
Pair :
Naruto U x Big Harem
(Great Red x Kholkikos x Katerea x Serafall x Grayfia x Arturia x Yasaka x Asuna x Mereoleona x Shirahoshi x Albedo x Freya x Hancock x Chisato x Remia x Robin) x (Kalawarner x Izanami x Gabriel x Hestia x Tiamat x -- )
(Menma x Raynare x Akeno) (Gray x Kuroka) (Minato x Koneko)
Warning : fic ini hasil pemikiran sendiri, banyak kesalahan, kata tidak baku, typo, gaje, alur berantakan.
"Hello" : orang bicara
"Hello" : orang membatin
"Hello" : monster bicara
"Hello" : monster membatin
.
Peringatan sebelum membaca, chapter ini mungkin banyak typo dan kata yang kurang dan kesalahan ketik karena saya terlalu malas untuk meneliti lagi.
.
Chapter 44
.
#Skip 10 tahun kemudian
.
Waktu berlalu, tak terasa sudah 10 tahun lamanya semenjak latih tanding Draig dan Albion.
Nampak banyak perubahan. Draig terlihat lebih giat berlatih mengontrol Senjutsu, karena dirinya iri melihat Albion bisa mode Senjutsu. Walau begitu, mereka tak saling bermusuhan, malah sebaliknya. Albion dengan senang hati membantu pelatihan Draig. Karena bagaimana pun Albion juga perlu penyempurnaannya. Jadi berlatih mengontrol bersama adalah pilihan tepat, pikir Albion.
Lain anak, lain ibunya. Jika Draig dan Albion nampak akur-akur saja, tapi ibu mereka nampak seperti bermusuhan entah penyebabnya apa. Sehingga membuat Naruto pusing melihat tingkah mereka yang seperti anak kecil saja.
Bahkan pernah mereka saling bertarung dengan alasan tak jelas. Tak main-main, bahkan pertarungan mereka sangat serius sekali. Sampai-sampai membakar habis setengah hutan yang ditempati Naruto sekarang.
Dan pastinya, jika mereka saling bertarung, pasti membuat Naruto kerepotan melerainya. Dan itu wajib bagi Naruto, karena dirinya adalah pemimpin keluarga. Jika tidak bisa mengatur para istrinya, maka dia menganggap dirinya sendiri adalah pemimpin keluarga yang paling gagal.
Naruto tau, dirinya memang lemah dalam hal kekuatan maupun fisik. Ibarat semut bagi bangsa Naga ini. Tapi jangan salah, dia tak akan takut kepada siapa pun apabila menyangkut keluarganya.
Naruto akan tegas, tidak peduli jika istrinya itu Naga yang memiliki kekuatan besar. Jika mereka sulit diatur, maka Naruto akan bertindak.
Seperti saat ini. Naruto sedang bersedekap dada, menatap kedua istri Naganya yang duduk Seiza dan saling memalingkan wajahnya.
Mereka berdua habis bertarung sengit yang entah keberapa kalinya. Dan Naruto sedang melerai entah keberapa kalinya.
"Katakan. Apa alasan kalian melakukan pertarungan tadi?" tanya Naruto dengan sedikit membentak.
""Tidak ada.""
Jawab cepat mereka berdua. "Huh..." Naruto menghela nafas, ia duduk bersila. "Lihat aku."
Tak ada respon, Great Red dan Kholkikos masih saja memalingkan wajahnya. Kesal, Naruto kesal karena ucapannya di abaikan oleh mereka. Seketika tangan kanan Naruto terangkat.
*BRAK!*
"LIHAT KESINI SEKARANG!"
Bentak keras Naruto. Ia menggebrak meja kecil di hadapannya hingga hancur karena saking kesalnya tadi. Sontak membuat mereka tersentak karena kaget.
Dan akhirnya mereka pun menoleh ke hadapan Naruto. Akan tetapi, arah pupil matanya entah mengarah ke mana, bukan ke arah Naruto.
"Lihat kesini! Tatap aku sekarang!" kata Naruto membentak.
Sedikit dipaksakan, akhirnya mereka mau menatap Naruto. "Katakan. Apa alasan kalian selalu bertarung seperti tadi?"
Tak ada balasan, mereka terdiam seperti enggan untuk menjawab. "Huh..." Naruto menghela nafas, ia memijit pelipisnya yang pusing itu.
"Kalian sudah dewasa. Draig dan Albion saja sudah besar. Tapi tingkah kalian semakin lama semakin kayak anak kecil." Ucap Naruto.
Great Red dan Kholkikos tetap terdiam. "Apa gunanya si, melakukan tindakan bodoh kalian? Kesenangan kah? Atau kepuasan?" Naruto terdiam sebentar. Dan mereka tetap masih terdiam. "Kalau iya, bukan seperti itu caranya. Kalian bisa melakukan kegiatan yang lebih bermanfaat ketimbang perkelahian bodoh kalian." Ucap Naruto menasehati.
"Huh..." tiba-tiba Kholkikos menghela nafas. "Kau tau Naru. Aku sudah muak." Ucapnya.
"Muak karena apa?"
"Aku muak melihatmu yang selalu lebih memperhatikan anaknya si sialan Red. Kau lebih perhatian terhadapnya ketimbang Albion."
Seketika Great Red menatap sengit Kholkikos. "Yang benar saja kau sialan! Anakmu jauh lebih diperhatikan ketimbang anakku. Asal kau tau." Ucap sengit Great Red.
Kholkikos balik menatap sengit Great Red. "Apa kau bilang! Sudah jelas anakmu jauh lebih diperhatikan ketimbang anakku."
"Hey Kholki Sialan. Punya mata dipakai. Kau buta ya, sudah jelas anakmu jauh lebih diperhatikannya."
"Kau yang buta!"
"Kau!"
Berbagai perdebatan sengit mereka berdua, bahkan sampai melupakan Naruto yang berada di hadapan mereka.
Tangan Naruto mengepal. Ia kesal, ternyata alasan mereka selama ini hannyalah alasan yang terbilang konyol di dengar. Menyangkut anak, kurang perhatian. Omong kosong, Naruto tak pernah pilih kasih, semuanya dia anggap sama. Yaitu keluarga.
"DIAM!"
Perdebatan Great Red dan Kholkikos pun terhenti karena bentakan keras Naruto. Seketika mereka menoleh ke arah Naruto yang sedang menatap tajam mereka berdua.
"Hanya itu. Hanya itu alasan kalian saling bertarung." Ucap datar Naruto. "Omong kosong! Kalian menilaiku pilih kasih? Asal kalian tau, aku memiliki caraku sendiri untuk memperhatikan mereka. Tidak seperti kalian yang malah sibuk saling bertarung tak jelas." Sedikit amarah meluap, Naruto dengan entengnya malah memarahi Great Red dan Kholkikos.
*Srek!*
Tiba-tiba Kholkikos berdiri. "Tau ah. Aku juga bosan diatur-atur olehmu, lebih baik aku pergi dari sini." Ucap datar Kholkikos.
Naruto menatap tajam Kholkikos. Tangannya menunjuk arah luar dan berkata. "Silahkan. Kau datang kesini dengan sendirinya, maka kau pergi pun aku tak melarangnya."
Kholkikos terdiam. Ucapan enteng Naruto membuatnya sedikit Sakit. Pasalnya ia tadi berharap akan mendapat ucapan Pencegahan dari Naruto. Tapi nyatanya malah sebaliknya.
Walau berat dirasa. Kholkikos langsung berbalik badan, Tiba-tiba di depan Kholkikos tercipta sebuah portal Dimensi. Seketika pula Kholkikos langsung memasukinya dan menghilang ditelan portal itu.
Keheningan pun terjadi. Kini di ruangan itu hanya ada Naruto yang sedang mengatur ketenangannya. Dan Great Red yang diam membisu.
"Tega kau, Naru."
Tiba-tiba Great Red berucap, membuat Naruto menoleh kepadanya. "Tega apanya?"
"Kau tega. Aku dan Kholki memang bermusuhan. Tapi tetap saja, Kholki itu istrimu, sama sepertiku. Bukan seharusnya kau usir dari sini."
Naruto menopang dagunya, "Lalu, apa kau juga ingin ikut pergi dengannya?"
Seketika Great Red langsung terdiam. Sedikit kata pun tak bisa ia keluarkan. Seolah-olah mulut dan lidah terkunci atas ucapan Naruto yang terbilang enteng tanpa beban sedikit pun.
"Kalau mau pergi, Silahkan. Jadi kau bebas bertarung sepuasnya tanpa kuhentikan." Sambung Naruto.
*Srek!*
Great Red berdiri. "Baik. Aku akan pergi." Ucap datarnya karena emosinya sambil menciptakan portal dimensi di sampingnya. "Jangan pernah mencariku." Sambungnya sambil memasuki portal tersebut. Seketika hilang tak menyisakan apa-apa. Hanya Naruto saja yang ada di ruangan itu.
"Huh..." sedikit menghela nafas untuk mengatur ketenangannya. "Baka," gumamnya, sambil menerawang langit-langit ruangan itu.
Sedikit mengutuk diri sendiri karena terbawa emosi. Tapi tak ada pilihan, jika dirinya tak tegas. Maka harga diri sebagai laki-laki akan diinjak-injak oleh mereka.
Naruto tak mau itu terjadi. Ia tersenyum, seperti menemukan sesuatu yang dapat menghilangkan emosinya.
.
"Setidaknya aku masih memiliki harta paling berharga yang tak ada gantinya. Anak-anakku."
.
.
.
#Skip Sore
.
Waktu berlalu, tak terasa sudah waktu sore terasa. Kini nampak di depan rumah sederhana Naruto ada Draig dan Albion.
Mereka baru pulang dari latihannya bersama-sama. Jika dilihat dari obrolan senang mereka, maka sudah pasti latihan mereka cukup menyenangkan tadi.
Obrolan santai mereka pun terhenti. Draig memegang ganggang pintunya.
*Krieeeeeeet!*
""Tadaima!""
Ucap mereka berdua, bersamaan dengan pintu yang terbuka.
Hening, tak ada jawaban dari dalam. Hanya hembusan angin yang keluar masuk rumah itu. Sedikit bingung dan heran, karena baru kali ini mereka mengucapkan salam tapi tak ada jawaban. Tanpa harus ambil pusing, mereka akhirnya masuk begitu saja, berharap di dalam ada orang tua mereka.
*Tap! Tap! Tap!*
Langkah kaki mereka akhirnya membawanya ke ruang tengah, tapi tetap saja di situ sepi, tak ada seorang pun. Akan tetapi mereka bingung. Bingung akan banyak sajian makanan di atas meja yang tertata rapi. Tapi mereka tau siapa yang membuat itu semua, siapa lagi kalau bukan ayah mereka. Karena sang ayahlah yang bisa memasak di keluarga ini.
Bersyukurlah karena memiliki ayah yang hebat. Ayah mereka bahkan pandai bercocok tanam, sehingga bahan masakan tak akan bingung mencarinya.
"Ah Draig, Albion. Baru pulang?"
Dari arah dapur Naruto berucap sambil membawa 1 gelas minuman untuk dirinya. Sontak membuat Draig dan Albion menoleh ke arahnya.
"Otou-san, ini ada apa?" tanya Draig sambil menunjuk sajian makanan di atas meja, dan didukung anggukan Albion.
"Untuk kalian." Balas Naruto sambil duduk menghadap sajian makanan di atas meja. "Kalian pasti lapar kan? Sehabis berlatih." Sambungnya.
""Um.""
Angguk kompak Draig dan Albion. Seketika mereka langsung duduk di tempat duduk mereka masing-masing.
""Itadakimasu""
Dengan lahap, Draig dan Albion langsung menyambar makan di atas meja itu.
Bukan hal aneh bagi Naruto melihat cara makan kedua anaknya yang terbilang Rakus dan Mengerikan. Malah Naruto senang, ia menopang dagunya, tersenyum melihat itu semua.
Sungguh kebahagiaan yang tak ada gantinya bagi Naruto. Melihat anak sendiri, darah dagingnya sendiri. Begitu antusias melakukan apa yang mereka mau. Seperti sekarang ini, walau cara makan mereka aneh, tapi Naruto tak melarangnya. Cukup melihat anaknya puas dan senang, itu sudah cukup bagi Naruto sekarang dan seterusnya.
Bagi Naruto. Mantan istri mungkin ada, tapi mantan anak tak akan pernah ada. Maka dari itu ia lebih senang bisa bersama anak-anaknya. Rasa cinta dan kasih sayangnya akan ia tuangkan kepada anak-anaknya sekarang.
Dan Naruto tak pusing memikirkan jawaban jika mereka menanyakan ibu mereka untuk Sekarang ini. Karena sejak 5 tahun ini ibu mereka nyatanya jarang sekali pulang. Jadi mereka akan berpikir bahwa ibu mereka tak pulang lagi. Tapi nyatanya, ibu mereka sudah tak akan pulang lagi tanpa mereka tau.
Biarkan itu mengalir terbawa waktu. Cukup pikirkan apa yang seharusnya dipikirkan. Yang paling penting bagi Naruto adalah kedua anaknya. Soal urusan ibu mereka, biar nanti saja.
Naruto mendongkrakkan kepalanya, menatap langit-langit ruangan tersebut.
.
"Kupikirkan nanti saja, jika mereka menanyakannya."
.
.
.
#Skip 2 Tahun kemudian
.
2 tahun pun berlalu. Hal yang belum Naruto pikirkan akhirnya harus membuatnya berpikir secara cepat dan harus benar-benar matang.
Kini, di ruang utama rumah sederhananya. Naruto sedang ditatap oleh kedua putrinya. Yaitu Draig dan Albion yang menatapnya penuh kepastian. Seperti seseorang yang sedang menginterogasi penjahat yang ke tangkap basah.
Berusaha untuk tetap tenang adalah pilihan tepat. Sebisa mungkin Naruto harus berusaha tetap tenang walau tak tau harus berbuat apa setelah ini.
"Katakan Otou-san. Apa iya, Otou-san mengusir Okaa-san dari sini?" Tanya Draig.
Naruto terdiam. Alasan yang belum sempat terpikirkan sekarang telah dipertanyakan. "Huh..." helaan nafas tercipta dari mulut Naruto. Ia menatap atap dan mencoba untuk tenang, walau nyatanya ia bingung harus mengatakan apa. "Kalian sudah dewasa, kalian pasti tau akan suatu kebenarannya." Ucapnya yang keluar dari mulutnya. Naruto tau, seandainya ia mengatakan 'Otou-san tak penar mengusirnya. Otou-san hanya membiarkan saja. Itu hak Okaa-san kalian,' itu percuma. Pasti mereka telah dihasut ibu mereka di dimensi luar.
Walau nyatanya Naruto memang tak pernah mengusir ibu mereka, melainkan membiarkannya dan mempersilahkan. Itu Hak mereka, Naruto tak pernah melarangnya. Ia hanya memenuhi kewajibannya sebagai seorang ayah yang mengayomi keluarganya. Akan tetapi ibu mereka yang seakan tak tau dan mengerti caranya Naruto membimbing keluarganya.
""Jadi begitu ya..."" Gumam Draig dan Albion bersamaan.
Tiba-tiba wajah mereka berubah datar. Wajah benci mereka tampikan, hanya kepada sosok ayah mereka. Mereka berbalik badan ""Aku benci Otou-san!"" ucap keras mereka, bersamaan dengan mereka yang melangkah cepat keluar dari rumah sederhana itu.
Hal yang tak diinginkan Naruto, terjadi juga. Batin Naruto sangat-sangatlah Sakit. Lebih sakit dari pada ditusuk pedang pas di jantung atau dikhianati istri.
Ini jauh lebih sakit. Sakit karena dibenci oleh anak sendiri adalah suatu pengalaman yang paling pahit seumur hidupnya. Bahkan jika seluruh dunia membenci dirinya, itu tidak apa-apanya ketimbang dibenci anak sendiri.
Naruto menunduk, sedikit mengusap air mata yang tak mampu ditampung oleh matanya. Ia merasa gagal. Gagal sebagai seorang ayah yang seharusnya dibanggakan oleh anaknya.
Mulai sekarang ia akan kembali. Kembali ke awal dirinya terdampar di dimensi sekarang tempati. Yaitu kesunyian dan kehampaan. Tak ada lagi tawa mereka, tak ada lagi wajah senang mereka yang menghiasi hari-harinya, Semuanya telah sirna mulai saat ini dan seterusnya.
Naruto menunduk, membenamkan kepalanya dengan kedua tangannya di atas meja. Menyembunyikan wajah sedihnya yang dari tadi terus mengeluarkan air matanya.
.
"Hiks... Pemimpin keluarga apanya? Hiks... bahkan aku sekarang dibenci oleh anakku sendiri. Hiks..."
Gumamnya Terus merutuki, menyalahkan diri sendiri karena merasa telah gagal menjadi seorang pemimpin keluarga.
.
.
.
Dibalik Naruto yang bersedih. Di balik pagar rumahnya, tepat di bawah jendela yang mengarah ke ruang utama. Sehingga Naruto yang bersedih pun terlihat.
Di situ ada Ophis, ia menyenderkan punggungnya di pagar rumah tersebut. Dan pastinya tak diketahui oleh orang yang di dalam rumah.
Tangannya mengepal tepat di depan dadanya. Sedikit sendu, seperti merasakan apa yang dirasa oleh Naruto sekarang. Karena bagaimanapun ia tau, sejak tadi ia tau dari Draig dan Albion ada sampai dengan lantang mereka mengatakan benci kepada ayah mereka. Penyebab kesedihan Naruto.
.
"Sebegitu besarnya kah, kau menyayangi keluargamu, Naru,"
.
.
.
#Skip 3 tahun kemudian
.
Hidup dalam kesepian sudah dirasa oleh Naruto selama 3 tahun. Sungguh berat, kehilangan sosok keluarga yang ke-2 kalinya bagi dirinya.
Tapi ia tegar, itu semua adalah ujian takdir dirinya. Suatu saat akan mendapat kebahagiaannya sendiri walau takdir memberikan jalan yang berliku-liku, tapi tak apalah.
Tapi dibilang kesepian rasanya tak cocok untuk Naruto. Nyatanya ia sering dikunjungi oleh Ophis. Yah walau alasan Ophis berkunjung dengan alasan yang tak jelas pastinya. Bahkan Naruto sendiri menyebut Ophis dengan sebutan Naga Loli. Dan sebutan itulah yang membuat Ophis sering marah-marah tak jelas kepadanya.
*Krieeeeeeet!*
Pintu rumah sederhananya terbuka. Nampak Naruto yang keluar dari rumah itu. Tampak tenang dirinya, ia menutup kembali pintu rumah tersebut.
Melangkah ke suatu tempat, kakinya membawanya ke halaman belakang yang dulu dijadikan tempat berlatih kekuatan oleh anak-anaknya. Ia terdiam, pandangannya lurus ke depan.
'Albi! Kau curang!'
'Salah sendiri karena tak bisa. Week!'
Naruto tersenyum. Terlintas bayangan Draig dan Albion yang begitu semangat berlatih kekuatan di hadapannya. Sungguh kenangan yang indah.
Cukup lama Naruto terdiam di situ hingga puas. Kemudian ia melangkah kembali ke suatu tempat lagi. Langkahnya membawanya ke tempat dimana Great Red dan Kholkikos bertelur dan menetaskan Draig dan Albion, yaitu di dalam gua yang lumayan jauh dari rumahnya.
Naruto berdiri di ambang mulut gua, melihat ke dalam gua yang begitu luas, dan masih ada tumpukan jeraminya.
'Naru. Kau menginginkan anak kita laki-laki atau perempuan?'
'Uh... Rasanya tak sabar ingin melihat anakku."
Lagi-lagi Naruto tersenyum. Melihat sepintas bayangan Graat Red dan Kholkikos yang begitu antusias dan tak henti-hentinya untuk terus memeluk telur mereka.
Tiba-tiba wajah Naruto berubah sendu. Bayangan Itu semua adalah masa lalu, kini sudah tak bisa lagi mewujudkannya.
"Ya ampun..."
Gumamnya. Ia menghela nafas, sedikit melirik ke belakang. "Keluarlah, Naga Loli. Aku tau kau mengikutiku sejak aku keluar dari rumah," ucap Naruto yang entah kepada siapa di belakangnya.
*Srek! Srek!*
Semak di belakang Naruto bergerak, Dan Naruto tau siapa yang berada di balik semak itu. Siapa lagi kalau bukan Ophis si Naga Loli yang sudah diketahui mengikuti Naruto sejak keluar rumah tadi.
Ophis pun terlihat, wajahnya menoleh ke samping. Wajahnya sedikit bersemu. "Bisa tidak, Baka. Jangan memanggilku Naga Loli lagi," ucap Ophis.
Sedikit senyum tercetak di wajah Naruto. Senyuman orang yang sedang menjahili. "Tapi kau tak keberatan kan, ku panggil seperti itu," ejek Naruto.
"Baka,"
Desis Ophis tak bisa mengelak. Walau nyatanya dirinya memang tak keberatan dipanggil seperti itu oleh Naruto. "Setidaknya hanya untuk dirimu," batin Ophis.
.
.
.
#Dimensi Underword
.
Bukan di dimensi bangsa Naga, melainkan dimensi luar, atau lebih tepatnya daratan Underword. Tanah yang dihuni oleh bangsa Iblis dan sejenisnya.
Jauh sebelah ujung utara Underword. Tempat itu terdapat sebuah gunung yang cukup tinggi dan juga jarang di jamah oleh bangsa iblis.
Gunung itu terdapat sebuah gua. Gua kecil yang mungkin hanya bisa di masuki oleh mahkluk yang seukuran manusia. Akan tetapi, di dalamnya nampak luas dan terdapat sebuah kolam kecil alami di dalamnya.
Dan di situ pula Great Red berada. Ia dengan mode manusianya duduk di tepian kolam. Matanya memandang air yang jernih di kolam tersebut.
'Red-chan, bukan seperti itu.'
Sedikit senyuman tercetak di wajahnya. Bayangan masa lalunya saat dirinya di ajarkan memasak oleh Naruto terbayang sekarang.
Sungguh hal menyenangkan baginya. Ada seseorang yang dengan senang hati membimbingnya, menasehatinya jika salah.
Tiba-tiba wajah Great Red berubah sendu. Bayangannya terbayang waktu kejadian terakhir kali dirinya memutuskan untuk pergi dari kehidupan bersama mereka yang disebut Keluarga.
"Apa kau merindukanku, Naru?" gumamnya. "Maafkan aku. Aku tau waktu itu kau hanya membiarkan, bukan mengusir. Dan aku baru menyadari perkataanmu itu sekarang," ucapnya sedih.
Ia menyalahkan diri sendiri, merutuki kebodohannya yang baru memahami ucapan Naruto dulu. Tapi dirinya telah mengatakan kepada anak merela bahwa ia di usir olehnya. Sungguh kesalahan fatal dirinya.
Ia sudah bosan hidup dalam Kesendirian. Terus dihantui rasa Penyesalan akhir-akhir ini.
Great Red ingin kembali. Kembali pada Mate-nya, tapi ia takut. Takut apabila Mate-nya sudah tak mau menerimanya.
Sungguh menyedihkan. Sekelas Naga sang mahkluk terluat di dunia kini sedang bersedih. Bersedih karena suatu penyesalan karena baru memahami suatu kata sederhana.
.
.
.
Bukan Cuma Great Red yang bersedih seperti itu, Kholkikos juga. Ia berada di bagian ujung selatan Underword.
Dirinya duduk di atas sebuah batu besar di atas gunung sambil memeluk kedua lututnya. Sedikit bekas air mata tercetak di pipinya, sepertinya ia habis menangis.
.
.
""Naru, apa kau mau menerimaku kembali?""
Batin Great Red dan Kholkikos bersamaan di tempat yang berbeda. Mereka telah bosan hidup dalam Kesepian tanpa warna. Berharap suatu pemberi warna akan senantiasa mewarnainya kembali.
.
.
.
#Skip 63 tahun kemudian
.
*Duaaaar!*
*Boooom!*
Kehancuran. Di tempat yang gersang di tanah Underword ini menjadi hancur. Ledakan dimana-mana akibat suatu serangan sihir penghancur entah dari bangsa Iblis atau bangsa Malaikat Jatuh.
Inilah peperangan. Perang antara bangsa Iblis yang dipimpin oleh Lucifer dan bangsa Malaikat Jatuh..
Dua kubu itu saling berperang merebutkan suatu kekuasaan. Tak ada yang mau mengalah, semuanya mempertahankan apa yang menjadi hak kekuasaan mereka.
Akibat itu, membuat sang Tuhan di Surga harus bertindak menghentikan peperangan Tak Berarti itu.
Sang Tuhan akhirnya mengutus para Malaikat untuk menghentikan peperangan mereka. Akan tetapi, setiba para Malaikat di medang peperangan itu, bukan malah menyelesaikan permasalahan peperangan. Melainkan bangsa Malaikat terseret dalam perang itu. Dan terjadilah peperangan 3 kubu antar bangsa yang berbeda-beda.
"GOARRRRRRRR!"
Perang itu terhenti. Mereka yang berperang terkejut saat tiba-tiba datang bangsa lain. Yaitu bangsa Naga yang meramaikan peperangan itu.
Di sebelah barat, nampak Great Red dengan Draig. Dari timur, nampak Kholkikos dengan Albion. Dari utara, nampak Trihexa666. Dari selatan, nampak Ophis. Mereka semua dalam mode Naga mereka, kecuali Ophis yang hanya diam acuh saja.
*Wush! Wush! Wush! Wush!*
Dari barat dan timur. Great Red, Kholkikos, Draig dan Albion melesat ke pertengahan medan perang.
*DUARRRRRRRRR!*
Benturan keras antar kepala Great Red dan Kholkikos. Begitu juga Draig dengan Albion.
Great Red menatap sengit Kholkikos. "Semua karenamu ." Ucap Grat Red dengan nada bencinya.
Bukan takut. Kholkikos balik menatap sengit Great Red. "Seharusnya kau sadar. Siapa yang memulai ini semua dari dulu," ucap sengitnya .
*Wush! Wush!*
Great Red dan Kholkikos saling mundur. Mereka terus saling tatap sengit dan saling Menyalahkan akan hal sesuatu.
Bahkan mereka berdua tak menyadari, jika ada beberapa korban yang mati akibat tertimpa tubuh besar Naganya. Karena Emosi, mereka menghiraukan semua yang ada di sekitarnya.
Berbeda dengan Draig dan Albion. Mereka malah nampak seperti bersenang senang, Pertarungannya seperti biasanya saat berlatih bersama.
Terus bertarung, tak memperdulikan bahwa telah bayak yang menjadi korban atas tak sengajanya terkena serangan Draig dan Albion yang dilancarkan untuk menyerang.
Dan pada akhirnya peperangan antar 3 kubu itu terhenti. Mereka semua sepakat melakukan genjatan senjata, menyudahi perangnya.
Dan kini perangnya adalah melawan bangsa Naga itu yang seenak jidatnya meramaikan perang. Apalagi sekarang nampak Trihexa666 mulai bergerak. Ikut bertarung melawan Great Red dan Kholkilos.
Sedangkan Ophis, ia lebih memilih memperhatikan saja. Tak ada niatan dirinya untuk ikut melakukan tindakan bodoh. Ia sadar, bertarung tanpa sebab itu hannyalah kegiatan yang sia-sia.
Dibalik itu semua. Sang Tuhan masih tetap tak ada gerakan sama sekali. Ia melayang, tersenyum ramah atas kehadiran bangsa Naga tersebut.
Karena sang Tuhan maha tau, hanya 1 orang yang mampu menghentikan bangsa Naga dengan kebijakannya.
Sang Tuhan memudar menjadi serpihan cahaya, dan menghilang. Bukan Kabur yang Tuhan lakukan, melainkan menjemput sang Takdir akan semua penyelesaian atas kerusuhan bangsa Naga yang dilakukan saat ini.
.
.
.
#Skip Dimensi Naga
.
*Clup!*
Kail pancingan jatuh di atas permukaan air. Kini Naruto sedang memancing di sebuah rawa yang tak jauh dari rumahnya.
Sekedar menghilangkan Kejenuhan adalah hal terbaik yaitu memancing. Bersabar, menunggu kail yang dilempar akan disambar oleh ikan.
Akan tetapi ketenangan Naruto sedikit terganggu atas munculnya serpihan cahaya yang melayang di hadapannya.
Sontak Naruto menjadi waspada, melupakan kail pancingannya. Ia kini fokus memperhatikan serpihan cahaya tersebut yang kini sedang membentuk suatu rupa.
"Tenanglah wahai manusia yang penuh kebijakan."
Sedikit menaikkan alisnya bingung saat tiba-tiba cahaya terang di hadapannya bersuara.
"Jangan bingung, aku adalah Kami-sama,"
"Kami-Sama?"
Bingung Naruto memiringkan kepalanya. Batinnya bertanya-tanya. '' Apa aku mimpi?''
Karena Tuhan Maha Tau, maka ia juga tau apa yang dibingungkan oleh Naruto. Tuhan pun berkata. "Kau tidak bermimpi wahai manusia. Apa yang kau lihat itu benar apa adanya."
Dan akhirnya Naruto percaya bahwa apa yang berada di hadapannya memang sang Tuhan. Karena Aura yang terpancar begitu bersih dan suci tanpa noda, begitu tenang dan hangat yang mampu membawa siapa saja merasa damai akan Auranya. Itu yang dirasa oleh Naruto sejak kemunculan sang Tuhan dari tadi.
Naruto membungkuk, mengakui bahwa derajatnya lebih rendah dari sosok di hadapannya. "Sungguh suatu kehormatan bagiku yang penuh dosa ini didatangi oleh anda wahai Kami-sama," ucap Naruto merendah diri.
Sang Tuhan tersenyum. "Suatu takdir. Yang mampu menyelesaikan pertingkaian bangsa Naga hanya dirimu sesuai takdirnya," jelas sang Tuhan memberitau.
Antara percaya dan tidak. Itu suatu pilihan yang sulit, dan Naruto sedang mengalami hal itu. Tapi nyatanya Naruto harus dibuat percaya atas ucapan sang Tuhan. Karena apa yang diucapkan telah membawa-bawa soal Takdirnya.
"Maksud anda?" tanya Naruto masih membungkuk merendah.
"Kedua istrimu dan kedua anakmu sedang bertingkai di tengah-tengah medang perang antar tiga kubu." Jelas sang Tuhan memberitau.
Seketika Naruto langsung melebarkan mata terkejut atas pemberitahuan langsung dari sang Tuhan kepadanya.
"Dan sesuai takdir tertulis, hanya kau yang mampu melerai pertingkaian bangsa Naga," sambung sang Tuhan.
Seketika Naruto langsung menegakkan badannya. "Bawa aku kesana, Kami-Sama. Aku tak ingin mendengar banyak korban atas tindakan konyol mereka." Ucap Naruto dengan yakin.
Selain yakin, sebenarnya Naruto juga Merindukan mereka, khususnya untuk kedua anaknya. Naruto hanya ingin melihat kedua anaknya yang telah tumbuh dewasa tanpa sepengetahuannya cukup lama. Dan berharap bahwa kedua anaknya juga merindukannya.
Dan sang Tuhan tau apa yang dirasa oleh Naruto, sehingga ia tersenyum. "Pilihan yang bijak wahai manusia yang penuh kebijakan," ucap sang Tuhan.
Tiba-tiba tubuh Naruto memudar menjadi cahaya bersamaan dengan sang Tuhan yang memudar menjadi serpihan cahaya. Dan lama-kelamaan serpihan cahaya itu hilang dalam sekejap mata.
.
.
.
#Skip Dimensi Underword
.
#Dengan Ophis
.
Terus diam memperhatikan sambil duduk tenang di atas bukit yang tak jauh dari peperangan. tak ada niatan bagi Ophis ikut meramaikan perang tersebut.
*Sring!*
tiba-tiba di sebelah Ophis duduk tercipta sebuah portal dimensi yang mengeluarkan pria dewasa dengan rambut merah salmon serta perempuan berambut biru panjang, yaitu Igneel dan Grandine dengan wujud manusia.
"Wow. Sudah dimulai kah?" Kata Igneel yang seketika berdiri di samping Ophis. Igneel menoleh ke arah Ophis. "Kau tidak ikut meramaikan, Ophis?" tanyanya.
"Buat apa? Hanya perkelahian konyol mereka kenapa aku harus ikut," balas Ophis cuek tanpa menoleh sedikit pun.
"Siapa tau. Untuk membuktikan Eksistensi Naga terkuat siapa, antara Trihexa, Great Red dan kau." Ucap Igneel. "Karena sejauh ini hanya Trihexa lah yang menurutku paling terkuat." Sambungnya.
"Jangan lupa Kholkikos. Igneel-kun. Dia memang seurutan dengan kita berdua. Tapi jika dia mengamuk, Trihexa saja mundur." Kata Grandine di samping Igneel.
Seketika Igneel terdiam mematung, ia sepertinya baru sadar akan suatu hal. "Benar juga. Kenapa aku lupa ya?" ucapnya.
Grandine menunjuk wajah Igneel. "Itu karena kau tak ingin mengingat waktu kau dihajar habis-habisan oleh Kholki kan?"
"Oh sayang, jangan ingatkan itu lagi," ucap Igneel merinding ngeri saat teringat dirinya pernah menjadi bahan amukan Kholkikos dulu yang entah sebabnya apa.
*Sring!*
Tiba-tiba dari belakang mereka nampak ada tujuh portal dimensi. Mereka hanya melirik saja, karena mereka tau siapa mereka.
Dengan pria tua berambut putih panjang serta janggut putihnya juga panjang, dan memakai pakaian khas China berwarna hijau. Dialah perwujudan dari Naga Yu Long. (Legenda Naga China/Tionghoa).
Di samping kanan Yu Long, nampak seseorang laki-laki berperawakan remaja dengan rambut berwarna hijau tua. Dialah perwujudan dari Naga Wyrvern. (Legenda Naga Inggris).
Di samping kiri Yu Long, nampak seorang perempuan dewasa berambut hijau panjang. Dialah perwujudan Naga Cuelebre. (Legenda Naga Asturias).
Di belakang Wyvern, nampak pria dewasa dengan ciri khas rambut yang memiliki empat warna. Merah, kuning, biru dan hijau. Dialah perwujudan dari Naga Chuvash. (Legenda Naga Chuvashia).
Di belakang Yu Long, nampak bocah kecil seperti Ophis, tapi dia laki-laki. Rambutnya hijau muda dan halus. Dialah perwujudan Naga Zmaj. (Legenda Naga Slovenia).
Di belakang Cuelebre, nampak seseorang remaja laki-laki seperti berandalam. Wajahnya penuh sayatan dan rambutnya hitam acak-acakan. Dialah perwujudan Naga Niohoggr. (Legenda Naga Scandinavia).
Dan yang paling belakang sendiri. Tepatnya di belakang Zmaj. Nampak pria dewasa yang terlihat sangar dan gagah, rambutnya hitam jabrik. Dialah perwujudan Naga Yilbegan. (Legenda Naga Siberia).
Igneel melirik ke belakang, tepatnya ke arah Niohoggr. "Tumben sekali bocah bodoh mau keluar sarangnya?" ejek Igneel kepada Niohoggr.
"Berisik!" kesal Niohoggr.
Cuelebre mendekati Grandine, ia menepuk bahu Grandine. Sehingga Grandine menoleh ke arahnya. "Tumben sekali kau tak bersama Tiamat?" tanya Cuelebre.
"Seperti biasa. Hidupnya hanya untuk tidur saja, karena dia pemalas," balas Grandine santai, sehingga Cuelebre hanya menghela nafas saja mendengar jawaban santai Grandine.
"Ngomong-ngomong. Bahamut dimana? Katanya dia juga mau menyaksikan pesta ini. Tapi dari tadi aku tak melihatnya," ucap Yu Long sambil tolah-toleh mencari sesuatu sambil terus mengelus janggutnya yang panjang itu.
"Jangan tanya aku. Dia tu juga malasnya seperti Tiamat," balas Igneel tanpa menoleh ke arah Yu Long di sampingnya.
Tak ingin bertanya lagi, Yu Long lebih memilih menyaksikan pertarungan tiga Eksistensi Naga terkuat sekarang. Begitu juga yang lainnya yang sama-sama melakukan seperti Yu Long, sama-sama ikut menyaksikan pertarungan Naga.
Yilbegan bersedekap dada, ia berdiri di samping kiri Ophis, sedangkan di samping kirinya Yilbegan itu Niohoggr dan di depannya Zmaj. Serta di samping kanan Ophis telah berdiri Wyvern dan Chuvash.
Mereka terus menyaksikan pertarungan tiga Naga terkuat yang jauh dari pandangan matanya. Tapi fokus Yilbegan dan Niohoggr malah tertuju pada pertarungan Draig dan Albion di sana.
"Menurutmu Yil. Antara Draig dan Albion, siapa yang akan menang?" tanya Niohoggr kepada Yilbegan.
"Hmm..." Yilbegan memegang dagunya, ia sangat fokus mengamati pertarungan Draig dan Albion. "Yang kulihat sekarang. Kekuatan Draig jauh lebih menguntungkan. Jadi aku beransumsi jika Draig yang akan menang," ucap Yilbegan.
"Kau salah,"
Ucap Ophis membuat mereka yang di dekatnya menoleh ke arahnya dengan wajah bingung yang ditampilkan. "Maksudmu, Ophis?" tanya Zmaj mewakili yang lainnya.
"Kalian akan tau nanti," ucap singkat Ophis.
Mereka pun akhirnya hanya menghela nafas pasrah, mereka memilih menyaksikan kembali pertarungan Naga. Ke arah Draig dan Albion yang sedang bertarung, dan di situ nampak Putra Lucifer sedang menantang Draig dan Albion.
"Tu bocah Lucifer bernyali juga ya? Berkoar-koar menantang dua Naga Surgawi seperti Draig dan Albion," ucap Chuvash yang tak lepas dari pengamatannya terhadap bocah Lucifer, si Rizevim Lifan Lucifer yang masih berumur 25 tahun.
"Jika Draig dan Albion tak mengabaikan bocah itu. 99% kematian menghampirinya," kata Wyvern yang juga mengamati pertarungan Draig dan Albion.
"Kau benar," kata Chuvash.
Sedangkan di sisi lain tak jauh dari mereka. Igneel, Grandine, Yu Long dan Cuelebre juga tak lepas dari penglihatannya, dan fokusnya ke pertarungan Trihexa666, Great Red dan Kholkikos yang nampak begitu sengit.
Igneel memegang dagunya. "Aku bingung, jika para Eksistensi terkuat sealam semesta bertarung. Siapa yang mampu menghentikannya? Walau bagaimanapun mereka mampu menantang Tuhan," ucap Igneel sambil berpikir.
"Ada," singkat Yu Long.
Seketika Igneel, Grandine dan Cuelebre menoleh ke arah Yu Long yang masih setia mengelus janggut panjangnya.
"Siapa?" tanya Igneel yang penasaran.
"Seorang manusia," singkat Yu Long lagi.
Seketika mereka melebarkan mata tak percaya mendengar ucapan enteng Yu Long itu. "Jangan bercanda, Itu tak lucu. Mahkluk paling lemah dapat menghentikan amukan dari mahkluk terkuat? Yang ada sebelum melangkah sudah mati berdiri dulu jika itu terjadi," ucap Igneel benar-benar tak percaya. Sedangkan Grandine dan Cuelebre hanya mengangguk menyetujui ucapan Igneel.
"Huh..." Yu Long menghela nafas. "Kalau kalian tak percaya, tanya saja sama Ophis," ucapnya.
Seketika Igneel, Grandine dan Cuelebre langsung menoleh ke arah Ophis. "Oph..." ucapan Igneel yang ingin bertanya tak diteruskan. Ia merasakan sesuatu energi aneh di atas langit Underword. Dan ternyata bukan Cuma Igneel saja yang merasakannya, semuanya juga, termasuk bangsa Iblis, Malaikat Jatuh dan Malaikat. Mereka semua langsung menoleh ke atas langit. Kecuali Trihexa666, Great Red dan Kholkikos yang nampak masih serius bertarung. Serta Draig dan Albion yang nampak begitu bersenang-senang di pertarungan mereka.
.
.
.
.
Nampak di atas langit ada sang Tuhan dan di sampingnya ada Naruto yang wajahnya telah ditutupi sebuah topeng rubah. Mereka melayang seperti gaya gravitasi tak mempengaruhinya.
Wajah Naruto datar di balik topengnya. Ia benci, sangat benci melihat suatu peperangan yang banyak memakan korban. Dan ia marah, sangat marah terhadap para Naga yang sedang bertarung di tengah peperangan itu. Karena sebab korban melayang kebanyakan dari mereka. Apalagi Naga yang sedang bertarung itu adalah mahkluk yang pernah Menjadi Keluarga Kecil bersamanya.
Naruto menoleh ke arah sang Tuhan. "Ya Tuhan, Tolong segel kedua anak saya. Agar mereka mengerti jika tindakan mereka sekarang itu tindakan bodoh yang tak ada manfaatnya. Biarkan mereka merasakan rasa sakit atas korban melayang akibatnya," minta Naruto dengan membungkuk hormat. "Dan soal kedua istri saya, biarkan saya yang menghentikannya,"
Nampak sang Tuhan tersenyum walau tertutup cahaya suci yang menyelimutinya. "Sungguh keputusan yang bijak. Baiklah wahai manusia yang bijak, akan kukabulkan pemintaanmu," balas sang Tuhan. Dan Naruto langsung mengangguk atas jawaban dari sang Tuhan.
.
*WUSH...!*
.
Seketika Naruto langsung terjun ke bawah dengan cepat. Seperti batu berat yang di lempar ke bawah.
.
*DUARRRRRRRRRRRR!*
.
Dan ledakan besar menandakan bahwa Naruto telah mendarat di permukaan tanah Underword. Debu beterbangan di area Naruto mendarat, semuanya penglihatan tertutup oleh itu.
.
*Wush...!*
.
Dengan perlahan debu menghilang tertiup angin. Hingga debu benar-benar menghilang. Kini nampak Naruto yang berdiri kokoh penuh keyakinan, menatap dingin dari balik topengnya ke arah Trihexa666, Great Red dan Kholkikos yang masih bertarung tak jauh dari pandangannya.
*Tap! Tap! Tap! Tap! Tap!*
Naruto melangkah santai ke arah tiga Naga yang bertarung. Dengan Yakin tanpa rasa takut sedikit pun.
Tidak memperdulikan jika sekarang dirinya menjadi bahan perhatian bangsa lain. Naruto tetap melangkah ke tujuan utamanya.
*Tap!*
Langkah Naruto terhenti tepat tak jauh dari pertarungan tiga Naga. Ia bersedekap dada.
"HENTIKAN PERTARUNGAN KALIAN!"
Teriaknya sangat keras, tapi nampaknya teriakannya tak terdengar oleh mereka bertiga. Mereka tetap saja bertarung sengit.
"Oke, tak mau berhenti. Maka kekerasan akan kugunakan," gumam Naruto, tapi ia masih tetap bersedekap dada.
Dan ternyata, dari atas langit Underword telah ada tiga Bunshin Naruto yang telah melayang dengan bola biru raksasanya. Para Bunshin itu terjun tepat mengarah ketiga Naga yang masih bertarung.
.
[SENPO! : ODAMARASENGAN!]
.
*BOOOOOOOOOOOOM!*
.
Ledakan besar pun terjadi setelah hantaman jurus dari Bunshin Naruto yang menghantam tiga Naga itu. Semuanya langsung menoleh ke arah sumber ledakan, bahkan Draig dan Albion juga terhenti kegiatan bertarungnya, mereka lebih memilih melihat ke arah debu tebal tempat ledakan tadi.
*Wuuuuuuuuuuussss!*
Tiba-tiba angin tertiup, menghilangkan debu yang menutupi pandangan semua orang. Dapat dilihat, kini semua yang melihat ke arah sumber ledakan tadi melebarkan mata tak percaya atas apa yang dilihatnya sekarang, kecuali Tuhan, Ophis dan Yu Long yang nampak biasa-biasa saja.
Di situ, kini tiga Naga yang tadi mengamuk gila-gilaan telah ambruk tak berdaya, bahkan untuk mengangkat kepala mereka saja terasa berat. Dan Naruto masih berdiri tegak sambil bersedekap dada memandang tiga Naga di hadapannya.
"Kok bisa?" kejut para Naga yang menyaksikan dari kejauhan, kecuali Ophis dan Yu Long.
Di sisi lain, Draig dan Albion nampak terlihat marah menatap punggung Naruto. Karena Draig dan Albion tak mengetahui jika itu Ayah mereka.
*Wush...!*
Seketika Draig dan Albion langsung terbang ke arah Naruto. Mereka ingin menerjang Naruto dengan kemarahan yang luar biasa.
*Brugh! Brugh!*
Belum sempat sampai menerjang, Draig dan Albion tiba-tiba jatuh ke tanah. Mereka merasakan tekanan luar biasa menekan tubuh mereka. Dan itu pelakunya adalah sang Tuhan yang terbang di atas langit sambil menjentikkan jarinya.
Tiba-tiba dua tombak LightSpear berukuran besar muncul di samping kiri dan kanan sang Tuhan. "Segel." dan seketika tombak Lightspear itu melesat ke arah Draig dan Albion setelah sang tuhan mengucapkan lafasnya.
*Jlep! Jlep!*
Tak ada rasa sakit yang dirasa oleh Draig dan Albion saat tombak LighSpear itu menusuk tubuhnya. Tapi keanehan terjadi, tubuh mereka tiba-tiba bercahaya lalu berubah menjadi cahaya berukuran bola sepak. Seketika cahaya itu melesat, menembus dimensi bangsa iblis ke dimensi lainnya setelah sang Tuhan menjentikkan jarinya.
"Oke, lebih baik kita diam dari pada nanti tersegel seperti Draig dan Albion," ucap Yilbegan yang dari tadi terus menyaksikan penyegelan Draig dan Albion.
"Em... Kau benar," timpal Niohoggr menyrtujui.
.
.
.
Trihexa666, Great Red dan Kholkikos menatap tajam Naruto. mereka tidak tau jika orang bertopeng di hadapannya adalah Naruto.
"Siapa kau? Berani sekali mengganggu pertarungan kami," ucap sengit Kholkikos.
Tak ada balasan dari Naruto. Malah kini tangan kanan Naruto terangkat, membuka topengnya dengan perlahan. Dan tiga Naga itu seketika melebarkan mata setelah topeng yang dikenakan oleh Naruto benar-benar tak menutupi wajahnya yang terlihat datar itu.
"Aku. Memang kenapa?" ucap dingin Naruto.
"Kau! Akan kulenyapkan kau Sialan!" teriak Trihexa666 terlihat marah, ia mengangkat tangannya lalu di ayunkan ke arah Naruto.
Tak ada niatan untuk menghindar, Naruto malah menatap biasa apa yang akan dilakukan Trihexa666. Kemudian tangan kiri Naruto terangkat, menunjuk Trihexa666 dengan 2 jarinya.
*Sring! Sring! Sring!*
Tiba-tiba rantai besar muncul dari dalam tanah dan langsung melilit Trihexa666. Sehingga membuat Trihexa666 kesulitan bergerak karena lilitan rantai itu sangatlah erat.
*Pofh!*
Muncul satu Bunshin Naruto yang memakai topeng di samping Naruto. "Urus dia," ucap Naruto kepada Bunshinnya sambil menunjuk Trihexa666.
"Siap bos," balas Bunshin Naruto lalu melangkah mendekat ke arah Trihexa666 yang sedang mencoba melepaskan lilitan rantai, tapi tidak bisa.
Kini Naruto menatap kedua istri Naganya, kemudian ia melangkah santai mendekati mereka dengan wajah datarnya. Great Red dan Kholkikos hanya menunduk saja saat Naruto mendekatinya, mereka seolah takut melihat tatapan Naruto yang ditunjukkan saat ini.
*Set!*
Naruto berhenti langkahnya tepat satu meter di depan Great Red dan Kholkikos. Tatapannya tajam menatap mahkluk besar di hadapannya. "Apa kalian puas?" ucap dingin Naruto.
Tak ada jawaban dari Great Red maupun Kholkikos. Mereka terdiam membisu seolah tak mampu untuk berkata. Tiba-tiba kedua tangan Naruto terangkat, kemudian menyentuh tubuh Great Red dan Kholkikos.
[HIRAISHIN!]
*SRING!*
Seketika Naruto menghilang membawa Great Red dan Kholkikos bersamanya dalam sekejap mata. Sontak hal itu membuat semua yang ada di medan perang merasa bingung dan bertanya-tanya atas kejadian yang dilihatnya. Kecuali Sang Tuhan, Ophis dan Yu Long yang nampaknya mengetahui apa yang dilakukan oleh Naruto tadi.
.
.
.
.
.
Suatu tempat, atau sebuah gua yang dulu pernah dijadikan sarang bertelur oleh Great Red dan Kholkikos, sekaligus untuk mengengkrami telur yang menetaskan Draig dan Albion dulu.
*SRING!*
Dan Naruto serta Great Red dan Kholkikos muncul di tempat itu. Naruto langsung bersedekap dada menatap Great Red dan Kholkikos.
"Katakan. Apa kalian puas melakukan tindakan konyol kalian?" tanya Naruto dengan nada datar.
Nampaknya Great Red telah bosan untuk terus menunduk, ia memberanikan diri menatap Naruto. "Naru, salahkan dia. Dia yang memulai duluan," ucap Great Red sambil menunjuk Kholkikos.
Kholkikos yang ditunjuk pun merasa kesal, ia balik menunjuk Great Red. "Bukan aku, Naru. Tapi dia," ucap sengit Kholkikos kepada Great Red.
Great Red langsung menatap tajam Kholkikos. "Kau!" ucapnya tak terima.
"Kau sialan!" balas Kholkikos juga tak terima.
"Kau!"
"Kau!"
Saling berdebat dan menyalahkan, itu yang dilakukan Great Red dan Kholkikos saat ini. Sedangkan Naruto yang melihat perdebatan mereka terlihat kesal, tangannya mengepal.
"DIAM KALIAN!"
Great Red dan Kholkikos langsung terdiam. Mereka kembali menunduk setelah dibentak oleh Naruto.
"Sudah cukup, aku kecewa dengan kalian. Kalian tidak bisa mencerminkan seorang ibu yang patut dicontoh oleh anaknya."
Great Red dan Kholkikos semakin menunduk, perasaan takut menyelimuti mereka walau mereka adalah seekor Naga.
"Aku hanya ingin kalian saling mengerti, saling memahami satu sama lain." Naruto menegakkan kepalanya menatap Great Red dan Kholkikos. Entah datang dari mana, ada sedikit linangan air mata yang keluar dari mata Naruto. "Kalian tau, atas tindakan kalian seperti itu. Aku merasa orang yang paling gagal di dunia. Gagal sebagai seorang suami yang seharusnya memimpin keluarganya, hiks," ucapnya sedikit terisak.
Great Red dan Kholkikos yang mendengar isakan Naruto pun memberanikan diri untuk menatap Naruto. Seketika mata mereka berseri, tak kuasa melihat Naruto yang meneteskan air matanya.
Seketika Great Red dan Kholkikos langsung merubah wujudnya menjadi manusia. Perasaan takut akan kekecewaan dari seseorang menghampirinya. Dengan perlahan mereka melangkah menghampiri Naruto.
"Diam disitu, aku sudah kecewa dengan kalian." Ucap Naruto seketika berbalik badan sambil mengusap air matanya yang keluar.
Seketika langkah Great Red dan Khokikos langsung terhenti. "Na-naru..."
*SRING!*
Tiba-tiba Naruto menghilang, disusul dengan munculnya kanji rumit yang tiba-tiba menghiasi seluruh tembok ruangan yang tak dimengerti oleh Great Red dan Kholkikos.
.
.
.
*SRING!*
Naruto muncul tak jauh dari medan perang, di atas bukit. Dapat dilihat sekarang, nampaknya Naga Trihexa666 telah disegel oleh sang Tuhan di ujung alam semesta, dan sang Tuhan telah lenyap entah apa sebabnya.
Naruto tau itu karena ingatan Bunshinya tiba-tiba masuk ke kepalanya. Kini nampak jelas medan perang mulai sepi. Semua ras yang berperang telan membubarkan diri ke tempat mereka masing-masing.
Naruto menoleh ke arah barat, jauh beberapa kilo meter Naruto melihat sebuah gua yang berada di dalam hutan.
*Sring!*
Naruto mengjilang, dan muncul di depan gua yang tadi dilihatnya. Ia mengatur nafasnya, menenangkan perasaannya atas apa yang terjadi tadi. Kemudian Naruto melangkah perlahan memasuki gua tersebut.
"Kau terlalu baik kepada mereka, Gaki," tiba-tiba Kurama bersuara, tapi Naruto tetap diam. "Membuat segel pengurung dengan kata kunci arti sebuah saling mengerti yang sesungguhnya. Kheh, masih terlalu naif dirimu Gaki."
"Biarlah Kurama, aku hanya ingin mereka saling peduli dan mengerti. Itu sudah cukup bagiku."
"Kheh. Benar-benar naif,"
Dan Naruto tak ada niatan untuk menjawab ucapan Kurama. Dirinya telah sampai di dalam ruangan gua tersebut, ia langsung duduk di atas batu yang tersedia di tengah ruang dalam gua tersebut.
"Huh..."
Tiba-tiba ada sebuah pedang melingkar di leher Naruto. Tapi Naruto nampak biasa saja seolah tak takut akan hal itu. Tetap santai dan tenang Karena Naruto tau ada seseorang di belakangnya walau tak terlihat akibat gelapnya dalam gua tersebut.
.
.
"Siapa kau."
.
.
End .
.
Yo! Kembali lagi dengan saya si Author Gila dengan story super liarnya hahaha! "Njay, PeDe amat" "Biarin lah, Hahahaha"
Maaf, saya hanya bisa meng-Update 3 chapter saja hehe. Yah walau sebenarnya saya telah menyelesaikan sampai chapter 52 si, tapi masalahnya saya Stuck di chapter 45 yang baru sedikit scane yang terlintas di kepala saya, yang lain mah santai tinggal ketik kalau tidak malas. (Maklumlah, kehidupan RL saya banyak kesibukan yang tak bisa dihindari, hehe). Dan entah kenapa malah chapter 49 sampai chapter 52 sudah selesai, memang aneh otak saya ini. Hehe.
Untuk Arc ini tinggal 4 Chapter lagi, dan endingnya bisa kalian baca di Chapter 8 (awal Arc Love In Underword) kalian bisa bayangkan dari situ. Dan setelah Arc ini selesai, akan dilanjut dengan Arc Olympians dan setting alurnya yang sudah normal.
.
Ada yang bertanya : "Haremnya Naruto ada berapa? Perasaan setiap Arc selalu nambah."
Ah soal itu sebenarnya saya tak membatasi berapa banyaknya jumlah haremnya. Yah mungkin ( Sedikit) akan saya kasih tau Harem yang sudah saya atur sedemikian rupa yang sesuai dan pas untuk alur yang saya buat untuk kedepannya. Berikut ( Beberapa) Haremnya.
.
#Next Harem Naruto
1. Athena : Arc Olympians
2. Tifa Lockhart : Arc Olympians
3. Lily Aquaria : Arc Olympians
4. Cleopatra : Arc Memories 1
5. Ishtar : Arc Memories 1
6. Aoi Cassandra : Arc Memories 1
7. Shinonono Tabane : Arc Memories 1
8. Scheherazade : Arc Memories 1
9. Lilith Asami : Arc Memories 1
10. Rory Mercury : Arc Memories 1
11. Minamoto no Reiko : Arc The Greatest Alliance
12. Scathach : Arc The Greatest Alliance
13. Chang'e : Arc The Greatest Alliance
14. Xuanzang Sanzang :Arc Greatest Alliance
15. Nozomi tojou : Arc Memories 2
16. Ouyang Xueli : Arc Memories 2
17. Nakiri Alice : Arc Memories 2
18. Hua Yushan : Arc Memories 2
19. Hatsune Miku : Arc Memories 2
20. Nakano Family : Arc Memories 2
21. Anne Bonny : Arc Family Vacation
22. Wendy Marvel : Arc Family Vacation
23. Tatsumaki : Arc Kyoto
24. Suzuka Gozen : Arc Kyoto
25. Rossweisse : Arc Hope Rossweisse
26. Asmodeus : Arc Great War 2
#Dan ada beberapa Chara yang masuk diselingan Arc tertentu dan kebetulan dapat rancangan alurnya.
1. Ophis
2. Amaterasu
3. Tsukoyomi
4. Aphrodite
5. Metatron
6. Claire Harvey
7. Kaoru Tanamachi
8. Anatasia Nekolaevna
9. Queen Medb
10. Yu Mei Ren
#Next Harem Menma
1. Kiyohime : Arc Olympians
2. Evangelin Aka McDowell : Arc Olympians
3. Shalltear Bloodfalen : Arc Message and Farewell
4. Nakiri Erina : Arc Memories 2
5. Zitong Xia : Arc Memories 2
6. Atalanta : Arc Kyoto
#Dan ada beberapa Chara yang masuk diselingan Arc Tertentu yang kebetulan dapat rancangan Alurnya.
1. Tsubaki Sinra
2. Haruka Morishima
#Next Harem Gray
1. Siris
2. Osakabihime
3. Raphtalia
4. Nezha
#Next Harem Minato
1. Griselda
2. Meltrylllis
(Note: Semua Chara di atas telah saya tentukan alurnya yang entah akan muncul di Chapter berapa nantinya. Soal Arc Memories 1 dan Arc memories 2, Arc itu akan memakan banyak Chapter. Mungkin 15 sampai 20 Chapter per-Arc-nya setelah Arc Message and Farewell. Dan untuk jumlah Arc-nya, bukan cuma yang tertulis di atas, melainkan masih banyak Arc-nya. (Jalan cerita masih panjang bro)
Sebenarnya mau-mau saja mengabulkan Request dulu-dulu dari kalian. Tapi itu akan sulit bagi saya menentukan jalan ceritanya. Harus ngrubah ini lah, itu lah, serba ribet. Dan baru saja Tifa Lockhart saja yang baru saya kabulkan, itupun karena kebetulan saya dapet alurnya yang ngepas dan sesuai. Jadi bersabar bila ingin Requestnya saya kabulkan, akan saya pikirkan secara pelan-pelan agar otak sebesar biji jagung saya tak meletus seperti Popcorn.
Dah lah segitu dulu, see you next Chapter...
.
.
.
FCI.Wiesnoe.Family.Ok
.
.
#List urutan dari yang tertua.
1. Draig & Albion (alive, ratusan tahun) : [Great Red & Drakon Kholkikus] (dxd & Mitologi Georgia)
2. Olive (alive, 26 tahun): [Katerea Leviathan Pernah] (dxd)
3. Menma (alive, 24 tahun): [Katerea Leviathan Pernah] (dxd)
4. Naruko (alive, 19 tahun): [Serafall Leviathan Pernah] (dxd)
5. Vivi (alive, 19 tahun): [Grayfia Lucifuge Pernah] (dxd)
6. Rin (alive, 17 tahun): [Serafall Leviathan Pernah] (dxd)
7. Gray & Mirajane (alive, 17 tahun): [Grayfia Lucifuge Pernah] (dxd)
8. Lucy (alive, 16 tahun): [Arturia Belum] (Saber Fate/Stay Night)
9. Minato (alive, 16 tahun): [Yasaka Masih](dxd)
10. Liya (alive, 15 tahun): [Asuna Belum] (SAO)
11. Leo (alive, 14 tahun): [Mereoleona Varmilion belum] (Black Clover)
12. Kunou (alive, 12 tahun): [Yasaka Masih] (dxd)
13. Shuna (alive, 12 tahun): [Shirahoshi masih] (One Piece)
14. Sting (alive, 11 tahun): [Freya Belum] (Amuryllis Asmodeus dari Mairimashita! Iruma-kun ver rambut kuning)
15. Luck (Die karakter, 10 tahun): [Albedo] (Overlord)
16. Luna (alive, 10 tahun): [Boa Hancock Belum] (One Piece)
17. Hinami (alive, 8 tahun) : [Itori versi rambut coklat, die karakter] (Tokyo Ghoul)
18. Kuroe (alive, 5 tahun) : [Chisato Hasegawa belum] (Shinmai Maou no Testament)
19. Myu (alive, 4 tahun) : [Remia belum] (Arifureta)
20. Luffy (alive, 8 bulan) : [Nico Robin belum] (One Piece setelah time skip)
Note : untuk no 1 sampai 7 hanya umur sesuai fisik yang terlihat, karena umur no 1 sampai 7 jauh melebihi catatan (biar enak membayanginya). Kalau no 8 dan seterusnya itu umurnya sudah sesuai.
.
See you next chap...
