Kushina berniat merayakan Valentine bersama Naruto di rumah saja, dia membuat sebuah kue coklat untuk putra semata wayangnya itu, namun di saat Naruto bangun dan selesai sarapan, dia malah dikejutkan dengan tindakan dari pemuda itu.
Valentine.
Naruto by masashi Kishimoto.
Warning: Incest, OOC, Au/semi Canon, Typo, Smut?
Hari ini tanggal empat belas Februari, hari dimana semua orang memberikan sebuah coklat pada orang yang mereka sayangi. Seperti apa yang dilakukan oleh Kushina, Ibu satu anak itu sedang bersenandung ria membuat sebuah kue coklat untuk sang putra yang dia sayangi. Terlebih lagi, putranya itu adalah satu-satunya orang yang selalu menemaninya setelah sang suami meninggal dalam insiden Kyuubi beberapa tahun lalu.
Tak ada pria lain yang membuatnya tertarik diluar sana, walaupun ada beberapa orang yang menginginkan dia untuk dijadikan sebagai seorang istri karena kecantikan serta kemolekan tubuhnya. Namun, Kushina masih tak bergeming atau memilih para lelaki diluar sana, entah kenapa dia malah senang dengan kesendiriannya saat ini.
Dan ini adalah hari kasih sayang yang ke tujuh belas setelah dia menjadi janda, sungguh Kushina tak berpikiran untuk menikah lagi. Setelah dia pikir lagi, untuk apa menikah lagi? Memang benar, dia tak ada yang menyentuh lagi selain sang suami, tapi dia tak mau mengecewakan Naruto. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk tak menikah lagi selagi ada Naruto di sisinya.
Mantan Jinchuriki Kyuubi itu benar-benar menepati janjinya selama ini, di umurnya yang sudah mencapai kepala empat ini. Kushina bisa menahan segala gejolak yang ada di dalam tubuhnya, termasuk nafsu seksnya.
"Pagi kaasan!"
Naruto baru saja masuk ke dalam ruang tamu yang bergabung dengan dapur, Kushina hanya melirik sedikit melihat putranya yang baru saja bangun itu. "Pagi Naruto, sudah gosok gigi dan mencuci muka?"
"Um, sudah."
"Baiklah, duduklah! Kaasan sudah membuatkan sarapan untukmu."
Dan Naruto pun sarapan dengan khidmat, Kushina sendiri sudah sarapan terlebih dahulu sebelum Naruto bangun, dia memang berencana untuk membuat kue coklat setelah membuatkan sarapan untuknya dan Naruto. "Kaasan sedang membuat apa?"
"Ah, ini kue coklat." Kushina tak menjawab bahwa ini adalah hari kasih sayang, anggap saja itu sebagai kejutan untuk Naruto, Kushina tertawa di dalam hati saat dia memikirkan hari kasih sayang tanpa mengatakannya pada Naruto. Namun, dia dikejutkan dengan sebuah pelukan yang dia terima dari pemuda itu. "Naruto?"
Naruto sendiri tak membalas, dia meletakkan dagunya ke bahu Kushina dan kedua tangannya memeluk erat perut datar Kushina. Wanita itu mengerjapkan kedua matanya beberapa kali saat merasakan pelukan yang tak biasa dari Naruto. "Kaasan..."
"Ada apa sochi? Tumben kau manja seperti ini?" Kushina masih tak merasakan hal aneh pada Naruto setelah pemuda itu bergumam memanggil dirinya. "Sochi mau coklat?" Kushina mencolek coklat adonan coklat buatannya dengan jari telunjuk, lalu memberikannya pada Naruto.
Pemuda itu menerimanya dengan senang hati, dia menjilati jari telunjuk Kushina, membuat sang pemilik jari menatap Naruto terkejut. Pemuda itu pun mencolek sebuah adonan coklat dan menjilatinya, sebelum pada akhirnya mencium Kushina dengan adonan coklat yang ada di mulutnya. Kushina yang tak siap akan hal itu dibuat terkejut dengan apa yang dilakukan Naruto, dia tak menyangka jika putranya itu akan melakukan hal senekat itu padanya.
"Ummhh...Ahhh..." Kushina mencoba mendorong tubuh Naruto, namun tenaganya tak mampu hanya untuk mendorongnya, dia malah terbuai akan ciuman tersebut, kedua tangannya bertumpu pada dada bidang Naruto, ini adalah kali pertama dia dicium oleh lelaki lain setelah Minato—sang suami, dan lelaki itu adalah putranya sendiri.
Naruto menarik dirinya, dia menatap Kushina yang saat ini tengah memenjamkan kedua matanya. "Bibirmu manis, kaasan." Kushina membuka kedua matanya pelan, wajahnya terasa sangat panas saat ini setelah ciuman yang diberikan Naruto barusan. "Kaasan cantik sekali," gumam Naruto memuji wajah cantik Kushina.
"Ba-baka, kaasan sudah tua."
Naruto mengelus pipi putih Kushina, dia tersenyum menatap wajah merah merona itu. "Tapi kaasan tetap menjaga tubuh kaasan sampai seperti ini." Pemuda itu mencium pipi Kushina, lalu hidung dan terakhir kedua kelopak mata Kushina.
"Na-naruto... aku kaasanmu..."
"Aku tak peduli dengan hal itu kaasan."
"Ta-tapi ini tabu sochi... kita tak boleh melakukan ini..."
Naruto mendorong tubuh Kushina hingga pinggulnya menabrak meja dapur dibelakangnya, pemuda itu masih memeluk pinggul ramping Kushina, dan tubuh mereka semakin berhimpitan. "Aku tak peduli, aku sangat mencintaimu kaasan. Kau adalah cinta pertama dan terakhirku. Walaupun kau adalah ibuku, namun aku tetap tak peduli, aku sungguh mencintaimu."
Well, kedua kalinya Kushina menerima pernyataan cinta setelah Minato mengucapkannya puluhan tahun yang lalu. Kushina memalingkan wajahnya ke arah lain, dia tak mau dilihat oleh Naruto. Wajahnya sangat malu saat ini setelah Naruto menyatakan perasaannya.
"Dan aku ingin memilikimu kaasan." Pemuda itu kembali mencium Kushina, dia juga mengangkat kaki kanan Kushina dan membawanya ke pinggangnya, alat kelamin mereka saling berhimpitan satu sama lain, ciuman kali ini semakin panas saat Naruto memasukkan lidahnya ke dalam mulut Kushina, keduanya saling bertukar saliva satu sama lain. Sementara tangan Naruto mulai bergerilya di beberapa bagian tubuh Kushina, sentuhan Naruto membuat tubuh Kushina menegang saat itu juga.
Suhu tubuhnya mulai memanas tatkala Naruto meremas pantatnya, benar-benar berbeda dengan cara Minato saat menyentuhnya dulu, dia seolah dimanjakan oleh pemuda itu. "Nghh...ahh..." Kushina menarik ciumannya, dia mengambil napas sebanyak mungkin, dan menatap putranya itu. Wajahnya langsung merona saat melihat wajah tampan dari Naruto. "Sochi..." gumam Kushina memanggil Naruto, wanita itu pun mencium pemuda itu untuk yang ketiga kalinya.
Tangan kiri Naruto pun mulai merangsek masuk ke dalam rok yang dikenakan Kushina saat ini, dia memasukkan tangannya ke celana dalam Kushina serta meremas bongkahan pantat seksi milik wanita itu. Kushina seolah menerima sebuah sengatan saat pantatnya diremas oleh Naruto, dia terus melanjutkan acara ciuman bersama putranya itu, tanpa menghiraukan remasan pada pantatnya.
"Kaasan belum puas?" Naruto menarik dirinya, dia menatap wajah malu Kushina. Senyuman tipis terpatri di wajah pemuda itu, dia pun membuat satu buah segel tangan. Kushina terkejut saat ada kepulan asap disebelahnya, dia langsung menatap kloningan Naruto yang berada disebelahnya. "Kami berdua bisa memuaskan kaasan."
"Ti-tidak Naruto... ahhh, sochi..." Kushina terkejut dengan adanya Naruto lain disebelahnya, dan yang lebih membuatnya terkejut adalah, tubuhnya di angkat oleh Naruto, bersamaan dengan kloning Naruto yang menghimpit tubuhnya. Telinga Kushina mulai dijilati kloning Naruto, dan bibirnya kembali dicium oleh pemuda itu. Kushina dibuat tak berdaya oleh kedua Naruto itu, dia juga merasakan betapa besarnya gundukan yang tertutup oleh celana boxer Naruto.
Kushina tak yakin jika benda itu akan masuk ke dalam tubuhnya, apalagi kedua lubangnya.
"Kaasan seksi sekali," puji kloning Naruto, dia menyingkap rok Kushina ke atas dan mulai menurunkan celana dalam basah milik wanita itu, Kushina hanya bisa pasrah saat dia ditelanjangi kloning Naruto. "Boss, boleh?"
Naruto asli hanya melirik kloningnya saja, dia seolah memberikan isyarat bahwa si kloning bebas melakukan apa saja terhadap Kushina. Kloningan Naruto tersenyum melihatnya, dia membuka celana boxernya dan mengeluarkan penis yang sudah sangat ereksi saat ini, Naruto kloning mengarahkan penisnya ke belahan pantat Kushina, dia menggesek penisnya di antara kedua pantat Kushina saat ini.
Sementara itu, Naruto yang asli saat ini mulai mejilati leher putih Kushina, kedua tangannya meremas payudara Kushina dengan lembut. Wanita itu seolah dibuat melayang ke angkasa dengan sentuhan dari kedua Naruto itu. Dengan sigap, Naruto menarik kaos yang dikenakan Kushina saat ini, dia melihat sebuah bra yang menutupi kedua payudaranya. "Bra yang imut, kaasan." Kushina merona saat itu juga, dia menatap bra yang lebih mirip seperti bikini berwarna putih kecil yang menutupi kedua puting susunya.
Naruto melepas bikini putih itu, dia melihat dua buah puting susu berwarna merah jambu yang sudah menegang, pemuda itu membuka mulutnya dan melahap puting susu Kushina.
"Ahhhh!"
Desahan keras keluar dari mulut Kushina, dia mendongak ke atas menatap langit-langit dapur. Dia sungguh pasrah akan tubuhnya yang sedang dijamah oleh putra semata wayangnya itu.
"Naruto..." dia kembali memanggil nama putranya. "Kaasan mencintaimu..."
Saat ini, Kushina sedang duduk di atas paha Naruto. Mereka bertiga berada di sofa ruang tamu dengan Kushina yang sudah telanajng bulat. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas serta membiarkan Naruto menjilati beberapa bagian tubuhnya yang lain, sementara itu Naruto kloning meremas payudaranya dari belakang.
"Kaasan..."
"Masukkan saja... kaasan memperbolehkannya kok..." ujar Kushina disela-sela dia menikmati jilatan Naruto asli.
Naruto kloning mulai membuat belahan pantat Kushina, dia mengarahkan penisnya ke liang anus Kushina. Pinggulnya bergerak pelan mendorong penisnya masuk ke dalam lubang tersebut, Kushina menggigit bibir bawahnya merasakan benda besar itu mulai masuk ke dalam lubang belakangnya. Napasnya tercekat saat dia merasakan penis Naruto yang asli akan masuk ke dalam liang senggamanya.
"Ukh! Ka-kalian! Ahhkk!"
Dengan sekali dorong, kedua penis itu masuk ke dalam dua lubang Kushina. Wanita itu merasakan sebuah kenikmatan yang tiada tara, kedua putingnya dicubit oleh kloningan Naruto, sementara bagian tubuhnya yang lain dijilati oleh Naruto asli. Tubuhnya langsung menegang saat kedua pinggul putranya bergerak pelan, penis mereka bergerak pelan di dalam tubuhnya.
Benar-benar berbeda daripada Minato, Naruto malah lebih bisa memuaskannya daripada mendiang suaminya itu. "Sochi...ahhh—ssshh..."
"Pantat Kaasan sempit."
"Lubang disini lebih nikmat... ugh!"
Kushina sendiri membalasnya dengan desisan nikmat saat kedua lubangnya terus di tusuk oleh kedua Naruto. Kloning Naruto menggigit daun telinga Kushina dari belakang, sementara Naruto asli kembali melahap puting susu Kushina, wanita itu dibuat tak berdaya oleh keduanya.
"ka-kalian...ahhh... membuat kaasan tak bisa... bergerak...ahh..."
Naruto tersenyum mendengarnya, dia terus menggerakkan pinggulnya. Tempo saat Naruto menggerakkan pinggulnya pun masih pelan, keduanya ingin menikmati denyutan saat berada di dalam kedua lubang tersebut.
"Kaasan sempit sekali lubang belakang ini...sshhh..." bisik kloning Naruto, dia benar-benar menikmati liang belakang Kushina saat ini. "Penisku terus dijepit oleh liang ini." Sementara Naruto yang asli hanya diam dan meremas payudara Kushina. "Ugh!" kloningan Naruto mempercepat tempo gerakkan pinggulnya, membuat Naruto asli menghentikan gerakannya. Kloningan Naruto benar-benar ganas saat menyodok lubang belakang Kushina, sehingga membuat payudara wanita itu bergerak mengikuti gerakan pinggulnya.
"Ahhhkk! Naruto... pelan, kumohon! Ahhh..." desah Kushina, dia juga segera mencapai klimaksnya.
Kloningan Naruto seolah tak memperdulikan permintaan Kushina, dia terus menggerakkan pinggulnya hingga dirinya menancapkan penisnya sedalam mungkin serta mengeluarkan semua sperma yang dari tadi tersimpan dibuah zakarnya. Cairan putih itu meluber keluar dari lubang tersebut, lalu kloning Naruto menarik penisnya dan mengarahkan klimaksnya pada punggung putih Kushina.
Cairan itu menutupi punggung Kushina, membuat wanita itu terkulai di atas tubuh Naruto asli, namun masih dengan penis yang berada di dalam tubuhnya. "Boss..."
"Kau boleh pergi."
Kloning itu langsung menghilang di dalam kepulan asap, meninggalkan Kushina yang sedang terkulai lemas dipeluk oleh Naruto. Pemuda itu menatap wanita yang menjadi ibunya itu mengambil napas dalam-dalam, dia juga merasakan cairan hangat yang memenuhi vagina Kushina. Kedua tangannya pun digerakkan menuju pantat Kushina, dia memegang kedua benda itu laly menggerakkannya naik turun.
"Tu-tunggu Naruto... Ahh... Berhenti, kaasan masih sensitif... Anhh..."
Naruto tak memperdulikan perkataan Kushina, dia menggerakkan pinggul Kushina dengan pelan. Penisnya keluar masuk di dalam tubuh Kushina, menggesek dinding rahim wanita itu, Naruto merasakan betapa licinnya rahim Kushina setelah wanita itu mencapai klimaksnya yang pertama. Naruto mengarahkan bibirnya ke leher Kushina, dia memberikan sebuah bercak merah di leher putih tersebut.
Beberapa bercak dia tinggalkan, dia juga meremas payudara Kushina untuk yang kesekian kalinya. Dia merasa tak puas akan tubuh seksi Kushina sekarang, inilah kenapa dia tak pernah dekat dengan perempuan lain, termasuk Hinata yang menyukainya. Terlebih, Naruto lebih dekat dengan Kushina daripada perempuan lain, karena Ibunya itu sangat dia cintai.
"Sochi..." desah Kushina, dia kembali memanggil Naruto. Vaginanya kembali basah akibat cairannya yang terus keluar saat penis Naruto menggesek dinding rahimnya, kedua putingnya menegang saat itu juga membuat Naruto semakin gencar mencubit ujung dada Kushina. "Kumohon... Lebih cepat..." Kushina akhirnya memberikan lampu hijau pada Naruto, dia sungguh pasrah dan kebetulan Kushina tak pernah berhubungan dengan lelaki lain.
"Tentu kaasan."
Naruto menggerakkan pinggulnya dengan tempo yang semakin cepat. Napas Kushina seolah tercekat saat penis Naruto semakin cepat bergerak di dalam dirinya, dia pun mencium bibir Naruto dengan panas, hingga bermain lidah dengan putranya itu. Pinggulnya juga ia gerakkan untuk membantu Naruto serta menikmati bagaimana penis Naruto menikam vaginanya.
Desahan tertahan terus dilontarkan Kushina di sela-sela mereka berciuman, pinggulnya terus bergerak dengan tempo yang cepat. Kedua tangan Naruto kembali meremas pantat Kushina, kali ini remasan itu memberikan sebuah kode bahwa pemuda itu akan segera klimaks, sementara Kushina terus menggerakkan pinggulnya, dia menarik dirinya lalu kedua tanganya memegang bahu Naruto, ia juga mencengkramnya kuat saat itu juga.
"Kaasan akan keluar!"
"Kita keluarkan bersama, kaasan!"
Keduanya pun klimaks secara bersamaan, sperma hangat Naruto menyembur dan memenuhi rahim Kushina hingga meluber keluar dari dalam tubuhnya.
Kushina terbangun dari tidurnya, dia baru saja sadar setelah permainannya bersama Naruto beberapa jam yang lalu, tubuhnya masih terasa pegal setelah beberapa ronde yang dilakukannya. Dia sendiri terbangun dipelukan hangat Naruto, entah kenapa dia merasakan kenyamanan saat dipeluk oleh Naruto.
Kushina mendongak menatap wajah tidur Naruto, keduanya benar-benar dibutakan hawa nafsu hingga mereka melakukannya di kamar Kushina, dan sekarang Kushina telah bangun terlebih dahulu, dia juga melihat jam di dinding yang telah menunjuk ke angka dua. "Sudah sangat siang," gumamnya, tiba-tiba dia kejutkan dengan gerakan dari tubuh Naruto, pelukan pemuda itu pada dirinya semakin erat seolah tak ingin Kushina pergi darinya.
"Kaasan... aku mencintaimu... uhh..."
Wajah Kushina memanas saat itu juga, dia merasa muda kembali setelah Naruto mengigau seperti itu. "Ba-baka, aku sudah tua, dasar..."
"Hisap terus penisku kaasan... uhhh... enak sekali..."
Rona merah di wajah cantik Kushina hilang seketika saat Naruto menggumamkan hal lain. "Dasar mesum." Namun, dia juga mulai mencintai putranya sendiri, Kushina selalu menghabiskan waktunya bersama Naruto, setelah misi ataupun di hari libur. Terkadang dia dan Naruto diberikan misi bersama, itu sebelum keduanya menjadi seperti ini. "Sochi, bangun!"
Kushina mencubit hidung Naruto, membuat pemuda itu membuka matanya, kedua Iris biru itu menatap wajah cantik Kushina dibawahnya. "Ah, Pagi kaasan, kau cantik seperti biasa," sapa Naruto, tak lupa dia mencium kening Kushina, membuat wanita itu tersipu akibat perlakuan manis putranya itu. "Seksi seperti biasa," lanjut Naruto yang dibalas dengan sebuah cubitan di pipi pemuda itu.
"Mesum sekali kau sochi, apa Jiraiya-sensei mengajarimu hal yang tidak-tidak?"
"Tentu tidak kaasan, Ero-sennin hanya mengajariku beberapa teknik yang dia kuasai—ups, ada yang bangun."
Kushina mengerjapkan kedua matanya, dia melihat kebawah dan menemukan bahwa penis Naruto kembali ereksi. "Tidak lagi Naruto."
"Ck, aku tak butuh jawabanmu. Kau milikku dan akan selalu menjadi milikku kaasan," bisik Naruto, dia menyeringai saat melihat wajah merah merona milik Kushina. "Aku tak menghitung berapa ronde yang kita lalui tadi, tapi aku akan menghitung ini dari awal," ujar Naruto, dia meremas payudara Kushina dengan lembut, dan memainkan puting susunya.
"Uhh..."
"Mari kita lakukan, kaasan."
END!
