[Antagonist]
NCT belongs to themselves
"Antagonist" belongs to Lexa Alexander
Inspired by: Caste Heaven by Chise Ogawa
Main Pair: TaeTen
Other Pair: JaeDo, JohnIl
Ketika Doyoung berkata bahwa teman-temannya memperlakukannya dengan baik, itu memang benar. Terima kasih kepada tiga temannya yang menduduki puncak tertinggi hierarki kelas ini, skenario terburuk tidak terjadi.
Semua penindasan hanya mereka lakukan sampai waktu sekolah berakhir dan mereka keluar dari area sekolah. Setelah itu, semuanya akan berubah normal seperti anak-anak SMA pada umumnya; mereka tertawa, bercanda, mengobrol, juga menghabiskan sore dengan pergi membeli camilan sebelum pulang ke rumah masing-masing. Kotak pesan Doyoung bahkan penuh dengan pesan dari teman-teman sekelasnya—sebagian besar dari mereka menanyakan keadaan Doyoung dan meminta maaf jika hari itu mereka keterlaluan.
Taeyong, Ten, dan Jaehyun bisa menghela nafas lega karena Doyoung baik-baik saja, meskipun sebenarnya Jaehyun terus mengawasi Doyoung seandainya terjadi hal yang mencurigakan atau hal yang tidak diinginkan; sementara Taeyong masih berkutat dengan pikirannya sejak Johnny dan Jaehyun memberitahunya—curhat, sebenarnya—tentang apa yang mereka pikirkan. Taeyong makin sering menghabiskan waktu untuk bermain catur dengan ayahnya, dan mungkin akan terus seperti itu hingga dia menemukan jalan keluar.
Tentu saja, dia terus kalah.
Mengalahkan ayahnya jelas tidak mudah, tahu.
"Jae, kau bisa pulang duluan." Taeyong memberi gestur mengusir pada Jaehyun yang hanya Jaehyun angguki tanda paham dan setelahnya dia langsung pergi menyusul Doyoung yang sudah menunggunya di depan gerbang sekolah.
"Kalian mau pergi ke suatu tempat?"
Taeyong menoleh ke arah orang yang baru saja bertanya, kemudian tersenyum, mengangguk. "Aku ada janji dengan Ten."
Park Serim, pemegang peran Wannabe di kelas mereka adalah orang yang baru saja bertanya pada Taeyong dan Ten.
Dia adalah gadis yang Taeyong lihat di kedai, ketika dia sedang mampir ke sana bersama teman-temannya setelah upacara penerimaan siswa baru. Taeyong tidak menyadarinya ketika hari pertama masuk sekolah—ketika pembagian peran—dan baru menyadari bahwa dia adalah gadis yang sama seperti yang dilihatnya di kedai setelah Serim menyapanya duluan di hari kedua.
Kesan pertama Taeyong, dia orang yang ramah dan baik. Serim juga lumayan banyak bicara, tetapi menurut Taeyong itu bukan hal yang buruk karena ada cukup banyak topik yang dapat Serim bicarakan dan gadis itu juga menyenangkan. Melihat Ten tidak menolak kehadiran Serim, Taeyong menjadi yakin Ten juga cukup menyukai Serim dan bahwa Serim adalah orang yang baik.
"Kalian akan kencan?" tanya Serim, kemudian tertawa. "Aku titip oleh-oleh jika kalian akan pergi ke suatu tempat."
"Aku hanya menemani Taeyong hyung ke salon," Ten memainkan ujung rambut Taeyong, "entah dia mau melakukan apa pada rambutnya."
"Kau mau ganti model rambut?" tanya Serim pada Taeyong, "Rambutmu belum terlalu panjang, menurutku lebih baik tidak dipotong."
Menjawab Serim, Taeyong hanya angkat bahu, "Entahlah. Aku hanya ingin ganti suasana, entah nanti mau kupotong juga atau tidak."
"Serim mau ikut?" tawar Ten kemudian, menarik atensi Serim dan Taeyong. "Kami juga mau jalan-jalan, mungkin mencari camilan sore dan menonton film."
"Aa—tidak, terima kasih," tolak Serim, lalu, "Aku belum izin ke Jeonghyun dan sudah terlanjur bilang akan pulang bersamanya. Maaf ..."
Mengerti perihal Serim dan kekasihnya, Taeyong mengangguk, "Begitu. Baiklah, tidak apa-apa." Taeyong membereskan mejanya, namun dengan cepat Ten mengganggunya dengan sebuah rengekan menyebalkan.
"Hyung, belikan aku frappuccino~"
"Oke, nanti."
Dengan cepat, Ten mengerucutkan bibirnya tanda tidak senang dengan jawaban Taeyong. "Sekarang! Aku mau yang di kafe depan." Ten menendang kaki Taeyong di bawah meja, memberinya tatapan tajam meskipun itu tidak terlalu berpengaruh pada Taeyong. "Aku bereskan bukumu, deh. Nanti begitu aku selesai, aku akan menyusulmu ke sana dan kita langsung pergi ke salon."
Taeyong mengerti udara di luar cukup panas karena musim panas semakin dekat dan perjalanan ke salon rekomendasi Ten lumayan jauh, jadi Ten ingin segelas minuman dingin untuk teman selama perjalanan. Menghela nafas, Taeyong mengiyakan permintaan Ten dan segera meninggalkan kelas setelah pamit pada Serim. Sepeninggal Taeyong, Ten membereskan mejanya dan meja Taeyong sembari berbincang ringan dengan gadis yang masih berdiri di sana dan memperhatikan interaksi mereka sedari tadi..
"Kau menunggu Jeonghyun di mana?" tanya Ten setelah selesai dengan tasnya dan Taeyong. Ten mengajak Serim berjalan ke luar gedung bersama, dan gadis itu mengikutinya.
"Gerbang depan, seperti biasa," jawab Serim. Ada keheningan sesaat sebelum dia bertanya, "Ngomong-ngomong, Ten, kau dekat dengan Joker?"
Ten melirik Serim sekilas, memperhatikan bagaimana gadis itu memasang ekspresi datar ketika bertanya perihal Doyoung. Datar, seolah tidak peduli, namun ada sebuah rasa penasaran yang tersembunyi di baliknya. "Lumayan," Ten menjawab, "Aku baru mengenalnya, sih." Baru sembilan tahun yang lalu, lanjut Ten dalam hatinya. "Kenapa? Kau tertarik pada Doyoung?" Ten memasang wajah jahil, menggoda Serim.
Tetapi reaksi Serim tidak seperti yang Ten bayangkan. Gadis itu memukul pelan lengan Ten dan mendengus, "Tidak," katanya setelah Ten berhenti memasang wajah menyebalkan tadi, "Aku hanya berpikir kalian bertiga hanya terlalu menahan diri. Seperti ada sesuatu yang menahan kalian untuk tidak membuat Joker memainkan perannya secara penuh."
Ucapan Serim hanya Ten tanggapi dengan gumaman, seolah dia tidak peduli apa yang Serim pikiran tentang hubungannya dengan Doyoung. "Justru karena baru kenal, jadi kita harus menahan diri. Yah, kalau aku kenal baik dengan Doyoung dan tahu sifatnya, lalu aku tidak menyukainya, aku tidak akan menahan diri. Tapi, seperti yang kubilang, aku belum terlalu lama mengenalnya." Ten berhenti di mesin penjual minuman, membuat Serim ikut menghentikan langkahnya. Dua kaleng kopi hitam dan sekaleng jus jeruk dingin diambil Ten, lalu menyerahkan kaleng jus jeruk pada Serim sebelum melanjutkan langkahnya. "Kurasa dia menjalankan perannya dengan cukup baik, bukan begitu?" tanya Ten kemudian.
"Ya," Serim menjawab, memperhatikan sekaleng jus jeruk di tangannya, "Hanya saja, rasanya ada yang kurang."
"Apa itu?"
Serim menatap Ten, sedikit mendongak karena Ten sedikit lebih tinggi darinya, "Rasanya aktingku masih kurang."
Mendengar ucapan Serim, Ten tertawa, mengacak pelan rambut Serim sembari berkata, "Tidak, kok. Aktingmu sudah bagus."
Tapi sepertinya Serim tidak terlalu mendengarkan pujian dari Ten. Kepalanya kembali menunduk, masih memikirkan bahwa aktingnya kurang baik dan bagaimana cara untuk meningkatkannya. Ten memutar matanya, menepuk punggung Serim pelan, "Ngomong-ngomong, akhir minggu nanti aku dan Taeyong hyung berencana untuk jalan-jalan—hanya berkeliling kota dan mencari makanan enak, sih. Kau mau ikut?"
Seketika Serim mengangkat kepalanya, menatap Ten dengan mata berbinar, "Boleh?" tanyanya, terlihat antusias.
"Tentu saja."
"Aku ikut, kalau begitu!"
Lalu, keduanya sudah berada di halaman depan sekolah. Dari tempat keduanya berdiri, terlihat sosok Jeonghyun yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah—sudah menunggu Serim untuk pulang bersama. Tidak ada lima detik, Serim pamit pada Ten dan berlari menuju Jeonghyun, meninggalkan Ten yang masih berjalan santai menuju gerbang.
Taeyong menunggu di kafe yang ada di seberang sekolah, duduk di salah satu kursi yang ada di luar kafe dengan dua cup minuman di hadapannya—frappuccino pesanan Ten dan satu lagi adalah iced americano untuk dirinya sendiri. Ten segera menghampiri Taeyong, mengambil frappuccinonya dan menarik tangan Taeyong untuk segera pergi dari sana. Taeyong mengambil tasnya yang dibawakan Ten, menyampirkannya ke bahu kiri karena Ten bergelayut di lengan kanannya.
"Kau berat," komentar Taeyong.
Ten tertawa kecil, "Ya, ya, terus saja berbohong. Aku tahu kau suka ketika aku menempel padamu begini."
"Najis."
Lagi, Ten tertawa karena tanggapan Taeyong.
Semakin hari, Ten bisa melihat Taeyong menjadi semakin terbuka dan menjadi dirinya yang lama, meskipun itu tidak benar-benar Taeyong yang sama seperti Taeyong yang sebelumnya. Taeyong yang sekarang tidak benar-benar putih, tidak benar-benar baik dan polos seperti yang dia kenal sebelum dia mengalami 'kejadian itu.'
Namun, mau seperti apa Taeyong sekarang, Ten tidak peduli. Taeyong bisa keluar dari rumah dan berhadapan dengan orang banyak tanpa ketakutan saja sudah lebih dari cukup untuk Ten. Yang Ten inginkan hanyalah Taeyong yang dapat melalui kesehariannya seperti remaja SMA pada umumnya.
"Hei, hyung."
"Hm?"
"Aku menyukaimu."
"Terserah."
Ten tertawa, mengusak kepalanya ke lengan Taeyong, "Aku benar-benar menyukaimu."
"Jangan diulangi, aku merinding." []
