[Antagonist]

NCT belongs to themselves

"Antagonist" belongs to Lexa Alexander

Inspired by: Caste Heaven by Chise Ogawa

Main Pair: TaeTen

Other Pair: JaeDo, JohnIl


Taeil ingat dirinya bukanlah seorang pelupa atau orang yang teledor.

Taeil ingat jelas dia meletakkan kartunya di saku tas dan dia tidak pernah mengeluarkannya dari sana. Dia pikir, itu adalah tempat paling aman karena tidak akan ada orang yang dengan kurang ajar menggeledah tas orang lain tanpa izin. Bodohnya dia, melupakan fakta bahwa sekolah itu adalah tempat yang cukup liarlebih tepatnya, kelas dia berada.

Kebaikan yang terlihat belum tentu sebuah kebenaran. Pengkhianatan bisa terjadi kapan pun. Sedikit kecerobohan dan kau akan habis. Seharusnya dia belajar dari apa yang menimpa Doyoung beberapa waktu yang lalu.

"Hyung?"

Panggilan dari Johnny dan Taeil segera mengalihkan fokusnya dari tas. Johnny menatap Taeil penasaran, menebak-nebak apa yang membuat Taeil begitu lama merapikan barang-barangnya. "Kau sedang mencari sesuatu?" tanya Johnny, memperhatikan Taeil dengan pandangan menyelidik ketika Taeil menunjukkan sedikit wajah panik setelah mendengar pertanyaannya.

Buru-buru Taeil menggeleng dan menjawab, "Bukan barang penting, kok." Johnny mengangkat sebelah alis tanda meminta penjelasan lebih lanjut dan Taeil memilih untuk kembali berbohong, "Hanya buku memo."

Si lawan bicara mengangguk mengerti. "Mau kubantu mencarinya?" tawar Johnny, namun mendapat penolakan dari Taeil.

"Kau duluan saja, John. Sepertinya aku akan sedikit lebih lama di sini."

Johnny ingin memaksa, tetapi Taeil memasang wajah serius tanda dia benar-benar tidak ingin Johnny membantunya sehingga Johnny memilih untukmengalah. "Kutunggu di depan pintu masuk kalau begitu."

"Oke."

Memastikan Johnny telah menghilang di balik tikungan, Taeil segera mencari kartunya dengan terburu. Semua barang yang ada di dalam tasnya dia keluarkan, termasuk yang ada dalam tempat pensil dan juga di sela buku-bukunya. Tidak lupa laci meja, lokersemua tempat dan barang yang mungkin menyembunyikan kartu kecil itu tidak luput dari tangan dan mata Taeil.

Lantai kelas berantakan dengan barang-barangnya, tetapi Taeil tidak peduli. Ini kartunya, yang jika dia menghilangkan barang sepenting itu dia akan bertukar tempat dengan Yeri—Joker di kelasnya.

Tidak tahu berapa lama dia mencari sampai celah buku pun dia buka satu per satu, pada akhirnya dia menghela nafas pasrah dan menyandarkan tubuhnya pada dinding. Taeil mencoba mengatur kembali nafasnya yang terengah, memperhatikan betapa berantakannya kelasnya saat ini; terutama di sekitar tempat duduknya.

Dalam hatinya Taeil yakin besok dia akan datang ke sekolah tanpa kostumnya

besok

... besok?

Bukankah hari ini adalah hari terakhir sekolah?

Besok libur akhir tahun ajaran dimulai, dan itu berarti Taeil tidak perlu menjadi Joker.

Menyadari hal itu, Taeil langsung menghela nafas panjang, merasakan lega memenuhi dadanya. Membayangkan bagaimana dia harus berada dalam posisi Joker membuatnya ketakutan setengah mati karena dia tahu bagaimana sebagian anak kelasnya memperlakukan Yeri setiap mereka luput dari pengawasannya.

Tentu saja Taeil tahu meski dia tidak melihat langsung, dia memiliki banyak mata di kelas ini.

Taeil baru selesai membereskan kembali barang-barangnya ketika tiba-tiba pintu kelas terbuka dan sosok Wannabe di kelasnya muncul dengan seringai lebar di wajah yang membuat Taeil waspada seketika. Perasaan Taeil tidak enak, mengingat Jeonghyun jarang berinteraksi dengannya dan hanya menemuinya untuk membahas hal penting saja. Jeonghyun yang tiba-tiba datang dengan seringai menyebalkan itu seperti sebuah pertanda akan datangnya hal buruk.

Insting Taeil mengatakan bahwa ini menyangkut kartunya yang hilang secara misterius.

"Hai, Joker."

Satu sapaan dari Jeonghyun cukup untuk membuat jantung Taeil seakan berhenti berdetak untuk sepersekian detik sebelum berganti dengan degup yang kencang hingga membuat Taeil merasakan sesak di dadanya. Genggaman tangan Taeil di tali tasnya menguat, menyalurkan rasa gugup dan takutnya. Satu yang ada di pikiran Taeil; bahwa dia harus segera pergi dari sana dan bertemu dengan Johnny.

Taeil yakin Johnny tetap akan berada di pihaknya dan melindunginya meskipun tahu bahwa kartunya hilang.

"Apa maksudmu?" Taeil menghadap ke arah Jeonghyun, sebisa mungkin tidak menunjukkan bahwa dia benar-benar telah menjadi Joker sekarang. Meskipun, Taeil tahu, kemungkinan besar Jeonghyun sudah mengetahui kebenaran tentang kartunya yang hilang dan statusnya saat ini.

Perlawanan Taeil, tatapan tajam yang dimaksudkan untuk mengintimidasinya, juga usaha keras Taeil untuk menutupi kenyataan tentang status barunya membuat Jeonghyun tertawa keras. Begitu konyol, menurutnya. Usaha Taeil untuk menutupinya adalah suatu hal yang sia-sia karena Jeonghyun tahu pasti apa yang terjadi. "Tidak usah menutupinya, Joker. Aku tahu apa yang terjadi pada kartumu dan statusmu sekarang ini," kata Jeonghyun. Seringainya semakin lebar ketika wajah Taeil berubah pucatsemakin pucat, juga terlihat ketakutan di saat yang bersamaan.

Taeil terus berdoa dalam hatinya; memohon keselamatan, memohon perlindungan, apapun itu yang sekiranya akan melindunginya dan menjauhkannya dari kemungkinan terburukmeskipun dia tahu doanya mustahil terkabul. Tiap langkah Jeonghyun yang semakin dekat, semakin kencang Taeil berdoa.

Lalu, ketika Taeil menyadari bahwa doanya tidak akan terkabul, Taeil berdoa untuk hal lain.

Aku ingin melupakan semuanya.

Taeil ingin melupakan apa yang terjadi hari itu; bagaimana tubuhnya mendapat luka dan lebam, bagaimana tubuhnya merasakan sakit dan nyeri, bagaimana dadanya merasakan sesak karena pasokan oksigen yang minim, atau bagaimana dia merasakan kesadarannya yang perlahan menghilang dan semuanya berubah gelap.

Taeil ingin melupakan semuanya, namun otaknya menolak untuk lupa, sehingga tumbuh sebuah perasaan benci yang begitu kuat dan juga untuk membalas dendam atas apa yang Jeonghyun lakukan padanya.

Selama terlelap, Taeil mengutuknyaorang yang menghilangkan kartunya dan orang yang menyiksanya hingga dia harus terbaring di tempat yang sama seperti Doyoung.

Taeil benci rasa sakit.

Taeil benci terluka.

Taeil benci orang yang membenci dan melukainya tanpa alasanjika alasan itu terlalu tidak masuk akal, Taeil akan lebih membencinya.

Bagaimana Jeonghyun menindasnya dan menyiksanya dengan wajah dihiasi seringai lebar yang menunjukkan betapa dia menikmati rasa sakit yang dirasakannyaTaeil membencinya.

Taeil mengutuknyajuga bersumpah untuk membalas perbuatannya berkali lipat dengan tangannya sendiri.

"Bagaimana keadaannya?"

Itu adalah kedua kalinya Taeyong menjenguk Taeil. Johnny yang sedang duduk di luar ruang rawat Taeil menatap Taeyong dengan matanya yang terlihat kosong dan gelaptanpa kata menjawab bahwa keadaan Taeil masih sama seperti ketika Taeyong pertama kali menjenguknya. Di samping Taeyong, Ten tidak mengatakan apapun. Pandangannya terfokus pada Taeil yang masih terlelap di ruang rawatnya dengan perban dan plester yang menutupi luka-luka yang ada di tubuhnya.

Dua hari yang lalu, Taeyong dan Ten menemukan Taeil yang tergeletak dengan tubuh basah kuyup dan kotor di taman belakang sekolah. Ketika melihat keadannya yang begitu buruk, Ten segera mengabari Johnny dan ketiganya langsung membawa Taeil ke rumah sakit.

Baik Taeyong maupun Ten tidak ada yang mengetahui siapa yang membuat Taeil terluka parah seperti itu. Sementara Johnny seolah tidak memiliki waktu untuk marah karena seluruh pikirannya terpusat pada kehawatirannya untuk Taeil. Tentu saja, siapa yang tidak khawatir jika orang terdekat sekaligus orang yang disayanginya terluka parah hingga nyaris koma?

"Sama seperti Doyoung hyung?" tanya Jaehyun ketika dia menjemput Taeyong.

Taeyong pulang setelah mengalah untuk meninggalkan Ten di rumah sakit bersama Doyoung dan Johnny sekaligus memaksa Johnny untuk berjanji padanya agar dia beristirahat dengan cukup. Ten dan Doyoung ada di sana untuk mengawasi Johnny juga, sepertinya. Setidaknya mereka bisa mengingatkan Johnny untuk tidur dan makan.

Kini Taeyong telah duduk di dalam mobil yang membawanya pulang. Sembari meminum kopi yang baru saja dibelinya di tengah perjalanan, Taeyong menjawab pertanyaan Jaehyun.

"Kurasa. Itu yang pertama terpikir olehku kemarin."

"Tapi Taeil hyung bukan Joker."

"… benar juga." Pandangan Taeyong tidak lagi terfokus pada cup kopinya, memperhatikan air hujan yang menetes dan juga refleksinya di kaca jendela. Samar-samar, dia dapat melihat kantung matanya yang semakin menghitam setelah kejadian yang menimpa Taeil.

Lagi-lagi, apa yang dia perkirakan benar terjadi. Kejadian Doyoung beberapa minggu yang lalu bukanlah yang pertama dan terakhir; akan ada kejadian yang serupa dan Taeil adalah buktinya. Sekarang, kekhawatiran Taeyong bertambahbagaimana jika setelah ini akan terjadi lagi hal yang sama?

Bagian terburuknya adalah jika yang menjadi korbannya adalah Ten.

Meskipun Ten adalah orang yang tidak mudah tunduk pada orang lain atau pasrah menerima penindasan yang dilakukan padanya, Taeyong tetap tidak ingin Ten menjadi korban selanjutnya. Jangan sampai itu terjadi.

"Orang bodoh mana yang berani melawan kasta di atasnya?" tanya Taeyong setelah terdiam untuk beberapa saat, menarik atensi Jaehyun. "Kecuali Taeil hyung dengan ajaib berubah menjadi Joker, kurasa tidak ada orang yang berani membuatnya terluka seperti itu."

"Bagaimana kalau itu memang terjadi?"

"Apanya?"

"Taeil hyung yang berubah menjadi Joker," jawab Jaehyun, membuat Taeyong mengernyitkan dahinya karena berpikir keras untuk mencerna perkataannya barusan. "Taeil hyung bisa saja menjadi Joker jika kartunya hilang. Yang membuatku tidak yakin dengan hal ini adalahTaeil hyung tidak mungkin seceroboh itu menghilangkan kartunya."

"Bagaimana jika ada orang yang mengambilnya?" tanya Taeyong cepat.

"Sudah tertulis di peraturan bahwa orang yang mengambil kartu orang lain justru akan menjadi Joker itu sendiri."

Diskusi keduanya berhenti di situ; masing-masing terlarut dalam pemikirannya masing-masing karena seperti yang Jaehyun katakanada peraturan yang melarang mereka untuk mengambil kartu orang lain, dan Taeil bukanlah orang yang dengan ceroboh menghilangkan kartunya sendiri. Yang mungkin terjadi adalah 'pemberontakan' dari seseorang yang berada di kasta bawah, meskipun mereka masih tidak tahu siapa itu.

Yang jelas, orang yang membuat teman mereka terluka parah seperti ini tidak akan lolos begitu saja. Ada harga yang harus dibayar karena telah melukai teman mereka.

Tapi, sepertinya Taeil tidak berbeda jauh dengan Doyoung.

Itu adalah awal minggu ke-dua liburan mereka ketika sebagian besar luka Taeil telah sembuh dan mereka semua sedang berkumpul di kamar rawat Taeil untuk berleha-leha menghabiskan sore.

"Kalau kau berpikir untuk membalas dendam untukku, lupakan saja."

Seketika satu ruangan menjadi sunyi; bahkan tangan Ten yang berniat untuk mencomot sedikit keripik kentang milik Jaehyun pun terhenti di udaradan itu luput dari perhatian Jaehyun. Seluruh atensi mereka teralih pada Johnny dan Taeil yang sepertinya akan memulai sebuah perdebatan.

"Kenapa?" Johnny bertanya, raut wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak menyukai larangan Taeil.

Taeil memutar matanya malas, "Tentu saja karena aku akan melakukannya sendiri." Taeil melihat bagaimana Johnny menatapnya dengan pandangan tidak percaya dan empat lainnya yang memasang wajah terkejut sekaligus kebingungan karena tidak mengerti apa yang dia pikirakan. Dia ingin tertawa, namun rasa kesalnya masih sedikit mendominasi karena Johnny berkata akan membalaskan dendam untuk dirinya. Taeil mendengus ketika teringat ucapan Johnny tadi. "Pokoknya, aku punya rencana sendiri dan aku tidak ingin kau membalaskan dendamku. Itu saja," kata Taeil final, kemudian kembali memakan red velvet yang dibawakan Ten.

Satu ruangan masih hening untuk beberapa saat sebelum terdengar tawa kecil dari Ten, "Tentu saja, hyung. Lakukan apa yang kau mau; kami mendukungmu." Di samping Ten, Taeyong mengangguk menyetujui ucapannya.

Doyoung melangkahkan kakinya mendekati Taeil dengan sepotong blueberry cheesecake di tangan, kemudian menepuk lembut punggung Taeil sembari menyerahkan cheesecake itu pada Taeil. "Aku mengerti, hyung," katanya, kemudian kembali ke sofa dan duduk dengan nyaman di tempatnya semula. Di sana Jaehyun hanya mengangkat ibu jarinya sebagai tanda setuju.

Mendapat dukungan dari teman-temannya membuat Taeil tersenyum. Beralih menatap Johnny, senyum lembutnya berganti menjadi sebuah senyum kemenangan; seolah berkata, "Lihat? Semuanya mendukungku."

Johnny menghela nafas, kemudian tersenyum tipis. Jika begini, tidak ada gunanya dia terus meminta Taeil untuk diam dan membiarkan dirinya membalaskan dendam. "Baiklah, hyung. Aku akan mendukungmu juga," katanya sembari mengusak kepala Taeil dengan lembut. Diperlakukan seperti itu, Taeil hanya bisa terkekeh.

Meskipun Johnny berkata seperti itu, dalam hatinya Taeil tahu bahwa Johnny tetap akan melakukan sesuatu untuknya. Tetapi selama rencana Johnny tidak menganggu rencananya, Taeil akan membiarkannyaTaeil tahu Johnny pasti mengerti untuk tidak menghalangi rencana balas dendamnya.

Masih ada banyak waktu bagi Taeil untuk mencaritahu tentang hilangnya kartu Queen miliknya. Tapi, satu hal yang jelas dan sudah Taeil pastikan

Yeon Jeonghyun adalah pelakunya.

Dalam kepalanya, Taeil mulai menyusun berbagai rencana untuk membalas perbuatan Yeon Jeonghyun. Dia berpikir untuk melakukan hal sama padanya agar anak itu bisa merasakan rasa sakit yang sama sepertinya. Taeil memang benci rasa sakit, tapi dia suka membuat orang yang dibencinya merasakan sakit dan melihat mereka kesakitan.

Untuk saat ini dan entah sampai kapan, Yeon Jeonghyun menempati peringkat teratas daftar orang yang dibenci Taeil.

Taeil akan menggunakan berbagai cara agar dia dapat melihat Jeonghyun menderita. Dia tidak peduli jika dengan cara itu dia akan dianggap sebagai orang jahat; yang Taeil inginkan hanyalah melihat keputusasaan, penderitaan, dan penyesalan di wajah Jeonghyun.

Saat yang tepat itu akan datang cepat atau lambat. Yang perlu Taeil lakukan saat ini adalah menunggu. Jika kesempatan itu tidak kunjung datang, Taeil hanya perlu membuat kesempatan itu muncul.

Karena mata harus dibalas dengan mata juga, bukan begitu, Yeon Jeonghyun? []


double up karena minggu lalu ga sempat up :"

.

Thanks a lot, Saryeong, for your review! ai mis yu tu :" yep. jaedo sama johnil udah nempel dari lama. semangat juga! you too, stay healthy~

.

makasih juga buat kalian semua yang udah baca. stay happy and stay healthy!