FINAL FANTASY VERSUS


081


BRAK!

Terkurung di dalam lift yang membawa mereka berempat dua belas lantai ke Lantai D, Noctis memecah keheningan ketika kepalan tangan kanannya meninju pintu lift sekuat tenaga.

"Sialan! Kalau saja terjadi apa-apa dengan Cor, aku tidak akan pernah memaafkan kekaisaran yang mendalangi misi penyelamatan terkutuk ini!" Noctis menjeritkan kekesalannya yang mendidih. Ia bersumpah akan membinasakan Niflheim, mulai dari antek-antek hingga para petingginya: Verstael si ilmuwan gila, Ardyn si kanselir bergaya seronok, Ravus si pembelot, dan terutama, Iedolas si kaisar gila yang berambisi menguasai dunia. Ia telah kehilangan ayahnya karena taktik kotor Niflheim. Tidak bisa ia membiarkan kekaisaran mengungguli dirinya untuk kedua kali dengan kematian sahabat dekat Ayah.

Ignis meletakkan tangan di bahu kiri Noctis. "Tenanglah, Noct. Aku tahu kau sedang marah. Aku pun begitu. Tetapi kita tidak boleh kehilangan akal sehat kita jika kita ingin memenangkan pertempuran ini."

"A-Aku yakin Marshal tidak akan mati dengan mudah," kata Prompto, berusaha menjadi pelipur lara tapi upayanya tidak meyakinkan karena suaranya begitu bergetar. Dia menoleh kepada Gladio, "Benar kan, Gladdy?"

Gladio tidak menjawab. Dia mendesah panjang, bersandar di tepi belakang lift, punggungnya merosot lalu dia duduk terjengkang tak berdaya di sana.

"Benar kan, Gladdy?" ulang Prompto, nadanya mendesak. Seolah jawaban Gladio adalah satu-satunya kepastian yang akan menyegel nasib akhir Cor.

"Marshal akan menyusul kita setelah membunuh semua daemon itu," jawab Gladio.

"Setelah membunuh semua daemon, katamu?" Prompto terkejut. "Tapi daemon serangga itu jumlahnya ada puluhan. Dan kita hanya punya kurang dari dua jam sebelum reaktor meledak. Cor tidak akan sempat melarikan diri dari lantai -12 dalam waktu sesingkat itu!"

"Kuharap kau bisa menutup mulutmu, Prompto. Kau hanya memperkeruh suasana," pinta Ignis, sopan tetapi tegas. Prompto pun berhenti berceloteh. Jika Prompto tidak didiamkan, Noctis tidak yakin dapat mempertahankan kewarasannya saat otaknya dihujani pikiran paranoid akan kematian Cor─meregang nyawa sendirian dengan tubuh termutilasi di tempat seburuk ruangan bawah tanah EXINERIS yang angker.

"Aku tahu kita semua peduli dengan Marshal. Tapi kita tidak bisa turun kembali ke lantai -12 untuk membantunya. Itu akan memakan banyak sekali waktu, sedangkan kita sedang terburu-buru. Aku yakin Marshal pun ingin kita terus maju tanpa kehadirannya. Kita harus menjalani dua tugas setelah mencapai lantai D: kelompok pertama akan keluar dari pintu dasar EXINERIS menuju Lestallum untuk membebaskan Luna dan Talcott yang disandera kekaisaran, sedangkan kelompok kedua akan naik terus menggunakan lift ini sampai lantai 12 menuju ruang kontrol primer, membebaskan Holly dan mematikan reaktor untuk mencegahnya meledak." Ignis melipat kedua tangannya. "Hanya saja sekarang kelompok dua kehilangan satu personilnya. Tersisa aku dan Gladio. Dengan kekuatan dua orang, tentu saja upaya untuk menerobos pengamanan kekaisaran akan bertambah sekitar 33% dari rencana awal."

Gladio berdiri tegap. "Kalau begitu aku akan menggantikan 33% usaha yang hilang itu. Gandakan aku menjadi 66% dalam perhitunganmu untuk menyelesaikan masalah itu."

"Apa kau yakin dapat melakukannya? Semangat liar belaka tidak akan bisa menggandakan limit fisik seseorang," komentar Ignis skeptis.

"Hei, aku baru saja menjalani misi berbahaya selama tiga hari untuk memperoleh kekuatan tambahan dari sesosok ahli pedang supernatural yang hidup lebih dari dua ribu tahun. Sekarang adalah saat yang tepat untuk menguji kekuatan tambahan darinya. Kita lihat apakah imbalan dari misiku itu sepadan dengan upaya yang telah kukerahkan sepenuh hati," kata Gladio seraya menepuk dada busungnya.

"Kalau kau berkata demikian, tidak ada gunanya jika aku meragukan kemampuanmu," komentar Ignis. "Aku juga akan mengikuti tempo bertarungmu, Gladio. Aku tidak akan membiarkan diriku menjadi bebanmu."

Ting-Tong.

Bunyi bel di ruangan lift itu menyita perhatian keempat pemuda itu.

Terdengar suara robotik wanita yang mengumumkan, "Telah tiba di lantai dasar. Lift akan segera terbuka. Harap utamakan penumpang yang hendak keluar dari lift. Perhatikan pijakan Anda ketika berpijak ke luar. Terima kasih telah menggunakan jasa lift EXINERIS."

Sesuai informasi Jeanne, ada banyak tentara kekaisaran yang berjaga dari lantai dasar hingga 12─menggantikan para daemon yang bersemayam di lantai bawah tanah. Jika ia memosisikan dirinya sebagai Niff, lazim apabila ia mencurigai siapa pun yang menggunakan lift. Ia akan melancarkan serangan mendadak kepada para penyusup yang tak diinginkan sebelum mereka sempat keluar dari lift. Menembaki para penyusup yang terkurung di ruangan sempit berukuran dua kali dua meter adalah pekerjaan mudah sebagai tindakan pencegahan marabahaya yang mungkin terjadi.

Seolah mereka berempat memiliki kekuatan telepati, mereka menggunakan detik-detik yang tersisa sebelum pintu lift terbuka untuk segera merapat ke tengah ruangan. Gladio mematerialisasikan Kite Shield─perisai yang ukurannya cukup besar untuk melindungi empat pria dewasa di baliknya─dan menumbukkan ujung bawahnya di lantai lift, satu kakinya didorong ke belakang dan badannya condong ke depan, seluruh tubuhnya terlindung di balik perisainya. Noctis, Ignis dan Prompto bersembunyi sambil berjongkok di belakang Gladio. Ironisnya tubuh Gladio yang tinggi dan besar sebenarnya sudah dapat dimanfaatkan sebagai Tameng sesuai julukan lelaki itu.

Ketika pintu lift terbuka, terdengar suara seorang pria yang berseru, "Penyusup teridentifikasi! Segera tembak mati empat orang itu! Jangan tertipu oleh seragam EXINERIS yang mereka kenakan!"

Segera setelah perintah itu dilontarkan, bunyi puluhan peluru senapanyang beriringan mengisi udara. Namun Noctis dan teman-temannya telah mengantisipasikan serangan mendadak ini. Seluruh peluru memental di lapisan logam berat perisai Gladio. Dalam posisinya sekarang, Noctis tidak dapat melihat jumlah pasukan Niff yang berjaga di luar lift. Satu detik terasa amat panjang ketika tembakan membabi-buta itu berlangsung. Ia memperhatikan puluhan peluru berlapis perunggu memental-mental di sepatunya, berserakan tak beraturan di dalam lift, semakin lama semakin banyak jumlahnya.

Masih berlindung, ia teringat seruan perintah pria tadi yang menyatakan bahwa jumlah penyusup ada empat orang. Dari mana kekaisaran bisa mengetahui jumlah kelompok mereka? Pasti ada suatu perangkat yang digunakan kekaisaran untuk memata-matai mereka. Apakah kekaisaran sudah mengamati mereka sejak mereka masuk ke EXINERIS melalui pintu bawah tanah? Jika benar, mengapa mereka tidak mengutus para tentara untuk menyerang mereka di lantai -12? Tidak mungkin kekaisaran memiliki kesabaran sebesar itu. Keberadaan mereka pasti terdeteksi baru-baru ini. Mungkinkah ketika mereka masuk ke dalam lift? Jika diperhatikan, desain lift ini memang cukup modern, mirip seperti lift di Citadel. Dan normalnya sistem pengaman selalu dipasang di setiap lift modern. Ia pun memeriksa sudut langit-langit lift. Tebakannya benar. Terdapat satu CCTV di sudut kanan langit-langit lift dengan lampu mini yang berkedip-kedip merah aktif merekam isi lift. Berarti gerak-gerik mereka sudah diketahui kekaisaran sejak dua atau tiga menit lalu. Sungguh bodoh ia tidak terpikirkan hal sesederhana ini.

Berselang dua menit, tembakan pun berhenti.

"Sialan! Kita tidak bisa menembus pertahanan mereka!" seru seorang tentara Niflheim.

"Lemparkan granat ke dalam lift!" ujar tentara lainnya.

"Gawat. Kita tidak akan bisa menahan ledakan granat. Saatnya keluar dari perlindungan dan lakukan serangan balik!" perintah Ignis.

"Hiyaaa! Minggir dari jalanku, wahai kalian para manusia kaleng!" erang Gladio ketika dia berlari keluar lift. Dia menabrak barisan tentara dengan kombinasi kekuatan dorongan kaki dan perisai di tangannya seperti banteng yang mengincar matador. Noctis, Ignis dan Prompto sigap berdiri dan mengekori derap Gladio.

Terbebas dari naungan perisai sang Tameng, Noctis memindai cepat arena bertarung di sekelilingnya. Lurus di depannya, tiga orang tentara terpental ke lantai oleh tabrakan agresif Gladio. Sepuluh meter di kiri ada dua orang tentara, sedangkan di kanan ada tiga. Empat tentara yang berdiri di luar jangkauan Gladio menodongkan senapan kepada mereka, sedangkan satu tentara di sebelah kanan kelayapan meraih granat nanas yang tergantung di pinggang armornya.

Noctis bergerak cepat mengunci targetnya ke tentara bergranat. Tepat sebelum tentara itu melepas sumbu granat, Noctis melakukan warp-strike kepadanya, tombak menusuk dada lawannya hingga menembus armornya ke balik punggung. "Apa kau tahu kalau tidak sopan menyambut kedatangan tamu dengan tembakan peluru, apalagi dengan ledakan granat?" Ia menarik tombaknya hingga tersisa lubang berdiameter tiga senti di dada targetnya. Tentara itu tersungkur ke permukaan, tewas seketika bersimbah darah segar.

Ia berbalik dan melihat Ignis sedang menusuk-nusukkan sepasang belati kepada seorang tentara di sebelah kiri. Gladio menebaskan mahapedangnya kepada tiga tentara yang sudah bangkit dari tabrakannya tadi hingga mereka terhempas lagi. Prompto berdiri di samping lift, tangan kanannya menembakkan pistol sedangkan tangan kirinya terus menekan tombol BUKA di panel lift agar Gladio dan Ignis tidak kehilangan lift untuk membawa mereka naik ke lantai puncak.

Seorang tentara di dekat Noctis membuang senapan, lalu berbalik dan lari tunggang-langgang. Dia menempelkan tangannya di bagian telinga helm armor. Mengetahui bahwa dia hendak meminta bala bantuan tentara tambahan, Noctis segera berteleportasi dan muncul tepat di hadapan tentara itu.

"Lapor: tindakan netralisasi ancaman─UAGHHH!"

Tebasan diagonal Force Stealer milik Noctis memutus laporan tentara itu. Lapisan logam perak armor tentara Niff itu terkoyak hingga terlihat daging yang sobek di baliknya, lengkap dengan semburan darah segar.

Aku benar-benar benci menodai tanganku dengan darah manusia, tapi jika aku tidak melakukannya, aku akan menjerumuskan kami ke dalam situasi yang lebih berbahaya. Noctis mendengus kesal. Ia berharap semoga laporan tentara Niff yang malang ini tidak sampai kepada rekan-rekannya yang lain. Bisa repot kalau ia dan teman-temannya harus menghadapi arus tentara lainnya. Ia memperkirakan setidaknya ada belasan tentara yang tersisa di lantai dasar ini, dan mencapai seratus jika digabung dengan mereka yang berjaga-jaga di dua belas lantai atas lainnya.

Ketika ia kembali ke teman-temannya, pertarungan telah ditutup oleh kemenangan telak pihaknya.

"Kurasa sekarang saatnya kita berpisah," kata Noctis kepada teman-temannya yang berdiri di depan lift yang masih terbuka karena Prompto belum mengangkat jarinya dari tombol BUKA sedari tadi.

"Aku dan Gladio akan menggunakan lift menuju lantai 12," kata Ignis. "Pertahankan kesiagaanmu, Noct, karena kau tidak akan bisa mengandalkan bantuanku dan Gladio lagi. Aku akan menunggu kabar baik darimu atau Prompto setelah kami menyelesaikan misi ini. Prompto, kuserahkan tugas menjaga Noct padamu."

"Serahkan saja padaku. Aku tidak akan pernah melepaskan mataku dari Noct sedetik pun," balas Prompto bersemangat.

Gladio meletakkan satu tangan di bahu kanan Noctis. "Tunggu apa lagi? Sang putri tercinta sedang menunggu sang pangeran berkuda putih untuk menjemputnya."

"Apa maksudmu dengan pangeran berkuda putih?" rengek Noctis, menepis tangan temannya dari bahunya dengan kasar. Ia berpaling pada Ignis. "Iggy, sebaiknya kau segera hancurkan CCTV di langit-langit lift itu. Dengan begitu, kekaisaran tidak bisa memata-matai kalian berdua."

Ignis mengangguk patuh. "Tak kusangka matamu tajam juga. Akan segera kulakukan."

Gladio tidak berkomentar apa-apa selain terkekeh. Dia membalikkan badan, mengangkat tangan kanan ke udara, dan berjalan masuk ke dalam lift bersama Ignis. Tak lama kemudian pintu lift pun tertutup, membawa kedua temannya ke atas, meninggalkan Noctis dan Prompto berdua saja.

"Siap untuk bergerak, Noct?" tanya Prompto.

"Yep." Noctis mengalihkan suara pada Jeanne. "Jeanne, kami sudah tiba di lantai dasar. Di mana letak pintu keluar dari sini?"

[Jika dibandingkan dengan lantai bawah tanah, interior lantai dasar dan dua belas lantai atas sangat sederhana. Bayangkan panel kotak berukuran tiga kali tiga. Pada setiap panel terdapat sebuah ruangan, kecuali panel tengah sehingga jika ditotal terdapat delapan ruangan yang dihubungkan dengan koridor panjang. Saat ini kau berada di Sektor 07. Rute terdekat untuk mencapai pintu keluar adalah lurus menuju Sektor 04, melewati koridor penghubung 04 dan 01, masuk ke Sektor 01, lalu keluar dan berbelok ke kanan melalui koridor penghubung 01 dan 02, dan voila! pintu keluar ada di utara Sektor 02.]

Noctis berterima kasih atas informasi Jeanne. Ia cukup yakin mereka bisa menavigasi lantai ini tanpa bantuan wanita itu lagi.

"Agak mengerikan cuma berdua begini, huh?" celetuk Prompto.

"Itu hanya pikiranmu saja."

Noctis berlari melintasi ruangan itu mengekori Prompto sambil mengamati isi ruangan. Jika dibandingkan lantai bawah tanah, interior di sini tampak lebih bersih dan modern. Bahan lantai menggunakan keramik abu-abu berpola garis diagonal yang saling menyilang. Di tengah lantai ada jalanan setapak yang ditandai dengan garis kuning dan hitam di kiri dan kanan sehingga pejalan kaki dapat menggunakannya sebagai pemandu jalan─Jeanne benar: mustahil untuk tersesat di sini. Pendingin ruangan tersentralisasi dipasang di langit-langit ruangan, lengkap dengan ventilasi sebagai pengatur sirkulasi udara. Pipa-pipa besi besar menggantung di langit-langit─tak ada uap panas yang menyembul keluar dari sana. Dindingnya menggunakan deretan logam pipih berwarna perak. Lampu-lampu panjang dipasang tinggi di sepanjang dinding, memancarkan cahaya putih. Terdapat poster-poster besar ditempel di dinding yang bertuliskan logo EXINERIS dengan slogan khasnya: Industri EXINERIS, di mana cahaya harapan bersinar paling benderang. Noctis masih mengingatnya dari perbincangan dengan Holly ketika melakukan trip pendek bersama Iris beberapa hari lalu. Semoga Ignis dan Gladio berhasil menyelamatkan Holly, renungnya.

Baru melangkah sebentar, tiba-tiba Prompto berseru, "Hei! Periksa ini."

Tanpa disuruh pun, Noctis bisa melihat sebuah robot raksasa diletakkan di sebuah platform di sisi kanan ruangan. Robot itu tingginya sekitar tiga meter, bentuknya mengingatkan Noctis akan gundam dari serial kartun di TV yang suka ditontonnya saat kecil setiap Minggu pagi. Gundam itu memiliki kepala kecil jika dibandingkan torsonya yang bidang dan kedua tangannya yang panjang. Bedanya, gundam itu badannya hanya setengah karena tidak memiliki kaki. Kaki yang hilang digantikan oleh sebuah perangkat seperti rok pendek dengan susunan gerigi metal besi di pinggangnya.

"Kalau kekaisaran menyalakan benda ini, mereka bisa meremukkan kita seperti kecoak," Prompto meringis.

[Kami menamai robot itu sebagai EX-BUSTER. EX-BUSTER didesain untuk memusnahkan para daemon raksasa yang sering muncul di dalam PLTM. Yang kalian lihat adalah versi purwarupa. Aku takut kekaisaran akan menggunakannya untuk tujuan lain. Jika kekaisaran memutuskan untuk mengaktifkan EX-BUSTER, maka kalian akan dibuat pusing tujuh keliling olehnya.]

"Ugh, aku berharap EX-BUSTER ini tetap tidur manis," komentar Prompto.

"Tidak berbeda jauh dari MA-X yang sudah beberapa kali kita hancurkan," Noctis berusaha berpikir positif.

[Omong-omong, kalian sudah bisa melepas seragam kalian karena lantai dasar sepenuhnya bebas dari radiasi reaktor.]

"Kau ingin melepas seragam ini?" tanya Noctis, menatap Prompto dari kaca helm yang berembun.

"Kenapa kau bertanya kepadaku? Keputusan ada di tanganmu, Yang Mulia."

Noctis mendesah kesal. Ia lelah selalu menjadi pengambil keputusan dalam kelompoknya, bahkan untuk hal-hal sepele. Biasanya ia selalu melemparkan tanggung jawab ini kepada Ignis. "Baiklah, kami akan melepas seragam ini sekarang. Dengan begitu komunikasi kami denganmu akan berakhir di sini, Jeanne."

[Aku mengerti. Semoga beruntung, Pangeran.]

Setelah berterima kasih pada Jeanne, Noctis melepas helm dan sekejap pernapasannya menjadi teramat lega karena ia bisa mencium udara normal kembali. Kemudian ia menanggalkan seragam ungu EXINERIS dan bobot badannya seperti berkurang satu juta ton. Ia baru menyadari bahwa pundaknya sangat pegal menahan beban seragam tebal itu. Seragam Crownsguard hitamnya basah kuyup karena keringat. Bahkan ia dapat melihat bulir-bulir keringat kecil menggantung di kulit lengannya. Ia tak dapat membayangkan penderitaan para wanita EXINERIS yang harus mengenakan seragam itu sepanjang bekerja di sini, bahkan mereka tetap memakainya ketika berjalan-jalan di Lestallum yang cuacanya senantiasa superpanas.

"Huah, senangnya kita tidak perlu terus memakai seragam yang menyesakkan itu sampai benar-benar keluar dari tempat ini," Prompto tampak sangat bersyukur. Suara robotiknya telah lenyap tanpa sistem pengeras suara di helm. "Kau tahu, aku tidak bisa bergerak lincah dalam seragam itu padahal aku sangat mengandalkan kelincahanku untuk bertempur. Aku sempat ragu apakah aku bisa menjalankan tugasku sebagai pelindungmu, tapi sekarang aku telah memperoleh kembali kepercayaan diriku yang sempat hilang itu."

"Hal yang sama bisa kuutarakan padamu. Kita saling melindungi satu sama lain, oke?"

Prompto mengangkat jempolnya dan mengedipkan satu matanya.

Mengikuti jalan setapak, mereka melewati pintu yang otomatis terbuka dan menampakkan koridor berdinding dan berlantai hitam dengan pencahayaan memadai. Ketika menelusuri koridor, Prompto bertanya, "Ke mana semua orang? Tidak mungkin kekaisaran hanya meletakkan tentara mereka di depan lift kan? Seharusnya penjagaan merata di setiap sudut lantai ini."

"Kalau tentang itu, aku sudah menghentikan seorang tentara sebelum dia sempat mengontak teman-temannya."

"Kutebak mungkin mereka ketakutan dan meninggalkan tempat ini."

"Lelucon yang konyol."

Mereka tiba di tepi pintu besi yang bertuliskan Sektor 04. Pintu itu terbuka otomatis. Di baliknya, ada ruangan luas namun anehnya kosong melompong─malah terlalu kosong seolah-olah seseorang telah memindahkan semua barang dari sana dan menyiapkan ruangan ini untuk sebuah kepentingan spesial. Noctis merinding ketika menapakkan kaki di sana.

Tunggu sebentar. Apa mereka diam-diam mengawasi kita seperti ketika kami berada di lift?

"Koridor kosong. Ruangan kosong. Tidak ada siapa-siapa yang menghalangi jalan kita. Kalau situasinya terus seperti ini, mudah sekali untuk mencapai pintu keluar," kata Prompto, berlari melewati Noctis ke tengah ruangan.

"Tunggu, Prompto! Ini mungkin jebakan." Noctis berjalan pelan ke depan sambil memeriksa langit-langit ruangan untuk mencari CCTV, tapi usahanya nihil.

Tiba-tiba pintu belakang yang mereka lewati tadi terbuka dan empat benda asing terbang melesat cepat ke dalam ruangan. Benda asing itu adalah drone berbentuk seperti UFO berwarna kuning dengan empat tangan yang ujungnya runcing. Di kepala cepernya ada satu mata menyala merah. Noctis menebak mata itu adalah kamera, yang berarti dia sedang merekam pergerakan mereka dan kekaisaran memang telah menunggu kehadiran mereka di ruangan ini.

Empat drone tersebut saling menempel di satu titik udara, keempat tangan runcing mereka memancarkan partikel biru. Ketika mereka saling melepaskan diri, dalam sekejap muncul sebuah hologram biru tembus pandang berukuran dua meter berwujud seorang lelaki dari kepala hingga pinggang. Lelaki itu berusia sekitar empat puluh tahunan, dinilai dari keriput di dahinya dan pipinya yang cekung. Rambutnya sepanjang leher, sejumput poni menggantung di atas mata kirinya. Dia mengenakan armor ketentaraan komandan berpangkat tinggi ala Niflheim.

Lelaki itu tertawa lantang. Kedua tangannya terbuka ketika dia menyambut, "Salam, para penyusup yang terkasih!" Apa pun yang lelaki itu katakan dapat terdengar dari perangkat yang terpasang di keempat drone yang melayang di keempat sisi hologram. Dan sebaliknya, apa pun yang Noctis dan Prompto katakan pun akan tersalurkan kepada lelaki itu. "Sebagai Brigadir Jenderal Niflheim, aku, Caligo Ulldor," dia meletakkan tangan kanan di jantungnya dan sedikit membungkuk, "menyambut kedatangan kalian."

"Justru kalian duluan yang menyusup tak diundang ke tempat ini!" protes Prompto.

Caligo mengangkat satu telunjuknya, lalu menggeleng sekali. "Kalian seharusnya merasa tersanjung mengetahui bahwa kami telah bersusah payah menyiapkan tempat spesial yang akan menjadi kuburan kalian. Oleh karena itu, kami akan menawarkan eksekutor terbaik: bread and circuses." Dia menjentikkan jari. Keempat drone menembakkan partikel biru lagi dari kaki-kaki mereka, menampilkan hologram biru transparan lainnya: sebuah robot raksasa yang membusungkan dada.

"EX-BUSTER!" seru Prompto, terkejut bukan kepalang.

"Kuberikan kalian teknologi mutakhir EXINERIS! Ya, kau benar, pria muda. EX-BUSTER: sang eksekutor kalian berdua!"

Hologram EX-BUSTER mengepalkan tangan kiri, meninju udara, lalu membuka kepalan tangannya lebar-lebar. Sebuah lubang berbentuk lingkaran sempurna di telapak tangannya memancarkan cahaya putih yang menyilaukan, seperti hendak menembakkan laser pemusnah.

Noctis segera mematerialisasikan perisai untuk melindungi diri. Sialnya Prompto kurang gesit karena dia hanya melindungi matanya dengan satu tangan.

Noctis berjengit, namun tidak terjadi apa-apa selain gelak tawa Caligo yang bergema, mengolok-olok ia dan Prompto yang ketakutan.

"Teknisi mesin terhubung ke jaringan," kata sebuah suara lelaki lain dari hologram Caligo, tetapi wajah lelaki lain itu tidak tampak. Barangkali lelaki itu berada di samping Caligo di entah berantah ruangan tempat Caligo sedang merekam sehingga suaranya tidak sengaja ikut terekam. "Saat ini, EX-BUSTER baru beroperasi 66%. Estimasi kami optimis…"

"Aku sedang mengudara!" bentak Caligo, kepalanya meneleng ke belakang. Lalu penglihatannya kembali kepada Noctis dan Prompto yang tercengang. "Pada para tentara rendahan yang berada di sana, aku memberi kalian perintah untuk melumpuhkan para penyusup. Atau lebih baik membunuhnya. Toh Kaisar Iedolas lebih senang kalau Pangeran Lucian dan komplotannya mati!"

Dua hologram itu menghilang begitu keempat drone melarikan diri ke pintu belakang.

Pintu menuju koridor ke Sektor 01 mendadak terbuka. Empat MT berlari cepat seperti cheetah, dua Magitek Swordsman dan dua Magitek Axeman. Di belakang mereka, sesosok Magitek Bannerman menggenggam tongkat panjang dengan bendera Niflheim di ujung atasnya yang dikobarkan tinggi-tinggi di udara.

"Mereka membawa MT ke dalam EXINERIS?!" seru Prompto. "Sekelompok robot pembunuh ke kota yang dipadati penduduk biasa? Mereka pasti sangat putus asa untuk membunuh kita semua."

"Seharusnya kau tidak terkejut. Verstael ada di dalam kota," Noctis menukar Absord Shield dengan Force Stealer. "Pasti ilmuwan gila itu yang membawa MT kemari."

Terdengar suara Caligo yang menggema melalui sistem pelantang suara yang dipasang di seantero lantai ini, "Perhatian kepada semua penjaga! Aku ulangi─"

Satu Magitek Axeman berlari, matanya mengilat buas, mengayunkan kapak secara vertikal kepada Noctis. Noctis menghindar ke kanan ketika kapak itu menyobek udara dan berdentang mengenai lantai. Sebagai balasan, Noctis menyabetkan Force Stealer lurus ke perut besi MT itu, mengoyaknya dan membuatnya korsleting, lalu MT itu terjerembab seperti rongsokan besi hina ke permukaan.

"─kalian diwajibkan menghabisi para penyusup tanpa berlama-lama!"

Suara hologram Caligo yang bergema teredam oleh suara pertempuran yang tengah berlangsung. Apalagi ditambah suara tembakan pistol Prompto yang memekakkan telinga.

Ada yang ganjil. Kenapa para MT ini hanya menyerangku di saat Prompto aktif menembak mereka? Tiga MT yang tersisa mengerubungi Noctis dengan tebasan pedang dan kapak mereka. Noctis berusaha menghindari setiap serangan yang akan berakibat fatal seperti orang yang sedang berdansa. Kaki kiri dan kanannya saling bergantian menapak dari satu titik ke titik lainnya dengan lihai. Dari kejauhan sepuluh meter, Prompto terus menembak Magitek Axeman tanpa gangguan sama sekali.

Pada satu momen yang sempit, Noctis memperhatikan Magitek Bannerman terus berdiri seperti patung sambil memegang tongkat berbendera Niflheim. Noctis menyadari bahwa MT itu memakukan perhatiannya pada dirinya semenjak pertarungan dimulai dan dia mengetuk-ketukkan ujung tongkat secara berkala.

Tok. Tiga MT di dekat Noctis bergerak menyerang bersamaan.

Tok. Tok. Tiga MT serentak melompat mundur ketika Noctis mengibaskan mahapedang.

Tok. Tiga MT kompak berlari mendekat dan kembali menyerang.

Tok. Tok. Serangan Noctis gagal lagi karena tiga MT tersebut menghindar gesit seolah mereka sudah mengantisipasi pergerakan Noctis satu detik lebih awal.

Suara ketukan tongkat MT yang membawa bendera itu… Pasti itu merupakan semacam kode untuk menggerakkan kelompok MT ini. Dia mengamatiku dari jarak aman sehingga dia bisa menilai apa yang akan kulakukan pada para bawahannya dan menginstruksikan pola serangan dan hindaran mereka sedemikian rupa. Seperti seorang tuan yang menggerakkan boneka dengan benang tak kasatmata.

"Prompto! Berhenti menembaki MT di dekatku!" seru Noctis.

"Apa kau bercanda? Aku berusaha membantumu menghabisi mereka" balas Prompto.

"Alihkan tembakanmu pada MT yang membawa bendera di depan sana!"

"Tapi kenapa? Dari tadi MT itu cuma berdiri dan tak melakukan apa-apa. Dia bukan ancaman utama bagi kita."

"Percaya saja dan ikuti perintahku!"

"Ba-Baiklah kalau kau memaksa."

Prompto mengalihkan pistolnya kepada Magitek Bannerman. Dor-dor-dor! Peluru menembus dahi, leher, dan jantung MT itu secara berurutan. Tiga tembakan jitu. Tiang bendera terlepas dari genggamannya dan MT itu jatuh bergeming.

Alhasil, pergerakan tiga MT di dekat Noctis menjadi tidak serempak. Satu MT menyerang Noctis dengan pedangnya, satu MT lainnya berputar-putar di satu titik seperti robot linglung, dan satu MT sisanya melompat ke belakang bahkan di saat Noctis tidak menyerang.

"Bagaimana progres si teknisi mesin untuk mengoperasikan EX-BUSTER?" tanya Caligo.

Bagus. Dengan matinya si MT pembawa bendera, aku bisa menghabisi para MT yang telah kehilangan "mata elang" mereka. Noctis melakukan warp-strike kepada satu Magitek Axeman dan memotong lehernya dengan mahapedang. Satu MT tumbang. Sisa dua. "Prompto, sekarang kau bisa menembaki MT di dekatku."

"Oh yeah! Kaboom! Matilah kau, MT jelek!" seru Prompto. Satu tembakan telak menembus dahi sesosok Magitek Swordsman.

"…Masih 66%? Omong kosong!" seru hologram Caligo.

Menukar mahapedang dengan katana, Noctis melesat kencang menuju satu Magitek Swordsman yang tersisa. Pedang MT itu beradu dengan Masamune Noctis. Bilah katana Noctis lebih kuat sehingga pedang lawannya terpental dan berputar-putar di lantai hingga menabrak sudut ruangan. Tanpa senjatanya, MT itu tak jauh berbeda dari armor kosong. Semudah membalikkan telapak tangan, Noctis menusukkan Masamune ke jantung MT itu─sebuah inti magitek bercahaya merah yang menjadi sumber daya hidup para MT─dan pertempuran pun usai.

"Ugh, aku muak mendengar suaramu!" sembur Prompto berapi-api sambil menunjuk hologram Caligo yang terus beradu mulut dengan lelaki-yang-tak-tampak-wajahnya di rekaman mengenai kesiapan operasional EX-BUSTER.

Seolah teringat bahwa dia masih mengudara, Caligo pun kembali memandang Noctis dan Prompto sambil menggaruk-garuk kepalanya. "Akan kupastikan bahwa EX-BUSTER itu akan siap seratus persen sebelum kalian sempat keluar dari tempat ini. Sampai jumpa di neraka!" Hologram biru lelaki itu pun lenyap, digantikan oleh suara alarm yang bergema di seantero ruangan, seperti peringatan bahwa tengah terjadi kebakaran.

"Aku tidak tahu bagaimana denganmu, tapi aku berharap kita bisa keluar lebih dulu sebelum EX-BUSTER itu beroperasi penuh," kata Prompto.

"Kita harus bergerak lebih cepat jika tak mau hal itu terjadi," simpul Noctis. "Ayo kita lanjutkan perjalanan."

Mereka berlari dalam tempo teratur melalui koridor panjang penghubung Sektor 04 dan 01. Suara alarm masih berdengung, membuat Noctis cemas karena jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. Tak lama kemudian, mereka tiba di depan pintu Sektor 01. Anehnya, pintu itu tidak terbuka otomatis seperti pintu-pintu yang telah mereka lewati.

"Kau dengar perintah Komandan Caligo! Persiapkan komponen-komponen untuk mengaktifkan EX-BUSTER secepatnya!" terdengar suara lelaki serak-serah basah dari balik pintu.

"Sudah siap, Sir!" sahut suara lelaki lainnya.

"Komponen-komponen akan dipindahkan dari 01 ke 02," kata lelaki serak-serak basah itu lagi.

"Laksanakan, 01," balas suara lelaki yang terkomputerisasi.

"Kau dengar itu, Noct?" tanya Prompto yang menempelkan satu telinganya ke pintu untuk menguping. "Kita harus segera menghentikan pemindahan komponen-komponen EX-BUSTER itu."

"Yeah, aku tahu." Noctis segera memeriksa bagian-bagian pintu besi gelap di depannya dan menemukan panel dengan layar sentuh di tepi kiri menyala terang. Pintu itu pun terbuka ketika ia menekan tombol BUKA.

Mereka berdua berjalan ke dalam ruangan Sektor 01. Desain ruangan itu identik dengan Sektor 07 dan 04 yang telah mereka tinggalkan. Cahaya lampu putih menyinari ruangan luas itu. Di sisi kiri dan kanan terdapat tabung-tabung setinggi pria dewasa yang diletakkan di atas platform metalik. Capit-capit besar berwarna kuning bergeser, membuka lebar, dan mencapit kepala satu tabung berisi komponen EX-BUSTER untuk diangkut ke 02.

Menyadari kedatangan mereka berdua, seorang tentara Niff yang serak-serak basah berseru, "Penyusup!" Dia mengangkat senapan kepada Noctis dan Prompto. Lima tentara lainnya menghentikan aktivitas mereka dan segera melakukan hal yang sama. "Bunuh mereka!"

Total ada enam tentara yang perlu ditumbangkan. "Prompto, kuserahkan Niff di kiri padamu."

"Aye, aye."

Noctis melakukan warp-strike ke seorang tentara terdekat, menusukkan tombak ke leher targetnya. Ia mengganti tombak dengan perisai untuk melindungi diri dari hujan peluru yang dibidik kepadanya oleh dua tentara yang berdiri di kanan ruangan. Prompto berlindung di balik meja di belakang Noctis, menggunakan momen yang tepat untuk menembak.

Noctis bergerak cepat untuk menyelesaikan pertempuran ini. Tinggal berapa puluh menit lagi yang tersisa sebelum reaktor mencapai batasnya dan meledak? Pertempuran seperti ini sungguh membuang-buang waktu. Ia berteleportasi, menyerang, menghindar dengan gesit. Dan hanya berselang tiga menit, seluruh tentara kekaisaran berhasil ditumbangkan.

"Semuanya beres! Sekarang mari kita lihat apa yang dilakukan para bajingan ini," kata Prompto yang telah menampakkan diri dari balik meja.

Di ujung depan kanan ruangan terdapat sebuah monitor 72 inci yang menampilkan cetak biru EX-BUSTER di tengah, grafik-grafik beraneka bentuk di kanan dan daftar komponen-komponen peningkat operasional di kiri. Komponen-komponen utama itu terdiri dari tiga bagian: inti pemrograman kecerdasan artifisial, cangkang pengebom besar, dan unit pengejut. Jika diteliti, tiga komponen utama itu menampilkan status 2/3.

"Aku menebak sepertinya beberapa komponen masih dalam perjalanan…" celetuk Prompto, wajahnya bersinar hijau terkena cahaya monitor.

"Itu bukan tebakan, tapi fakta," komentar Noctis. Ia menunjuk sebuah kotak di layar atas cetak biru EX-BUSTER yang menampilkan tingkat operasional sebesar 66%. "Belum ada peningkatan persentase dari yang Caligo katakan. Kau dengar pembicaraan para tentara sebelum kita masuk kemari?"

"Mereka bilang komponen-komponen itu siap untuk diangkut ke 02…"

"…yang berarti kita harus menghentikan pemindahan itu entah bagaimana caranya," imbuh Noctis. "Pasti ada konsol atau apa pun di ruangan ini yang bisa kita manfaatkan."

"Sebentar. Apa ini konsol yang kau maksud, Noct?" Prompto mengajak Noctis untuk mengikutinya sebelum berlari menjauhi layar ke belakang ruangan. Noctis mengejar Prompto yang sudah berhenti di sebuah komputer kecil di sisi kanan ruangan, yang diapit oleh kardus-kardus putih. Monitor itu menampilkan cetak biru EX-BUSTER dan tulisan Sistem Transportasi: Unit Pengejut. Ada gambar peti perangkat dalam boks segi enam di kiri dan sebuah garis yang menghubungkan boks tersebut dengan cetak biru EX-BUSTER di kanan. Di tengah garis panjang itu terdapat percabangan ke atas dan bawah. Cabang atas menuju kotak bertuliskan ON, sedangkan cabang bawah menuju kotak bertanda X merah besar. Di bagian bawah monitor terdapat bar status yang berkedip-kedip dengan tulisan peringatan Menunggu Komponen Dipasang.

"Kita beruntung. Sepertinya unit pengejut belum tiba di 02," kata Noctis. Ia mencoba menekan-nekan papan ketik yang terhubung ke monitor untuk memodifikasi sistem transportasi unit pengejut itu. Tiba-tiba timbul sebuah kotak peringatan di monitor yang bertuliskan Butuh Kartu Kunci untuk Membatalkan Sistem Transportasi Komponen.

"Omong-omong apa kau mengerti cara kerja sistem ini?" tanya Prompto yang menyembulkan kepalanya dari balik pundak Noctis untuk mengintip.

"Seperti yang kau lihat, kita butuh kartu kunci untuk melakukannya. Kenapa mereka membuat semuanya begitu rumit?" keluh Noctis.

"Barangkali kita bisa menggunakan kartu yang tidak sengaja kutemukan di atas meja tempatku berlindung tadi," Prompto menyodorkan sebuah kartu hitam bertuliskan Kunci Akses Komponen EX-BUSTER Sektor 01.

"Dari teks yang tercetak di atasnya, kujamin memang kartu inilah yang diminta konsol ini. Kerja bagus, Prompto. Sebaiknya kau kelilingi ruangan ini untuk mencari kartu kunci lainnya yang mungkin ditinggalkan para tentara Niff."

"Laksanakan!" seru Prompto dan dia pun terbirit-birit meninggalkan Noctis yang tengah berurusan dengan komputer di hadapannya.

Noctis memasukkan kartu kunci ke dalam sebuah lubang tipis di perangkat itu. Muncul layar lainnya yang berisi informasi: Melepas komponen pengejut dari EX-BUSTER akan mengurangi efektivitas robot dalam menyalurkan arus listrik untuk melumpuhkan target. Ia mengonfirmasi pelepasan komponen dan garis yang terbentang antara gambar peti perangkat dan cetak biru EX-BUSTER berpindah ke cabang bawah, ke kotak X merah. Suara wanita robotik mengonfirmasi, "Unit pengejut telah ditandai untuk dilepaskan."

Terdengar bunyi seperti kereta didorong di atas rel dari atas kepala Noctis. Ia menengadah dan melihat sebuah tabung keluar dari lubang transportasi antarsektor melalui rel yang dipasang di langit-langit dekat komputer. Mengikuti instruksi sistem transportasi yang telah ia retas, tabung berisi komponen unit pengejut itu diletakkan kembali ke atas platform di 01. Sepertinya percobaanku berhasil. Komponen pengejut itu sudah ditarik mundur dari perjalanannya menuju 02.

Noctis menelengkan kepala ke arah monitor besar di utara ruangan. Ia bisa melihat daftar komponen unit pengejut yang berstatuskan 2/3 kini berwarna merah dan ada sebuah pesan yang memperingatkan: Defisiensi Unit, Sistem Pengejut Tidak Berfungsi Maksimal.

Prompto telah kembali dengan napas terengah-engah. Rambut pirangnya semakin berantakan dan menyerupai ekor chocobo. "Aku menemukan dua kartu kunci lainnya di dalam salah satu deretan lemari panjang dan kantung celana mayat seorang Niff. Apa kau berhasil menggagalkan pemindahan unit pengejut itu?"

"Yeah, berkat bantuanmu." Noctis tersenyum tipis. "Kita bisa menggunakan dua kartu kunci itu untuk meretas dua konsol pengatur unit lainnya seperti konsol unit pengejut ini. Sekarang kita perlu menemukan letak dua konsol tersebut di ruangan ini."

"Ikuti aku, Noct. Ketika aku mencari-cari kartu itu, tidak sengaja aku menemukan letak dua konsol tersebut," ajak Prompto antusias.

Konsol kedua berada di sudut belakang kiri ruangan; dia mengatur transportasi komponen inti pemrograman kecerdasan artifisial. Sedangkan konsol kedua terletak tepat di sebelah pintu keluar menuju Sektor 02; kali ini dia mengatur transportasi komponen cangkang pengebom besar.

Meniru caranya meretas konsol pertama dengan kartu kunci, Noctis berhasil mengagalkan pengangkutan dua unit komponen EX-BUSTER dalam kurun waktu kurang dari lima menit. Mereka kembali ke monitor besar di utara ruangan. Ia melihat status setiap komponen bertahan di 2/3 dan ketiga kotak itu berwarna merah dengan teks peringatan defisiensi unit.

"Apa urusan kita sudah selesai di sini?" tanya Prompto sambil mengamati monitor.

"Kurasa begitu. Kau bisa melihat status tingkat operasional EX-BUSTER tertahan di 66% di layar itu," jawab Noctis. "Kita terlalu banyak membuang waktu mengurusi robot ini. Ayo kita pergi dari sini."

Mereka berlari melewati pintu keluar 01, menelusuri koridor panjang yang sekitar dua ratus meter pertama lurus, berbelok ke kanan, dan dua ratus meter kedua membawa mereka ke pintu Sektor 02.

Noctis menempelkan punggung di tepi kiri pintu, sedangkan Prompto di kanan. Ia menempelkan telunjuk di bibir dan berdesis sssttt untuk mendiamkan temannya. Prompto mengatupkan bibir rapat-rapat. Dengan satu telinga menempel di pintu, ia mampu mendengar suara para tentara yang sedang mengobrol di ruangan di balik pintu.

"Siapkan dirimu. Akan ada pertempuran lainnya yang tak terelakkan begitu kita melintasi pintu ini," bisik Noctis.

"Aku sudah tidak sabar untuk menambah skor tembakan telak di kepala tentara kekaisaran."

Mereka melangkah begitu pintu membuka lebar. Seperti déjà vu, Noctis mendengar seruan seorang tentara lelaki berseru, "Penyusup! Bunuh mereka!" Enam senapan diarahkan oleh sekelompok tentara Niff kepada mereka.

Setelah bertempur tanpa henti semenjak tiba di lantai dasar, otot-otot Noctis seakan telah menghapal variasi teknik bertempur yang akan digunakannya untuk menumbangkan para tentara Niff. Tentara kekaisaran boleh saja menggunakan armor yang tampak mengintimidasi, namun strategi bertarung mereka terbilang monoton.

Di tengah pertempuran, suara Caligo dan teknisi mesin yang disiarkan melalui pelantang suara bergema di seantero ruangan.

"Bagaimana status EX-BUSTER milikku? Aku minta laporan!" seru Caligo.

"Maafkan aku, Sir. Kami butuh tambahan waktu karena terjadi kendala transportasi tiga komponen penting dari 01. Para teroris telah meretas sistem komponen EX-BUSTER. Pada taraf ini, kami tidak bisa memprediksi kapan EX-BUSTER dapat beroperasi secara penuh."

"Dasar kalian cecunguk tidak berguna! Terpaksa kita kerahkan EX-BUSTER itu sekarang!" bentak Caligo.

"Tapi, Sir, EX-BUSTER itu belum siap."

"Itu adalah perintah! Laksanakan atau kau akan kehilangan kepalamu!"

"La-Laksanakan. Siapkan EX-BUSTER untuk kondisi darurat! Para teroris telah sampai di 02. Segera cegah mereka sebelum mencapai pintu keluar!"

Dialog antarlelaki itu selesai tepat ketika Noctis dan Prompto telah menghabisi para tentara kekaisaran.

"Sial! Apa kita terlambat?" tanya Prompto, menepis keringat dari dahinya.

Sektor 02 berupa ruangan yang dipenuhi oleh kendaraan-kendaraan jumbo, seperti truk, pengebor, pencapit dan traktor yang diparkirkan dengan teratur di kedua sisi. Noctis memperkirakan sektor ini memang sengaja dijadikan ajang pamer kendaraan-kendaraan yang senantiasa digunakan dalam operasional EXINERIS bagi para pengunjung. Seusai melewati berbagai kendaraan tersebut, ia melihat pintu keluar dari kejauhan kurang lebih lima ratus meter.

"Sedikit lagi kita tiba di pintu keluar. Jangan… berhenti… berlari!" seru Noctis megap-megap di tengah larinya. Otot betisnya menegang dan berdenyut-denyut.

Tiba-tiba sesuatu yang berdesing melesat dari belakang mereka.

"Lihat itu, Noct!" tunjuk Prompto ke arah empat drone yang mendahului laju mereka.

Langkah mereka terhenti dua ratus meter dari pintu keluar ketika empat drone itu menembakkan partikel biru dari kaki-kakinya. Tampak sebuah hologram biru transparan seorang kakek setinggi dua meter dari kepala hingga pinggang. Pria uzur itu tersenyum picik kepada mereka, kedua tangannya menopang dagu yang ditumbuhi jenggot putih seperti kambing. Keriput memenuhi setiap area wajahnya, di dahi, kantung mata, dan pipi.

Satu drone terbang ke depan hologram biru itu, kamera merah yang berfungsi sebagai matanya memancarkan cahaya biru yang memindai mereka berdua dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Kakek itu tampak terkejut, kedua matanya melebar. "Oho. Rasanya seperti becermin sambil bernostalgia akan masa mudaku," katanya ketika memandang Prompto lekat-lekat. "Tak kusangka salah satu objek penelitianku adalah sahabat Pangeran Lucian. Sungguh sebuah kebetulan yang amat baik untukku."

"Objek penelitian? Apa… apa maksudmu?" tanya Prompto ragu-ragu. "Siapa kau?"

"Kau adalah Verstael Besithia. Kepala Menteri Riset dan Pengembangan Niflheim, bukan begitu?" tanya Noctis. Siapa lagi yang akan mencegat mereka jika bukan ilmuwan gila yang menyekap Luna dan Talcott di saat mereka sudah begitu dekat dengan aksi penyelamatan?

"Benar sekali, Pangeran Noctis," jawab Verstael, senyuman meremehkan di satu sudut bibirnya sungguh ingin membuat Noctis meninju wajah jelek kakek itu. "Sebelum kau sempat keluar dari EXINERIS, aku ingin melakukan negosiasi yang sebanding denganmu. Kau tahu, kekaisaran memiliki sang Oracle dan seorang bocah Lucian sebagai sandera kami. Kami akan dengan senang hati menukar mereka dengan harga yang setimpal tentunya."

"Apa yang kau inginkan dariku?" tanya Noctis, intonasinya meninggi. Sebenarnya ia tidak perlu bertanya karena dari lubuk hatinya yang terdalam ia tahu betul apa yang diinginkan kekaisaran hingga mereka berani membuat kekacauan berskala besar ini.

"Kami telah memperoleh Kristal. Tapi benda itu tidak ada gunanya jika kami tidak memiliki sebuah objek yang melengkapinya, yakni Cincin Lucii. Tanpa cincin itu, kami tidak dapat melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengendalikan kekuatan kuno Raja-Raja Lucis, yang amat didambakan oleh Kaisar Iedolas."

Noctis mengepal tangan kirinya sampai mati rasa. Mereka telah menghancurkan Insomnia demi merebut Kristal. Dan kini mereka juga berniat untuk menghancurkan Lestallum dengan meledakkan EXINERIS demi benda sekecil Cincin Lucii. Ia amat muak dengan seluruh kegilaan Niflheim yang ditimpakan padanya dan orang-orang yang dicintainya.

"Jika aku menyerahkan Cincin Lucii padamu, apa jaminan bahwa kau akan membebaskan Luna dan Talcott?" tanya Noctis, berupaya mengendalikan amarahnya.

"Aku adalah pria yang selalu menepati janjiku. Kita akan melakukan pertukaran secara serempak di balai Leville. Begitu aku memegang Cincin Lucii dengan tanganku sendiri, sang Oracle dan bocah Lucian itu akan dikembalikan seutuhnya tanpa cela kepadamu."

Noctis tidak memercayai perkataan Verstael sepenuhnya. Kekaisaran telah terbukti cerdik bersilat lidah. Insomnia hancur karena Ayah memercayai pakta perdamaian yang ditawarkan kekaisaran padanya.

"Kau harus mematuhi satu permintaan lainnya dariku," kata Noctis, "jangan libatkan warga biasa dalam negosiasi kita. Kosongkan balai Leville dari seluruh penduduk. Bawa mereka sejauh mungkin ke tempat aman."

"Oho. Masih saja berusaha menyembunyikan identitasmu sebagai Pangeran Lucis? Baiklah, itu persoalan mudah. Aku akan menuruti permintaanmu." Sekali lagi Verstael menatap Prompto dengan penuh gairah yang mencurigakan. Prompto tampak bingung bercampur takut. "Kau boleh membawa temanmu ini sebagai anjing penjagamu, kalau kau tidak percaya sepenuhnya pada integritasku. Kutunggu kehadiran kalian berdua di balai Leville."

Hologram Verstael lenyap.

Prompto mendekati Noctis. Parasnya pucat pasi. "Noct, aku punya prasangka buruk. Melihat cara Verstael menatapku membuatku merinding sampai ke ubun-ubun. Rasanya seolah… seolah dia menganggapku sebagai barang kepunyaannya."

"Jangan terpancing omongannya, Prompto. Dia sengaja mengatakannya untuk membuatmu lengah. Kalau kau ragu, maka siasat Verstael berhasil."

"Walaupun begitu… aku benar-benar takut…"

Tiba-tiba keempat drone memunculkan hologram Caligo, menyita perhatian Noctis dan Prompto.

"Hahaha! Menonton negosiasi tadi membuat perutku tergelitik." Caligo mengangkat sebuah detonator di tangan kirinya. "Jangan libatkan warga biasa, katamu? Dengan menekan tombol ini, aku bisa meledakkan reaktor EXINERIS sekehendakku."

"Brengsek! Apakah tidak cukup jika kalian mendapatkan Cincin Lucii?" geram Noctis. "Apa lagi yang kalian kehendaki dariku?!"

"Anggap saja ini sebagai ancang-ancang jika kalian bertindak di luar keinginan kami. Sekali saja kalian bertindak mencurigakan… boom!" Caligo tertawa terbahak-bahak. "Nah mari kita sibakkan tirai untuk pertunjukan utama!"

Sebuah benda raksasa melesat kencang dari belakang ruangan: EX-BUSTER. Robot itu mendarat beberapa senti di depan hologram Caligo, menghalangi jalan Noctis menuju pintu keluar EXINERIS. Kedua tangannya mengepal, dadanya dibusungkan, dan rok jetnya berputar-putar menyemburkan cahaya merah panas.

"Mari kita manfaatkan EX-BUSTER untuk membinasakan para tikus yang tidak dikehendaki di EXINERIS. Para tikus yang berkonspirasi untuk menundukkan Kaisar Iedolas yang luhur. Dosa kalian tak termaafkan. Dengan ini kujatuhkan hukuman bagi kalian: kematian!"

"Asal kau tahu, kalian membutuhkanku hidup-hidup untuk memperoleh Cincin Lucii!" bentak Noctis.

Caligo menggeleng-gelengkan kepala. "Memang benar. Tapi lebih mudah jika kami mengambilnya darimu jika kau mati. Tak akan ada perlawanan yang merepotkan. Dan kami akan tetap memiliki sang Oracle untuk kami bawa pulang ke Gralea─tempat seharusnya dia berada, bukan di Lucis dengan raja jadi-jadian sepertimu!"

Noctis tidak tahan lagi. Ia mematerialisasikan Hyperion dan menebas satu drone yang melayang di dekatnya. Drone itu terbelah dua dan meledak berkeping-keping. Hologram Caligo pun lenyap.

"Aku muak dengan semua ini," kata Noctis. "Aku benar-benar muak dengan semua ini!" ulangnya dengan intonasi memuncak.

"Awas, Noct!" Prompto mendorong Noctis hingga terjatuh. Tinju EX-BUSTER melesat dari sang Pangeran, mengenai lantai hingga timbul gempa ringan. "Kau tidak apa-apa?"

"Aku baik-baik saja." Noctis menyambut uluran tangan Prompto untuk berdiri. Ia menatap EX-BUSTER yang menjulang tinggi di hadapannya. Menaklukkan robot sebesar ini pastinya tidaklah mudah, tapi mereka telah berpengalaman menghancurkan MA-X sebelumnya. Ia berharap ini akan menjadi pertempuran terakhir di hari yang panjang ini. Namun ia tidak boleh berpikir naif─ia mengantisipasikan pertempuran lainnya ketika bertatap wajah dengan Verstael nanti. Noctis berpaling kepada Prompto dan berkata, "Percayakan urusan detonator itu pada Ignis dan Gladio. Saat ini kita punya misi lain untuk diselesaikan. Kau yakin siap untuk bertempur?"

"Uh… ya… aku akan berusaha semampuku…" jawab Prompto gusar, masih terguncang akibat bualan Verstael tadi. Entah mengapa dari tadi dia meremas manset di pergelangan tangan kanannya seolah menyembunyikan sesuatu di sana.

Noctis menampar punggung Prompto dengan keras, berharap dapat mengusir kecemasan yang tidak ada gunanya sampai temannya itu terjengkang di jembatan.

"Apa-apaan, Noct?!" protes Prompto.

"Aku hanya mengembalikan akal sehatmu." Noctis tersenyum simpul.

Noctis maju sepuluh langkah menghadapi EX-BUSTER, sedangkan Prompto tetap berjaga di belakangnya. Ia menarik napas panjang, mempersiapkan diri menjadi penyerang utama di saat Prompto akan menjadi penyerang jarak jauh. Memasang kuda-kuda dengan mahapedang tergenggam erat di kedua tangannya, ia mendorong kaki kanannya dan melesat untuk menyerang EX-BUSTER.