Ninja Super
Summary: Naruto Uzumaki adalah pahlawan dunia shinobi ke-empat. Itu kenyataan. Tetapi sayangnya dia mati di pertempuran. Pindah ke dunia lain dan bertemu orang tuanya? Dia sangat mau DATTEBAYO!
Disclaimer: Semua di fic ini punya pemilik aslinya. Author hanya meminjam. Hehe peace.
–
Chap 1 : Ninja Pirang
–
.
.
.
.
Percaya atau tidak, perang akbar diawali karena keberanian(baca: keidiotan) ke-empat raja iblis asli yang berkeinginan menguasai dunia karena menurut pendapat mereka ras iblis adalah yang terkuat dari yang terkuat. Oleh sebab itu rencana awal mereka adalah memusnahkan umat manusia, yang memang bila dilihat dari sudut pandang supernatural adalah ras terlemah.
Mengetahui hal ini, Tuhan bersama ras malaikat pergi menghadapi ras iblis dengan maksud mencegah rencana mereka. Naas layaknya api yang bertambah besar ketika ditambah minyak, pertempuran berubah cepat menjadi perang ketika ras malaikat-jatuh ikut serta.
Sebelum perang bisa berlanjut, ketiga belah pihak terpaksa membuat aliansi mendadak dikarenakan serangan naga surgawi, yang marah karena mereka menganggu pertarungan suci keduanya.
Tepat saat Ddraig dan Albion sekarat, turun dari langit naga sangat besar berkepala tiga dengan sisik emas dan sayap menyerupai bentuk kelelawar. Naga ini menembakkan sinar listrik kuning yang memusnahkan ras iblis termasuk ke-empat raja iblis, Tuhan, naga surgawi, sebagian malaikat dan sebagian malaikat-jatuh, di saat bersamaan.
Sementara para malaikat yang tersisa berusaha melawan naga kepala tiga ini, sisa malaikat-jatuh mencoba kabur. Tetapi sebelum naga kepala tiga ini menyerang, beberapa sosok dari sumber berbeda datang menghadang dia.
Detik itu juga, baik pihak malaikat dengan pihak malaikat-jatuh tak akan pernah melupakan peristiwa terlahirnya kelompok penjaga umat manusia terhebat.
–
Dalam ruangan putih tak berujung, pemuda pirang yang diketahui bernama Uzumaki Naruto menghembuskan nafas untuk kesekian kalinya. Pakaiannya yang sebagian permukaannya telah rusak cukup lama tak dipedulikannya.
Baik. Ini kenyataan. Mati itu sangat tidak menyenangkan.
"Kau baru menyadarinya sekarang?"
Suara itu berasal dari rekan di dalam tubuhnya, Kurama, Bijuu dengan ekor berjumlah sembilan. Nada suaranya terdengar bosan.
Hey! Mana kutahu kalau mati itu bakal begini akhirnya. Naruto kesal pada partnernya. Kau sendiri tidak membantu sama sekali Kurama. Merengek di kepalaku setiap saat.
"Cerewet. Bersyukurlah kau ada teman untuk diajak bicara," kata Kurama, menyeringai, "huh, jika dipikirkan lagi kau seperti orang gila saja."
Sang jinchuuriki memiliki kedutan di keningnya. Aku normal dan waras dattebayo!
"Tentuuuu kau waras… ingatkan aku siapa yang mendapat ciuman pertamamu?"
Kau cium sana bokong Madara!
Naruto mengabaikan "Bangsat kau pirang!" di kepalanya.
Kemudian, Naruto terkejut melihat seorang pria dengan wanita muncul tiba-tiba di depannya.
Si pria memiliki iris mata merah dan pupil hitam, rambut hitam panjang mencapai pinggang, dan mengenakan kimono putih dengan obi merah.
Untuk wanita ini, bentuk iris dan pupilnya dan pakaiannya menyerupai si pria, tetapi yang membedakannya adalah rambutnya putih meraih pinggang.
Naruto menegang, insting tempurnya yang telah terasah berkat banyak pertarungan menjerit bahwa mereka bukan sosok yang bisa dianggap enteng.
Pria itu menampilkan ekspresi ramah kepadanya, berbicara dengan nada halus.
"Salam, Uzumaki Naruto. Perkenalkan namaku Izanagi. Di sampingku ini adalah istriku, Izanami."
Izanami sempat membungkuk sopan pada Naruto.
Karena kebingungan, Naruto refleks mengucapkan hal acak.
"Umm… halo?"
"Halo juga Naruto-kun." Izanami menjawab merdu, terhibur dengan reaksi yang didapatnya dari sang anak ramalan. "Sekarang kau pasti bertanya-tanya maksud dari kedatangan kami."
Bunyi lucu datang dari perut Naruto. Naruto menggaruk rambut pirangnya secara canggung.
"Umm... kalian keberatan kalau menunggu aku selesai makan dulu?"
Izanagi mengangguk. "Tidak masalah."
Naruto menyengir, menjentikkan jarinya dan muncul meja kayu, kursi, ditambah sepuluh cup ramen matang beserta tiga gelas susu putih. Naruto duduk dan mengambil tiga ramen cup dulu, bertanya pada mereka berdua.
"Oh iya, Izanagi, Izanami, mau ramen?"
"Kami tidak lapar. Benarkan, istriku?"
"Begitulah, seperti yang dikatakan suamiku. Tapi terima kasih atas tawaranmu Naruto-kun."
"Oh." Naruto berkedip lalu menawarkan hal lain. "Bagaimana dengan minuman? Jangan khawatir. Ruangan ini mengagumkan. Apa yang diinginkan pasti muncul dattebayo!"
Izanami mengatupkan bibirnya, menahan tawa yang keluar mendengar pernyataan antusias Naruto.
"Sekali lagi terima kasih atas tawaranmu, Naruto-kun. Tapi kami saat ini sedang tidak ingin apapun dulu," ujar Izanami.
Naruto mengangguk, menyatukan tangannya dalam posisi berdoa.
"Selamat makan!" serunya.
Izanagi dan Izanami tersenyum simpul, sama sekali tidak terganggu dengan pola makan Naruto yang berisik dan berlebihan. Tidak seperti sebagian dewa dari mitologi berbeda, pasangan dewa-dewi ini masih memiliki perasaan "rendah hati" yang cukup bagus bila diperlukan sesuai situasinya.
Tidak lama setelah menghabiskan semua makanan juga minumannya, Naruto menepuk perutnya yang membesar… dan kembali ke bentuknya semula dengan cepat.
"Jadi! Namaku Naruto, Uzumaki Naruto. Ninja yang akan menjadi Hoka-"
Ada jeda sesaat.
"-lupakan. Namaku Uzumaki Naruto. Salam kenal!"
Naruto berseri-seri memperkenalkan dirinya, kemudian dia baru sadar.
"Kalian tadi memanggil namaku... apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Naruto yang penasaran.
"Sebelumnya, apakah kau percaya pada eksistensi dewa?"
"…entah mengapa kepalaku langsung sakit memikirkannya."
Izanagi terkekeh, sadar ekspresi heran dari lawan bicaranya.
"Pindah ke topik lain, apakah kau ingin berkumpul dengan orang tuamu lagi?" tanya Izanagi.
Naruto memiringkan kepalanya.
"Uh, memangnya ruangan ini bukan tempat berkumpulnya? Maksudku, aku berada di sini setelah mengalami kematian."
Naruto dengan santai membicarakan kematiannya, karena memang sudah sangat lama semenjak kejadian tersebut.
Ketimbang menjawab, Izanami mengibaskan lengannya dan permukaan atas meja berubah menjadi partikel air.
Naruto terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Sosok berkulit perak unik dengan garis merah di tubuhnya terbang ke sana-kemari, menembakkan energi cahaya(dan terkadang gelap) berbentuk laser dan terkadang sinar dari tangannya. Dia mengarah sosok raksasa berkepala tiga dan bersayap kelelawar. Beruntung, dia dibantu seorang pria berpakaian jubah yang mampu memakai sihir, pria raksasa kekar bersenjatakan tongkat pemukul keras, wanita berambut merah dengan tombak diselimuti api dan pria berambut pirang dengan pedang dialirkan petir.
"Kau tidak akan menemukan orang tuamu di sini, karena mereka… telah terlahir kembali di dunia lain."
Naruto mengangkat wajahnya setelah diam cukup lama, menatap Izanagi dan Izanami.
"Entah kenapa aku merasa… kalian kemari bukan hanya untuk menunjukkan ini padaku," kata Naruto.
Izanagi hanya tersenyum. "Kedatangan kami kemari untuk mengajakmu ke dunia itu, dunia di mana orang tuamu hidup sekarang. Jika kau mau itupun."
Kurama?
"Percaya atau tidak, mereka tidak mempunyai niat buruk sama sekali. Tetap saja… ada sesuatu yang ingin kutanyakan. Tepatnya kenapa baru sekarang kau diberitahu soal ini?"
"…."
"Maaf tapi, jika kalian tahu keberadaan orang tuaku, kenapa baru sekarang aku diberitahu soal ini?" tanya Naruto penasaran.
Izanagi menjelaskan. "Mengenai itu, garis waktu di dunia itu berbeda dari garis waktu di tempat ini. Karenanya.…"
"Garis waktu berbeda? Uhh… Waktu? Garis… Waktu..."
Izanagi dan Izanami sweatdrop melihat asap mengepul keluar dari telinga Naruto. Nampaknya karena berpikir terlalu keras, Naruto tidak sadar memaksa otaknya bekerja melampaui kapasitas yamg dapat diterima bukan lah ide yang brilian.
Kurama menghela nafas. "Bayangkan memasak ramen dan kau beranggapan waktu yang dihabiskan untuk menunggu ramen matang adalah tiga menit. Tapi di luar anggapanmu, tepatnya kebenarannya, rupanya menghabiskan lima menit."
"Oh! Jadi pergerakan waktu di dunia itu lebih lambat dari pergerakan waktu di tempat ini." Naruto berseri lebar. "Aku paham sekarang."
Pasangan dewa itu bernafas lega menyadari Naruto paham maksud dari perkataan mereka. Tidak mengejutkan. Seperti yang diharapkan dari sang anak ramalan.
"Begitulah Naruto-kun. Lagipula kau tidak ingin berumur jauh lebih tua daripada orang tuamu bukan?" tanya Izanami halus.
Naruto memucat, mengangguk cepat.
"Sekarang kami tanya sekali lagi." Izanagi yang berbicara. "Apakah kau mau bertemu orang tuamu lagi?"
Sejujurnya Naruto sudah tahu jawabannya.
–
"Ouch."
Naruto meringis, mata birunya berkeliaran mengamati sekitar dan menemukan dirinya terbangun di bawah pohon rindang. Naruto berdiri setelah mengusap pakaian anehnya guna menghilangkan debu-debu yang melekat.
Aneh karena pakaian ini berbeda dari yang biasa dikenakannya, sumber dari Izanami. Setidaknya dia masih bisa membawa pouch berisikan peralatan ninja, sumber dari Izanagi.
Seluas penglihatannya dapat tangkap hanya pepohonan dalam berbagai ukuran dia lihat. Sialnya lagi matahari tak akan lama lagi terbenam dan sepertinya dia harus keluar dari hutan dan mencari sumber cahaya.
Itu mungkin pemikiran yang ada di manusia normal.
Tapi karena Naruto lebih dari sekedar normal, maka pemikirannya lain.
Mengandalkan kecepatan murninya, Naruto mencari kayu bakar dan tidak perlu memakan waktu lama menjatuhkan banyak kayu bakar di area dekat aliran sungai. Tidak hanya itu, Naruto memotong sebagian batang kayu lewat kunai dibalut chakra angin sebagai persediaan.
Dia menciptakan dua klon dan bersama-sama mereka berseru.
"""HEAAAAAAAAARGHHHHH!"""
Yap, benar pembaca sekalian. Untuk alasan yang hanya diketahui ninja favorit kita, bahkan membuat api saja sampai perlu teriakan membahana. Beliau benar-benar panutan yang layak kita ikuti.
Usaha gesek-menggesek tongkat kayu mereka membuahkan hasil saat percikan api tercipta. Naruto dan klon segera menambahkan kayu bakar lain sehingga api membesar, tapi tinggi api hanya mencapai lutut Naruto.
"Hufft, selesai juga." Naruto menyeka keringat di wajah memakai lengan baju, mengangguk menatap mereka. "Baik dua diriku, waktunya kalian kembali ke tempat kalian berasal."
"Baik hati sekali kau boss."
"Sungguh bahagianya aku melaksanakan perintahmu."
Naruto berseri lebar menyadari nada kesal dari dua klon sebelum mereka menghilang setelah ditelan kepulan asap. Sekarang untuk makan malam, dia tahu akan memasak apa.
"Kemari ikan aku hanya menginginkan dagingmu-adaw jangan di mata dattebayo!"
Menangkap ikan. Enak dan segar. Sayangnya mudah mengatakan daripada melakukannya. Bukti nyata? Naruto mengelus mata kirinya yang ditampar ekor ikan.
Kurama tertawa terbahak-bahak. "Semoga beruntung."
Tampar pantatmu dengan ekormu sana. Naruto membalas kesal.
Setelah dilakukan banyak percobaan Naruto berhasil menangkap tiga ekor, sedikit tetapi ukuran ikan-ikan ini cukup besar menurut Naruto. Naruto meletakkan ikan-ikan ini di atas api dengan kondisi ditusuk tusuk kayu.
Sambil menunggu ikannya matang, Naruto berbaring di batu besar dan melihat langit telah menggelap. Naruto lalu mengelus keningnya yang sebelumnya dipegang Izanami.
"Bahasa di sana bukan hanya Jepang."
Itulah yang dikatakan olehnya.
Naruto penasaran apa itu Jepang. Mungkin nama desa seperti Konoha?
"Dan aku berpikir kita akan langsung bertemu dengan kepala tomat dan banci guntur."
Ayah dan ibuku punya nama, Kurama. Naruto sweatdrop.
"Bercanda. Tetap saja... aku cukup khawatir. Tanpa Rikudo Sennin Mōdo dan Sennin Mōdo kau kehilangan banyak keuntungan. Kau tahu maksudku?"
Izanagi sudah menjelaskan pada kita bukan? Kalau kontrakku dengan Gunung Myoboku terputus setelah aku mati. Soal Rikudo Sennin Mōdo, ya, selama aku bisa bertemu ayah dan ibu kurasa pengorbanan memang dibutuhkan.
Naruto tersenyum simpul. Bagaimanapun, setidaknya jika aku akan pergi ke dunia lain, bila dengan sahabatku kurasa itu sudah seperti keuntungan tersendiri.
"Cih, terserah kau saja."
Walau nadanya terdengar tidak peduli, Kurama tersenyum dengan mata tertutup.
Naruto terkekeh, melahap tiga ekor ikan bakar sekaligus meredakan rasa lapar yang nyaris menyiksa perutnya.
"Seseorang tolong aku!"
Naruto mengalihkan kepalanya ke arah tertentu, suara yang didengarnya terdengar feminim dan ketakutan. Naruto memadamkan api, bergegas berdiri lalu melompat ke setiap batang pohon yang ditemuinya. Naruto bergerak tanpa hambatan berkat pengalaman dan cahaya bulan.
Berhenti di salah satu batang pohon, Naruto melihat anak perempuan dikejar tiga makhluk dengan sekujur tubuh mereka ditutupi bulu hitam dan bentuk kepala mirip serigala. Naruto mengeraskan ekpresinya lalu melompat turun sekaligus melempar beberapa shuriken…
"Shuriken Kagebunshin no Jutsu."
…atau tepatnya puluhan shuriken pada mereka bertiga. Shuriken-shuriken ini menggores tubuh dan juga satu dari mereka kurang beruntung karena menerima shuriken di mata kirinya. Teriakan mengandung rasa sakit terdengar kemudian.
Setelah mendarat, Naruto menciptakan satu klon untuk mengejar anak itu sementara yang asli melesat ke arah mereka dan menendang salah satu makhluk di perut dan sisanya terkena pukulan di masing-masing wajah.
Mengabaikan pohon yang tumbang di belakangnya, Naruto menyadari makhluk kedua dan makhluk ketiga yang menjadi lawannya langsung menyerang dengan lengan bercakar. Serangan yang cepat, kuat, juga bertenaga, tetapi kekurangan taktik dan mengandalkan pola acak dan naluri liar.
Oleh sebab itu Naruto selalu dapat menghindar dan membiarkan mereka membuang tenaga secara sia-sia. Menarik kunai dan menyelimuti sekitar ujung dengan chakra angin, Naruto melihat makhluk kedua mengayunkan lengan bercakar, mengelak ke samping dan bergerak ke depan untuk memotong leher makhluk kedua.
Naruto memanfaatkan keterkejutan makhluk ketiga dan melakukan hal serupa tanpa ragu.
"Hoammm… Hm?" Kurama takjub. "Aku tinggal tidur sebentar dan kau sudah mendapat masalah."
Naruto terkekeh canggung. Ya begitulah.
"Sekarang apalagi?"
Tiga makhluk berbulu dengan kepala segitiga.
"Segitiga?" sahut Kurama kebingungan.
Serigala. Naruto mengoreksi perkataan sebelumnya. Mengingatkanku pada Mizuki yang berubah menjadi harimau. Tapi mereka sepenuhnya hewan tanpa kemampuan komunikasi manusia.
"Beraninya kau membunuh saudaraku manusia!"
Naruto beralih pada makhluk serigala pertama yang terlihat menggeram marah, mata kirinya melotot pada sang ninja.
"Jadi, sepenuhnya hewan tanpa kemampuan komunikasi manusia, hm?" Kurama menyeringai.
Dia sepenuhnya mengabaikan Kurama.
"Mengharapkan pembunuhan tidak berlaku pada kalian terdengar tak masuk akal," kata Naruto, menatap tajam monster ini, "lagipula jika bukan mayat mereka, mungkin mayatku yang di tanah."
Kurama mendengus, tahu seberapa kuat partnernya dan berpikir bahwa musuhnya sekarang takkan pernah mampu mengalahkannya.
Makhluk ini menyeringai, menampilkan barisan gigi tajam dengan maksud menakuti manusia ini, menyembunyikan rasa kagetnya melihat Naruto masih menatap tajam dia. Tak ada ketakutan sama sekali di raut wajah manusia ini.
"Heh, aku tidak tahu Sacred Gear apa yang kau punya, tapi ketahuilah tanpa itu kalian tak lebih dari sekedar makanan!"
Sacred Gear? Naruto penasaran dengan istilah tersebut.
"Matilah!"
Berpikir bahwa manusia ini lengah, dia langsung menutup jarak sekaligus mengincar tempat jantung di tubuh manusia ini. Tak menduga bahwa manusia ini menahan cakarnya dengan sebuah senjata aneh yang mirip dengan belati. Mereka bertukar serangan dan tak jarang cakarnya berjumpa dengan kunai, percikan api beterbangan ke mana-mana.
Mustahil. Bagaimana bisa manusia ini mengimbangiku?
Berpikir begitu, tetapi kenyataannya makhluk serigala pertama terdorong mundur dari serangan musuhnya. Sekaligus semakin lama semakin kesulitan mempertahankan keseimbangan kakinya. Tentunya harga dirinya sebagai bagian 'salah satu ras terhebat di atas umat manusia' takkan mengakui kalau lawannya lebih unggul darinya.
Cih, kekuatannya pasti dari Sacred Gear.
Kemudian, matanya melebar tatkala melihat jari lengan kirinya menyisakan jempol dan telunjuk.
"Arrrghhhh!"
Melihatnya tidak fokus, Naruto meneruskan serangannya dengan mengulang hal sama seperti yang terjadi pada saudaranya. Pada akhirnya tiga kepala serigala menggelinding di tanah.
Naruto menyimpan kunai ke pouch-nya.
"Bagaimana rasanya setelah melakukan pemanasan?" tanya Kurama penasaran.
Cukup baik. Naruto merespon.
"Setidaknya kau tidak kentut kali ini."
Mereka serigala. Naruto sweatdrop, mengingat pertarungannya dengan Kiba.
"Hewan berbulu, sama saja."
Kau hewan berbulu juga ingat? Naruto menahan tawanya.
"Berisik."
Merasa diawasi, Naruto memutar tubuhnya ke belakang dan menemukan klonnya bersama anak kecil yang bersembunyi di belakangnya.
"Hey boss," sapa sang klon, menyengir, kemudian melihat mayat mereka, "uh, apa orang-orang ini masih bernafas?"
Naruto menggeleng, berjalan mendekat saat sang klon lenyap sehingga sekarang hanya ada mereka berdua. Beruntung karena cahaya bulan tidak menerangi sebagian sisi pertempuran tadi jadi anak itu tak melihat mayat serigala.
"Wow, kakak seorang diri yang mengalahkan Werewolf ini?"
Atau mungkin tidak.
Naruto terkejut, bertanya-tanya bagaimana bisa anak itu melihatnya, dan menemukan jawaban di iris matanya yang berwarna merah.
Ini perasaanku saja atau… anak perempuan ini memiliki doujutsu?
Itu aneh. Karena Naruto tak merasakan chakra sama sekali dari dia.
"Werewolf?"
Anak itu memiringkan kepalanya. "Kakak tidak tahu? Monster yang kakak lawan itu namanya Werewolf."
"Benarkah? Aku baru tahu." Naruto berekspresi gugup tapi tak lupa bertanya. "Kau tidak terluka kan?"
Anak itu tersenyum kecil, hilang sudah kesan takutnya. Wajar karena klonnya melakukan tugasnya dengan baik.
"Umm, aku tidak terluka. Namaku Gasper Belmont. Nama kakak?" tanya Gasper.
"Namaku Naruto, Uzumaki Naruto. Ninja paling keren di dunia dattebayo!"
Naruto menunjukkan cengiran lebar setelah berbicara. Gasper tertawa kecil.
"Kakak lucu."
Naruto terkekeh.
"Jadi, Gasper benar?" Melihat anak itu mengangguk, Naruto melanjutkan. "Sedang apa kau sendirian di sini? Kemana orang tuamu?"
Gasper melebarkan matanya seakan baru mengingat sesuatu. Naruto dibuat kaget saat tangannya ditarik kuat.
"Mamaku dalam bahaya! Tolong selamatkan dia!"
"T-Tunggu sebentar. Jangan panik, oke? Coba ceritakan dulu padaku."
Gasper lalu menceritakan semuanya. Mulai dari alasan kenapa dia dan ibunya berada di hutan ini, yang ternyata merupakan tempat tinggal mereka. Dan secara tiba-tiba rumah mereka berdua diserang segerombolan monster yang keluar dari lingkaran sihir yang muncul di tanah.
Naruto mendengarkan, walau dia penasaran apa itu lingkaran sihir, tapi untuk sekarang ada hal penting yang harus dilakukannya.
"Baik. Jangan cemas, Gasper. Kita akan selamatkan ibumu."
Gasper mengangguk, menaruh kepercayaan pada pemuda pirang itu setelah mendengar bunyi detak jantungnya tetap stabil. Ini berarti Naruto tidak berbohong ketika akan membantunya.
Mereka berdua berjalan menuju rumahnya.
.
.
.
.
T-B-C
.
.
.
.
AN:
Dapat inspirasi dari nonton naruto, ultraman, xmen, marvel dr strange dan dxd tentunya. Tapi karena author ga suka buat iblis atau malaikat jatuh punya kekuatan lebih atas umat manusia, anggap saja di fic ini umat manusia sudah punya organisasi pelindungnya sendiri.
Dan salah satu anggotanya adalah Ultraman Belial versi baik, karakter favorit author haha!
Gimana kawan-kawan chapter pertama ini? Baca dan review kalau suka. Oke?!
Peace.
