Naruto by Masashi Kishimoto

Inspirasi: Die Another Day by NeonZangetsu

...

..

.

Chapter 1:

Naruto terombang-ambing di sebuah ruangan yang bernuansa putih, dia seolah ditertawakan oleh takdir yang tengah dihadapinya. Tewas ditangan sahabatnya sendiri di pertarungan mereka yang terakhir, dan semua itu berlalu dengan cepat. Dia tak menyangka jika dirinya akan tewas di saat usianya masih delapan belas tahun.

Naruto serasa ingin mengutuk siapa saja yang membuat takdirnya menjadi seperti itu, tapi dia tak tahu harus mengutuk siapa. Dewa Kematian? Tentu saja tidak, dia tertawa miris memikirkan nasibnya saat ini.

Terombang-ambing tanpa arah tujuan, semuanya hanya putih, tak ada warna lainnya disini.

"Selamat datang di perbatasan Dunia, Naruto Uzumaki."

Naruto meneguk ludahnya kasar, dia mendengar suara yang sangat menakutkan tengah memanggil namanya, bulu kuduknya berdiri saat suara itu memanggil. "A-anda?"

"Orang yang ingin kau kutuk, bocah. Dewa Kematian."

Sosok itu melayang telat di depan Naruto, wajah yang sangat menyeramkan dengan sebuah belati pendek yang dicengkeram oleh mulutnya, warna kulit ungu serta beberapa bercak yang mengelilingi kedua tangannya. "De-dewa Kematian!" Naruto mencoba untuk bersujud di depan dewa tersebut.

Tawa keras terdengar hingga mendengungkan telinga Naruto. "Dewa Kematian yang siap untuk mengambil nyawa orang-orang, manusia akan mati jika dia dibunuh."

Suasana hening tercipta di tempat itu, Naruto mulai menatap datar Dewa Kematian itu. "Lempar aku ke Neraka saja!"

"Tak akan!"

"Cepat, lempat!"

Beberapa saat setelah perdebatan yang tak ada gunanya itu, Naruto mulai diam sambil menatap Dewa tersebut. "Aku kemari karena merasa kasihan padamu, Takdir yang kau jalani terlalu berat, terlebih lagi statusmu yang seorang wadah bagi Monster."

"..."

"Alasanku kemari adalah ingin memberikanmu sebuah kesempatan kedua."

"Kesempatan kedua? Apakah nanti aku akan dikirimkan ke sebuah dunia yang dihuni Manusia, Malaikat, Malaikat jatuh, serta Iblis?" Dewa Kematian mengangguk malas. "Ap-?!"

"Aku belum selesai, bocah!" Dewa kematian itu berdehem sejenak. "Dunia itu adalah masa lalu, kau bisa mengubah masa lalu tanpa mengkhawatirkan laradox yang akan terjadi, semua alur takdir di sana sudah berubah, aku ingin kau mencari takdirmu di sana."

"Masa lalu kah?"

"Masa lalu, setidaknya kau dapat bahagia di dunia sana."

Naruto tersenyum miris, dia mengingat bagaimana takdirnya di dunia miliknya. Menjadi seorang wadah bagi Monster, lalu di jauhi teman sebaya, serta di siksa oleh warga, dia memang sudah mendapatkan pengakuan dari warga Konoha, tapi entah kenapa semua itu hanyalah pengakuan semu belaka.

"Aku akan mengubah penampilan serta kekuatanmu, kau mungkin akan membencinya, tapi menjadikanmu seorang Uchiha adalah hal yang aku sukai."

"Tunggu dulu?! Kenapa Uchiha?!"

"Apa kau tak mau mempunyai sebuah mata Iritasi yang bisa memgeluarkan api hitam serta menangis darah?"

Naruto menutup mulutnya untuk menahan tawa yang akan meledak. "Aku tak masalah sih, tetapi..."

"Ragu? Tak apa, aku juga mengubah DNA milikmu, sehingga kau saat ini bukanlah anak dari Minato."

"Ti-tidak!"

"Dan kau bukan anak dari Kushina Uzumaki."

"Ohh, yeah!"

"Bocah sableng!" Dewa Kematian itu menggerakkan tangannya dan mulai mengubah penampilan Naruto yang tadinya berambut pirang jabrik serta mata biru laut, menjadi sosok pemuda berusia delapan belas tahun dengan rambut hitam serta kedua mata yang berwarna hitam legam. "Kau akan mendapatkan beberapa kejutan setelah kedua mata iritasi itu berkembang, tenang saja."

"Jadi aku akan dibawa kemana?"

"Kau akan dibawa ke sebuah masa dimana Malaikat, Malaikat Jatuh, serta Iblis berada."

"Lebih baik kirim saja aku ke Neraka, Dewa Kematian! Aku tak mau ke dunia itu!"

"Siapa juga yang mau membawamu kesana?" Dewa kematian itu pun mengangkat tubuh Naruto yang saat ini sudah berubah, dia menciptakan sebuah portal dimana Naruto akan tinggal. "Bersenang-senang di dunia Iblis, Malaikat Jatuh, dan Malaikat, Uchiha Naruto!"

"Oi! Jangan gitu! Waaaaa!"

...

..

...

"Aduh, Dewa Sialan!" Naruto mengusap bokongnya yang sakit itu, dia melihat hutan lebat di tengah malam, kedua mata hitam itu mengobservasi sekitarnya. "Rambut merah?" Ia mengambil beberapa helai rambut merah yang ada di atas tanah, di sana masih tersisa jejak chakra dari rambut itu.

Naruto mengerutkan dahinya, ia merasakan firasat buruk setelah dia menemukan rambut merah itu. Dia segera bergegas untuk mencari siapa pemilik rambut tersebut.

Naruto melompat dari dahan pohon satu ke dahan lainnya, dia mencari jejak pemilik rambut itu. Kedua matanya menyipit saat melihat beberapa orang sedang berjalan ditengah hutan dengan seorang gadis berambut merah yang sedang mereka ikat. Naruto menekan chakra miliknya, lalu berjalan mengikuti mereka dari belakang, dia mencoba untuk menyelamatkan gadis itu.

Satu persatu Ninja yang menawan gadis itu dibunuh oleh Naruto dan hanya menyisakan satu orang saja, Naruto berhadapan langsung dengan pria di depannya itu, mata hitam itu menatap tajam sosok yang menawan sang gadis.

Pria yang menggunakan ikat kepala Kumo itu pun menatap tajam Naruto yang sudah melempar salah satu rekannya, dia bergegas mengambil sebuah kunai dari tas pinggang miliknya.

"Kau bedebah sialan! Berani kau membunuh semua rekanku!"

Naruto diam tak membalas umpatan dari pria itu, pemuda itu terlihat mengobservasi pria di depannya itu, dia pun menciptakan sebuah segel tangan, ledakan asap menutupi tubuh Naruto membuat sang musuh terkejut.

Dari tiga penjuru, bayangan Naruto keluar dari kepulan asap itu, mulai dari atas, serta samping kanan dan kiri pria itu. "Uchiha sialan!" Pria itu melompat mundur beberapa langkah, dia juga membuat sebuah segel tangan.

Suiton: Mizurappa!

Peluru air menembus salah satu bayangan Naruto, membuatnya hilang seketika dan di saat pria itu lengah, bayangam Naruto yang lain memukul wajah pria itu. Sementara dari depan, Naruto sudah bersiap dengan bola biru yang ada di tangan kanannya.

Dia melesat cepat pada pria itu lalu menabrakkan bola biru itu tepat pada perut pria tersebut. "Rasengan!" Naruto memutar tangannya, membuat orang itu ikut berputar. Pria Kumo itu melesat kebelakang hingga dia menabrak sebuah pohon, myawanya pun tak dapat diselamatkan saat punggungnya menubruk sebuah batu besar.

Naruto menatapnya dalam diam, bayangannya pun menghilang di dalam kepulan asap. Dia melihat sosok yang menjadi tawanan mereka, lalu menggendongnya.

Naruto bergegas pergi dsri tempat tersebut sebelum ada yang menemukannya, dia melompat tinggi dari atas dahan pohon dan melihat siapa yang dia gendong saat itu.

Kedua mata hitamnya melebar sempurna saat tahu siapa yang ia gendong saat ini. "Tunggu?! Kaachan?!"

Ya, dia adalah Ibu dari Naruto, Kushina Uzumaki. Gadis yang dia selamatkan dari penculikan oleh para Ninja Kumo, kedua mata Naruto berkedip beberapa kali melihat wajah cantik Kushina, wajahnya merona saat kedua mata Kushina terbuka.

"Aku..."

"Aku tadi melihatmu menjadi tawanan, jadi aku menolongmu dari para Ninja yang menangkapmu tadi."

Kushina tersenyum tipis. "Terima kasih..."

"Naruto, Uchiha Naruto."

"Terima kasih Naruto." Keduanya pun turun dari dahan pohon, Naruto menurunkan Kushina dari gendongannya. "Aku sepertinya tak pernah melihat seorang Uchiha sepertimu."

"Ah, aku berasal dari luar Desa, Ayah dan Ibuku selalu berkelana kemanapun mereka mau, sampai pada akhirnya aku terlahir, beberapa tahun kemudian kedua orang tuaku meninggal karena bertarung dengan Ninja kuat, aku sendiri disuruh lari oleh mereka berdua," jelas Naruto. Kedua matanya menyampaikan sebuah kesedihan, membuat Kushina merasakan iba pada Naruto. "Tapi tak masalah, aku kebetulan merasakan Chakra serta rambut merah indah ini."

Kushina terkejut saat Naruto menunjukkan beberapa helai rambut merahnya yang ada di genggaman pemuda itu. "Jejak yang kutinggalkan..." Kushina tersenyum, dia lalu mendekatkan bibirnya pada pipi Naruto dan mencium pipi pemuda itu. "Terima kasih Naruto."

"Kushina!" Sosok rejama pirang datang, remaja itu terlihat kelelahan setelah mengejar Kushina dari desa Konoha. "Kau baik-baik saja? Dan siapa dia?" Kedua mata remaja pirang itu menyipit melihat Naruto yang berdiri di belakang Kushina.

"Dia Naruto, orang baru saja menyelamatkanku tadi. Tenang saja Minato, dia baik kok, serta seorang Uchiha," jelas Kushina.

"Uchiha? Aku tak pernah melihat seorang Uchiha sepertinya?"

Naruto berdehem sejenak. "Aku pengelana, kebetulan aku sedang berjalan keliling hutan untuk mencari sesuatu, tetapi aku menemukan dia yang sudah di tawan oleh Ninja dari Kumo," ujarnya di akhiri dengan senyuman tipis.

"Baik, aku percaya akan hal itu, namaku Minato Namikaze, dan dia Kushina Uzumaki, kami Ninja Konoha."

"Lebih baik Naruto ke Konoha, siapa tahu kau diterima di sana."

Naruto mengangguk setuju. "Aku akan ke sana, terima kasih telah mengajakku."

...

..

...

Masa setelah perang Dunia Shinobi kedua, masa sekarang yang saat ini tengah dijalani Naruto setelah dilempar dengan seenak jidatnya oleh Dewa Kematian. Dia saat imi berjalan beriringan bersama dua Ninja yang di dunia sebelumnya itu adalah oranh tuanya.

Ia cukup bersyukur karena Uchiha masih diterima oleh Ninja Konoha, mungkin dia bisa menyelamatkan Clan tersebut dari kepunahan, tentu sebelum Obito menguasai Monster ekor sembilan saat kelahiran dirinya nanti.

Tapi semuanya bakal berubah, karena dia memang di lempar ke masa ini, ia bersyukur diberi kesempatan kedua oleh Dewa sialan itu untuk menjalani kehidupan kedua, tetapi jauh di masa saat kedua orang tuanya masih Remaja dan dia sudah berusia delapan belas tahun.

Ia beruntung tak di lempar ke dunia yang penuh akan makhluk lain, dia seolah takut akan para makhluk itu. Daripada bertemu mereka, Naruto malah ingin bertemu dengan Kushina saat masih muda.

Jujur saja, kepala bulat itu begitu imut di kedua matanya. Seperti Tomat, tapi cantik dengan rambut merah indah itu, ngomong-ngomong soal rambut, dia sedikit merindukan sosok makhluk yang saat ini mendiami tubuh Kushina. Ya, siapa lagi kalau bukan, Kurama.

Sahabatnya itu mungkin lupa akan dirinya, tapi itu tak masalah karena dia akan bertemu dengan Kurama untuk kedua kalinya nanti.

"Tuan Hokage, kami sudah menyelamatkan Kushina yang menjadi tawanan Ninja Kumo." Minato mulai bermonolog, dia pun menjelaskan tentang Naruto yang menyelamatkan gadis merah itu dari tawanan para Ninja Kumo. Hokage yang menjabat saat itu langsung menatap Naruto. "Dia Naruto Uchiha, seorang Ninja pengelana."

"Naruto ya, terima kasih sudah menyelamatkan Kushina dari bahaya."

"Sama-sama, tuan Hokage." Naruto sedikit membungkukkan badannya. "Anu, ini mungkin sedikit lancang, tapi bisakah aku menjadi Ninja Konoha? Mungkin aku bisa membantu para Ninja disini jikalau ada peperangan," pinta Naruto, kedua teman barunya itu langsung menatap Naruto dengan pandangan terkejut.

"Tentu, kau bisa menjadi seorang Ninja dari Konoha." Hiruzen selaku pemimpin desa pun memberikan sebuah ikat kepala. "Tetapi sebagai pemimpin, aku masih belum percaya seratus persen denganmu. Aku akan melihat seberapa loyal dirimu untuk desa ini."

Naruto mengangguk kecil, dia menerima ikat kepala itu dan memakainya di dahi. "Kau bisa percayakan ikat kepala ini padaku, aku akan membantu sebisaku pada Desa Konoha."

"Bagus, selamat datang di desa Konoha, Uchiha Naruto."

Naruto tersenyum mendengarkan ucapan selamat dari Hiruzen. Awal dari kesempatan keduanya akan dimulai disini, dia akan mencoba untuk hidup di masa ini.

Semuanya akan ia ubah.

Semua.

...

..

.

Hai, ini gw, Shinn.

Ya gitu, bye.