Stay For You
A fanfiction by mashedpootato
.
.
Character(s) : Park Chanyeol, Byun Baekhyun, Kim Jongdae, Kim Minseok, Doh Kyungsoo, Kim Jongin, Original Characters
Main Pairing(s) : Park Chanyeol/Byun Baekhyun
Side Pairing(s): Kim Jongin/Doh Kyungsoo, Kim Jongdae/Kim Minseok
Genre(s) : Romance, Drama, Domestic AU, MPREG (Male Pregnancy)
Rating : M
Disclaimer : Tulisan ini hanya sebuah karya fanfiksi, penggunaan nama dan karakterisasi tidak ada kaitannya sama sekali dengan tokoh di dunia nyata.
.
NOTICE : Stay For You merupakan bagian sequel dari fanfiksi Be With You. Alur cerita yang disampaikan bisa jadi sedikit berkaitan sehingga pembaca diharapkan membaca prequel tersebut terlebih dahulu demi kenyamanan dalam memahami jalan cerita. Happy reading!
.
.
.
Chapter 1 : A Gift
.
.
.
Apa yang seseorang berusaha temukan dari sebuah hubungan percintaan?
Sebuah petualangan?
Ketenangan?
Kestabilan?
Itu adalah pertanyaan yang Baekhyun berkali-kali tanyakan pada dirinya sejak ia mengenal bagaimana rasanya jatuh hati.
Ia belum pernah menemukan jawabannya.
Namun ketika pertanyaan yang sama kembali muncul sejak hari-hari kebersamaannya dengan Chanyeol dimulai, Baekhyun merasa mungkin ini adalah saat yang tepat baginya untuk menemukan jawaban tersebut.
"Apa yang sebenarnya kau cari, Byun Baekhyun?"
.
.
.
Alunan musik jazz yang diputar di kediaman Jongdae malam itu terdengar bagai sebuah gaung di telinga Baekhyun. Terasa begitu asing bagi si lelaki introvert. Bercampur baur dengan hiruk pikuk keramaian di sekelilingnya.
Baekhyun melangkah masuk di antara keramaian. Ia tak membutuhkan waktu lama untuk menemukan si tuan rumah di kejauhan, nampak tengah mengobrol dengan tamu yang lainnya.
Jongdae menyadari kedatangan Baekhyun dengan segera. Memberi kode tangan agar Baekhyun menunggu ia menyelesaikan obrolannya. Dan Baekhyun, merasa tak terlalu nyaman untuk ikut berbaur dengan para tamu undangan di sekeliling Jongdae, memilih mencari area yang cukup lengang untuk ditempati di meja dapur.
Demi Tuhan, seumur hidup Baekhyun tidak pernah menyukai keramaian. Dan jika bukan demi Jongdae, sudah bisa dipastikan dirinya tidak akan berada di tempat ini. Tapi malam ini adalah hari ulangtahun sahabatnya itu, jadi Baekhyun sudah selayaknya tidak menolak undangannya. Meski dalam hati ia lebih berharap tengah berada di apartment nya sekarang. Tubuhnya terasa lebih lelah dari biasanya akhir-akhir ini. Jadi ia tidak dalam kondisi bisa menolak waktu tambahan untuk beristirahat meski itu hanya sekedar beberapa jam pendek sekalipun.
"Hey, you are here. Thank you for coming, mate." Ujar Jongdae seraya menepuk bahu Baekhyun pelan dan mengambil tempat duduk kosong di sebelahnya.
Baekhyun membalasnya dengan senyuman tipis yang tulus, menerima paper cup cherry coke yang diulurkan padanya. Sahabatnya itu tahu ia tidak dalam kondisi sehat untuk bisa minun alkohol akhir-akhir ini.
"Everything for my birthday boy. Here, it's from me and Chanyeol."
Jongdae mangangkat kedua alisnya kala menerima paper bag hitam berukuran kecil yang sahabatnya sodorkan.
"Sudah kubilang, kalian tidak perlu memberiku apa-apa - holly shit! Kalian serius memberikan ini untukku?!"
Baekhyun tersenyum puas ketika Jongdae membelalakkan matanya tidak percaya.
Dari dalam paper bag, adalah sepasang limited edition ear piercing dari salah satu brand accessory favorit Jongdae. Itu adalah salah satu barang yang telah Jongdae inginkan selama berbulan-bulan ini. Tapi mengetahui harga dan persaingan yang sulit untuk mendapatkannya, Jongdae sudah sempat menyerah untuk bisa membeli koleksi terbaru yang mereka keluarkan. Siapa yang sangka ia dengan begitu mudahnya mendapatkan benda tersebut sebagai sebuah hadiah ulangtahun.
"Oh my God, Baekhyun. Thank you!" Jongdae menarik Baekhyun dalam pelukan erat, membuat sahabatnya itu tertawa pelan. Ia senang Jongdae menyukai hadiah yang dirinya dan Chanyeol pilihkan.
"Jangan lupa sampaikan salam dan terimakasihku pada Chanyeol juga, oke? Sangat disayangkan ia tidak bisa datang malam ini."
Baekhyun mengangguk. "Sure. Happy birthday, Chennie."
Dan Baekhyun kembali ditarik Jongdae ke dalam satu sesi pelukan yang lebih erat dan lama dari sebelumnya.
Baekhyun mengira, ini akan menjadi malam yang cukup menyenangkan bagi dirinya. Ia bisa banyak mengobrol dengan Jongdae setelah berminggu-minggu ini mereka terlalu disibukkan oleh pekerjaan. Hingga beberapa menit berlalu, dan ia melihat seseorang yang seketika membuat dirinya berubah pikiran.
"Oh Gosh, I can't believe this. Kau mengundangnya ke pesta ulangtahunmu?" Bisik Baekhyun kesal ketika melihat satu sosok yang memasuki ruangan.
Jongdae mengikuti arah pandangnya, seketika memberikan cengiran bersalah ketika melihat sosok yang Baekhyun maksudkan.
Itu adalah Jinha. Atau yang lebih orang kenal sebagai Song Jinha, mantan kekasih Chanyeol. Ia cukup terkenal di perusahaan mereka sebagai seorang anggota tim kreatif yang berparas paling cantik dibanding kebanyakan orang. Dan ia adalah satu sosok yang terkenal paling possessive di antara jajaran mantan kekasih Chanyeol yang lainnya.
"Aku bersumpah tidak bermaksud untuk mengundangnya, Baek. Aku hanya mengundang Eunji. Namun kemudian ia menanyakan padaku apakah ia bisa mengajak temannya dan aku mengiyakannya begitu saja. Aku lupa ia berteman baik dengan Jinha."
Baekhyun menghela nafas kesal hanya dengan mendengar nama itu. Dengan berusaha tak acuh ia menyesap cherry cola di gelasnya dan mengabaikan wanita berdress hitam itu kala ia dan Eunji mendekati mereka untuk menyapa si pria yang berulangtahun.
Baekhyun sungguh ingin menjauh dari meja tersebut saat itu juga. Atau paling tidak, ia ingin menyatu dengan tembok ruangan hingga tamu baru mereka tak perlu melihat kehadirannya di sana. Namun sepertinya harapan tersebut tidak terkabul karena mereka justru memilih untuk duduk di kursi kosong di meja yang sama.
"Hey, Byun Baekhyun right?"
Mendengar namanya disebut, Baekhyun menoleh dan seketika tatapannya bersirobok dengan Jinha. Wanita itu menyunggingkan sebuah senyum sakarin padanya. Sebuah senyum yang terlalu manis untuk tidak Baekhyun curigai.
Baekhyun membalasnya dengan senyum seadanya.
"Hai." Balasnya datar.
"Apa Chanyeol tidak datang?" Tanya Jinha tanpa basa-basi.
Dasar wanita tidak tahu malu.
Baekhyun bisa merasakan ujung bibirnya berkedut oleh rasa kesal yang perlahan muncul. Dan dengan susah payah ia berusaha menyembunyikannya di balik senyuman. Namun mari fokus pada sisi baiknya. Paling tidak wanita itu mengakui posisi Baekhyun sebagai kekasih Chanyeol saat ini.
"Dia tidak bisa datang. Ia sedang dalam kunjungan dinas di Tokyo sekarang." Yang mana membuat Baekhyun bersyukur karena itu membuatnya tidak perlu bertemu dengan si jalang ini.
"Ah, tentu saja. Sepertinya ia masih belum berubah. Selalu sibuk dengan pekerjaannya."
Siapa dirimu hingga berani berkomentar seperti itu hah?
Baekhyun ingin sekali menjawab ucapannya. Namun ia memilih diam dan tidak mencari masalah. Ia tidak ingin menghancurkan malam spesial Jongdae dengan kekacauan apapun.
Agaknya Eunji pun segera menyadari atmosphere dingin di antara mereka. Dan dia dengan baik hati berusaha menyelamatkan malam tersebut dengan mengajak sahabatnya pergi untuk bertemu tamu yang lainnya. Tapi sayangnya Jinha masih memiliki hal lain untuk di katakan.
"Hey, Baekhyun-ssi. Tidakkah kau merasa hubunganmu dan Chanyeol akan sangat membosankan?"
Dengan cepat Baekhyun menoleh.
"Excuse me? Apa maksudmu?"
Jongdae menggenggam lengan Baekhyun di bawah meja, berusaha menahan emosi sahabatnya yang jelas mendadak naik. Dan Eunji nampak semakin berusaha menarik temannya pergi. Sepertinya ia mulai menyesali keputusannya mengajak Jinha ke pesta ini.
"Oh, tidak. Aku sama sekali bukan bermaksud buruk dengan ucapanku." Jinha melambaikan tangannya dengan senyuman tanpa dosa. "Aku hanya berpikir. Hubungan kalian terlihat membosankan bagi pandangan orang luar sepertiku. Dua orang dengan jabatan perusahaan yang serupa di perusahaan yang sama. Aku hanya tidak bisa membayangkan. Apa kalian biasa membicarakan pekerjaan selama kencan makan malam?" Jinha tertawa pelan dengan ucapannya sendiri, seakan-akan itu adalah lelucon terbaik miliknya.
Baekhyun menggenggam gelas minumannya di atas meja dengan sedikit lebih erat. Jongdae melirikkan matanya dengan khawatir.
"Well, jika kau memang sebegitu ingin tahunya tentang apa yang kami lakukan selama kencan kami, I will tell you, miss Song. Kami melakukan banyak hal. Kami punya banyak 'pekerjaan' untuk dilakukan setelah jam kerja berakhir. Tidakkah kau pernah dengar bahwa hal terbaik untuk melepas stress pekerjaan adalah dengan bercinta dengan pasanganmu?"
Baekhyun menyunggingkan senyuman sinis termanisnya. Jongdae nyaris tersedak oleh cocktail nya dan Eunji berusaha nampak tidak mendengar semua obrolan ini. Sedangkan Jinha? Emosinya jelas terpancing dengan jawaban tak terduga Baekhyun. Dahinya berkerut kesal dan senyumnya sedikit luntur dari bibir merahnya.
"Ini hanya masalah waktu bagi Park Chanyeol untuk merasa bosan, Byun."
"You wish. But nah, we are very committed with our current relationship. So you don't need to worry about us, really. Thank you for your concern, though."
Jinha sudah nampak ingin membalas ucapan Baekhyun, namun Jongdae berdehem keras untuk menyela keduanya.
"Oh come on, guys. Kita semua tahu bahwa Chanyeol dan Baekhyun adalah salah satu power couple di perusahaan kita. Itu bukan menjadi rahasia lagi bukan?"
Dalam hati, Baekhyun bersyukur sahabatnya memutuskan untuk membelanya. Semuanya tidak akan ada akhirnya jika Jongdae tidak menyela perdebatan mereka.
Eunji pun mengangguk mengiyakan. Dan ia memutuskan itu adalah waktu yang tepat untuk menyeret temannya menjauh dengan alasan bahwa mereka perlu mencicipi kue ulangtahun Jongdae.
"Well, aku hanya berusaha menyampaikan fakta." Jinha berusaha menahan tarikan tangan Eunji. "Aku mengenal Chanyeol dan aku tahu betul ia seseorang yang terlalu menyukai tantangan. Atau lebih tepatnya, ia orang yang mudah bosan. Dan aku hanya berharap ia tidak akan cepat meninggalkanmu karena alasan itu, Baekhyun-ssi. Senang bertemu denganmu." Ucapnya sebelum membiarkan dirinya ditarik menjauh dari tempat itu.
"That bitch. Aku tidak tahu apa yang dulu Chanyeol lihat hingga terpikir untuk berkencan dengan wanita itu." Desis Jongdae kesal ketika kedua perempuan itu telah menjauh dari mereka.
Baekhyun memutuskan untuk tidak memberi tanggapan. Menyuapkan potong kue terakhir ke mulutnya untuk berusaha mengalihkan pikiran.
But damn. What she said hit him right to the bullseye.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Baekhyun tiba di unit apartment nya. Ini adalah malam yang panjang dan ia tak mengharapkan hal lain melebihi keinginannya untuk bisa beristirahat dengan nyaman. Dan dirinya baru selesai mandi ketika ponselnya berdering di meja nakas.
Ia meraihnya dan sebuah senyum seketika muncul di bibirnya.
It's a video call from Chanyeol.
Tanpa pikir panjang, lelaki mungil itu menerimanya.
"Hey, babe."
God, he missed that voice so much.
"Hai." Jawab Baekhyun, gagal menyembunyikan senyuman senangnya ketika melihat wajah kekasihnya di layar ponsel. "Ada apa, Park? Bukankah seharusnya kau istirahat saat ini?"
"Aku baru saja menyelesaikan internal meeting dan kembali ke kamar hotel."
"Well, Itu menjawab pertanyaan mengapa kau nampak begitu lelah. Kau seharusnya langsung beristirahat alih-alih meneleponku."
"Nah, I miss you. Aku tidak akan bisa tidur tanpa mendengar suaramu terlebih dulu." Chanyeol memberikan senyuman miringnya dan Baekhyun memutar bola mata meski dengan pipinya yang merona.
"How was Jongdae's party? Kau menikmatinya?"
Baekhyun merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Memiringkan tubuhnya dan menatap layar ponsel agar Chanyeol seakan-akan tengah berbaring di sisinya saat ini.
"It's pretty fun. Jongdae menitipkan salam dan terimakasihnya untukmu. Ia sangat menyukai hadiah kita." Jawab Baekhyun seraya memandang detail wajah Chanyeol. Mengamati paras menawan dan sepasang mata coklat lembut yang nampak lelah itu. Rambut gelap Chanyeol nampak berantakan, dan Baekhyun sangat berharap bisa menelusurkan jemarinya di sana saat itu juga.
"Jika pestanya menyenangkan, lalu mengapa kau nampak murung, hm? What's wrong, babe? Apa sesuatu terjadi di tempat kerja hari ini?"
Baekhyun menarik selimutnya, menutupi hampir setengah wajahnya dari pandangan Chanyeol. Semakin hari, dan kekasihnya itu semakin handal dalam membaca suasana hati Baekhyun. Terkadang Baekhyun tak tahu apakah ia harus merasa bersyukur atau takut oleh fakta tersebut.
Pada dasarnya, tidak ada gunanya menyembunyikan sesuatu dari seorang Park Chanyeol saat ini.
"Apakah menurutmu suatu saat nanti kau akan bosan denganku, Yeol?" Tanya Baekhyun kemudian.
Chanyeol terdiam. Memandang Baekhyun seakan berusaha menerka apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat kekasih mungilnya seketika nampak begitu muram.
"Hey. Mengapa bertanya seperti itu? What's wrong, babe?" Tanya Chanyeol tanpa mempedulikan pertanyaan yang Baekhyun berikan.
"Aku bertemu dengan Jinha di pesta ulang tahun Jongdae sore tadi."
Chanyeol mengernyitkan dahi mendengar nama itu keluar dari bibir Baekhyun. Sesuatu jelas terjadi di pesta Jongdae hingga membuat Baekhyun merasa tidak nyaman. Dan sesuatu tersebut agaknya ada hubungannya dengan mantan kekasihnya yang tidak tahu diri itu.
Baekhyun menarik nafas panjang, membenarkan posisi kepalanya di atas bantal sebelum kembali berbicara.
"Ia bilang hubungan kita ini sangat membosankan. Pekerjaan kita, keseharian kita, lingkaran pertemanan kita, semuanya terlalu serupa hingga besar kemungkinannya kita akan cepat bosan dengan satu sama lain."
Kau akan bosan denganku, Yeol.
Baekhyun ingin mengatakannya.
Tapi ia memilih menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan luapan emosi kekecewaan yang perlahan muncul dalam dirinya.
Tak ada jawaban apapun dari Chanyeol. Kekasihnya itu hanya memandangnya dalam diam seakan menunggu hal lain untuk Baekhyun ucapkan.
"Apa hanya itu yang perempuan itu ucapkan?" Tanya Chanyeol datar, seakan menunggu pengakuan Baekhyun. Ia tahu masih ada kegelisahan lain yang kekasih mungilnya itu sembunyikan.
Kali ini giliran Baekhyun yang terdiam. Chanyeol sudah terlalu ahli dalam membaca segalanya, dan ini membuat Baekhyun mulai terintimidasi.
Tidak ada alasan untuk menyembunyikan apapun.
"Baek-"
"Ia bilang kau akan bosan denganku." Baekhyun berujar lirih. "Ia bilang ia mengenal bagaimana dirimu begitu menyukai tantangan hingga cepat atau lambat kau akan bosan dengan diriku."
Ini menakutkan. Bagaimana kesunyian sesaat menyelimuti mereka, membiarkan Baekhyun menerka-nerka apa yang ada di pikiran Chanyeol saat ini.
"Tidakkah kau setuju dengan hal itu...?"
Baekhyun menduga akan mendapan jawaban tegas. Sebuah sangkalan dengan nada geram. Atau apapun itu. Namun ia tidak menduga ketika Chanyeol menjawabnya dengan sebuah tawa pelan.
Jelas itu sama sekali bukan reaksi yang Baekhyun kira akan datang dari kekasihnya.
"Apa yang lucu?"
"Bukan. Bukan apa-apa." Chanyeol menggeleng pelan di antara tawanya yang belum berhenti.
Baekhyun mencebikkan bibirnya kesal dan Chanyeol tersenyum gemas melihatnya. Oh, betapa ia berharap ada di sana untuk menghapus bibir itu dengan sebuah kecupan.
"Wanita itu berbicara seakan-akan aku mengencanimu karena pekerjaan yang kita miliki. Aku mengencanimu, Byun Baekhyun. Bukan pekerjaan kita. Jadi pekerjaan kita sama sekali tidak ada kaitannya dengan semua ini. Dan tentang diriku yang kemungkinan akan bosan dengan dirimu," Chanyeol buru-buru menyela ketika Baekhyun nampak ingin menyanggahnya.
"Bagaimana bisa aku bosan denganmu ketika pada dasarnya kau adalah manusia teraneh, terumit, dan paling menarik yang pernah aku temui?" Tanya Chanyeol dengan tatapan yang penuh kekaguman.
Itu adalah sebuah tatapan sama yang selalu Chanyeol berikan ketika Baekhyun menceritakan hal kecil tentang harinya.
Sebuah tatapan yang selalu membuat Baekhyun jatuh semakin dalam pada pria ini. Karena hanya dengan tatapan itu Baekhyun merasa keberadaannya telah cukup berarti.
Baekhyun tersenyum. Berusaha memutar bola matanya untuk nampak tak terpengaruh oleh ucapan tersebut. Namun rona cherry yang menjalar di pipinya agaknya berusaha mengkhianati.
"Cheesy as always, Mr. Park."
Chanyeol tertawa. Puas dengan kenyataan bahwa paling tidak ia sedikit berhasil memperbaiki suasana hati sang kekasih. Ia kemudian memandang Baekhyun dalam diam. Cukup lama, seakan ia tidak akan pernah bosan melakukannya.
"Aku harap kau akan mempercayaiku. Aku bersungguh-sungguh ketika mengatakan bahwa aku tidak akan melepaskanmu, Baek." Ujar Chanyeol pelan.
"Meski aku adalah seseorang yang membosankan sekalipun?"
"Ugh, stop it. Kau sama sekali tidak membosankan, Baek. Kita memiliki ketertarikan pada hal-hal yang berbeda. Sangat berbeda hingga aku nyaris tidak mengenal dunia dimana kau hidup ketika pertama kali mengenalmu. Hingga aku sadar keunikan itu adalah dirimu. Dan aku selalu menikmati tiap detail kecil yang kupelajari tentangmu. Aku ingin kau mengenalkanku pada dunia dimana kau tinggal. Aku selalu merasa banyak mempelajari hal baru darimu, Byun Baekhyun."
Ini tidak adil. Fakta bahwa Chanyeol selalu mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya dengan begitu baik. Dan fakta bahwa Baekhyun selalu jatuh oleh tiap pesona yang pria itu miliki.
"Hentikan atau kau akan membuatku menangis, Park." Keluh Baekhyun dengan senyuman kecil.
"Oh, Baby," Chanyeol menghela nafas dalam. "Kau membuatku ingin berada di sana. Sejujurnya aku benar-benar tidak ingin di sini. Aku sungguh merindukanmu."
Baekhyun tertawa pelan.
"Don't say that. Kau tahu kau memiliki tanggung jawab untuk diselesaikan di sana."
Chanyeol menirukan kebiasaan Baekhyun mencebikkan bibirnya, dan hal itu membuat tawa Baekhyun semakin menjadi-jadi.
"Cepat selesaikan pekerjaanmu dan pulanglah, Yeol. And I miss you too."
.
.
.
Sudah selama berhari-hari ini Baekhyun mengalami kelelahan yang cukup akut. Hal itu berdampak pula pada jam tidurnya. Ada kalanya ia terbangun tengah malam oleh perasaan tak nyaman, merasa sulit untuk tidur kembali meski dengan lelah yang masih membebani tubuhnya.
Namun malam ini berbeda. Alih-alih terbangun oleh perasaan tak jelas, Baekhyun terjaga oleh sebuah rasa sakit di kepalanya. Selama beberapa detik ia hanya terbaring di kamar gelap, mengatur nafasnya seraya bertanya-tanya hal apa yang terjadi pada dirinya.
Jam menunjukkan pukul satu dini hari, jauh dari waktu biasa ia terbangun.
Lalu sebuah gelombang mual seketika muncul, membuat Baekhyun dengan cepat menyibak selimutnya. Dengan langkah tergesa ia berlari secepat mungkin ke kamar mandi, berjongkok di lubang toilet dan memuntahkan hampir seluruh menu makan malamnya. Nafasnya tersengal dan ia terus terbatuk tanpa henti.
Apa ia telah salah makan? Tapi ia tidak mengingat dirinya memakan sesuatu yang aneh selama seharian ini.
Tubuhnya terasa lemah dan dengan langkah terseok ia meraih ponsel di mejanya. Ia harus menghubungi seseorang untuk dimintai tolong untuk mengecek kondisinya. Namun siapa?
Nama Chanyeol adalah yang pertama muncul di benaknya. Tapi itu tidak mungkin. Ia masih berada di Jepang dan memanggilnya hanya akan membuat kekasinya itu khawatir tanpa bisa memberi bantuan apapun.
Ibunya adalah opsi kedua yang juga tidak bisa dipilih. Ia berada di luar kota, dan Baekhyun tidak mungkin memanggilnya untuk segera datang di jam selarut ini.
Hanya Jongdae satu-satunya pilihan.
Baekhyun menekan tombol memanggil di ponselnya. Tapi tentu saja, panggilan hanya berdering beberapa kali sebelum akhirnya dialihkan ke voice mail.
"Fuck." Desis Baekhyun ketika gelombang mual berikutnya kembali datang. Ia berlari kembali ke kamar mandi, memuntahkan isi perutnya hingga nyaris tak bersisa apapun lagi di dalamnya. Tubuhnya menggigil oleh keringat dingin dan kepalanya tak berhenti berdenyut sakit.
"Oh God... What the fuck is happening with me..." Lirihnya tak berdaya.
Dalam kondisi terduduk di atas lantai, ia kembali menelepon Jongdae. Ia tidak peduli jika ia harus berhadapan dengan ocehan sahabatnya itu karena telah menghubunginya di jam selarut ini. Tapi mau bagaimana lagi, ia sungguh merasa akan mati jika tidak mencari pertolongan saat ini juga.
Dan hanya ketika ia hendak menyerah dan bermaksud memanggil panggilan darurat, ponselnya bergetar oleh sebuah panggilan masuk.
Incoming call: KJD
Oh, thank God!
"Ada apa Baek?" Suara Jongdae terdengar masih setengah tertidur di ujung sambungan telephone.
Baekhyun hanya menjawabnya dengan rintihan lemah, dan itu agaknya membuat kesadaran Jongdae seketika kembali dengan cepat.
"Baek? Hey, kau baik-baik saja? Apa sesuatu terjadi?"
"I don't know... Just... come to my apartment... Please..." Baekhyun nyaris menangis. Kepalanya sakit dan tubuhnya terasa begitu lemah setelah lebih dari setengah jam memuntahkan semua makanan di perutnya. "Kurasa aku sakit, Dae..."
"Oh my God. Stay there. I'm coming now."
Baekhyun dilarikan ke ruang emergency rumah sakit terdekat segera setelah Jongdae datang. Dan meski pemeriksaan telah selesai, Jongdae tetap tak meninggalkan sahabatnya. Ia tersenyum kecil seraya mengusap bahu Baekhyun pelan, seakan ingin meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Mr. Byun Baekhyun?" Seorang dokter mendatangi mereka setelah selang beberapa menit berlalu.
Baekhyun mengangguk mengiyakan, dan tatapan si dokter sesaat teralih kepada Jongdae.
"Dan apa ini pasangan anda?"
"Oh, bukan, bukan." Jongdae dengan cepat menyangkalnya. "Saya temannya. Saya yang menemani ia kemari."
Dokter itu mengangguk mengerti. Sesaat membalik kertas data pada clipboard di tangannya sebelum kembali berbicara.
"Kami sudah melakukan pemeriksaan terkait kondisi anda, Mr. Byun. Tubuh anda dalam kondisi yang sehat. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan darah, anda dinyatakan positif hamil. Itulah yang menyebabkan anda mengalami mual dan sakit kepala parah yang cukup tiba-tiba."
W-what...?
Selama seperekian detik, tubuh Baekhyun membeku. Seember penuh air es seakan diguyurkan tepat langsung di atas kepalanya. Ia tidak percaya dengan apa yang didengarnya.
Hamil?!
Ia pasti tengah berimajinasi saat ini.
Namun memandang ekspresi terkejut Jongdae di sisinya serta ekspresi serius yang dokter di hadapannya berikan, semuanya seolah perlahan masuk ke kesadarannya bagai sebuah angin kencang yang menerjang diri Baekhyun.
Tidak mungkin.
Ini tidak mungkin terjadi.
"A-aku... Hamil?"
Mungkin, Baekhyun memang megharapkan sebuah petualangan dalam perjalanan hubungan dirinya dan Chanyeol. Hanya saja, ia tidak pernah menduga itu akan terwujud secepat ini.
Lebih-lebih, dalam bentuk sebuah nyawa kecil yang hidup di dalam rahimnya.
Baekhyun harap ini semua hanya mimpi.
.
.
.
- To Be Continued -
.
.
.
Author's note:
Hello, sebagaimana yang dijanjikan, aku kembali dengan sequel dari Be With You. Seperti yang aku sampaikan di author note terakhir BWY, fic ini bakal fokus ke kehidupan domestik ChanBaek pasca resmi jadi pasangan. Dan seperti yang aku sampaikan pula, it's gonna be an MPREG fic.
Ini masih awal cerita, dan maaf kalo agak membosakankan. Boring is my style :(
Terimakasih untuk kalian yang udah ninggalin komentar di BWY dan menantikan fic sequel ini.
Pretty please tinggalkan komentar di sini juga jika kalian berkenan.
Hugs,
mashedpootato
