"Count Love"

~Pair : Draco Malfoy x Harry Potter~

~Genres : Humor, Fluff, School Life, Drama Others!~

~Rate : T to M

~Chapter : 1/?~

~J.K Rowling © Harry Potter~

.

Warnings: No MAGIC, OOC, Typo(s), OTHERS!

It's Slash!

Boys Love a.k.a Boy x Boy

Don't Like? Don't Read!

(A/n : Terinspirasi dari komik meskipun ada beberapa alur yang aku buat sendiri ^^)

Would you leave me some review, guys ? ^^b )

~Just Enjoying~

Beautiful '0'?

-oOo-

Draco's POV

Rata-rata nomor wanita yang berusia tujuh belas tahun paling tidak berada di angka -030000. Dan bagaimana jika ada yang memiliki angka jauh melebih rata-rata itu?

-050723 "Ah, Draco. Namaku Pansy Parkinson. Aku berasal di kelas C." Ucap gadis itu. Aku tahu kalau gadis ini berbohong karena ingin merasa nyaman di dekat para cowok-cowok, jadi dia menggunakan hal-hal yang sebenarnya tidak jujur untuk menarik perhatian cowok-cowok supaya cowok-cowok kagum padanya. Tapi dengan angka -050000 lebih sangatlah berlebihan menurutku dan membuatku tertawa dalam hati saat ia mengatakan, "Apakah kau mau makan siang denganku?"

Aku mendengus. "Aku jadi ingin tahu, karakter apa yang harus aku buat selama aku berkencan denganmu?!" ucapku sengaja berbelit-belit menimbulkan raut bingung di mimik wajahnya.

"Maaf?" ucapnya sedikit menunduk dengan senyum yang memuakkan.

Aku tertawa melihat tingkah centilnya itu sambil tetap menatap angka-angka di atas kepalanya dan makin penasaran kapan angka itu akan bertambah. "Ah...well—Apakah kau sudah bercinta dengan 50 cowok?" tanyaku langsung dan merasa telak terbukti dengan ia langsung terperanjat sambil menatapku tajam.

-050723 "W-what? Kenapa kau bertanya seperti itu?" bentaknya tidak terima. "Seolah-olah aku memang sudah melakukannya dengan lima puluh cowok, tidak!" ~ching -050724

Ah—nomornya bertambah. Jangan bilang kalau dia melakukannya lebih dari lima puluh cowok? Seriously?!

-050724 "D-draco, apakah ada cewek yang kau suk—?"

"No Thanks." Tegasku memotong kalimatnya. "Pergi! kumohon. Dan aku bertaruh aku tidak akan pernah menerima tawaranmu, jadi kumohon pergilah, Pans—" siapa namanya tadi? Pansikson? Pansilikon?

-050724 "Pansy Parkinson, draco."

-oOo-

Aku sedang berada di sekeliling orang-orang yang menunggu pesanan meereka, aku menunggu kopi pesananku. Agak memusingkan juga berada di sekitar orang-orang dengan angka-angka yang mengerikan di atas kepala mereka. Meskipun aku memiliki kemampuan ini sudah sejak lama . Tapi tetap saja.

Well—namaku Draco Malfoy dan aku akan bercerita sedikit tentang diriku.

Pada saat masih Junior High aku ditabrak mobil. Dan ketika aku terbangun aku bisa melihat angka-angka yang aku tidak tahu apa itu di kepala saudara-saudara dan teman-teman yang sedang menjengukku saat itu. Dan entah darimana aku mengetahui bahwa angka-angka itu adalah angka seberapa kebohongan yang dilakukan seseorang semasa hidupnya.

Dad yang kepalanya bertuliskan angka -109078 disaat itu dan entah sudah berapa sekarang. Mum yang kepalanya bertuliskan angka -108650. Aku tidak benar-benar yakin, seingatku kira-kira segitu angkanya.

Awalnya aku merasa senang dengan kemampuan yang aku miliki. Karena dengan begitu aku bisa langsung mengetahui jujur atau tidaknya seseorang. Tapi lama-kelamaan aku jadi merasa takut. Aku takut tidak ada orang jujur di dunia ini. Aku jadi tidak percaya dengan semua orang, termasuk orang tuaku. Itu membuktikan bahwa tidak ada seseorang pun yang bisa hidup tanpa berbohong. Mungkin beberapa orang berfikir bahwa berbohong membawa kebahagiaan dan kejujuran adalah hal yang menyakitkan.

-067988"Ini, sir." Pelayan wanita itu memberikan kopi pesananku dan segera aku berikan uang dan berlalu sebelum pelayan itu berteriak ingin memberikan kembalian uangku. Aku kembali menoleh saat ia berusaha untuk mencegat lenganku.

-067988 "Terima kasih kasih, sir. Anda baik sekali." ~ching -067989

Angkanya bertambah. Aku yakin di kepala wanita itu berisi omelan-omelan dan gerutuan tentang betapa sombongnya aku. Setelah melihat angka itu bertambah aku segera memasang muka dingin dan berbalik sambil mendengus.

Aku jadi berfikir lagi jika sebenarnya hal-hal yang seperti pujian, sopan-santun, dan senyum saat kita lagi bersedih sebenarnya tidak ada, tapi hal itu termasuk kebohongan. Sayangnya aku bisa membaca seseorang berbohong atau tidak lewat apa yang mereka katakan bukan mimik mereka. Hal itu juga masuk dalam daftar hal-hal yang tidak aku percayai.

Berada disekitar orang-orang dengan angka-angka seperti itu sangat... melelahkan.


Well—aku baru saja menemukan tempat berupa rumah kaca yang sepertinya sangat rahasia terletak di belakang sekolah. Karena sepertinya sangat tersembunyi, tidak ada seorang pun yang pergi kesana: jadi aku pikir mungkin ini adalah salah satu tempat terbaik untuk aku bisa menyendiri di lingkungan sekolah.

Aku beranjak dari tempatku berdiri ke salah satu bunga yang sedang bermekar. Tumbuhan tidak bisa berbohong. Kakekku mengatakan bahwa mereka berkembang dengan kepribadian orang yang merawatnya. Entah itu benar atau tidak. Tapi saat beliau mengatakan hal itu angka di kepalanya tidak bertambah, jadi aku pikir bisa saja benar, atau memang benar?

"Bunga ini sangat indah!" Aku menjetikkan jariku di kelopak bunga itu sambil menunggu reaksinya.

Crash!

Aku menoleh ke suara gaduh itu dan menemukan sosok pria dengan kacamata bertengger di hidung—

"J-jangan mengganggu dan menyentuh bunga mawarku, idiot!" Pria rambut acak-acakan *dan aku sedikit bertanya dia mandi apa tidak?* itu berlari ke arahku dengan mimik bibir memberengut sambil membawa kantungan berwarna hitam di pelukannya.

Bukkk

Api berwarna merah membumbung di atas kepala pria itu dan sebentar lagi ak—

"Setelah aku capek-capek merawat bunga ini dan memberinya makan kau dengan seenaknya ingin merusaknya?! Merusak bungaku?" ia menghela nafas dan kembali membuka mulutnya, "W-wait...jangan-jangan kau orang yang selalu merusak bunga-bungaku? Ayo ngaku!" kembali pria itu menabokku kali ini di otot lengan membuatku sedikit meringis.

Sabar.

Pria itu menghentakkan kakinya. "Keluar sekarang juga! Atau aku akan menyirammu dengan pupuk kotoran sapi ini?!" teriaknya menggema membuatku benar-benar ikut-ikutan naik darah.

Aku menghela nafas sambil menatap kilau emerald-nya yang masih berkilat-kilat marah. "Hey! Aku cuma ingin meli—" What the hell?

Seakan tidak percaya aku mengucek mataku kali aja aku salah lihat. Tidak! apa yang aku lihat memang seperti itu. Aku menatap angka-angka di atas kepalanya...

"0"? a zero count?

Itu berarti dia tidak pernah berbohong selama hidupnya? Sebesar ini? Tidak pernah berbohong? Aku tidak pernah berfikir sebelumyna bahwa ada orang yang sangaaat jujur di dunia ini. Ini pertama kalinya aku melihat angka cantik di atas kepala orang dan, dan...

Aku terperanjat dan entah bagaimana ekspresiku sekarang ini. "K-kau...kau..." pria itu memandangku heran dan tanpa menunggu aba-aba aku langsung merengkuh bahunya. "SIAPA NAMAMU? KAU KELAS BERAPA DAN DIMANA KELASMU? NAMAKU DRACO MALFOY, DAN AKU SANGAT INGIN BERTEMAN BAIK DENGANMU!" ucapku meneriakkan emosiku yang mendidih dan perasaan yang sangat exciting. Pria itu meneguk ludahnya dengan susah payah. "NO! MAKSUDKU AKU HARUS MENJADI TEMAN BAIKMU!" Well—ini benar-benar luar biasa. A zero count? What the—?

Bukkkkkkk—

Dia benar-benar memukulku tepat di pelipis dan bodohnya lagi dia juga juga menyiramku memakai pupuk sapi itu. Well—itu sebenarnya tidak apa-apa karena itu berarti dia membuktikan bahwa dia adalah memang orang yang jujur.


Namanya Harry Potter. Bahkan namanya juga sangat indah.

-000000 "Sori. Aku benar-benar tidak sengaja, sungguh! Tadinya aku cuma khawatir dengan tumbuhan yang ada disini, jadi aku pergi mengeceknya di saat pelajaran berlangsung. Karena selama ini tidak ada yang pernah datang kesini jadi aku pikir kau adalah orang yang selalu mengganggu bunga ataupun tanaman yang ada disini. Maaf." Wahhh tidak heran angkanya sangat begitu cantik, dia benar-benar tulus menyampaikan sesuatu dan dia benar-benar merasa bersalah.

Harry membuka tutup betadin. -000000 "Sini, biar aku obati." Harry mengusap lukaku –yang sebenarnya aku yakin tidak separah itu– menggunakan cotton bud dan meniupnya perlahan. Well—nafasnya segar dan wangi tubuhnya... vanila. Dan leher jenjangnya sangaaat...putih. Setelahnya ia langsung memasangkan handiplast. "Selesai," ucap Harry kemudian membereskan alat kesehatannya.

Sepertinya dia adalah pemimpin Klub Biologi. Dan dia datang secara sembunyi-sembunyi kesini hanya untuk belajar tentang tumbuhan? Dasar freak!

Harry berdeham. -000000 "Bagaimana jika kau ikut Klub Biologi? Karena hanya aku satu-satunya yang bertahan disini. Sejak aku menjadi pemimpin Klub, semua murid keluar. Entah apa yang membuat mereka keluar. Tapi satu hal yang aku tau, aku tidak bisa berlama-lama dengan seseorang. Mungkin mereka merasa tidak nyaman denganku. Jadi, bagiku sangat mudah karena hanya aku sendiri di Klub ini." Harry tertawa dan aku sambut dengan senyuman sambil menatap emerald yang menunduk itu.

Aku berdiri dan kemudian berdeham membuat Harry menoleh ke arahku. "Aku mau menjadi anggota di Klubmu, Harry." Seketika sinar di emerald itu langsung berbinar cerah.


Author's POV

"Ini aku pinjamkan. Ini sangat bagus loh, Harry. Kau harus menontonnya. Season kedua sudah ada di rumah, besok aku akan membawakannya untukmu." Cedric menjulurkan tangannya yang menggenggam DVD entah berisi apa ke Harry yang asyik dengan dirinya sendiri.

Harry mendengus dan memandang Cedric dengan mimik innocent."Tidak! aku tidak mau melihatnya lagi. Ada banyak adegan berkelahi dan kekerasan dan juga adegan-adegan dewasa yang tidak seharusnya aku tonton." Ucap Harry tegas membuat Cedric menelan ludahnya dengan susah payah.

Kedua orang itu tidak menyadari kalau Draco sejak tadi menguping pembicaraan mereka di depan pintu yang terbuka sambil melambaikan tangan ke arah Harry yang sayangnya Harry sangat tidak berniat memandang pintu yang terbuka itu.

-047201 "Jadi, menurutmu ini sangat—?"

Harry mengangguk mantap. -000000 "Yep!" tegas Harry.

-047201 "Maaf kalau begitu." Cedric berbalik dengan menggerutu. ~ching -047202

Draco tersenyum. 'Sepertinya Cedric adalah seseorang yang pintar bersosialisasi dan errr—cowok yang baik. Jadi tidak heran kenapa nomornya sangat tinggi! Hmm? Atau malah dia juga tertarik dengan Harry?' batin Draco masih tetap di depan pintu berharap Harry segera melihatnya yang berdiri seperti orang idiot di kelas orang.

Entah karena ilham apa, atau mungkin Harry bisa mendengar teriakan hati Draco yang berharap bisa dilihat oleh Harry, akhirnya Harry tanpa sengaja menoleh dan mendapati Draco berdiri dengan termenung di depan pintu.

Harry menghampiri Draco. -000000 "Errr—hei!?" Harry menepuk bahu Draco sambil tetap berfikir dan berusaha mengingat siapa nama pria dengan rambut ngejreng ini?

Draco terperanjat dan menyadari kebodohannya. Bisa-bisanya ia tidak menyadari kehadiran Harry yang membawa wangi caramel yang sangat semerbak. "Hai, Harry." Sapa Draco tersenyum.

-000000 "Hai. Err—?" Harry menggaruk kepalanya.

Draco terkekeh. "Draco." 'bisa-bisanya dia tidak mengingat namaku!' gerutu Draco.

-000000 "Ah ya, Draco Malfoy. Apa yang kau lakukan disini? Kau mencari temanmu?" tanya Harry sambil matanya memandang isi kelas.

Draco kembali terkekeh, "Tidak! Aku kesini untuk membicarakan anggota Klub Tumbuhan." Ucap Draco salah tingkah.

-000000 "..."

'Tidak bereaksi? Aku pikir dia bakalan senang atau semacamnya atau mungkin sebaliknya?'

Draco berdeham. "Jadi aku berpikir, mungkin kalau misalnya aku menjadi anggota Klubmu, aku bisa membantumu atau semacamnya." Ucap Draco setengah berharap Harry bakal menerimanya.

Harry mengerling. -000000 "Ohhh yang itu. Maksudmu tentang kau ingin bergabung dengan Klub Biologi?"

Draco memutar bola matanya dan menyadari bahwa dia benar-benar bodoh. "Yup! That's it."

Harry tertawa. -000000 "Hahaha, tadinya aku berfikir memangnya ada Klub Tumbuhan di sekolah ini?!. Hahaha, kau sangat lucu, Draco." Ucap Harry berhasil membuat Draco terhenyak sambil melototkan matanya memandang Harry yang tertawa.

'Sial! He's so freaking cute!' batin Draco berteriak girang.


Draco's POV

Untuk orang-orang biasa mungkin berfikir ke blak-blakan Harry dan kejujurannya yang sangat alami adalah prilaku yang sangat aneh. Tapi untukku, kejujuran kata-katanya memang sangat terbukti—

-000000 "Aku paling suka dengan bunga mawar. Itu karena baunya yang sangat harum."

—baik kebohongan atau kepalsuan dalam dirinya. Hal itu menunjukkan dia sangat innocent dan sangat indah. Dan dia sangat menikmati kesendiriannya, membuuatku sangat ingin memberitahu—

-00000 "Jadi sangat beruntung jika ada nama cewek bernama Rosaline atau paling tidak ada kata Rose di dalam namanya. Karena itu adalah nama yang sangat indah yang di ambil dari bunga tercantik di dunia. Itu menurutku sih. Whoaaa—wanginya harum sekali."

—memberitahu bahwa nomor yang ada di atas kepalanya sangatlah... cantik.

Tapi aku jadi berfikir bagaimana jika dia mempercayai atau bahkan tidak mempercayai apa yang aku katakan, apa yang akan terjadi?

"Errr—Harry, kau tidak terlalu memberinya banyak air?" tanyaku penasaran sambil tetap memperhatikan jemarinya yang bekerja dan mimik wajahnya secara bergantian.

Harry menoleh ke arahku, membuatku terperanjat untuk kesekian kalinya. -000000 "Kau benar-benar tidak tahu apa-apa, Draco! Hahaha."

Dan sekarang aku malah menjadi bahan tawanya.

"Harry, ayo kita pulang. Biar aku mengantarmu." Tawarku dan berusaha mensejajarkan langkahnya menuju tempat dimana ia menyimpan peralatan berkebunnya.

Harry menatapku dan sedetik kemudian tersenyum. -000000 "Kau sungguhan mengajakku pulang bareng?" tanya Harry membuatku langsung mengalihkan pandanganku ke atas kepalanya.

Aku mengangguk mantap.

Bagaimana jika aku memberitahu kemampuanku? Aku rasa tidak ada seseorang pun yang akan menyukai jika seseorang bisa mengetahui rahasia yang hanya kita dan Tuhan yang tahu. Bukan ide yang bagus kan jika aku memberitahu kemampuanku?!

Tapi dia benar-benar makhluk yang indah. Mungkin hanya aku satu-satunya di dunia yang mengetahui hal itu. Hanya aku satu-satunya orang yang mengerti tentang diri seorang Harry Potter.

Harry mengajakku duduk di bangku yang ada di rumah kaca ini. Aku menatap emerald yang ada di depanku "Harry, saat kau mengatakan ada seseorang yang merusak tanamanmu, apakah itu berati mereka tidak menyukaimu, Harry?" tanyaku membuka pembicaraan.

Harry menoleh. -000000 "Bisa jadi. Tapi aku tidak begitu tahu." Ucap Harry pelan sambil tertawa paksa. Ada luka di binar hijau itu.

Aku berdeham. "Atau mungkin ada orang yang dendam padamu?"

-000000 "Eh?" Harry terperanjat sambil menatapku penuh tanda tanya dan sedetik kemudian ia langsung menundukkan kepalanya.

Dia benar-benar tidak pernah berdusta.

-000000 "Ketika aku berada di sekitar orang-orang dan aku berada di sana mereka pasti langsung marah. Mungkin ada yang salah dengan kepribadianku. Tapi bunga-bunga disini tidap pernah melakukan kesalahan apapun jadi seharusnya mereka tidak menganggu bunga-bunga ini, tapi aku." Tutur Harry menambah kepolosannya yang benar-benar membuatku gemas.

Harry langsung mendongak dan membuatku tersentak kaget terlebih saat ia tersenyum. -000000 "Tapi itu tidak pernah terjadi lagi sejak kau bergabung di Klub ini. Aku sangat nyaman berbicara denganmu, Draco. Sungguh! Dan kau sangat...baik." perkataannya seketika membuat tubuhku terasa melayang. Well aku tidak pernah menyangka aku membawa banyak perubahan di hidupnya.

Aku jadi berpikir bagaimana jika Harry akhirnya berbohong? Kapan itu akan terjadi? Siapa yang akan ia bohongi? Damn it! Bagaimana jika nomornya bertambah dan menjadi -000001 di saat aku tidak berada disisinya? Sedikit menganggu memikirkan tentang siapa yang akan ia bohongi dan untuk apa ia berbohong. Mungkinkah semua itu karena aku?

Aku harus membuatnya berbohong. Sekilas aku menoleh Harry yang sedang berjongkok dan menyiram tanamannya. Aku harus menjadi seseorang yang menjadi pertama kali ia bohongi. Tanpa menunggu lagi aku langsung berjongkok dan memeluk pinggang ramping Harry dari belakang. Harry tersentak kaget dan nafasnya tertahan.

-000000 "D-draco?" panggil Harry merasa aneh dengan suara bergetar.

Aku berdeham. "Harry, apa kau juga melakukannya?" tanyaku penuh misterius.

Harry berjengit. "W-what?"

Aku jadi penasaran, apakah aku bisa membuatnya berbohong?

Aku kembali berdeham. "Well—aku berbicara tentang...masturbasi."

Kembali Harry tersentak kaget dan menolehkan kepalanya memandangku dengan penuh tanda tanya. Hm. Such interesting!

"Apa kau juga sering melakukannya?" tanyaku berusaha memaksa.

-000000 "..."

"Seberapa sering kau melakukannya dalam seminggu?"

-000000 "Eh?"

"Alat apa yang kau gunakan untuk membantumu mendapatkan kepuasan itu?"

-000000 "Eh?"

"Apakah kau menonton video atau menggunakan imajinasimu?"

-000000 "W-wha—?"

Aku mendekatkan bibirku ke telinga Harry. Menderukan sejenak nafasku di telinga yang sedikit memerah itu sebelum membisikkan, "Dan... apa yang bisa membuatmu benar-benar menikmati hal itu?"

Hening.

Aku yakin aku akan bisa melihat angka di atas kepalanya bertambah. Dia tidak mungkin memberitahukan hal yang sangat sensitif itu kan? Dan dia—

Nafas Harry memburu di pelukanku yang masih sangat erat di pinggangnya. -000000 "Untuk waktu..."

Well—dia tidak akan memberitahukanku yang sebenarnya kan?

"Aku melakukannya...empat kali dalam seminggu."

Aku menunggu sekitar sepuluh detik untuk melihat perubahan angka diatas kepalanya tapi tidak terjadi apa-apa. Perhatianku teralih ke pipi Harry yang memerah.

Astaga? Dia benar-benar mengatakan yang sebenarnya?

"Aku menggunakan imajinasiku. Tapi aku juga bisa melihat gambar ataupun video. Aku menikmati hal itu. Dan aku mendapatkan kepuasan yang aku dapat saat... aku membayangkan orang yang aku suka...menyentuhku."

Pelukanku mengeras di pinggangnya membuat Harry sedikit meringis.

W-wait a second!

What? Dia baru saja mengatakan "menyentuhku"?

Tanpa menunggu lebih lama lagi, aku segera menjalarkan tanganku di bagian sensitif di bawah tubuhnya, meremasnya.

Harry berjengit kaget. -000000 "W-wha—"

Senyum licik menghias bibirku. "Ahhh..." desahku saat aku mendorong bagian depanku dan bagian sensitifku yang mengeras tertutup oleh kain menyentuh bokong montok Harry.

Kembali Harry terperanjat dan aku meremas punya Harry yang kini mengeras. Menyadari hal itu aku langsung menarik Harry berdiri dan menyuruhnya menghadap ke arahku.

Aku mencengkram pergelangan tangannya. "Apakah...apakah tidak apa-apa jika aku...menyentuhmu?" tanyaku kikuk. Mata Harry membelalak.

Aku menyadari kesalahanku dan kecerobohanku karena nafsuku yang menggeludak diatas kepalaku. Harusnya aku bertanya 'Apakah kau menyukaiku, Harry?' sial!

Dia tidak berkata-kata tapi hanya mengalihkan pandangannya dan kemudian menundukkan kepalanya dengan warna merah menghiasi pipinya.

Aku berdeham tetap kekeuh menatap emerald itu. "Jika kau tidak menyukainya, Harry, bilang saja." Ucapku setengah berbisik. Aku mengerti. Itu adalah jawabannya.

Aku langsung mengecup dan melumat bibir itu dalam satu detik berikutnya.

-000000 "Kau tahu...bunga adalah alat kelamin dari tumbuhan." Itu adalah suara Harry yang ia bisikkan kepadaku dengan berbisik.

Pada saat itu aku berpikir kalau Harry adalah seorang bunga. Dan dari bagaimana ia mengekspresikan kepuasannya saat berada dalam pelayananku adalah kejujurannya yang sangat murni, benar-benar polos, dan tidak dibuat-buat.

Aku mengecup pangkal bagian sensitifnya. "Apakah ada orang yang pernah "menyentuhmu" sampai sini, Harry?" tanyaku berusaha menggoda Harry yang bergelinjang nikmat karena sentuhan lidahku.

Harry menggeleng. -000000 "Kau...orang yang pertama...melakukan hal ini kepadaku. T-tapi, ketika...ahhh— saat aku melakukannya dengan diriku sendiri...sangat...s-sangat berbeda..." ucap Harry terbata-bata.

Harry mendongakkan kepalanya sambil mengeluarkan suara desahannya yang membuatku ikut...menikmati alur suara nikmatnya.

-000000 "It's feels so...g-good! Ahhh—berasa seperti bagian dalam penis-ku di bakar oleh sesuatu...ahhh—"

Cara bagaimana Harry menyampaikan hal itu membuatku ikut terbakar oleh gairah—

Tiba-tiba Harry menjambak rambutku dan memaju-mundurkan kepalaku dengan paksa.

Dia berubah menjadi binatang liar! What a cute!

Aku jadi sangat khawatir bagaimana nantinya Harry dimasa depan. Sungguh!

Aku berdeham. "Sori Harry! Aku tidak benar-benar ingin melakukan hal itu. Maksudku, aku tidak merancanakan sebelumnya, jika kau berfikir aku sudah berniat ingin melakukan hal itu kau salah besar." Ucapku cepat. Sepertinya Harry ngambek. Sial! Aku malah tidak bisa tenang.

Aku memandang Harry yang masih berjalan sambil menunduk. Aku sedikit menyeringai saat menemukan bercak-bercak merah di leher Harry dan bagian kanan dagunya yang sebelumnya aku gigit.

Harry menoleh ke arahku –yang masih menyeringai karena bercak itu– hingga membuatku tersentak kaget. -000000 "Jadi, kenapa kau memintaku untuk melakukan hal seperti itu? Apa karena...karena kau juga ingin melakukannya?"

Gubrak!

Sekali lagi aku bertaruh dan mengatakan bahwa dia benar-benar polos! Murni! Ucapannya kadang tidak terduga.

Aku berusaha menyembunyikan ekspresi munafikku. "What? Tidak! maksudku tidak seperti itu. Maksudku itu karena nomormu sangat cantik!"

Eh?

Apa yang barusan aku katakan?

Harry menoleh dan menatapku, bingung.

Mungkin saat ini adalah saat yang sangat tepat untuk aku memberitahunya. Aku berdeham. "Mungkin kau tidak akan percaya, tapi aku benar-benar bisa melihatnya. Nomor yang ada di kepala orang-orang. Nomor yang menunjukkan berapa kali seseorang itu berbohong semasa hidupnya." Aku meneguk ludahku. Berusaha tetap menatap emerald itu di depanku yang masih menautkan alis, bingung.

"Saat aku pertama kali melihatmu, aku melihat angka aneh dan tidak biasa tetapi cantik pada saat yang sama. Itulah kenapa aku memanggilmu dan sangat terobsesi denganmu saat itu."

-000000 "Angka kebohongan?" bisik Harry yang bisa aku tangkap.

Aku mengangguk. "Yup! Tidak apa-apa jika kau menganggapku bodoh, aneh, atau bahkan gila, Harry." Ucapku memaksa senyum sebelum berjalan mendahului Harry yang masih berdiri kaku ditempatnya.

"Actually...aku percaya padamu." Teriak Harry di belakangku. Aku menoleh terkejut mendengar kata-katanya.

-000000 "Aku...benar-benar mempercayaimu, Draco!" aku melangkah maju, menatap kilau emerald yang berbinar cerah itu.

-000000 "See? Apakah nomorku naik dan bertambah? Dan...angka aneh apa yang ada di atas kepalaku?" tanya Harry dengan senyumnya. Astaga! Angka itu tidak berubah sama sekali! Sungguh! -000000 "Draco? Kau menangis? Aku bertanya, angka aneh apa yang ada di atas kepalaku?" tanya Harry sambil menepuk-nepuk pipiku. Mataku terasa panas.

Aku terkekeh. "O, Harry. O!, Love!" aku langsung mengecup bibirnya sekilas dan kemudian memeluknya, erat. Sangattt erat!

"I love you! I really love you, Harry!"

-000000 "I love you too, Draco." Balas Harry membuatku mengeratkan pelukanku.

"Dilain waktu, aku akan mengajarimu banyak tentang sex, Harry." Tawarku berniat bercanda membuat tubuh Harry seketika itu juga menjadi kaku.

Harry menenggelamkan kepalanya ke dadaku sambil berbisik. -000000 "Tidak! aku tidak mau, sungguh!" ~ching -000001

!... Aku semakin mempererat pelukanku.

~To be continued~

-oOo-

Haiii...

Aku balik lagi bawa FF baru yang terinspirasi dari komik.

FF-nya selesai dalam satu hari, dan...terima kasih juga kepada grup di FB yang sudah memberitahu dan ngasih review tentang FF ini dan akhirnya membuat aku tertarik karena membaca summary-nya...

Dan terima kasih juga untuk kalian yang sudah membaca sampai sini...

Meskipun agak aneh di Chapter ini karena tokohnya tidak banyak, bahkan tokoh Ron dan Hermione tidak mendapat peran. LOL!

Dan...

FF ini harus lanjut atau tidak?

Jangan lupa tinggalin jejak oke?

*cium satu-satu*

_BerRy_