Chapter 08

Pairing : Naruto x Erza

Baru kali ini Naruto merasa takut mendatangi rumah Erza. Dari tadi cuma maju mundur dengan langkahnya yang ragu-ragu. Erza lagi marah, Erza lagi ngambek, gara gara dia yang bilang mau lari 50 kali. Sebenarnya mau Naruto biarin saja sampai besok. Tapi kenapa rasanya ada yang mengganjal.

"Nggak usah kesini kalau masih nggak peka!" Juga ucapan Erza yang terdengar seperti sebuah ancaman. "Aku cuma bercanda." Ucap Naruto berusaha sewajar mungkin.

Berharap Erza akan melunak dan hubungan mereka kembali seperti biasa. Kalau pakai ngambek begini malah jadi bikin canggung.

"Perasaan bukan buat candaan."

Tapi jawaban Erza justru membuatnya kembali keluh. Sejujurnya sedikit banyak Ia mulai mengerti meski terus disangkalnya sendiri. Nggak mungkin kan Erza suka sama dia? Dia mah apa, cuma remah rengginang. Cuma biji kuaci bunga matahari.

Tapi kenapa satu sisi hatinya justru mencoba percaya dan berharap. Atau dia hanya kegeeran?

"Aku cuma takut." Gumam Naruto pelan.

Berganti Erza yang menyimak Naruto dengan seksama.

"Takut aku yang nggak tahu diri." Lanjutnya. Diliriknya Erza yang memberinya tatapan yang sulit diartikan. Juga helaan nafas yang berat.

"Aku sudah terlanjur nyaman kayak gini. Aku takut kita jadi beda. Aku takut kita berubah." Sambung Naruto lagi.

Baru kali ini Erza ngelihat Naruto serius. Dan itu nggak cocok!!

"Semua orang pasti bakal berubah." Ucap Erza. Bahkan Ia rindu Naruto yang dulu bilang ingin jadi ranger merah dan menyuruhnya jadi ranger kuning.

"Aku bukan Sasuke ataupun Jellal."

"Terserah." Erza paling malas kalau Naruto mulai membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain.

"Jadi aku harus apa?"

Dan lebih malas lagi kalau Naruto nanya kayak gitu.

"Jadi diri kamu sendiri, karena kamu Naruto Uzumaki bukan orang lain. Karena aku sukanya sama Naruto Uzumaki bukan orang lain. Ngerti nggak?!" Bentak Erza lalu Ia buru buru pergi masuk ke kamarnya dan membanting pintu dengan keras.

Untung orang tuanya sedang tak di rumah.

Erza seperti tak sadar apa yang baru saja Ia katakan. Ia baru saja mengakui perasaannya ke Naruto.

Yang benar saja.

Ia tutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tapi tak lama kemudian Ia menyibaknya lagi. Berguling-guling di kasur lalu bangun. Mondar-mandir di kamar lalu tiduran lagi. Begitu terus berulang.

Sepertinya Ia akan terus gelisah sepanjang malam.

-To be Continued-