Chapter 10
Pairing: Naruto x Erza
"Kasih bunga saja, semua cewek suka dikasih bunga."
Ider dari Gray yang menurut Naruto norak dan menggelikan. Berarti Ia sama saja seperti cowok-cowok yang lagi deketin Erza sebelumnya. Beli mahal-mahal toh akhirnya bunganya juga bakalan layu. Dan nggak akan bisa dimakan.
"Atau cokelat."
Kalau cokelat ujung-ujungnya dia juga yang makan karena Erza nggak suka cokelat. Sama saja beli cokelat untuk diri sendiri.
Dan akhirnya Naruto memilih opsi pertama. Dengan diantar Gray, ia membeli bunga ke florist dekat sekolah. Milik orang tua gebetannya yang anak kelas satu. Ternyata ada udang dibalik bakwan pikir Naruto. Naruto membeli bunga saat jam istirahat siang lalu dititipkan ke pak satpam sampai bel pulang.
Rasanya campur aduk. Antara deg-degan, malu, dan nggak percaya dengan apa yang akan lakuin sekarang. Tadinya dia mau kasih bunganya dirumah saja, tapi nanti bisa ricuh warga satu komplek.
Di sekolah saja Ia harus menunggu sepi. Sengaja mengulur waktu biar Erza nggak pulang duluan.
"Ada titipan." Ucap Naruto.
Erza langsung melirik buket bunga di tangan Naruto.
"Dari?"
"Naruto."
Erza tersenyum. Ia terima bunga dari tangan Naruto dengan perasaan yang menghangat.
"Naruto siapa?" Tanyanya.
"Naruto Uzumaki."
"Naruto Uzumaki itu siapa?"
"Aku."
Lagi-lagi Erza tidak tahan untuk nggak senyum. "Kenapa tiba-tiba ngasih bunga?"
"Disuruh sama Gray."
Jawaban yang merusak suasana.
Tapi inilah yang membuat Erza yakin, tak ada yang akan berubah antara dirinya dan Naruto. Terlepas apapun hubungan mereka nanti.
"Kenapa Gray suruh ngasih bunga?" Tanya Erza lagi. Erza takkan berhenti sampai jawaban yang Ia inginkan keluar dari mulut Naruto sendiri.
"Karena..."
"Karena?" Erza mengulang ucapan Naruto yang masih menggantung itu.
"Kan sudah tahu." Ucap Naruto. Apa Erza sengaja mengerjainya.
"Nggak, aku nggak tahu." Erza menggelengkan kepalanya dengan sengaja. Naruto yang makin geregetan sendiri itu tampak lucu di matanya.
"Karena aku juga suka sama kamu, aku sayang." Ucap Naruto cepat. Malu, ternyata Naruto masih bisa merasakan malu.
Erza jadi gemas sendiri. Oh ya, Ia baru ingat sesuatu. "Ayo ikut aku." Pintanya.
"Kemana?"
"Ikut saja."
Meski Naruto bingung, Ia tetap menurut. Apalagi karena Erza yang terus menggenggam tangannya.
"Katanya mau lari keliling lapangan 50 kali?" Tanya Erza. Ia menunjuk tanah berumput yang biasa dipakai untuk olahraga dengan matahari terik di atasnya.
Naruto jadi meringis kecut. Kenapa Erza masih ingat, kenapa nggak pura-pura lupa saja.
"Bukan lapangan yang ini."
"Terus yang mana?"
"Nanti juga tahu."
Gantian Erza yang mengikuti Naruto yang melangkah ke arah samping sekolah.
"Yang ini."
"Lapangan voli?!" Seru Erza tak percaya.
"Iya."
Kan Naruto waktu itu cuma nyebut lapangan, berarti terserah mau lapangan yang mana.
"Kalau yang ini anak SD juga sanggup."
Lapangan yang luasnya tak seberapa. Dan ada pohon rindang di sisinya yang melindungi dari panas sinar matahari.
"Aku mau lari, tungguin." Iya, terserah Naruto saja. Ia beneran berlari.
Erza hanya tersenyum memandang Naruto yang sedang lari sambil sesekali melambaikan tangan ke arahnya. Lalu Ia berganti mendongak, menatap sinar matahari yang terbias samar-samar di antara dedaunan.
Jika menurut Naruto, dirinya adalah matahari. Maka baginya Naruto adalah bunga matahari yang selalu setia menghadap ke arah sinarnya tanpa lelah. Dalam diam tanpa orang lain harus tahu.
Dan balasannya, matahari memberinya kehidupan dengan sinar hangatnya.
"Sudah 50 kali belum? lupa hitungannya."
"Bodoh!"
Untung sayang.
-End-
Dengan ini, maka fic ini resmi berakhir. sorry kalo misalnya endingnya mengecewakan.
Thanks atau terima kasih buat readers yang udah mau baca dan review fic ini. dan sampai jumpa di fic saya lainnya.
bye-bye.
