Summary : Kehidupan Naruto Namikaze yang terlihat biasa saja meskipun tidak biasa menjadi berubah ketika juniornya di sekolah, Uchiha Sasuke, tengah memergokinya sedang melakukan sesuatu di toilet sekolah! Warn: BxB, SN.

A/N : Halo semua, aurantii13 disini. Terima kasih sudah mau mampir. Sebenernya saya sama sekali tidak menduga akan menulis fict di fandom Naruto ini. Cerita ini adalah perwujudan ide/ menghayal dari saya dan saya buat sebagai janji diri setelah menyelesaikan dan melewati suatu hal yang mampu mengubah kehidupan saya sehingga terciptalah fict yang sekaligus ini adalah karya pertama di FNI. Saya tidak terlalu pede baru nulis tapi langsung publish cerita multichapt, tapi saya pastikan bahwa fict ini tidak akan terlalu panjang chapternya. Mohon maaf sebelumnya jika kurang berkenan bagi kalangan tertentu dan saya sarankan untuk menekan tombol "kembali".

Disclaimer : Naruto dan semua chara yang terdapat di cerita ini adalah milik Masashi Kishimoto namun plot cerita murni karangan author. Author tidak mengambil keuntungan dari pihak manapun.

Genre : Romance, Sci/Fi

Warn : BxB, jika tidak menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan male relationship diharap tidak membaca fict ini, author tidak menanggung jika ada pembaca yang mual dan muntah karenanya. Bahasa tidak baku dan kadang sulit dimengerti. Banyak typo.

Rated : T+ (untuk chapter ini)

Pair : SN

Akhir kata dari saya, selamat membaca!

Title :Ini Rahasia (by: aurantii13)

Sekalipun tak akan pernah bisa Naruto bayangkan hidupnya akan dekat dari kata normal. Misalnya pada senin pagi yang cerah dimana para anak sekolah bersiap untuk menuntut ilmu tak terkecuali dirinya, Naruto Namikaze. Siswa kelas XII Konoha High School ini memiliki kebiasaan yang mungkin terdengar tidak wajar jika dilakukan oleh remaja sebayanya. Dia masih berkutat memasang beberapa plester di salah satu bagian tubuhnya.

"Naruto, ayo sarapan dulu nak!" terdengar suara Kushina, ibu dari Naruto.

"Baik, bu. Aku akan segera turun," jawab Naruto sekenanya.

Setelah bersiap diri dan mematut refleksinya di cermin kamar mandi Naruto segera bergegas menuju ruang makan. Di sana telah hadir semua anggota keluarganya. Tampak Minato Namikaze, ayah Naruto, yang sedang membaca koran pagi dan meminum kopinya. Di sebelah kanan ayahnya telah duduk dengan rapi Kushina yang sedang sibuk menyiapkan nasi serta lauk pauk untuk keluarganya. Di seberang ayahnya telah duduk Kyuubi, kakak Naruto satu-satunya yang paling iseng nampak masih asyik menonton berita pagi di televisi sembari duduk manis menunggu ibunya menyiapkan sarapan untuknya.

Langsung saja Naruto mengambil tempat duduk di sebelah Kyuubi yang sepertinya merupakan tempat biasanya dia duduk. Sekilas ia menatap ibunya, dilihatnya Kushina tampak sehat hari ini dan Naruto mensyukuri hal itu. Kushina adalah penderita penyakit keturunan darah tinggi. Karena penyakit itulah kadang kala tak heran jika Naruto menjumpai ibunya terlihat pucat dan lemas sehingga hidupnya tidak bisa jauh dari obat. Keadaan inilah yang membuat kondisi Naruto tidak bisa senormal pemuda seusia pada umumnya. Pemikiran tersebut sedikit mempengaruhi mood Naruto di pagi itu. Bagaimanapun juga ingin segera mengembalikan moodnya, Naruto pun menyapa keluarganya yang sekarang duduk di meja makan.

"Selamat pagi semuanya!" sapa Naruto sambil tersenyum mencoba mencerahkan suasana. Setidaknya dengan demikian mood baiknya dapat kembali. Karena Naruto menyadari dan tidak menyesali kondisinya tersebut karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini sudah diatur oleh yang maha kuasa.

"Selamat pagi," jawab Minato dari balik koran yang dia baca.

"Pagi sayang," jawab Kushina tak lama setelahnya.

"Hmm, hmm," gumam Kyuubi tidak jelas dengan mata tidak terlepas dari layar kaca.

Di saat semua makanan telah tersaji di depan meja setelah berdoa keluarga harmonis ini dengan khidmat menikmati sarapan paginya.

"Naruto apa kau tidak melupakan plestermu?" tanya Kushina.

"Ah, tidak bu. Aku tidak mungkin lupa" jawab Naruto cepat.

"Obatmu?" tanya Kushina lagi yang langsung dijawab oleh Naruto dengan mengangkat sebuah botol kaca yang berisi tablet-tablet kecil berwarna kuning.

"Pastikan kau selalu membawa cadangan plesternya kemana-mana, otouto*. Kau tentu masih ingat akibat dirimu lupa membawa cadangannya?" sahut Kyuubi kalem. Kyuubi adalah pemuda berumur 21 tahun dan merupakan mahasiswa jurusan Biologi. Tahun ini adalah tahun ketiganya bersekolah di Konoha University.

"Iya Kak Kyuu, pasti. Aku tak akan lupa. Kejadian itu merepotkan sekali," aku Naruto dengan wajah agak kesal dengan pipi bersemu kemerahan.

"Sudahlah Kyuubi, biarkan adikmu sarapan dengan tenang," sela Minato.

Karena ucapan Minato, keluarga itu melanjutkan sarapan dengan keadaan hening kembali.

-greek- suara geseran kursi memecah keheningan sarapan itu.

"Terima kasih sarapannya. Ayah, Ibu, aku berangkat dulu," pamit Kyuubi setelah menyelesaikan sarapannya.

" Otouto, seperti biasa, kau kutunggu di depan. Jika dalam waktu lima menit kau tak muncul juga aku anggap kau hari ini berniat berangkat ke sekolah sendiri," ucap Kyuubi yang sempat menoleh pada Naruto dan memastikan adiknya mengangguk menjawab sebelum pergi berlalu. Meskipun penampilan Kyuubi terlihat serampangan namun dia adalah tipikal pemuda yang rajin. Tidak peduli kuliahnya akan dimulai pagi, siang, atau sore namun ia tetap berangkat di pagi hari. Alasannya bermacam-macam baik mencari referensi di perpustakaan, berkumpul dengan teman, ataupun rapat dengan staffnya di salah satu organisasi mahasiswa. Tidak akan ada yang menyangka, di balik wajah garang Kyuubi dia adalah ketua Palang Merah di kampusnya.

"Hati-hati di jalan," balas Minato dan Kushina bersamaan mendoakan kepergian putra sulungnya.

-greek- suara geseran kursi terdengar lagi.

"Yah, Bu. Naru berangkat sekarang," pamit Naruto segera menyusul Kyuubi dengan sedikit berlari.

"Ya, hati-hati," jawab Minato singkat.

"Hati-hati sayang. Nanti pulang jam berapa? Hei Naruto! Dasar anak itu," panggil Kushina yang sepertinya tidak terdengar oleh bungsu Namikaze.

"Sudahlah, Bu. Mungkin dia benar-benar terburu-buru. Aku akan berangkat sekarang, jaga diri baik-baik di rumah. Jika perlu sesuatu segera hubungi aku," ucap Minato sembari berdiri dan mencium kening Kushina.

"Kau ini selalu memanjakan mereka. Aku berjanji akan baik-baik saja hari ini. Jangan lupa mengabari rumah jika pulang terlambat," seru Kushina, suaminya ini dirasanya selalu lunak pada kedua anaknya.

Setelah kepala keluarga Namikaze meninggalkan rumah tinggalah Kushina sendiri. "Sebaiknya aku mulai menyiapkan makan siang. Sepertinya dari kemarin Naruto terus memintaku membuatkannya tumis cumi," gumamnya sendirian.

++++++++++++++++++++++++++ page break +++++++++++++++++++++++++++++++

"...pai. Senpai!"

"Senpai!" seru seseorang dari kejauhan.

pluk

Terasa tepukan ringan di bahu pemuda bermata biru dan bersurai purang yang membuatnya menoleh cepat dan memutar tubuh ke arah pusat suara.

"Ah, Uchiha. Ada apa memanggilku?" tanya Naruto dengan tatapan waspada.

"Tunggu sebentar, Senpai," ujar pemuda tinggi pucat itu yang dipanggil Uchiha oleh Naruto. Dia mengambil nafas dalam-dalam seperti telah lari maraton di pagi ini.

"Kau kenapa? Seperti habis maraton pagi-pagi saja? Ada perlu apa?" Naruto heran, menaikkan sebuah alis terangnya.

Dengan sekejap postur siswa kelas X itu kembali dalam keadaan tegap meski masih nafas putus-putus tak kentara. "Aku diberi amanah oleh Kakashi-sensei untuk menyampaikannya latihan hari ini akan dimulai jam 4 sore. Aku harus berlari dari tempat uwabaki* tapi ternyata Senpai tidak mendengarku," jelas Uchiha. Naruto adalah ketua ekstra kurikuler Karate jadi wajar saja dia berhak tahu mengenai hal ini. Tetapi mengapa bukan Sensei sendiri yang menghubunginya? Mungkin Sensei sedang malas menulis pesan untukku dan menyuruh anak kelas X, Uchiha Sasuke, menyampaikan padaku, begitu pikirnya yang berdialog dan mencari jawaban sendiri.

"Ehh? Maaf sepertinya aku tidak mendengarmu karena aku sedang memakai ini," tunjuk Naruto pada earphone yang menggantung di salah satu telinganya, "Terima kasih kau sampai repot mengejarku untuk menyampaikan ini. Kenapa tidak mengabari lewat pesan saja?" lanjutnya.

"Aku belum memiliki nomer ponselmu, Senpai," jawabnya, seakan hal ini adalah jawaban terwajar yang harus diberikan.

"Kemarikan ponselmu," pinta Naruto yang dengan tanggap Sasuke memberikan ponselnya. Setelah memberikan nomer kontaknya Naruto mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. " Itu adalah nomer kontakku. Jika ada keperluan kau tinggal menghubungi nomer itu. Sudah ya, sepertinya sebentar lagi akan bel sekolah akan berbunyi," serunya sambil berlalu menuju kelasnya.

"Hn," gumam Sasuke tidak jelas, agak tidak sopan memang jika berbicara seperti ini pada seniornya namun dia rasa tidak masalah karena sudah pasti suaranya di luar bidang pendengaran Naruto.

"Hei Sasuke kenapa kau ada di area kelas XII? Ayo kita kembali ke kelas, jangan sampai telat di pelajaran Kurenai-sensei. Kau pasti tahu akibatnya jika terlambat, bukan?" seru pemuda bersurai coklat jabrik dan bertato segitiga terbalik, Kiba Inuzuka, sambil menarik lengan pemuda berkuncir yang mirip nanas. Mereka berjalan dari arah seberang Sasuke.

"Kau sendiri kenapa ada disini Inuzuka? Sepertinya Nara tidak suka kau tarik terus menerus itu," balas Sasuke sambil mengarahkan dagunya pada pemuda nanas itu, Shikamaru Nara, yang terlihat seperti tidur sambil berjalan itu.

"Ah, Shikamaru ingin sekali menemui Temari-san tapi dia minta ditemani. Sudah kubilang berulang kali Sasuke, kau bisa memanggilku Kiba! Kita ini sudah berteman sejak sekolah dasar, bukan?"

"Hn," sahut Sasuke menanggapi Kiba sambil meninggalkan kedua temannya itu tanpa diketahui oleh mereka tercetak senyum miripg di bibirnya.

"Hei, hei kau mau kemana? Tunggu! Ah kau ini, bisa tidak sih jika berjalan sendiri?" sebal Kiba pada kedua temannya, melepas lengan Shikamaru yang nangkring di pundaknya dan berlari menyusul Sasuke.

"Merepotkan," seru Shikamaru serak, seakan ini adalah kata pertama yang dia ucapkan pagi ini, kemudian berjalan santai menyusul kedua temannya.

++++++++++++++++++++++++++ page break +++++++++++++++++++++++++++++++

Tap, tap, tap, brak!

Ssuara langkah kaki memasuki dan menutup pintu toilet di lantai tiga.

"Dasar, sampai kapankah harus seperti ini?" seru seorang pemuda yang ternyata adalah Naruto. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan membuka kancing kemejanya satu persatu hingga tampaklah kaos berwarna putih yang dikenakannya di bawah seragam sekolahnya itu. Diangkatnya kaos hingga mencapai pada bagian dadanya. Terlihat plester yang melintang di dadanya, berwarna putih kontras dengan kulit coklat mataharinya.

Preek!

Dibukanya perlahan oleh Naruto plester yang terdapat di dada kirinya.

"Sepertinya akan keluar banyak, lagi," Naruto menghela nafas sambil menyentuh pelan puting di dada kirinya. Puting yang berada ditengah-tengah dada yang menyembul agak montok, pemandangan yang lazim jika itu terdapat pada dada seorang wanita namun hal yang tak biasa jika terjadi pada Naruto yang merupakan seorang pemuda.

Dirabanya lagi area di sekitar puting kecoklatan yang terasa kencang. Tampa pikir panjang Naruto memencet putingnya dan keluarlah tetes demi tetes cairan yang berwarna putih. Cairan yang keluar itu tampak mengalir deras dan memuncrat langsung menuju wastafel sedangkan cairan lain yang serupa namun keluar lambat nampak membentuk aliran dari dada menuju tubuh bagian bawah hingga merembes masuk ke celana Naruto.

Kegiatan sudah berlangsung selama kurang lebih 10 menit namun masih belum ada tanda-tanda puting tersebut untuk berhenti memuntahkan isinya. Naruto tidak heran akan hal ini karena pada saat-saat tertentu inilah terkadang dia harus "memerah" dalam jangka waktu yang lama setidaknya 15 menit.

"Yosh, sepertinya tinggal sebentar lagi," seru Naruto bersemangat karena setelah "memerah" dada kiri maka ada dada sebelah kanan akan segera dia urusi. Semakin cepat selesai semakin cepat pula aku kembali me kelas, begitu pikirnya.

Namun Tuhan nampaknya tidak mengabulkan niat baik pemuda tersebut karena tak lama kemudian pintu toilet itupun terbuka dan menampilkan seseorang yang dikenal oleh Naruto.

Ketika pemuda pendatang baru itu pun secara spontan melihat pemandangan yang ada di hadapannya. Wajah datarnya berubah kaget untuk sepersekian detik namun berhasil kembali datar. Dilihatnya salah satu senpai idolanya itu nampak melakukan hal yang tidak lazim dengan posisi tangan memencet putingnya. Aliran cairan putih tak pula luput dari perhatiannya sehingga mampu membuat salah satu alisnya terangkat.

"Aa.. Apa yang kau lakukan di sini, Uchiha?" tanya Naruto akhirnya setelah tersadar Dari kondisi kagetnya.

"Senpai sendiri sedang melakukan apa?" tanya balik pemuda yang ternyata adalah Uchiha Sasuke ini.

Masih diliputi rasa kaget Naruto hanya mampu berbicara terpatah-patah, "A.. Aku.."

Bersambung...

Glossary:

Otouto : panggilan untuk adik (laki-laki)

Uwabaki : sepatu wajib pelajar Jepang. Jadi sepatu apapun yang dipakai oleh siswa maka mereka wajib menggantinya dengan uwabaki yang khusus dibuat oleh sekolah masing-masing.

A/N : Maafkan saya, untuk kepentingan plot cerita harus terpotong disini #diinjek. Sekali lagi terima kasih sudah mau mampir di fict abal ini. Cerita masih tidak jelas? Word kurang panjang? Karakter tulisan saya aneh? Banyak typo bertebaran? Cerita masih gak jelas? Untuk kesan, kritik, dan saran bisa disalurkan lewat kolom review di bawah ini. Satu review dari pembaca adalah semangat yang berharga bagi author. Sampai jumpa di chapt berikutnya! Terima kasih.

Salam,

aurantii13

Sekilas chapt berikutnya:

"Manis," gumam Sasuke.

"Ceritanya panjang, Uchiha. Tolong rahasiakan ini dari semua orang," pinta Naruto.