Mangaka Silly Love Story
.
Disclaimer: Naruto ©Masashi Kishimoto
Rating: T+
Genre: Romance, Drama.
Pairing: SasuNaru
Warning :
Boys Love, BxB, Sho-Ai, AU, OOC, Slow plot, Typo, Boring, abal.
Well, if you don't like, don't read!
.
Have Fun!
.
Chapter 1: Meet Again?
.
.
Hot espresso mungkin memang bukan pilihan yang tepat untuk diminum pada musim panas. Tapi, sepertinya itu tidak berpengaruh kepada Sasuke yang notabene-nya adalah penikmat kopi hitam pekat dengan aroma kuat itu. Terbukti dengan secangkir gelas yang kembali dia sesap hingga sisa setengah, padahal masih ada sedikit uap yang mengepul saat cangkir kembali di letakkan pada tatakannya. Seolah mengabaikan udara panas di sekitarnya.
Sasuke melotot tidak suka pada orang didepannya. Bahkan ekspresi stoiknya mulai retak perlahan. Menampilkan kekesalan yang memuncak. Yang benar saja! Sasuke itu orang sibuk. Masih ada beberapa name* yang menunggunya. Sasuke memang tidak sedang di kejar deadline. Tapi, duduk hampir lebih dari dua puluh menit di cafe dengan seorang pria dihadapannya tanpa melakukan apa-apa. Sungguh tidak produktif.
Sedangkan Umino Iruka, pria dihadapannya dari tadi tampak gelisah. Berkali-kali dia mencoba menghubungi seseorang dengan ponselnya –seseorang yang harusnya bertanggung jawab dengan kondisi saat ini.
"U-um, ano Y-Youji-sensei?" Iruka jelas gugup saat ini, biarpun dia lebih tua dari Sasuke tapi lima bulan bekerja dengan Uchiha bungsu, cukup membuatnya paham dengan sifatnya yang keras dan arogan.
"..."
"Orang kantor bilang, dia sudah berangkat dari 30 menit yang lalu. Mungkin dia terjebak macet"
"..." masih tidak ada jawaban dari Sasuke, membuat Iruka menalan ludahnya lamat-lamat. Kami-sama! Bahkan sampai hari terakhir dia bekerja dengan Uchiha bungsu, tetap saja tidak bisa berhubungan dengan lebih baik.
Sasuke mengerling. Menatap jendela disebelahnya yang menghubungkan dengan pemandangan langsung jalanan ramai kota Tokyo. Sekilas, onixnya memicing saat menangkap seorang pemuda tengah berlari tergesa-tega menuju cafe tempatnya. Hingga beberapa detik setelahnya, suara cempreng seseorang mengganggu gendang telinganya.
"Go-Gomenasai! Hosh hosh." Seru sang pemuda sambil menundukkan badan 90derajat. Napasnya bahkan masih ngos-ngosan.
"Uzumaki-san, kau." Desis Iruka hampir kalap. "Kau terlambat 20 menit. Kau tau?!" Iruka melotot menatap sang pemuda yang saat ini mengambil posisi duduk di sebelahnya. Sedang, sang pemuda malah nyengir lebar. Mengakibatkan dirinya mendapatkan tamparan sayang di kepala hingga membuatnya memekik "aww" sebelum mengusap bekas pukulan itu.
Sasuke memperhatikan sang pemuda yang baru datang dalam diam. Pemuda dengan rambut blonde berantakan, 'dan apa itu dikepalanya? Apa dia mengikat poni rambutnya? Dan apa-apaan dengan tali rambut warna pink itu? aku lebih suka warna biru tau!' batinnya, tidak nyambung. Kulit pemuda itu berwarna tan, tingginya tidak lebih dari Sasuke, dan wajahnya? Sasuke akui, dia cukup tampan jika tidak kelewat manis. Entah karena alasan apa, sosok itu terasa familiar dimata Sasuke. Apalagi iris sebiru langitnya. Benar-benar tidak asing.
Menyadari sesuatu. Sasuke mengerutkan keningnya. Efek heran sekaligus kesal. Pemuda itu seolah menghinanya. Mengajak perang secara terang-terangan. Tidak puas membuatnya menunggu, dia bahkan mengenakan pakaian yang tidak pantas dilihat? Oh, dammit! Gembel dari mana sebenarnya yang sedang berada dihadapannya ini? Bagaimana bisa dia mengenakan kaos tanpa lengan hanya dipadukan dengan jaket oranye norak yang dipakai asal-asalan. Jaket dibahu kirinya bahkan melorot, menampilkan bahu dengan sedikit otot atau mungkin tidak ada sama sekali. Dia juga mengenakan celana jeans balel yang tampak kucel. Jangan lupakan pula keringat yang merembes dijaketnya.
"Ssttt... !" konsentrasi Sasuke buyar. Ekor matanya melirik Iruka yang sedang mengisaratkan sesuatu pada pemuda itu. Jarinya menunjuk-nunjuk kepalanya sendiri.
"Ah, maaf. Tadi aku buru-buru kesini." pemuda yang dipanggil Uzumaki tadi kembali nyengir, tangannya menarik tali rambut pada poninya, membiarkan poninya turun hingga ujungnya mulai mengusik mata. Hampir menutupinya, jika tidak segera dia posisikan ke bagian kanan. Pemuda itu juga membenarkan jaketnya seraya tangan kanannya meraih tissu untuk mengelap keringat di dahinya. Belum sekalipun melirik orang yang tengah memperhatikan interaksi antara dirinya dan Iruka.
"Che, kau yakin dia seorang pro, Iruka-san?" sebelah alis Sasuke terangkat. Nada bicaranya terdengar mengejek.
"Tentu Youji-sensei. Meski penampilannya meragukan, tapi dia sangat profesional dalam bidangnya. Dia kohai saya. Salah satu editor terbaik yang berada didepartemen kami. Anda tidak perlu khawatir."
"Ah, saya benar-benar minta maaf karn-" Ucapan pemuda Uzumaki terhenti tepat saat matanya menangkap siapa sosok orang yang akan ditemuinya. Matanya membelalak kaget, iris birunya melebar. Mati! Dia akan mati sekarang! Oh, sekarang dia sadar betapa Kami-sama sangat membencinya. Apa kebaikannya selama ini belum cukup untuk ditukarkan dengan satu koin keberuntungan? Di depannya, shinigami sedang duduk dengan gestur angkuh. Lebih angkuh dari yang pernah dia ingat. Dia berdoa dalam hati, merapal semua mantra yang diingatnya. "K-Karena sudah membuat Youji-sensei menunggu lama." Sang pemuda kembali menudukkan kepala. Meminta maaf untuk kesekian kalinya. Sekaligus mencoba meredam gugup yang menyerangnya telak.
"Hn, dobe."
"Apaa?! Teme!" Satu kata, dan kegugupannya terlupakan diambil alih kekesalan. "Aku kan sudah minta maaf! Lagian kan bukan salahku kalau jalanan macet, dan kau tidak perlu khawatir. Hal seperti ini bukanlah kebiasaanku, aku selalu bersikap profesional dalam pekerjaan." Sepertinya pemuda itu tidak terima dengan ucapan kasar yang ditujukan untuknya. Lagi pula kan memang bukan salahnya kalau macet?
"Kau sebut perilakumu itu profesional? Hn, kau bahkan baru saja membentakku." Balas Sasuke. Bibirnya menyeringai senang, semakin mengejek orang didepannya.
"Naruto!" geram Iruka, kembali melemparkan pelototan sadis kepada Uzumaki. Dia berdehem pelan, mencoba mengambil perhatian dua pemuda yang dalam suasana buruk itu. "Youji-sensei, perkenalkan dia Uzumaki Naruto. Mulai saat ini, dialah yang akan menggantikan posisi saya sebagai editor anda. Naruto, dia adalah Furakawa Youji-sensei. Mangaka yang akan menjadi salah satu tanggung jawabmu mulai saat ini." Jelasnya, sembari memperkenalkan keduanya.
"Uzumaki Naruto. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik kedepannya. Mohon bimbingannya, Youji-sensei." Naruto berusaha kembali bersikap sopan. Setidaknya masih ada beberapa hari yang akan melebihi neraka sedang menunggunya.
"Hn."
Iruka menatap dua pemuda itu bergantian, setelahnya dia menghela napas. Ahh. Sepertinya editor yang satu ini juga tidak akan bertahan lama. Lihat saja aura permusuhan mereka saat ini. Iruka bahkan berani bertaruh, Naruto tidak akan bertahan untuk sebulan –waktu yang biasanya menjadi patokan kerja rata-rata editor Sasuke. Seminggu saja, malah sudah sangat bagus. Lupakan jika Naruto memiliki nama belakang pekerja keras yang pantang menyerah.
Tapi mungkin Iruka tidak menyadarinya, bahwa setidaknya Sasuke merespon orang yang baru saja resmi menjadi editor barunya meski hanya dalam bentuk ejekan.
Naruto memicingkan mata. Memperhatikan dengan seksama.
Orang itu...
Orang yang Iruka bilang adalah Furakawa Youji memang orang itu, Uchiha Sasuke. Ya. Uchiha Sasuke yang dingin, arogan, keras kepala, memandang tinggi harga dirinya, dan menganggap cinta adalah perasaan konyol remaja labil.
Ingin rasanya Naruto tergelak saat ini juga. Dia membawa gelas berisi latte yang telah dipesannya menuju bibirnya, menyesap rasa manis bercampur pahit. Menutupi bibirnya yang tengah berkedut hebat karna menahan tawa dari pandangan orang didepannya.
Uchiha Sasuke yang tidak pernah jatuh cinta di masa remajanya dulu, sekarang menjadi seorang mangaka, atau lebih tepatnya shoujo mangaka.
.
.
.
.
Naruto kembali mengorek telinga dengan jari kelingking untuk yang kesekian kalinya. Ini sudah bermenit-menit lamanya sejak mereka menyelesaikan acara penyerahan tanggung jawab terhadap seorang mangaka dari editor lama kepada editor baru, dan sesampainya dikantor, Iruka masih saja mengoceh menceramahi Naruto dengan kejamnya.
Berkat itulah Naruto paham, bahwa Uchiha Sasuke atau di dalam dunianya di kenal dengan nama Furakawa Youji atau Youji-sensei memiliki reputasi buruk dengan sederet editor profesional. Tidak pernah ada editor yang bisa bertahan lama bekerja dengan Sasuke. Alasannya, kebanyakan dari mereka tidak tahan dengan sifat Sasuke yang lebih sering menganggap mereka boneka dengan tali kekang, mereka tidak diijinkan memberi masukan. sekalinya mencoba memberi ide, mereka hanya dianggap sampah tidak berbobot, seringkali membuat mereka down. Seorang Pro yang dianggap amatir tentu mengusik harga diri mereka. Normalnya mereka hanya akan bekerja sampai sebulan sebelum dipecat atau untuk yang memiliki beberapa keberuntungan hanya akan di transfer ke departemen lain. Bahkan dalam setahun dia bisa berganti puluhan editor. Semua itu dapat dilakukan dengan mudah oleh Youji-sensei, karna keluarganya telah membeli 60persen saham milik kantornya.
Iruka, merupakan satu dari sedikit orang yang beruntung. Berkat kesabarannya menghadapi ego Uchiha bungsu dia dapat bertahan hingga 5 bulan. Rekor terlama. Sebenarnya, alasan Iruka diganti karena Youji-sensei bilang dia mulai bosan dan ingin editor baru, editor muda yang masih fresh dan bisa membantunya mendapatkan ide-ide baru yang menyegarkan. Dimana hal itu tidak dapat dilakukan Iruka, karna pola pikirnya yang di anggap tidak akan bisa memahami hal tersebut, oleh Youji-sensei. Jadilah Naruto yang diserahkan tugas itu, dia bahkan harus melepas beberapa mangaka yang menjadi tanggung jawab sebelumnya.
Jika bukan karena omelan Iruka tentang Youji-sensei, tentu Naruto tidak akan pernah mengetahui gosip murahan ini -setidaknya itulah yang dipikirkan Naruto. Naruto tidak akan tau tentang reputasi buruk salah seorang mangaka pro dan sedikit campur tangan kekuasaan yang bertindak semena-mena -selama ini dia memang hanya fokus pada pekerjaan yang diberikan padanya. Terlepas dari sebagus apa semua manga yang dibuat sang mangaka. Naruto bahkan tidak berhenti berdecak kagum saat melihat manga buatan Youji-sensei. Sungguh, sangat ahli. Gambar dan ceritanya, tanpa cela. Menarik. Benar-benar misteri yang mengagumkan. Bagaimana bisa si Uchiha bungsu itu membuat cerita yang penuh dengan perasaan cinta ?
"Kau harusnya bersikap lebih sopan kepada Youji-sensei. Kau tau kan, dia siapa? Dia itu bisa menentukan masa depan karirmu. Meski sekarang kau sudah menjadi editor pro, tapi jika kau membuat masalah dengannya, kau bisa saja kehilangan title pro dibelakang namamu. kau dengar, Naruto?!" Iruka semakin gusar saat melihat Naruto yang tampak tidak peduli. Hanya manggut-manggut tidak niat.
Iruka benar-benar khawatir terhadap Naruto. Iruka memang salah satu dari segelintir orang yang peduli pada bocah blonde itu. Jika bukan karna Iruka, Naruto tidak akan menjadi seperti sekarang. Mungkin dia masih akan menjadi amatiran payah tidak berguna. Dia memang tidak terlalu pandai –bukan berarti dia bodoh, hanya sedikit lemot mungkin.
Satu-satunya keahliannya adalah membaca manga bergenre shoujo, dan nilai akademiknya di bidang sastra. Bermodalkan selembar ijazah SMA serta sedikit bantuan Iruka, dia bisa bekerja dengan layak sekarang. Mungkin semuanya tidak akan berhasil jika bukan berkat kerja keras dan sifat pantang menyerah yang dimilikinya. Meski harus merelakan masa mudanya dengan bekerja tiap hari siang-malam, dia tidak menyesal. Awalnya bahkan dia harus bekerja seperti orang gila agar diakui.
Tiga tahun lalu adalah tahun terberat selama hidupnya, dia bahkan tidak lagi berani bermimpi saat itu. Hidupnya hancur. Uluran tangan Iruka menjadi satu-satunya penyelamat hidupnya. Karena itulah dia menganggap iruka sebagai pamannya, bagian dari apa yang di sebut keluarga. Padahal dulu, dulu sekali. Iruka hanyalah anak dari salah satu butlernya.
"-ruto, Naruto ! Kau dengar tidak ?!" Iruka sadar Naruto terlalu larut dalam pikirannya sendiri. Tapi anak bebal itu memang harus sering-sering diperingatkan olehnya -agar tidak menjadi semakin parah.
"Oi, jii-san..." Naruto tampak merengut, dengan gurat kening yang menumpuk.
"Apa?"
"..." tidak ada jawaban. Naruto hanya menatap kearahnya, tapi pandangannya kosong.
"Sasuke..."
"Kenapa paman tidak bilang kalau dia adalah Uchiha Sasuke?" Sebenarnya ada banyak tanda tanya di otak Naruto saat ini. Tanya yang tidak dapat dijawab oleh sistem otaknya.
Kenapa disaat dia mulai berdamai dengan dunianya?
Kenapa disaat dia melupakan masa lalunya?
Dari sekian orang, kenapa harus orang itu?
Kenapa Sasuke harus memilih menjadi mangaka? Dia kan jenius?
Kenapa dari sekian genre, harus shoujo? Dia kan apatis terhadap cinta?
Dan kenapa dari sekian pekerjaan Naruto harus menjadi editor shoujo manga ?
Iruka menggaruk keningnya. Bingung, sebelum menjawab "huh?" dengan tampang kelewat tolol menurut Naruto.
.
.
.
.
Bukan Uchiha Sasuke dan mangaka yang berada dalam satu kalimat yang menjadi masalahnya. Memang masih bisa dimaklumi jika genre yang dia buat adalah shounen dengan variasi genre sci-fi, battle, thriller, psikologi atau horror sekalipun.
Tapi shoujo ?
shoujo, mangaka, dan Uchiha Sasuke, sungguh kesalahan dalam pengetikan.
Bungsu Uchiha, lelaki dingin yang apatis dengan cinta membuat cerita shoujo? Cerita dengan background blink-blink dimana-mana, penuh dengan gadis remaja labil, mata berbinar berbentuk love, dan penjelasan menggelikan lainnya.
Sasuke memang mutlak jenius. Dia bisa melakukan apa saja. Memiliki bakat apa saja yang diinginkannya -membuat banyak orang mengerling iri kepadanya. Terlebih, tidak ada yang meragukan hal itu. Baik keluarga, sahabat, ataupun seluruh penduduk Jepang yang mengenal namanya sebagai anak dari salah satu konglomerat dengan kekayaan melebihi politisi Jepang. Semua orang memang mengenalnya, mengenal sebagai salah satu penerus Uchiha Group.
Tapi hanya beberapa orang yang mengenalnya sebagai Furakawa Youji –pen name-nya, atau sebagai Youji-sensei, shoujo mangaka profesional dengan puluhan seri yang telah dipublikasikan dan selalu menjadi langganan best seller. Karya pertamanya berjudul, Winter Love. Menceritakan tentang kisah cinta dua remaja yang berakhir sedih. Manga pertama yang langsung membawanya ke dunia pro. Bahkan sampai sekarangpun, manganya masih di cetak ulang karna banyaknya permintaan pasar. Padahal itu adalah komiknya 3 tahun lalu.
Sasuke memang menyembunyikan identitasnya sebagai mangaka. Baginya, itu adalah hobi kecil yang tidak perlu diketahui orang lain. Bahkan fansnya juga tidak tau seperti apa wajahnya. Dia memang selalu menggunakan masker dan jaket bertudung untuk menutupi identitasnya, disetiap acara fans sigh atau sebagainya.
Satu hal lagi, tidak ada yang tau apa sebenarnya alasan Sasuke menjadi mangaka. Bahkan Itachi, yang notabene-nya adalah kakak kesayangan dan panutan Sasuke.
Sasuke melempar remot ke sudut sofa yang didudukinya. Membiarkan televisi menjadi pengisi suara ruang apartemennya. Pikirannya kembali mengingat pertemuan beberapa menit yang lalu. Dia merasa tertarik kepada pemuda bernama Uzumaki Naruto itu. Bukan. Bukan tertarik dalam artian jatuh cinta, karna dia bukan penganut cinta pada pandangan pertama -sekalipun dia pernah menuliskan kisah menggelikan itu di salah satu manganya. Oh, dan Sasuke straight, catat itu baik-baik. Sasuke hanya merasa familiar dengan pemuda itu. Mengingatkannya pada seseorang di masa lalunya.
Naruto...
Bahkan nama mereka sama. Hanya marga saja yang berbeda, Uzumaki dan Namikaze.
Rambut blonde Naruto itu juga sama dengan warna rambut Narutonya. Ah, tunggu! Apa Sasuke baru saja menggabungkan suffix-nya pada nama Naruto? Maka, lupakan.
Iris sebiru langit mereka juga, tidak ada cela sama sekali. Sasuke yakin itu adalah iris mata yang sama, yang selalu dia lirik lewat sudut matanya secara diam-diam dulu.
Warna kulit mereka bahkan hampir sama.
Dan senyuman itu...
Senyum yang menurut Sasuke kelewat lebar, tapi selalu sukses membuatnya kelabakan. Mereka berdua, entah kenapa memiliki senyuman yang sama dimatanya.
Tapi ada satu hal yang sangat menggangu Sasuke. Jika saja bukan karna hal itu, tentu Sasuke akan sangat yakin bahwa Naruto yang baru ditemuinya adalah Naruto yang sama dengan Narutonya yang dulu.
Persetan dengan nama marga, karena memang bukan itu yang mengganggunya. Melainkan hal yang lebih penting. Sangat krusial, dan itu sukses membuatnya mengerang kesal saat ini. Terlalu pusing dengan pikirannya sendiri.
Uzumaki Naruto yang ditemuinya adalah seorang pria,
Sedangkan Namikaze Naruto-nya adalah...
seorang wanita...
.
.
TBC
.
.
*name : Storyboard atau naskah awal manga, masih berupa sketsa awal.
Shoujo : Manga/ komik cewek.
Shounen : Manga/ komik cowok.
Hei heii! Hallo minnaa~~
Jadi bagaimana? sebelum fanfic ini aku lanjut, aku harap kalian berbaik hati untuk review. karna kalo tidak, terima kasih. fanficnya aku hentikan sampai sini. hhaha~
Ahh, btw aku author baru. Makanya masi butuh banyak dukungan. Sebenarnya aku penikmat berat fanfic -beberapa pairing doang, salah satunya HaeHyuk dan SasuNaruSasu. Entah kemasukan setan apa, aku jadi pengen nulis fanfic. hhaha~~
Masalah tipo dan diksi mohon dimaklumi, aku uda ngg nyentuh dunia beginian sejak lulus SMA. Jadi tolong masukannya ajaa.
So, kalo ngg keberatan mohon . .
Sigh,
RinHyuk.
