.
"Ayolah Sakura-chan~ Kali ini saja, aku janji!" rengek Naruto membujuk Sakura yang masih menolak. Kokoh dengan pendiriannya.
"Kau tidak asik, Sakura! Kalau begitu kami tidak mau lagi menjadi temanmu!" ujar Ino setelah Sakura menggeleng.
"Ah… kalian ini benar-benar!" Sakura berdiri menatap Ino yang langsung membuang muka, tak mau menatap Sakura. Ia menjambak rambutnya frustasi. "Ba-baiklah, tapi ingat kali ini saja! Tidak ada yang kedua kalinya. Aku tidak suka tempat seperti itu."
Seketika Naruto, Ino, dan Sai menatap Sakura penuh binar. Senyum kemenangan tercetak di bibir ketiganya. Mereka sama sekali tidak menyangka dari sekian banyak mereka membujuk gadis bermata emerald itu, rayuan 'kalau begitu kami tidak mau lagi menjadi temanmu' akan berhasil membuat Sakura ikut mereka ke club. Kemudian Naruto mencubit pipi putih milik Sakura dengan gemas.
"Baiklah, kalau begitu sampai bertemu jam 10 malam dattebayo!"
.
DEVILISH PRINCE
Disclaimer – Masashi Kishimoto
Warning: Alternate Universe, Out Of Character, Lil Bit Hurt, Don't Like Don't Read, 17+
Jika Anda tidak menyukai jenis cerita ini atau alur yang Saya buat atau bahkan pairing yang Saya pilih, silahkan tinggalkan halaman ini sekarang juga. Saya tidak pernah memaksa Anda untuk membacanya lalu meninggalkan review yang tidak menyenangkan di akhir. Saya pikir Anda cukup pintar untuk memahami arti DLDR. Lalu, jangan langsung mengambil kesimpulan sendiri di setiap chapter. Ikuti saja jalan ceritanya.
[PROLOG] Chapter 1: That Night.
.
"Hahh.. hahh.. gomenasai, aku terlambat." Sakura datang dengan terengah-engah, menumpukan kedua tangannya di lutut seraya menghadap ke arah mobil Sai yang jendelanya terbuka. Pintu belakang mobil seketika terbuka dan keluarlah Ino yang langsung menarik Sakura masuk ke mobil.
"Alasan apa yang kau gunakan hingga kau bisa keluar?" Sai menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu dan menuju club malam tujuan mereka.
"Kau pikir apa lagi kalau dia membawa ransel ini? Tentu saja tugas penting sehingga harus menginap akan sangat ampuh untuk mengelabui penghuni rumahnya." Ino mengangkat ransel Sakura yang langsung ditarik kembali oleh sang pemilik.
"Dan.. apa itu? Kau mau ke club atau pajama party?" Naruto yang duduk di jok depan sebelah Sai membalikkan tubuhnya, menatap Sakura dan mengomentari pakaiannya. Sakura sendiri hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Kau pikir aku suka tempat seperti itu hingga aku tau pakaian apa yang pantas aku gunakan ke tempat seperti itu?!" Sakura membuang muka ke arah luar jendela, tak mau menatap sahabat-sahabatnya itu.
Naruto menatap Ino lalu tersenyum sebelum ia memberikan sebuah paper bag pada Ino. Ino pun menyodorkan paper bag itu ke arah Sakura dan langsung di sambut dengan kerutan bingung di dahi gadis tersebut.
"Pakai itu. Aku sudah menduga hal ini akan terjadi." ujar Naruto.
Sakura melihat paper bag dan Ino yang sedang tersenyum secara bergantian sebelum mengambil lalu membuka paper bag itu. Setelah Naruto kembali menghadap ke depan, Sakura mulai melucuti pakaian yang ia kenakan dengan dress hitam mini dalam paper bag itu tanpa merasa khawatir teman-temannya melihatnya hanya mengenakan pakaian dalam di mobil. Melihat aksi Sakura, Ino segera setengah berdiri di antara dua jok depan.
"Sakura, kau ini! Kau juga Sai! Tutup matamu!" seru Ino sembari menutup mata Sai dengan tangannya namun segera disingkirkan oleh pemilik mata itu.
"Kalau aku menutup mata, bagaimana aku bisa melihat jalan? Kau ingin kita menabrak?"
"Kalau begitu jangan mengintip Sakura!" Ino menatap wajah Sai, memastikan pemuda berkulit pucat itu tak akan coba-coba mencuri pandang ke arah Sakura.
"Tidak akan. Aku hanya akan mengintipmu."
"Ap-apa kau bilang?"
"Sudahlah Ino, aku sudah selesai. Lagipula mereka berdua tidak akan mungkin berani mengintipku." ujar Sakura yang kini telah selesai mengganti bajunya. Ino pun kembali duduk di sebelah Sakura.
"Ah, iya juga. Kau ini kan–"
"Apa?!" Sakura memotong perkataan Ino seraya memelototinya tajam.
"Tidak jadi. Dasar dahi lebar!"
"Ino babi!"
"Wow wow~ kau terlihat berbeda sekali, Sakura-chan! Sangat cantik!" Naruto tiba-tiba saja ikut bergabung dalam obrolan –yang sebentar lagi akan menjadi pertengkaran– Sakura dan Ino tanpa diundang. Tentu saja untuk melerai, tetapi ia memujinya tulus.
"Biasa saja!" elak Sakura berusaha tak acuh.
"Benar, Sakura. Hanya kurang sedikit lagi. Tenang saja, aku akan menyempurnakan penampilanmu." ujar Ino seraya mengambil beberapa alat make up dari tasnya lalu mulai bermain di wajah Sakura.
.
Akhirnya keempat orang itu telah tiba di salah satu club di Konoha, Maja club. Naruto, Ino dan Sai tanpa ragu langsung melesat masuk ke club itu, sedangkan Sakura masih berdiri di depan club, menyaksikan serentetan manusia yang lalu lalang di hadapannya. Sesekali ia menunduk, mengamati gaun hitam pendek dan ketat yang menyelimuti tubuhnya. Ia merasa sangat tidak nyaman mengenakan pakaian itu. Sebenarnya ini pakaian apa handuk?!
Puk..
Sakura menoleh ke arah dimana ia merasa seseorang telah menepuk bahunya. Matanya langsung melebar saat dilihatnya seorang pemuda dengan sepasang mata hitam legam tengah menatapnya dengan senyum yang sangat memikat di wajahnya.
Sakura menatap pemuda itu sejenak. Pemuda itu mengenakan jeans dan kemeja hitam yang sangat pas ditubuhnya. Lengan kemejanya di lipat sampai siku, memperlihatkan sebagian dari tangan kekarnya. Dia juga memiliki rahang yang tajam dan kuat. Apakah orang bisa setampan ini? Sakura tidak pernah tau ini bisa terjadi. Dan, oh! Jangan lupakan rambut raven yang terlihat sedikit acak-acakan membingkai paras tampannya itu. Membuat Sakura tanpa sadar menelan salivanya karna merasa penampilan pemuda di hadapannya itu terlihat… lezat?
"Kenapa diam saja? Kau tidak masuk?" ucap pemuda itu membuyarkan lamunan Sakura.
"E-eh? Ah.. tentu saja, aku akan masuk." Sakura tersenyum manis lalu berjalan memasuki club itu bersama dengan pemuda yang tadi menepuk bahunya.
Hingar-bingar suara musik memekakkan telinga dan juga sinar lampu berbagai warna yang diatur temaram menyambutnya. Dan untuk pertama kalinya ia memasuki club, shock adalah kata yang tepat mendeskripsikan perasaanya. Lihatlah, tidak ada yang tau malu di tempat ini. Bahkan di sebelahnya terdapat sepasang kekasih sesama jenis tengah bercumbu dengan panasnya dan tak mempedulikan orang di sekitar mereka. Hih!
Sakura menoleh ke tempat pemuda tadi, namun ia tak menemukan pemuda itu disana. Entah kenapa Sakura merasa kecewa pemuda itu sudah pergi.
"Sakura!"
Sakura menoleh melihat seseorang meneriaki namanya di tengah alunan musik yang sangat keras memasuki gendang telinga siapa saja yang berada di sana itu. Ia segera berjalan –karena high heels yang ia kenakan tak memungkinkannya untuk berlari– menghampiri orang itu yang ternyata adalah Ino.
"Kemana saja kau, dattebayo?" tanya Naruto saat Sakura telah sampai di hadapannya.
"Apa itu?" Sakura malah balik bertanya seraya menunjuk sebuah botol coklat yang ada di atas meja.
"Vodka. Kau mau mencobanya?" Naruto menuangkan minuman itu ke sebuah gelas lalu menyodorkannya kepada Sakura. Sakura hanya mengamati minuman itu lalu mengambilnya setelah teman-temannya menatap penuh keyakinan padanya. Ia baru saja akan meneguk minuman itu tetapi seorang pemuda tiba-tiba mengintrupsinya.
"Hei.." sapa pemuda itu yang langsung duduk di sebelah Naruto dan berhighfive dengan Sai. Sakura mengernyit heran dan mulai bertanya-tanya dalam hatinya. Pemuda ini siapa?
"Sakura, kenalkan. Ini Neji." Seakan membaca pikiran Sakura, Naruto segera memperkenalkan pemuda itu padanya. Sakura mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.
Sesudah itu, Sakura kembali melihat gelas yang ia pegang dan perlahan mendekatkan gelas itu di bibirnya. Baru saja lidahnya menyentuh minuman yang di namakan vodka itu, Sakura langsung menjauhkan gelas itu dari bibirnya dan memasang raut aneh pada mukanya. Ia merasa minuman itu terlalu aneh di pengecapannya. Sai dan Ino langsung tertawa, sedangkan Naruto dan pemuda bernama Neji itu entah kemana, Sakura tidak peduli.
"A-AYO! NIGHT EVERYBODY. AKU TAK SUKA BERBASA-BASI, JADI LANGSUNG SAJA KARNA DJ FAVORIT KALIAN SUDAH ADA DISINI. KU HARAP KALIAN BISA BERSENANG-SENANG DENGAN ATRAKSINYA." seseorang di atas panggung berteriak menggunakan microfone yang membuat suasana club yang memang sudah ribut jadi menggila. Entah akan ada atraksi apa disana, yang jelas semua orang langsung turun ke lantai dansa. Bahkan Sai dan Ino pun ikut-ikutan menarik Sakura.
"Ada apa ini?" Sakura terheran-heran seraya meronta dari tarikan Ino.
"Kau pasti akan menyukainya! Setiap lagu yang dia mainkan dan atraksi yang ia tunjukan sangat keren, kau harus melihatnya!" seru Ino berbinar tanpa melihat lawan bicaranya. Ia sibuk melihat ke arah depan panggung.
"Siapa?" tanya Sakura masih terlihat heran dan bingung.
"Nah.. itu dia!"
Sakura melihat ke arah panggung dan mendapati seorang pemuda tampan yang dilihatnya di luar club tadi. Astaga.. apa yang dimaksud Ino adalah pemuda itu? Jadi dia seorang DJ? Wow!
Kemudian, host yang tadi sempat berteriak itu turun dari panggung lalu disusul sang DJ yang menggerakan jari-jarinya seperti mengisyaratkan sesuatu dan langsung mendapat teriakan histeris dari para pengunjung. DJ itu pun berjalan ke arah alat-alat DJnya.
"Kali ini dia menggunakan Sctrach Mixer. Aku rasa dia benar-benar ingin menunjukkan skillnya." seruan Sai membuat Sakura menoleh padanya.
"Yah.. mungkin. Tapi sepertinya dia juga ingin pamer alat barunya." kali ini seorang pemuda yang tak dikenal Sakura ikut menyahuti ucapan Sai.
"WOAH! Kontroler DDJ-SX?! SUGOI! Aku tak percaya dia memilikinya!" Entah apa yang dimaksud Sai, Sakura tidak mengerti.
Dilihatnya sang DJ mengangkat sebuah alat berbentuk persegi panjang yang terlihat berat dan meletakannya di atas sebuah meja kosong. Lalu ia memasang kabel berbagai macam warna sebelum mengenakan headphone di lehernya. Setelah dirasa selesai, sang DJ kembali menggerakan jarinya dan teriakan histeris pengunjung makin membludak. Tak lama kemudian alunan musik pelan dan halus mulai terdengar sebelum suara radio rusak –menurut Sakura tentu saja– yang menyuarakan seperti didi.. dijay odult attack dan seketika alunan musik itu tiba-tiba berubah menjadi beat dengan tempo cepat yang membuat para monster lantai beraksi.
Sakura linglung. Di sekitarnya, orang-orang mulai menjadi gila. Mereka meliuk-liukan tubuh mereka dari yang asalnya teratur hingga bergerak tak jelas persis seperti orang gila. Sakura mengedarkan pandangannya, mencari Ino yang tadi berada di sampingnya dan kini entah kemana. Ia pun menoleh ke tempat Sai tadi berdiri dan dia menemukan gadis berambut pirang itu juga disana.
Sakura pun memilih mencari cara keluar dari kerumunan itu dengan menyisipkan tubuh kecilnya diantara orang-orang yang masih sibuk menggerakan tubuh mereka tak karuan. Ia berusaha tak acuh dengan beberapa orang yang tiba-tiba saja menggodanya dan tetap terus berjalan mencari jalan keluar hingga ia akhirnya menemukan cela dari kerumunan itu lalu keluar dari sana. Sakura menarik nafas lega.
Ia menoleh ke kiri dan saat menoleh ke kanan, Sakura baru sadar kalau ia berada di dekat panggung karna ia dapat melihat sang DJ sedang beraksi lebih dekat. Sakura memicingkan matanya agar penglihatannya tampak lebih jelas di antara lampu ber-watt rendah yang bertabur di ruangan itu, dan sekarang Sakura paham dengan atraksi yang dimaksud host tadi. Yang dimaksud adalah mungkin caranya melakukan beat & clap, speed hunting, cut mixing dengan gerakan dance tangan atau tutting dan sedikit popping dengan tubuh bagian atasnya. Keren, Sakura akui itu.
Sakura terus melihat atraksi sang DJ hingga tak ada yang menyangka kalau DJ itu tiba-tiba menoleh dan menatapnya. Sakura terkejut bukan main dan kini ia lebih terkejut lagi saat DJ itu tersenyum padanya. Oh… Sakura benar-benar ingin terbang sekarang. DJ itu benar-benar sangat keren dan tampan!
Merasa lelah karena sedari tadi ia hanya berdiri dan mematung, Sakura beranjak dari tempatnya lalu duduk di sebuah bar. Bartender yang awalnya tengah asik sendiri dengan atraksinya menuang minuman, memutar-mutar botol dan melempar gelas aluminum itu terintrupsi tat kala Sakura duduk disana. Bartender itu menghentikan atraksinya lalu mengamati Sakura.
"Aku belum pernah melihatmu. Kau baru disini?" Sakura menjawabnya dengan tersenyum dan mengangguk. "Kau ingin sesuatu?" tambah bartender itu seraya menyusun gelas dengan menyisipkannya ke langit-langit meja.
"Ah tidak, terimakasih."
"Kenapa kau tidak ikut berdansa?" tanya bartender itu lagi.
"Ummm.. aku hanya sedikit lelah." jawabnya bohong. Berdansa katanya? Yang ia tau, itu tadi bukanlah gerakan dansa. Gerakan dansa jauh lebih baik daripada itu!
"Tapi, DJ itu benar-benar keren bukan?"
"Eh?" Seketika raut wajahnya berubah, tertarik dengan apa yang baru saja dibicarakan bartender tadi.
"Ya, dia adalah–"
"Hai."
Bartender tadi menghentikan kalimatnya karna seseorang tiba-tiba saja duduk di samping Sakura. Sakura sangat terkejut mendapati sang DJ yang sebelumnya berada di panggung kini duduk di sebelahnya. Tapi kenapa lagunya tetap berjalan?
Sakura menoleh kearah panggung dan menemukan pemuda yang baru saja dikenalnya tadi, yaitu Neji, menggantikan posisi DJ itu.
"Kenapa kau tidak ikut menari?" Sakura melihat sang DJ meminum cairan berwarna gelap yang baru saja di tuang oleh bartender tadi setelah berucap.
"A-aku tidak suka berada disini." jawab Sakura. Entah kenapa di hadapan pemuda ini rasanya ia tidak bisa berbohong, tak seperti saat menjawab pertanyaan bartender tadi.
"Kenapa?" DJ itu memainkan jemarinya pada gelas wine. Suaranya datar sekali.
"Telingaku sakit. Disini terlalu berisik."
"Kau tidak suka tempat berisik?"
"Bukan begitu. Hanya saja, musiknya terlalu keras."
DJ itu turun dari kursinya dan kembali menatap Sakura. "Kau mau ke tempat yang tidak berisik?"
"Ada? Dimana?" DJ itu tersenyum dan langsung menarik tangan Sakura, membawanya menuju suatu tempat yang berada dilantai dua.
.
"Kenapa kita kesini?"
"Bukankah kau bilang ingin ke tempat yang tidak berisik?"
"Yeah… tapi kenapa disini?"
"Memangnya kenapa? Disini cukup tenang." sang DJ merebahkan tubuhnya di atas ranjang, sementara Sakura masih berdiri membelakangi pintu yang terkunci. DJ itu pun bangkit dan duduk di atas ranjang menghadap Sakura. "Kenapa kau diam disitu? Kemarilah."
DJ itu menepuk tempat kosong di sebelahnya –karena memang ranjang itu cukup besar–. Sakura sedikit ragu untuk melakukan permintaan sang DJ yang menyuruhnya duduk disampingnya.
"Kenapa?" tanya DJ itu. Sakura tak menjawab. "Kau takut?"
Astaga, pertanyaan gila macam apa itu? Jelas sekali Sakura takut saat ini. Bukan apa, tapi.. hei! Ini tempat yang tertutup, sunyi, dan hanya ada mereka berdua disana. Apalagi Sakura tidak tau siapa pemuda yang bersamanya itu selain profesinya sebagai DJ.
"Tidak." akhirnya hanya kata itulah yang bisa keluar dari bibirnya.
"Kalau begitu, kemarilah. Aku tidak akan memakanmu."
Perlahan, Sakura berjalan mendekati DJ itu dan duduk di pinggir ranjang. Sang DJ tersenyum lalu mengacak rambut Sakura yang membuat gadis itu menunduk, menyembunyikan guratan merah yang tiba-tiba saja muncul di kedua pipinya.
"Kau takut denganku?" tanya DJ itu seraya mengusap rambut Sakura perlahan, membuat gadis itu sedikit kikuk.
"T-tidak." Sakura menggeleng pelan.
"Tapi kau terlihat seperti itu." Sakura menunduk lebih dalam. Tak tau harus berkata apa lagi karena semua yang diucapkan DJ itu memang benar adanya.
Sakura menatap pemuda di hadapannya ketika DJ itu menyentuh dagunya dan mengangkat wajahnya. Jujur saja, Sakura sangat mengagumi kesempurnaan sang DJ. Lihatlah bentuk wajahnya yang sangat mempesona itu. Sakura jamin, siapapun tak akan bisa menolak pesona DJ itu. Termasuk juga dia.. yang wajahnya sudah semerah kepiting rebus karna sang DJ terus menatapnya.
"Kau sangat cantik. Panggil dan namai aku sesuka hatimu."
.
"Aahhh… eengh… "
Sakura terus mendesah dan mencengkram Sasuke kuat-kuat. Melampiaskan rasa nikmat yang di berikan oleh DJ itu tat kala hujatan-hujatan kasar menumbuk titik kejut di bagian bawah tubuhnya. Matanya tertutup rapat setelah mengeluarkan beberapa bulir bening beberapa puluh menit yang lalu dengan alis yang bertaut dan keringat yang membanjiri tubuhnya karena aktifitas yang entah sejak kapan mereka memulainya. Sakura tidak percaya, ia melakukan hal pertamanya ini dengan seseorang yang baru saja di temuinya dua jam yang lalu.
"Aaahh, mmmpph… ugh... oooohh... nggghh..." Sedikit demi sedikit, Sakura membuka kedua emeraldnya dan langsung bertegur sapa dengan onyx pemuda itu yang tengah menatapnya datar. Sakura menarik tengkuk pemuda itu mendekat dan mencium bibirnya cukup kasar guna melampiaskan rasa nikmat yang terus menjalari tubuhnya seiring hentakan-hentakan kasar Sasuke di dalamnya. Keduanya saling melakukan lumatan dan hisapan-hisapan kasar yang membuat kegiatan mereka makin bergairah.
Sakura mendesah kecewa ketika Sasuke menarik bibirnya guna melepas ciuman mereka. Walaupun begitu, bibir Sakura terus melantunkan suara-suara yang terdengar indah di telinga Sasuke. Sasuke mulai berpikir untuk memasukkan desahan Sakura dalam lagunya, pasti akan membuat pengunjung club merasa sangat-sangat panas seperti dirinya yang saat ini merasa sangat ingin dipuaskan karena mendengar lantunan indah dari bibir mungil gadis yang sekarang sudah menjadi wanita itu. Benar… suara indah Sakura-lah yang membuatnya melepas tautan mereka karna ia ingin mendengar gadis emerald itu kembali mendesah. Juga erangan dan leguhan gadis itu yang benar-benar membuatnya melayang. Sekarang Sasuke menemukan lagu yang sangat indah dari semua koleksi lagu-lagunya.
"Shhh… eeng, oooh… aaah… "
Awalnya Sakura sedikit bingung dan hendak bertanya pada pemuda itu ketika sesaat Sasuke menghentikan gerakannya, tetapi semua itu berubah menjadi desahan karna Sasuke berhenti hanya untuk membalikkan tubuh Sakura, membuatnya menungging lalu kembali menusuk-nusuk lorong hangat Sakura yang berkedut dengan kejantanannya.
Sakura meremas kuat-kuat bantal yang tak bersalah di hadapannya sembari terus mendesah. Sementara Sasuke terus memaju mundurkan bokongnya lalu meraih jaketnya yang terletak di pinggir ranjang dan mengambil sebuah smartphone yang terdapat dalam saku jaket tersebut. Ia mengotak atik ponsel itu sebelum menyimpan benda itu di sampingnya.
Kedua tangan Sasuke mulai melingkari tubuh Sakura dari belakang, menelusuri tubuh bagian depan Sakura dari belakang dengan lembut yang membuat gadis yang tengah dimasukinya itu makin mendesah. Tangan Sasuke yang berada di perut Sakura kini naik ke atas. Sampai di payudara, tangan kokoh itu mulai meremasnya kuat-kuat sebelum mengusap lembut dan memelintir pelan dua tonjolan yang berada di atas dada gadis itu.
Tak hanya itu, bibir dan lidahnya tak mau ikut ketinggalan dengan menjilati punggung dan pinggang Sakura seduktif. Sungguh, Sakura tak tau apa yang harus ia lakukan untuk melampiaskan kenikmatan duniawi itu selain mendesah semakin keras dan meremas bantal tak bersalah di depannya.
Tangan kanan Sasuke yang semula berada di payudara bagian kanan Sakura turun secara perlahan menggelitiki perut tanpa lemak miliknya. Gadis itu mengangkat satu tangannya untuk memegangi tangan Sasuke yang sedang mengusap-usap lembut perutnya, namun Sasuke langsung menyingkirkan tangannya. Tangan Sakura pun berpindah ke atas untuk meremas dadanya sendiri, namun lagi-lagi Sasuke menyingkirkan tangannya dan membuat Sakura menggeram kesal. Jelas sekali, pemuda itu ingin menjadi dominan dalam aktifitas ini.
Sasuke mengangkat badan Sakura hingga kini keduanya berdiri menggunakan lutut tanpa menghentikan gerakan berlawanan arah mereka. Kemudian Sasuke duduk dan langsung disusul oleh Sakura duduk diatas pangkuannya. Sasuke mengangkat tubuh mungil gadis itu, lalu kembali menurunkannya hingga kejantanannya masuk semakin dalam di lorong sempit milik Sakura. Sakura yang sudah mengerti maksud Sasuke pun menaik tubuhnya tak sabaran juga di bantu oleh Sasuke. Wanita itu hendak membalikkan tubuhnya guna menghadap ke dada bidang milik Sasuke, tetapi pemuda raven itu mencengkram pinggangnya agar tak berbalik. Entah kenapa Sasuke tidak ingin menunjukan wajahnya pada Sakura.
Jujur saja, Sasuke sendiri ingin sekali mendesah, namun ia coba untuk menahannya karena ia tengah melakukan 'sesuatu' dan ia tak mau desahannya ikut bercampur dengan desahan Sakura. Maka dari itu, ia mencari kesibukan lain untuk membuat mulutnya tetap diam dengan menjelajahi punggung, bahu, leher, dan telinga Sakura yang sudah dipenuhi bercak merah hasil perbuatannya. Bahkan sampai ada juga yang membiru.
"Ahhn… mmmhhhh…"
.
"Eugh.."
Sakura meleguh saat sang surya mengganggu tidur nyenyaknya. Perlahan ia membuka kelopak matanya yang langsung di sambut dengan suasana asing tempatnya berada saat ini. Sakura menggerakan tangannya yang terasa sangat lemah untuk bangkit dan mendudukan posisi tidurnya, namun rasa ngilu tiba-tiba saja menjalari tubuh bagian bawahnya itu. Ia menutup kedua matanya seraya meringis tertahan dan memilih tetap pada posisinya, tidak mau bergerak. Ia berpikir kenapa tubuhnya bisa sesakit itu? Lalu kejadian semalam langsung melintas di benaknya.
Dimana ia dan seorang berprofesi DJ itu melakukan pertempuran yang sangat bergairah. Beberapa kali ia mencapai puncak tapi sang DJ selalu menggantungkan dengan menghentikan gerakannya, merubah posisi, dan membuatnya kembali dari awal. Semuanya berhenti saat di mana posisi tubuhnya berada di atas sang DJ. Saat itu sang DJ membiarkannya klimaks untuk pertama kalinya. Sakura tak ingat berapa kali mereka berganti posisi. Yang ia ingat, ia hanya sekali mencapai puncak, tapi rasanya seperti berkali-kali. DJ itu sendiri? Ia tak mengeluarkan apapun dari kejantanannya.
Sakura meraba tempat di belakangnya namun ia tak menemukan siapapun di sana. Seingatnya semalam DJ yang tidak ia ketahui namanya itu tidur dan mendekapnya di sana. Tapi kenapa tempat itu kosong? Kemana perginya DJ itu?
Merasa tak percaya, ia memaksa tubuhnya yang masih ngilu untuk menoleh ke samping dan tempat itu memang benar-benar kosong. Apa DJ itu meninggalkannya? Tapi… kenapa?
Sakura bangkit dan duduk dengan ringisan pelan keluar dari bibir mungilnya. Ia mengitari ruangan itu dengan matanya. Betapa berantakannya ruangan itu akibat aktifitas hebat mereka tadi malam. Hingga matanya berhenti di sebuah nakas yang terletak di sebelahnya dan menemukan sebuah memo kecil yang Sakura yakini, memo itu pasti dari si DJ. Ia pun mengambil memo itu dan membacanya.
Hai.
Aku tau saat kau membaca memo ini pasti aku sudah pergi. Kau tau? Tadi malam adalah seks paling menakjubkan yang pernah aku lakukan. Tapi, maaf, aku harus pergi. Tak seharusnya aku melakukan itu padamu. Aku tau itu yang pertama bagimu meski kau bilang tidak. Tidak akan ada darah disana jika kau sudah pernah melakukan hal itu sebelumnya. Terimakasih karna mempercayaiku untuk menjadi yang pertama bagimu, aku merasa sangat beruntung.
Kau pasti merasa sakit pada tubuh bagian bawahmu, ya? Itu memang sudah resikonya karena kau memiliki tubuh yang begitu nikmat. Maka dari itu, beristirahatlah di sini. Aku sudah menyewa kamar ini sehari penuh untukmu. Kau tidak mungkin bisa berjalan dengan kondisi seperti itu. Jadi, jangan memaksakan diri.
Dan maaf. Aku harus pergi karena semalam itu waktu terakhirku berada di tempat ini sebelum pindah ke tempat yang lain. Terimakasih untuk semalam. Aku benar-benar menikmatinya. Salam kenal, MANIS.
–DJ Odult
Sakura tercengang. Shock. Sedih. Semuanya bercampur aduk. Apa ini? Setelah menikmati dan meniduri tubuhnya, DJ itu pergi begitu saja? Jadi, pemuda itu meninggalkannya?
Sakura menatap miris sebuah memo yang berada di tangannya. Sulit di percaya kejadian ini menimpa dirinya. Sungguh, ia menyesal mempercayai pemuda itu. Lihatlah akibat kebodohanmu, Sakura. Kau dipermainkan.
Alhasil ia tak kuasa menahan sesak yang tak tertahan. Matanya berkabut. Perlahan butiran kristal bening keluar dari matanya, mengalir turun dan membentuk sebuah sungai kecil dipipinya. Emerald-nya tak berkedip, hanya menatap lurus ke depan dengan tatapan yang kosong. Tangan kanannya terangkat dan mulai menyentuh bahunya lalu diusap-usapnya kasar. Ia juga mengusap bagian-bagian tubuhnya yang lain seraya menangis meratapi kebodohannya.
"Bodoh! Hhhh… bodoh…"
.
[PROLOG END] To be continued.
Published, 05/04/2015 – Queen Bae. [Thanks to Li Ell]
