Minna~! ^^/

I'm back with new fiction~,,,

This is sequel of My Lovely Doktor,,,

Karena authornya ngga mau susah-susah mikirin judul, jadilah tinggal mengganti kata Doktor dengan kata Aktor #gampared

Ne,, moga kalian suki da sama sequel ini,,,

Sequel author buat atas permintaan dari Earl Louisia vi Duivel dan Gunchan CacuNalu Polepel

This is for you~

Enjoyed !^^/


Disclaimer : Masashi Kishimoto sama

Genre : Romance(?), Drama(?)

Rate : M

Pairing : SasuNaru slight ItaKyuu

Warning : Yaoi, Sho Ai, Lemon kurang hot, aneh, gaje, Typo dan kawan-kawan sebangsanya.

!DON'T LIKE DON'T READ!

Sequel My Lovely Doktor

Uzumaki Kagari present My Lovely Aktor


Chapter 1

Pagi yang dingin, terbukti dari banyaknya butiran-butiran embun pagi didedauan yang perlahan menetes jatuh ketanah, jendela-jendela yang terlihat buram tertutup oleh embun pagi itu. Masih sunyi, hanya terdengar suara kicauan burung yang mulai meninggalkan sarangnya untuk mencari makan membiarkan tempatnya terlelap semalam bersama anak-anak mereka yang berkicau kelaparan meminta jatah pada orang tua mereka.

Kriiing kriiing kriiing ctek!

Bunyi waker mengusik seseorang yang tengah tidur akibat kelelahan dihari yang lalu, dengan enggan ia mulai membuka matanya menampakan iris biru langit yang lebih menyejukan dari udara pagi itu. Menggerakan tubuhnya yang masih terasa kaku, ia mendudukan diri ditempat tidur seraya merenggangkan otot-ototnya. Melirik jam diatas meja yang menunjukan pukul 5.25 pagi ia segera mengenyahkan beban tubuhnya dari tempat tidur dan mulai berjalan menuju kesebuah pintu , menggeser pintu itu ia melangkahkan kakinya kedepan sebuah cermin berukuran cukup besar. Iris birunya menatap lurus kedepan cermin yang memantulkan dirinya, menghela napas saat didapatinya banyak kissmark ditubuh berkulit tannya.

Ia memijat dahinya merasa pusing memikirkan bagaimana ia bisa menutupi tanda yang ada dilehernya, jika hanya satu mungkin masih bisa ia gunakan plester luka tapi ini bukan hanya satu atau dua, menghela napasnya lagi ia menggelengkan kepalanya merasa benar-benar heran mengapa ia bisa-bisanya mencintai bocah 17 tahun berotak prevert.

Menyalakan keran wastafel ia membasuh wajahnya membiarkan air dingin itu menyegarkan kulitnya yang terasa kering, beberapa helai rambutnya terlihat turun menempel pada dahinya karena basah. Mengambil handuk kecil disamping washtafel ia mengeringkan wajahnya lalu kembali menatap pantulan dirinya dicermin, memejamkan matanya dengan satu tarikan napas ia pun menunjukan cengiran menyemangati dirinya untuk memulai kegiatan hari ini. Tapi pertama-tama ia harus mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan err... juga membersihkan bagian belakangnya yang mulai meneteskan cairan kental.

Crassh~

Air mulai membasahi rambut kemudian tubuhnya, sedikit bergidik ketika air dingin itu terus membasuh kulit tannya namun tak ada niatan untuk mengganti air itu dengan air hangat karena menurutnya pagi hari lebih sehat jika mandi dengan air dingin. Mengambil botol sabun dan mengeluarkan isinya pada sebuah spons halus, sedikit meremas spons itu sampai busah sabun menutupinya.

Jemarinya mulai menelusuri bagian demi bagian dari tubuhnya membuat tubuh tan itu tertutupi oleh lelehan busa sabun cair, hmmm,,, aroma citrus memang sangat cocok untuknya, tubuh dan otot-otot kakunya segera relax saat busa sabun beraroma citrus itu menggelitik penciumannya. Mandi dipagi hari seperti ini memang sangat menyegarkan dan mampu memberikan semangat baru baginya.

Menyudahi ritual paginya, pemuda berkulit nan eksotis itu melangkahkan kaki jenjangnya keluar dari kamar mandi, handuk masih terlilit rapi dipinggang rampingnya. Pandangan matanya langsung tertuju kearah tempat tidur, disana seorang pemuda lainnya tengah tertidur pulas. Helaian surai biru kehitamannya agak berantakan akibat bergesekan dengan bantal, wajah tampannya terlihat damai saat tidur, jauh berbeda disaat pemuda itu bangun dan membuka matanya bisa dipastikan wajah datarlah yang pasti akan perlihatkannya.

Tak tega untuk membangunkannya, Naruto pun kembali melangkahkan kakinya kesebuah lemari pakaian yang cukup besar dan mengambil beberapa helai pakaian dari sana dan tak lupa juga ia mengambil jas putih bersih yang tergantung pada pintu dalam lemari.

'Hari ini masak apa ya?' Pikir Naruto, memilah bahan makanan yang akan ia masak pagi ini.

Lalu ia tersenyum saat mengingat-ingat ucapan bocah itu, tidak ingin makanan lain selain tomat. Akhirnya Naruto memutuskan untuk memasak sup tomat, tidak repot jugakan.

"Sasuke bangun,"

Naruto mengguncang bahu Sasuke yang masih terlelap dibalik selimutnya namun bukannya bangun, orang yang diatas tempat tidur hanya mengerang dan lebih merapatkan selimutnya. Menghela napas, sebenarnya Naruto tahu Sasuke sedang kelelahan bahkan dia baru tidur jam tiga pagi dan itu berarti dia baru tidur sekitar empat jam. Seorang aktor yang sedang digandrungi sepertinya memang mempunyai banyak konsekuensi, termasuk pekerjaan yang menumpuk yang menyebabkan ia kurang tidur.

"Suke, bangunlah. Nanti kau bisa terlambat masuk sekolah,"

Mengerang kecil, onyx yang tersembunyi dibalik kelopak matanya mulai membuka. Tersenyum kecil ketika yang terpantul pertama kali didalam iris kelamnya adalah sang kekasih yang sedang memakai apron berwarna orange.

"Engh...Ohayou," Ucapnya dengan suara sedikit parau.

Sasuke mendudukan diri diatas tempat tidur sedikit memijat keningnya yang terasa pening, kurang tidur menyebabkan kondisi tubuhnya menurun. Naruto menyodorkan segelas air putih yang diterima Sasuke dan langsung meneguknya dengan rakus, air dingin membasahi tenggorokannya yang terasa sakit, oh inilah hasil dari ia harus berteriak-teriak sesuai perannya kemarin.

"Masih sakit ya?" Tanya Naruto, ia menerima kembali gelas kosong yang disodorkan Sasuke.

"Hn, sutradara itu benar-benar menyiksaku."

Grep

Menarik lengan Naruto, Sasuke memeluknya dari belakang dan membenamkan wajahnya pada bahu dokter muda itu. Wangi citrus langsung menyeruak masuk dalam penciumannya, wangi khas dari sang kekasih sangat membuatnya nyaman.

"Ayolah, lepaskan aku. Ini sudah jam tujuh lewat, kau bisa terlambat kesekolah."

"Masih ada waktu satu jam, satu atau dua ronde masih bisa kan?"

Menelusupkan tangannya kecelah kemeja yang dipakai Naruto, Sasuke mulai mengelus perut ramping itu. Desahan tertahan terdengar dari belahan bibir tipis Naruto, terlebih saat tangan Sasuke menelusup masuk kedalam celana yang ia kenakan dan mengelus lembut miliknya yang mulai menegak.

"Sasu, ungh...emmph,"

Meraup rakus bibir ceri tipis itu dalam sebuah pagutan, daging bertekstur kasar menyeruak mengeksplor rongga basah didalamnya. Menjilat langit-langitnya mengajak lidah yang terdiam untuk ikut bermain, saling bersilangan memperebutkan kemenangan.

"Nnnh..."

Cumbuan itu semakin dalam menyebabkan suara kecipakan dalam percampuran saliva, tetesan demi tetesan saliva mulai mengalir dari tepian bibir Naruto menuruni sepanjang lehernya hingga membasahi kemejayang ia kenakan.

"Emmp! Emmph!"

Naruto mencengkram baju tidur yang dikenakan Sasuke ketika ia merasakan sesuatu yang memasuki tubuh bagian bawahnya tanpa peringatan. Menggenggam pergelangan tangan yang mencengkram bajunya, Sasuke terus memasukan jemari kedalam rektum Naruto dan entah sejak kapan celana yang dikenakan Naruto telah turun sebatas paha, memperlihatkan miliknya yang sudah menegak.

Ia bisa merasakan Sasuke menyeringai ditengah ciuman mereka dan Naruto tidak suka, selama dua bulan menjalin hubungan dengan bocah ini ia tahu jika Sasuke sudah menyeringai seperti ini-

"AKH! Shit! Teme, jangan tiba-tiba memashh ah, ah, te teme!"

Tanpa mengeluarkan miliknya, Sasuke mengubah posisi Naruto menjadi terlungkup dan memaju mundurkan pinggulnya tanpa menunggu Naruto untuk membiasakan miliknya. Suara desahan Naruto semakin membangkitkan gairah Sasuke, suara yang biasanya terdengar cempreng itu entah mengapa bisa sangat terdengar indah saat tengah melakukan ini.

Desahan nikmat itu semakin terdengar dikala Sasuke menemukan titik manis didalam sana. Bibir pucat itu melengkungkan seringai. Ia mempercepat gerakannya, memaju mundurkan pinggulnya memberikan gesekan-gesekan hasrat yang semakin membumbung tinggi untuk mencapai puncaknya.

"Sukeh, ah angh,"

"Keluarkan Naruto,"

Mencengkram selimut dibawahnya, menyalurkan gemuruh hasrat yang mulai mencapai puncak dengan menyebut nama sang kekasih cairan itu menyembur membahasi bawahnya.

''Sa SUKE!"

Mendengar namanya disebut bersamaan dengan keluarnya hasrat orang dibawahnya, Sasuke semakin mempercepat gerakannya, memaju mundurkan miliknya keluar masuk tubuh Naruto hingga ia merasakan sebentar lagi puncak dari kenikmatan itu tercapai.

"Ah, Naruto. You're so hot,"

Bisikan kecil tepat disebelah telinganya, hembusan napas hangat itu menyapu kulit lehernya menyebabkan sensasi yang terasa sensual bagi Naruto. Hingga beberapa sodokan kemudian Sasuke mengeluarkan cairannya jauh didalam Naruto, menikmati bagaimana cairan kental itu memenuhi dalam rektumnya.

Perlahan Sasuke mengeluarkan miliknya bersamaan dengan cairan yang ikut keluar menetes membasahi kulit tan Naruto, membuat milik Sasuke kembali dalam keadaan trun on.

Naruto yang masih terengah-engah dengan wajah memerah mendudukan dirinya diatas tempat tidur, matanya menatap Sasuke yang sedang memperhatikan tubuh bagian bawahnya.

"Bagaimana kalau kita lakukan sekali lagi?"

Brug!

Dan sebuah bantal terlempar dengan suksesnya mengenai wajah tampan Sasuke.

"Prevert!"

Naruto berlari memasuki kamar mandi, sia-sia sudah acara mandinya tadi karena sekarang ia harus mandi lagi untuk membersihkan tubuhnya yang penuh cairan hasrat termasuk juga membersihkan bagian belakangnya lagi.

"Hey, kita mandi sama-sama-"

"TIDAK MAU!" Teriakan melengking itu langsung terdengar dan memotong ucapannya, kelihatannya ia membuat ukenya ini kesal lagi.

Mengangkat bahunya, tak mau ambil pusing Sasuke melangkahkan kakinya menuju dapur. Perutnya lapar dan dari dapur ia mencium aroma sup tomat, begitu-begitu masak yang dibuat Naruto selalu enak.


##*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*##

_o_O. Kagari Hate The Real World. O_o_


"Dobe,"

"..."

"Dobe,"

"..."

"..."

Chu~

Ckiiit!

"Apa yang kau lakukan teme! Kau mau mati ya!" Umpat Naruto karena tiba-tiba saja Sasuke duduk diatasnya dan mencium bibirnya sehingga menghalanginya untuk melihat jalan didepannya.

"Hn, kenapa kau diam saja?"

Sasuke mengalungkan tangannya pada leher Naruto dan kembali mencium bibir ceri itu.

Naruto melepaskan ciuman Sasuke dan mendorongnya kedepan sampai membentur setir mobil, matanya menatap tajam Sasuke.

"Aku sedang menyetir, jadi kembali ketempat duduk dan pasang sabuk pengamanmu Uchiha Sasuke. Aku tidak ingin dituduh sebagai fans yang ingin mati bersama idolanya."

Memutar bola matanya Sasuke kembali duduk ditempatnya dan membiarkan Naruto menyetir lagi, 'Dia benar-benar marah' pikirnya.

"KYYAAA! SASUKE SAMA DATANG!"

"Itu Sasuke, cepat kesana!"

"Sasuke!"

"SASUKE SAMA!"

"Cepat sana turun," Ucap Naruto tanpa menatap Sasuke sedikitpun masih kesal dengan kejadian tadi pagi.

Menghela napasnya Sasuke mencondongkan tubuhnya pada Naruto dan menangkup wajah manis itu dengan kedua telapak tangannya.

"Gomen, kau marah ya?"

Naruto menatap Sasuke, menghela napasnya ia pun menarik sudut bibirnya keatas manampakan senyuman pada kekasihnya itu.

"Tidak, sana cepat masuk sebelumpara fans dan wartawan sampai kesini."

"Hn," Sasuke membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.

"Kau pulang jam berapa?" Tanya Naruto saat Sasuke berada didepan pintu kemudi, Sasuke merunduk sedikit untuk menyamakan tingginya dengan Naruto.

"Jam sepuluh, tapi itu belum pasti." Jawab Sasuke, sebelah tangannya ia gunakan untuk mengelus pipi Naruto.

"Baiklah, kalau begitu aku pergi." Naruto menyalakan mesin mobilnya.

"Naruto, cium aku." Ucap Sasuke, ia menarik jas putih yang dipakai Naruto sehingga jarak mereka hanya tinggal beberapa senti.

"Disini banyak fans dan wartawan, Sasuke." Ucap Naruto, matanya menatap kearah kerumunan yang berlarian kearah mereka.

"Kalau begitu lakukan sebelum mereka sampai," Sasuke mendekatkan wajahnya pada Naruto, mengeliminasi jarak diantara mereka hingga bibir itu bersentuhan dan memulai pagutannya. Lidah Sasuke menjilat bibir Naruto meminta agar Naruto membuka belahan bibirnya, dengan senang hati bibir itu perlahan terbuka dan hal itu tak disia-sia kan oleh Sasuke. Lidahnya mulai memasuki dalam mulut Naruto mengeksplor seluruh sudut didalamnya, tangan yang berada dipipi Naruto kini sudah berpindah pada belakang kepalanya menekannya kedepan memperdalam ciuman itu.

"Emmph!"

Naruto berusaha melepaskan ciuman Sasuke, ia panik ketika melihat kerumunan fans dan wartawan yang semakin dekat namun Sasuke tetap melanjutkan ciumannya meskipun Naruto sudah mendorong-dorong dada Sasuke.

"Fwah, hah, hah, Dasar prevert!" Ucap Naruto kesal, ia segera melajukan mobilnya menjauh dari gedung sekolah yang bertuliskan Konoha High School itu dan tak lupa dengan merapalkan berbagai umpatan disepanjang jalan.

'Dia marah lagi,' pikir Sasuke, lalu ia menatap malas kerumunan orang yang berlarian kearahnya. Dengan cuek Sasuke melangkah mendekati kerumunan itu, tidak usah khawatir ia akan terdorong kesana kemari karena kerumunan itu karena sejak tadi ada bodyguard yang bersembunyi dibeberapa titik untuk mengatasi kerumunan yang haus akan sensasi itu.

"Sasuke, Uchiha Sasuke apa benar anda ditawari untuk bermain difilm karya terbaru Sarutobi sama?"

"Sasuke siapa yang mengantar anda tadi, apa dia kekasih anda?"

"Apa benar gosip yang beredar baru-baru ini tentang kedekatan anda dengan lawan main anda dalam sebuah film?"

"Maaf! Sasuke sama akan segera memulai pelajaran!"

Para bodyguard yang sejak tadi bersembunyi langsung membentengi Sasuke, memberikan jarak antara kerumunan wartawan serta para fans yang terus meneriaki namanya.

"Kyaa! Sasuke sama!"

"Sasuke, satu pertanyaan!"

Tanpa mempedulikan teriakan fans maupun rentetan pertanyaan yang terarah padanya, Sasuke terus berjalan memasuki koridor sekolah namun langkahnya terhenti ketika salah seorang wartawan menanyakan sesuatu yang membuatnya sedikit marah.

"Sasuke, apa benar anda seorang gay?"

Menghentikan langkahnya Sasuke berbalik menatap kerumunan yang haus akan berita itu, dengan tetap berwajah datar ia melangkahkan kakinya kedepan.

"No comment."

Membalikan tubuhnya Sasuke kembali berjalan menyusuri koridor untuk mencapai lift yang akan membawanya kelantai empat dimana kelasnya berada, tak menanggapi berbagai pertanyaan yang terus terlontar padanya. Disepanjang koridor pun tak terlalu berbeda jauh dari didepan, ia harus mendapatkan rentetan sapaan dari siswi-siswi yang berada dikoridor walaupun tidak ekstrim seperti meneriaki namanya hingga rasanya kepalanya ini mau pecah mendengarnya. Saat lift itu sudah dekat, ia bisa melihat seorang pemuda bersurai coklat panjang yang sedang menyenderkan punggungnya pada dinding disamping lift.

"Hari yang sama seperti yang lalu-lalu,"

Pemuda itu berkata, dan hanya ditanggapi gumanan tak jelas dari Sasuke. Pintu lift itu terbuka menampakan ruangan kecil kosong tak ada orang didalamnya, ia melangkah masuk diikuti oleh pemuda bersurai panjang yang tadi menyapanya.

"Well, apa anda seorang 'gay' Uchiha Sasuke?" Tanya pemuda itu dengan seringai mengejek tertera diwajahnya namun seringai itu berubah menjadi tawa saat didapatinya tatapan tajam dari si korban ejekan.

"Hei, aku hanya bercanda Sasuke." Ucapnya diakhiri dengan senyum.

Menghadapkan tubuhnya pada pemuda itu, Sasuke mulai melangkah mendekatinya dan seringai itu sekarang ditunjukan olehnya. "Yes, I'm gay Neji san. Apa kau mau tahu apa yang bisa dilakukan seorang gay ini padamu?"

Sasuke mendekati pemuda bernama Neji itu, melangkahkan kakinya sampai ia berada tepat didepannya. Mengangkat tangannya, jari jemarinya ia arahkan pada untaian surai coklat Neji menyisirnya dari atas hingga ketengah. Sasuke membawa helaian rambut itu mendekati wajahnya menghirup aroma cemara khas yang keluar darinya.

"Rambut yang indah, Neji san." Dengan suara rendah Sasuke berbisik ditelinga Neji membuat sang empunya merinding dan menjauhkan wajahnya bukan hanya wajah namun tubuhnya pun ikut ia jauhkan dari Sasuke.

"Ada apa Neji san?" Sasuke melangkah lagi mendekati Neji bersamaan dengan itu pula Neji melangkah mundur, wajahnya terlihat pucat pasi melihat Sasuke.

"Be berhenti bercanda Sasuke," Ucap Neji, ia semakin melangkah mundur hingga ia terperangkap antara dinding dan tangan Sasuke yang berada disebelah kiri dan kanannya.

"Aku tidak bercanda Neji kun."

Sasuke mendekatkan wajahnya sehingga hidung mereka bersentuhan, dan semakin memajukan wajahnya. Neji hanya bisa berkeringat dingin melihat wajah sahabatnya ini semakin dekat dengannya, ia bisa merasakan panasnya hembusan napas Sasuke yang menyapu wajahnya. Semakin dekat wajah itu, Neji memejamkan matanya menunggu apapun yang akan terjadi padanya nanti.

Sasuke menghentikan pergerakannya, hanya tinggal beberapa mili lagi bibir itu bersentuhan dan mengamati wajah mulus tanpa cacat didepannya. Menyeringai, Sasuke menjauhkan wajahnya dan berdiri agak jauh dari pemuda yang masih memejamkan matanya itu.

"Hn, lihat wajahmu itu. Seperti perempuan yang ketakutan akan dirape olehku,"

What the hell?!

Neji langsung membuka matanya dan menatap Sasuke dengan tajam, ditambah dengan aura suram khas pembunuh menyelimuti tubuhnya sedangkan Sasuke hanya menatap dengan datar hal itu seakan tidak punya salah apapun.

Ting !

Pintu lift terbuka dengan segera Sasuke melangkahkan kakinya keluar dari lift bersama dengan Neji yang entah sejak kapan sudah kembali seperti semula dan menebarkan senyumnya pada setiap siswi-siswi yang menyapanya dan Sasuke disepanjang koridor.

"Fucking you, bastard." Ucap Neji, lebih seperti bisikan untuk orang yang berjalan disebelahnya sehingga hanya ia dan orang itu yang mendengar.

"Hn, thanks."

Tanpa mempedulikan wajah sahabatnya yang sudah dengan susah payah mempertahankan senyum diwajahnya, Sasuke hanya terus melangkah meninggalkan sahabatnya yang tersenyum dipaksakan sehingga membuat wajahnya sedikit aneh.


###*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*####*###

_o_O. Kagari Hate The Real World. O_o_


Memarkirkan mobil orangenya, seorang pemuda bersurai kuning cerah menjejakan kakinya keluar dari mobil itu. Setelah memasang alarm pengaman ia melangkahkan kakinya memasuki pintu kaca disamping parkiran, pintu khusus bagi orang yang bekerja digedung rumah sakit itu. Wajah tampannya terlihat sedikit kesal sepanjang perjalanan ia menyusuri koridor rumah sakit, dilirikan mata shappirenya itu kepersimpangan koridor, seorang pemuda bersurai raven yang tengah memohon-mohon pada pemuda lain yang tengah memasang wajah kesal dan bad mood dihadapannya dengan sebuket bunga ditangannya.

Ia dapat mendengar sedikit percakapan dua pria itu, macam 'Kyuu chan maafkan aku', 'Kyuu jangan marah terus', 'Kyuu kumohon maafkan aku', 'Aku akan melakukan apapun permintaanmu asal kau memaafkanku', dan masih banyak lagi dan kenapa ia bisa sangat hafal dengan ucapan-ucapan pria bersurai raven yang bernama Uchiha Itachi itu, tentu saja jawabannya karena sudah sekitar dua bulan pria itu terus melakukan hal yang sama setiap harinya. Meminta maaf karena telah merape kakaknya, Namikaze Kyuubi.

Menghela napasnya, ia tak ingin ikut campur dengan masalah kakaknya itu. Toh ia sendiri mempunyai masalah yang menumpuk seperti sekarang ini misalnya, ketika ia baru saja tiba didepan pintu ruangan pribadinya. Seorang pemuda bersurai merah bata sudah menunggui pintu itu bagaikan ia adalah penunggu pintu yang setia.

"Kau terlambat."

Pemuda itu menatap Naruto datar, sedangkan yang ditatap hanya menunjukan cengiran khasnya seraya berjalan mendekati pemuda itu.

"Gomen, aku tadi mengantar Sasuke dulu."

Pemuda itu hanya mendengus untuk menanggapi alasan yang sama dengan hari-hari yang lalu itu. Membuka pintu ruang kerjanya, Naruto menaruh tas yang ia bawa dimeja kerjanya dan mengambil beberapa berkas yang ada didalamnya. Menyerahkan berkas itu pada pemuda bersurai merah bata disebelahnya dan mengambil berkas lain yang ada ditangan pemuda itu.

"Ha~ah, banyak pasien yang ku kontrol hari ini ya~"

Naruto menghempaskan tubuhnya pada kursi dibelakang meja dan membenamkan wajahnya diantara kedua tangannya dan meja.

"Sudah terlambat dan sekarang kau mau bermalas-malasan,"

Pemuda bersurai merah bata itu mendekati meja Naruto dan menyerahkan berkas lain yang belum diselesaikan Naruto.

"Ne, Gaara~. Aku ini tutormu, jangan dingin begitu do~ng."

Gaara menatap Naruto dengan pandangan datar, tidak mempedulikan Naruto yang wajahnya sudah cemberut sambil memajukan bibirnya(kyaaa! Boleh author cium?#tonjoked).

"Ga-"

Cklek ! Brugh!

"PERGI DASAR SIALAN!"

Dengan wajah cengo dan tampang bloon#plak! Oke ralat-

Dengan wajah cengo dan bingung, Naruto dan Gaara menatap orang yang baru saja masuk kedalam ruangan yang mereka tempati, pria bersurai orange kemerahan itu terlihat sedang sangat kesal dan wajah merah padam akibat amarah yang ditahannya. Naruto sedikit bergidik ketika pria itu mengarahkan pandangan padanya.

"Apa yang kalian lakukan diruanganku?" Tanyanya dengan wajah garang.

"E err..Kyuu i ini ruanganku,"

Naruto menjawab dengan takut-takut, ia mencondongkan jauh tubuhnya dari Kyuubi.

Mengedipkan beberapa kali kelopak matanya, ia menatap seluruh penjuru ruangan itu dan benar saja ruangan ini bukan miliknya. Berarti ia salah masuk ruangan yang dikira ruangannya ini, dengan cengiran ia menggaruk belakang kepalanya.

"Aku salah ya?" Tanyanya dengan semua kepolosan.

Dengan cepat ia membuka pintu yang berada dibalakang tubuhnya dan keluar dari ruangan itu, tak lupa juga dengan orang yang terus membuntutinya kemana pun ia pergi selama dua bulan ini.

Naruto dan Gaara hanya bisa merasakan bulir keringat besar yang mengalir dari dahi mereka (baca: sweatdrop).

"Kyuu~ maafkan aku,"

"Brisik sialan!" Bentak Kyuubi yang sebenarnya lebih berisik dari pada orang yang terus-terusan memohon padanya.

"Kyuu apa kau ingin seperti ini terus~, ini sudah dua bulan kau marah padaku."

Itachi terus melangkahkan kakinya mengikuti Kyuubi tanpa mempedulikan tatapan orang yang menatapnya kasihan, ya ampun kemana Uchiha Itachi yang sebenarnya, dikemanakan marga Uchiha nya sehingga ia sudah tak punya malu lagi terus momohon dan mengekor kemanapun seorang pria bernama Namikaze Kyuubi ini pergi.

"Kyu-"

"Pergi keriput sialan! Dari pada kau terus mengekoriku seperti aku ini ibumu, lebih baik kau kembali kekantormu dan kerjakan sesuatu!"

Kekesalan Kyuubi memuncak, ia benar-benar sangat marah err hanya kesal sih pada orang dihadapannya ini. Ia sudah melakukan berbagai macam cara agar orang ini berhenti mengganggunya, mulai dari membuang buket bunga yang diberikan padanya, membakar, merusak, menginjak bunga itu didepan mata kepala sang pria namun orang didepannya ini tetap saja tidak jera dan kembali lagi pada esok harinya.

Dengan frustasi Kyuubi mengacak rambutnya dan kembali berjalan, ia tahu sekarang ini pria itu tidak akan mengikutinya lagi karena ia juga harus menuntaskan pekerjaan diperusahaan milik ayahnya.

"Baik, aku akan pergi. Besok aku akan kembali untukmu Kyuu~,"

BRAAK!

Sebuah kursi roda menabrak dinding putih rumah sakit sampai dinding itu terlihat terak, Kyuubi dengan refleksnya melempar kursi roda yang kebetulan sekali ada didekatnya kearah Itachi begitu sang pria berucap jika ia akan kembali lagi besok. Tentu saja Itachi sudah kabur duluan sebelum kursi roda itu menghantam tubuhnya.

Poor you kursi roda

To be continue ^^?

Ne... sequelnya bagaimana?

Dilanjut kah?

Review puhleas *kedip-kedip* #hoek!