Cherish The Memory
.
Byun Baekhyun as Baixian
Park Chanyeol
.
SUMMARY
Baixian, putra bungsu dari ketua The Council penghisap darah, setengah periㅡ tiba-tiba saja terikat sebagai mate Park Chanyeol dari ras werewolf tanpa sebab yang jelas. Takdir yang mengharuskan, namun tak luput dari segala penolakannya hingga akhirnya Baixian memilih untuk menyerah pada keadaan. Karena semua yang telah terjadi tak dapat berubah begitu saja
.
WARNING : BOY X BOY (YAOI)! MATURE CONTENTS!
Don't bash! Don't plagiat!
.
Chapter 1
Vampire, werewolf, elf, shape shifter, guardian, demon, angel, mermaid dan masih banyak lagi.
Itu adalah kami.
Manusia menyebut kami sebagai mitos, makhluk abadi.
Tapi tidak, kami tidak abadi, kami hanya tidak menua. Kami masih bisa mati oleh beberapa sebab.
Dan aku, hybrid yang tak seharusnya ada.
Terlahir dari 2 ras yang berbeda; vampire dan elf.
Ayahku, Yunho, seorang pemimpin paling tinggi dari The Council di Korea Selatan; 7 orang dewan yang memimpin 7 klan penghisap darah di negara ini. Ayahku, adalah salah satunya, sekaligus pemegang kendali tertinggi bagi The Council. Dalam istilah lama, ayahku adalah seorang raja. Setiap negara memiliki The Council nya masing-masing.
Dan ibuku, seorang elf biasa, Jaejoong. Elf adalah salah satu ras yang tak memihak perang dingin diantara vampire dan werewolf. Sekalipun ibuku menikah dengan seorang petinggi The Council, perbuatan mereka yang tak memihak tak pernah berubah.
Kakak pertamaku, Yifanㅡ dengan nama Kris yang lebih dikenal manusia. Aku memanggilnya yi ge (kakak pertama). 50 tahun lebih tua dariku. Terlahir sebagai vampire murni, tak sedikitpun mewarisi gen ibu.
Kakak keduaku, Shixun, Sehun, er ge (kakak kedua). 15 tahun lebih tua dariku dan 35 tahun lebih muda dari yi ge. Sementara er ge terlahir sebagai elf, mewarisi seluruh gen ibu.
Lalu lahir lah aku, si aneh yang tak seharusnya ada. Hybrid (peranakan) mereka menyebut jenisku.
Sejak ras kami ada, pernikahan diantara dua ras berbeda tak pernah menghasilkan hybrid. Keturunannya selalu 100% ras dari pejantan atau dari betina. Tapi hukum itu tak berlaku padaku.
I'm different.
Baekhyun adalah nama yang dikenal manusia, identitasku sebagai manusia, sementara nama lainku di dunia para un-age adalah Baixian.
Dan diantara aku dan dua saudaraku, tak ada kemiripan secara fisik sama sekali.
Karena kami berbeda.
• Cherish The Memory •
Gedung pencakar langit milik perusahaan berlogo predator hutan dengan huruf berjenis Display berbunyi Lynx itu adalah yang tertinggi disana, dengan 77 lantai yang nyaris menguasai seluruh kehidupan ekonomi dan bisnis di Seoul, Korea Selatan.
Dengan kaca-kaca mengkilap yang berperan sebagai dinding, gedung itu terlihat begitu mewah dan elegan.
Perusahaan Lynx, atau disebut juga Lynx Holding Company adalah perusahaan induk yang memegang kendali atas beberapa perusahaan anak yang Lynx dirikan, diantaranya adalah Lynx Petroleum Group yang bergerak sebagai penghasil minyak bumi terbesar di Asia Timur serta Lynx Ship yang bergerak sebagai perusahaan produksi kapal terbesar kedua setelah Hyundai. Dengan puluhan ribu pegawai yang menggantungkan hidup mereka di perusahaan.
Seoul adalah kota yang tak pernah tidur, begitupun Lynx yang tak pernah berhenti beroperasi tiap harinya. Selalu ada kegiatan dan pekerjaan tiap siang dan malam di perusahaan Lynx.
Penjagaan ketat di pintu masuk juga menjadi poin penting dari Lynx.
Lynx Holding Company di didirikan dari nol oleh pria bernama Hoojun di tahun 1987 lalu di turunkan kepada Yunho yang sebenarnya adalah orang yang sama. Itu hanya manipulasi agar manusia tidak mencurigainya yang tak menua. Karena sesungguhnya Hoojun adalah Yunho dan Yunho sama dengan Hoojun. Yang publik ketahui hanyalah bahwa Hoojun adalah ayah tegas dari Yunho. Faktanya, itu hanyalah sebuah kebohongan.
"Selamat malam, tuan muda Sehun dan tuan muda Baekhyun." Kedua penjaga di pintu masuk membungkuk hormat saat anak kedua dari pemilik perusahaan melewati pintu masuk bersama lelaki lain dengan topi hitam yang nyaris menutupi wajahnya.
Anak kedua, Sehun; si tampan yang jarang bicara dengan rambut pirang, telinga peri, kulit secerah mentari pagi dan garis wajah yang tegas serta tinggi menjulang.
Lalu lelaki tertutup yang datang bersama dengan Sehun itu adalah Baekhyun, putra bungsu dari Yunho sekaligus sebagi pangeran ketiga dalam silsilah royalty yang sekarang hanyalah sebagai formalitas.
Baekhyun/Baixian; lelaki yang dikenal sebagai anti sosial di dunia immortal.
"Kau ikut ke atas atau beristirahat?" Lelaki dengan telinga runcing yang hanya bisa dilihat oleh para immortal itu menoleh ke samping, menatap adiknya yang hanya diam dengan ponsel yang setia menemaninya bersamaan dengan pintu lift yang tertutup dan mereka naik menuju lantai teratas.
"Aku harus menemui yi ge. Dia bilang ada surat untukku dari Prof. Shim." Yang lebih muda kemudian mendongak pada Sehun, memberikan senyuman simpulnya yang tak pernah berlebihan. Memang benar bahwa dia adalah Baekhyun, pangeran kecil dari Yunho dan Jaejoong yang unik.
"Jangan terlalu sering bergaul dengan orang tua, Xian. Kau masih anak-anak." Sehun terkekeh, mengacak surai pirang Baekhyun yang lembut setelah sebelumnya lelaki itu membuka topi hitamnya.
"Aku 170 jika kau lupa." Baekhyun mendengus dengan bola mata yang berputar jenuh pada Sehun. 10 tahun umur manusia dihitung sebagai satu tahun umur mereka. Dan Baekhyun telah berusia 170 tahun dalam hitungan manusia meski dalam hitungan blood-sucker dia tetap 17.
"Dan kau terlihat seperti 17 bagi manusia," Sehun tertawa kecil, mengabaikan delikan sinis Baekhyun untuknya, "ah, bagaimana proyek barumu?" Alis Sehun naik turun, menggoda Baekhyun dengan proyek besarnya yang telah ia geluti selama berbulan-bulan. Namun reaksi Baekhyun yang langsung berwajah masam dapat menjelaskan bahwa proyeknya tak berjalan lancar.
"Alatnya tidak aman, belum. Aku masih harus menemukan konsep yang tepat mengenai perhitungan ruang dan waktu supaya semuanya dapat berjalan dengan semestinya." Helaan nafas terdengar begitu berat dari si bungsu. Bahunya turun seiring dengan bibirnya yang melengkung turun.
"Kau punya banyak waktu, Xian. Kau baru berumur 170, kau masih muda dan itu pencapaian yang hebat dengan isi kepalamu yang luar biasa ini." Telunjuk Sehun kini mengetuk-ngetuk tempurung kepala Baekhyun hingga empunya mendelik.
Lantas saat pintu lift terbuka di lantai teratas, mereka bergegas keluar, menyusuri lorong hingga akhirnya berhenti di ruangan eksekutif.
"Xiao Xian, kau disini." Suara Yunho menyapa saat Baekhyun dan Sehun masuk kedalam ruangan, menemukan pria yang merupakan ayah mereka itu dibalik meja kerjanya.
"Hai, papa." Baekhyun tersenyum kecil seperti biasanya. Tungkainya berjalan ke arah sofa lalu duduk disana dengan Sehun yang berada di sebelahnya.
"Bagaimana kuliahmu, Sehun?" Yunho bertanya tanpa mengalihkan padangan dari pekerjaannya. Kontrak dengan Flow Construction nyatanya lebih penting daripada melihat wajah putra keduanya yang tak suka berekspresi.
"Tidak ada yang penting." Jawab Sehun dengan helaan nafas penuh siksaan, punggungnya kini bersandar penuh pada sofa dengan kepala mendongak ke atas. Rambut pirangnya terlihat berantakan seolah ia adalah seorang pekerja keras yang tidak melakukan kencan dengan tempat tidur selama berhari-hari.
"Dimana yi ge, pa?" Tanya Baekhyun setelah beberapa menit berlalu dan Kris belum juga menampakkan batang hidungnya. Kakak tertuanya itu berjanji untuk bertemu dengannya di ruangan ayahnya. Tapi sampai sekarang Kris belum juga datang, membuatnya berpikir mungkin saja Kris telah menipunya.
"Kris pergi ke blok sebelah. Ada laporan mengenai ruthless disana."
Ruthless adalah sekelompok blood-suckerstanpa pikiran. Mereka ganas, kejam, tak kenal ampun, dan liar. Layaknya zombie. Mereka awalnya adalah blood-sucker biasa, dalam kata lain vampire. Tapi mereka adalah clanless, tidak memiliki tanda anggota klan manapun, clanless sekali lagi. Tanpa tanda dari sebuah klan, seorang blood-sucker perlahan akan mulai berubah menjadi tak terkendali dan kehilangan pikiran mereka. Mereka yang merupakan clanless adalah manusia yang dibangkitkan sebagai vampire tanpa seizin The Council dan BSBI (Blood Sucker Bureau of Investigation and Intelligence).
Bicara tentang BSBI, jika manusia punya FBI dan CIA, maka blood-sucker punya BSBI. Mereka adalah sebuah badan intelijen dan investigasi dunia blood-sucker. Jika The Council bertanggung jawab atas blood-suckers yang berada di suatu negara, maka BSBI bertanggung jawab atas keamaan seluruh blood-sucker di dunia. BSBI dan The Council sama kedudukannya. Hanya saja lingkup kerja BSBI lebih luas dari The Council. Jika The Council memiliki syarat berdarah murni bangsawan; noble, maka BSBI lebih terbuka untuk blood-sucker dari kalangan biasa, selama mereka mempunyai disiplin tinggi, potensi serta kemampuan, maka mereka bisa menjadi BSBI. BSBI tak harus tunduk pada The Council, begitupun The Council yang tak bisa menuntut kesetiaan pada BSBI.
Satu-satunya yang memiliki kedudukan diatas The Council dan BSBI adalah The Real Royalty, mereka adalah keluarga kerajaan yang memiliki kuasa atas dunia yang sesungguhnya, BSBI dan The Council harus tunduk pada The Real Royalty. Dalam kata lain, mereka adalah pemerintah dunia.
"Jumlah ruthless kian bertambah. Itulah yang menjadi permasalahannya." Kini Yunho menghentikan pekerjaannya. Pria 3 anak itu kemudian bersandar pada kursinya dengan air muka yang keruh.
"Itu artinya semakin banyak clanless, dan semakin banyak yang melanggar aturan. Ada seseorangㅡ atau mungkin suatu kelompok yang melakukan pelanggaran akhir-akhir ini. Mereka dengan sengaja membangkitkan manusia, menjadikan mereka clanless untuk suatu tujuan." Sebuah suara datang dari pintu. Itu Kris dengan penampilan berantakannya, terdapat beberapa cipratan darah hitam pekat yang berada di kemeja putih dibalik jas hitamnya. Rambut sehitam jelaganya berantakan seolah ia baru saja melewati badai topan sebelum sampai kesini. Mata hitam nya yang berkilat penuh bahaya menatap awas ketiga orang disana, masih terbawa suasana pertarungan dengan ruthless. Kulit pucatnya yang terlihat seperti mayat terlihat semakin redup oleh warna bibirnya yang merah merekah.
"Yi ge!" Baekhyun berteriak sumringah. Wajahnya penuh senyum dan Kris mendengus saat menyadari bahwa alasan Baekhyun begitu bersemangat adalah karena surat dari Profesor Shim, Shim Changmin.
"Itu juga berarti bahwa ada seorang noble pengkhianat karena hanya noble yang bisa membangkitkan manusia menjadi vampire." Sehun melanjutkan intuisi Kris. Tangannya terlipat dengan salah satu yang tegak lurus demi mengetuk-ngetuk jari pada dagu runcingnya. Matanya menyipit penuh curiga namun menurut Kris hal itu justru terlihat konyol.
"Mana suratku?" Baekhyun mengabaikan Sehun, menengadahkan tangannya pada Kris yang kini berjalan ke arah sofa lantas mendudukkan bokong berharganya di salah satu sofa disana.
"Satu kecupan dan akan kuberikan." Kris menaik-turunkan alis tebalnya dengan tatapan mesum yang jelas membuat Baekhyun membelalakkan matanya seraya menunjukkan gestur ingin memukul.
"Kau mau mati ya?"
Kris terkekeh, "tidak sebelum menikah," lalu mengeluarkan sebuah amplop dari balik jasnya. Sudah menjadi sebuah hiburan tersendiri baginya untuk menggoda si bungsu Baekhyun karena baginya si bungsu itu terlihat begitu manis dan polos meski kenyataan berkata bahwa Baekhyun adalah makhluk dengan pemikiran yang dewasa sebelum waktunya. Baekhyun bahkan dapat menjadi seseorang yang lebih bijaksana darinya. Kris menyebut itu sebagai anugerah hybrid, "ini." Dan Kris memberikan amplop berisi surat itu pada Baekhyun tanpa ocehannya lagi.
Keparat, yi ge membawa surat ini bersamanya saat dia mengurus ruthless? Yang benar saja. Pikirannya berkecamuk. Beruntung amplop surat berharganya tidak terkena cipratan darah menjijikan dari ruthless. Jika benar begitu, ia akan menguliti kakak pertamanya itu hidup-hidup.
"Yang aku pertanyakan adalah kenapa dia selalu mengirim surat padahal jelas-jelas ini adalah abad 21, Demi celana Spider-Man Sehun! Dan ini tahun 2018 dimana nyaris semua orang telah menggunakan teknologi yang dinamakan gadget. Apakah Prof. Shim itu orang yang kuno?" Kris mengacak surainya yang telah berantakan menjadi lebih berantakan seperti orang tidak waras. Dan Sehun berteriak "Hei!" dengan cukup keras saat Kris menyebutkan salah satu celana dalamnya.
Lantas Baekhyun menggedikan bahu, "yaa.. mungkin. Dia bahkan sering mengirim surat lewat burung hantu pada Daehyun yang hanya berjarak 2 blok dari gedung riset kami."
"Seseorang harus membedah kepalanya dan membenarkan otaknya."
"Otaknya sudah benar, Kris. Hanya saja cara hidupnya yang kuno. Si jenius selalu memiliki keanehan yang unik."
Kris merotasikan bola matanya dengan senyum miring. Mengabaikan apa yang di ucapkan Baekhyun. Lantas ia membawa bokongnya untuk berdiri dengan tungkai yang senantiasa melangkah selambat manusia ke arah mini bar di sudut ruang kerja Yunho, mengambil sebotol sampanye lalu menuangkannya kedalam gelas.
"Untuk si brilian Baixian." Kris mengolok adiknya dengan menyebalkan seraya mengangkat gelasnya seolah akan bersulang. Setelahnya meneguk cepat sampanye itu hingga tak tersisa tanpa mengindahkan dengusan Baekhyun.
"Pulanglah, Bai. Mamamu merindukanmu. Sudah berapa lama kau tak pulang, hm?" Yunho kembali dalam obrolan, menatap si bungsu dengan kedua tangan yang saling bertaut menopang dagu di atas meja kerjanya yang berlapis kaca, matanya terlihat begitu penuh harap, berharap bahwa Baekhyun akan mengiyakan permintaannya.
"Aku hanya tidak pulang selama 3 hari, pa. Jangan berlebihan." Baekhyun mendengus main-main, kemudian terkekeh geli. Kakinya saling menyilang dengan gaya elegan khas Baixian. Surat dari Changmin telah ia simpan di balik jaket musim dinginnya. Surainya yang putih nan lembut bergerak-gerak pelan kala terpaan AC menyapanya. Kulitnya yang pucat begitu kontras dengan baju yang ia kenakan. Telinga elf nya yang runcing pun tak dapat menghilangkan kesan manis di parasnya.
"Mamamu yang berlebihan, Bai. Dia begitu merindukanmu." Mata sehitam arang milik Yunho yang diturunkan pada Baekhyun dan Kris menatap jenaka. Bicara soal istrinya, lelaki itu uring-uringan beberapa hari ini. Penyebabnya adalah si bungsu Baekhyun yang tak pulang ke rumah seperti seorang pelarian.
Belakangan ini Baekhyun sibuk dengan riset nya di pulau pribadi milik blood-sucker di selatan semenanjung Korea. Baekhyun bergabung dalam komunitas peneliti sejak usianya 15. Dia di anugerahi otak yang luar biasa cerdas, jenius mungkin. Sejak kecil Baekhyun memang tidak bergaul dengan teman sebayanya, selain karena dia tak bisa terlalu dekat dengan manusia, dia juga terlahir berbeda dari para immortal yang lainnya secara fisik maupun pemikiran. Dia lebih sering bergaul dengan rekan-rekan Yunho yang merupakan profesor dan peneliti. Untuk itu Baekhyun bergabung dalam komunitas penelitian intern blood-sucker di wilayah Korea. Sebenarnya disana tidak hanya ada para penghisap darah, ada beberapa dari mereka yang berasal dari ras elf, guardian, ataupun shape shifter, namun tidak untuk werewolf.
Perang dingin diantara vampire dan werewolf yang terjadi sejak ratusan tahun lalu nyatanya masih terjadi. Penyebabnya karena werewolf tidak percaya bahwa ras blood-sucker telah berevolusi dan taat pada aturan. Beberapa abad silam, blood-sucker dikenal sebagai pemangsa gila tak berotak yang tak mempedulikan keseimbangan alam sehingga mereka berada dalam urutan ras paling berbahaya kedua setelah demon. Vampire memburu manusia dan ras lainnya tanpa belas kasihan dan logika, mereka hanya peduli pada hasrat di pangkal tenggorokan mereka ketimbang memikirkan dampak di masa depan akibat perburuan tak terkontrol mereka; manusia beserta ras lain bisa punah dan alam tak akan lagi seimbang.
Dan para werewolf adalah lawan yang seimbang untuk vampire. Mereka berusaha menghentikan vampire demi keseimbangan alam. Namun ras vampire begitu keras kepala dan angkuh, tak mau mengalah. Sehingga perang besar antara vampire dengan werewolf terjadi beberapa abad lalu yang kini hanya menyisakan perang dingin yang berkepanjangan.
Tapi kini jaman telah berubah. Vampire tak liar seperti dulu. Mereka telah menemukan inovasi berupa cairan yang di suntikkan pada pembuluh darah jantung untuk menekan secara paksa hasrat berburu makhluk berdarah dingin itu. Cairan itu pula yang disebut sebagai tanda yang menunjukkan seorang vampire bukanlah clanless. Cairan itu membentuk polanya tersendiri dibawah jaringan kulit dan membentuk sebuah tanda clan. Tepat di bawah tulang selangka kiri mereka.
Namun, tak peduli dengan penemuan vampire dan evolusinya, werewolf tetap memusuhi vampire. Ras werewolf masih menganggap bahwa vampire adalah ras liar yang tak mempedulikan siklus alam. Itulah mengapa perang dingin masih terjadi diantara vampire dan werewolf.
Itu pula yang menyebabkan tak ada satupun dari ras werewolf yang bergabung dalam tim penelitian blood-sucker. Werewolf lebih memilih untuk memisahkan diri dari vampire ketimbang berada dibawah satu atap laboratorium dengan mereka. Karena jika itu terjadi, mereka mungkin akan saling membunuh.
"Aku akan pulang malam ini, pa."
• Cherish The Memory •
"Baixian!" Pelukan sang ibu langsung menyambutnya ketika ia melangkahkan kakinya memasuki rumah bergaya victoria yang telah ia tinggali bersama keluarganya selama ini.
Baekhyun tersenyum kecil dalam pelukan sang ibu yang merupakan seorang lelaki. Ia tak pernah mempermasalahkan apalagi mempertanyakan kenapa ibunya seorang lelaki karena ia sendiri bisa saja memiliki seorang bayi dalam perutnya suatu saat nanti.
Tangannya perlahan naik ke bahu Jaejoong dan mengusapnya lembut. Jaejoong selalu berlebihan seolah mereka tidak bertemu selama puluhan tahun lamanya.
Diantara dua saudaranya, Baekhyun lah yang paling mendapatkan curahan perhatian dari sang ibu. Selain karena ia berbeda, ia juga seorang carrier yang harus dijaga baik-baik selayaknya anak gadis.
"Mama tidak mau memelukku juga?" Kris berdiri tak jauh disana, bersedekap dada dengan mata hitam nya yang menatap kecewa pada Jaejoong dengan dramatis.
"Drama king." Itu yang sering di gumamkan Sehun saat melihat hal-hal bodoh yang dilakukan si sulung Kris.
"Kau sudah besar, Fan Fan. Tak pantas dapat pelukan." Dan Jaejoong lebih memilih untuk mengabaikan putra sulungnya yang telah memiliki usia yang matang untuk menikah dalam hitungan klan penghisap darah itu. Tapi nyatanya, Kris bahkan tak pernah sekalipun terlihat pergi berkencan dengan wanita manapun selama ini. Pria itu berkata bahwa seleksi masuk BSBI lebih penting ketimbang mengencani wanita.
Meskipun terlahir sebagai vampire murni dan tak mewarisi gen ibunya, Kris tetap bukanlah seorang vampire berdarah bangsawan murni seperti ayahnya. Itulah yang membuatnya tak menargetkan untuk menjadi anggota The Council dan lebih fokus pada seleksi BSBI.
"Ma, akuㅡ"
BRUK
Tanpa aba-aba, tanpa peringatan, Baekhyun terjatuh ke lantai dengan mata terpejam lemas membuat Jaejoong memekik bersamaan dengan suara petir yang keras serta hujan lebat yang tiba-tiba mengguyur kota Seoul malam itu.
"Biar aku yang membawanya, ma." Sehun dengan sigap membawa tubuh ringan Baekhyun kedalam dekapannya dan membaringkannya diatas ranjang kamar Baekhyun dengan Kris dan Jaejoong yang setia mengikutinya.
Beberapa pengawal di rumah lantas berdatangan saat mendengar pekikan Jaejoong dan kini mereka berdiri di depan pintu kamar Baekhyun untuk berjaga dengan pandangan awas dari mata blood-sucker mereka.
"Astaga, apa yang terjadi padanya?" Jaejoong bertanya untuk dirinya sendiri dengan penuh nada kekhawatiran. Wajahnya terlihat murung dengan alis yang turun menandakan bahwa ia begitu cemas akan kondisi Baekhyun yang tiba-tiba memburuk.
"Denyut nadinya baik tapi energi kehidupannya terasa melemah." Kris berujar seraya menggenggam tangan Baekhyun dan merasakan denyutan nadi di pergelangan anak itu. Ucapannya membuat keadaan semakin memburuk karena nyatanya Jaejoong semakin panik.
Baekhyun adalah percampuran dari 2 ras; berkulit pucat seperti penghisap darah, bertelinga peri, bergerak secepat penghisap darah, berambut pirang, dan poin pentingnya adalah bahwa dia memiliki detak jantung meskipun darah yang mengalir di seluruh tubuhnya adalah darah merah pekat yang nyaris menyerupai hitam milik penghisap darah. Baekhyun adalah gambaran dari struktur tubuh yang kompleks.
Suasana bertambah suram saat suara petir yang menggelegar terdengar diluar jendela dengan kilatannya yang menjilat-jilat.
Baekhyun tak pernah seperti ini sebelumnya. Tak pernah sekalipun. Itulah yang membuat semua orang tiba-tiba merasa panik. Yunho bahkan pulang dengan cepat saat merasakan ikatannya dengan putra bungsunya melemah.
Ada sesuatu yang tidak beres sedang terjadi.
"Anak pertama dari Park Seojoon dan Kim Jiwon terlahir beberapa saat yang lalu, tuanku. Berjenis kelamin laki-laki, dia akan menjadi pemimpin klan selanjutnya dengan tanda Phoenix di lehernya." Seseorang melaporkan itu pada Yunho hingga pemimpin The Council sekaligus pemimpin klan itu merenung untuk sesaat, mengingat kembali tanda rubah ekor 9 yang ia punya.
Dalam dunia immortal, ada puluhan hewan mitologi yang menjadi lambang seorang pemimpin klan yang dimiliki sejak lahir. Mereka yang memiliki tanda itu ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin klan. Seperti Kris yang memiliki tanda naga dan Sehun yang memiliki tanda byakko atau harimau putih dalam mitologi China. Sehun akan menjadi pemimpin dari klan ibunya, sementara itu tanda Kris sesungguhnya masih dipertanyakan; apakah anak itu akan menjadi pemimpin klan atau tidak karena pemimpin klan berarti merupakan anggota The Council dan anggota The Council artinya harus berdarah bangsawan murni. Di luar itu, semua orang tahu bahwa Kris terlahir sebagai setengah bangsawan karena pernikahan campuran orang tuanya.
Dan Phoenix adalah salah satu lambang pemimpin klan yang telah lama tak muncul. Terakhir kemunculan seseorang dengan tanda Phoenix adalah 800 tahun yang lalu di klan Perseus, LA.
Phoenix adalah salah satu lambang yang sangat langka kemunculannya seperti halnya naga. Mereka yang memiliki tanda lahir hewan-hewan legenda yang langka dipercaya akan menjadi pemimpin besar yang hebat.
Tapi siapa yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya.
Kris duduk diam di sebelah tubuh Baekhyun yang berbaring, ia menatap wajah pucat sang adik lekat-lekat sebelum kedua alisnya saling bertaut saat melihat sesuatu yang aneh terlihat dari balik kerah kemeja Baekhyun hingga ia memutuskan untuk membuka satu kancing teratas dan melihat lebih jelas apa yang ia lihat beberapa saat lalu, memastikan apakah itu ilusi atau benar adanya.
"Apaㅡ ini?" Suara Kris yang terbata-bata menarik semua perhatian hingga Yunho mendekat untuk melihat apa yang Kris maksud.
"Phoenix.." Jaejoong bergumam diikuti tangannya yang membungkam bibir. Kelopak matanya melebar dengan pekikan tertahan yang sarat akan ketidakpercayaan. Apa yang ia lihat sungguh seperti tipuan mata.
"Itu.. sebenarnya ada apa?" Sehun dengan emosinya yang stabil lantas bertanya.
Hawa dingin menelusup kedalam ruangan hingga atmosfer terasa sesak dan mencekam kala semua mata telah melihat adanya tanda baru berukir burung Phoenix di dada Baekhyun, tepat di atas jantungnya, dibawah tanda bulan sabit yang menjadi tanda klan mereka.
"Itu tanda seorang mate werewolf."
Dan mereka bertiga merasa seolah ada batu yang menghantam telak dada mereka saat Yunho berucap penuh keyakikan.
Tidak mungkin, mustahil, ini bencana.
• Cherish The Memory •
"Yunho~" suara lembut yang mendayu itu langsung menyapanya saat sepasang tungkai kaki Yunho berjalan memasuki sebuah aula besar dengan jendela-jendela kurus berkaca mosaik warna yang menghiasi dinding bagian utara ruangan hingga cahaya rembulan yang melewati jendela terlihat berbias warna-warna layu yang berbeda didalam ruang remang itu.
"Yunho, Yunho, Yunho." Suara lembut wanita itu kembali terdengar di telinganya. Bersamaan dengan figur wanita berbalut dress putih yang berbalik ke arahnya disertai sebuah senyuman berbahaya yang terlihat amat mempesona diantara paras cantiknya yang bagai sinar rembulan. Dialah wanita dengan julukan sang Dewi Bulan, wanita dari ras manusia yang lemah yang memiliki kelebihan untuk meramalkan suatu peristiwa. Sang penyampai pesan mereka memanggilnya. Wanita itu membuktikan dirinya memiliki nilai lebih dimata para abadi. Wanita itu membuatnya diakui dan disegani sebagai sang peramal.
"Apa yang kau butuhkan, Yunho?" Dia turun dari atas mimbar tinggi tempatnya berdiri sebelumnya, melangkahkan kakinya dengan anggun untuk mendekati Yunho yang berdiri tepat di tengah ruangan, dibawah lampu kristal dengan cahaya redup yang sama sekali tak membantu penerangan disana.
Jemari lentiknya bermain-main di bahu tegap Yunho kala tungkainya berjalan lambat mengitari tubuh Yunho yang hanya berdiri seperti manekin.
"Katakan.. dan aku akan memberitahumu." Bibir merah itu berbisik sensual di telinga Yunho namun nyatanya Yunho tetap diam tak bergeming seolah semua godaan wanita itu tak dapat meruntuhkan hatinya.
"Apa yang terjadi pada Baixianㅡ putraku?" Dan saat Yunho bertanya, ia akan langsung pada intinya tanpa berbasa-basi terlebih dahulu. Tak peduli bahwa wanita bernama Kwon Boa ini adalah wanita yang dianggap suci dan tak boleh dilukai oleh ras manapun bak anak emas. Nama Kwon Boa diberikan oleh Pete Arwin, seorang ahli ilmu sihir dan filsuf terkemuka dari ras Guardian.
"Baixian.. Baixian.." Boa mengulang-ulang nama si bungsu dari Yunho itu seolah ia tengah mengingat-ingat sesuatu, namun nada bicaranya terdengar main-main membuat Yunho merasa jengkel dan marah.
"Katakan secepatnya!" Yunho sudah cukup bersabar untuk menghadapi sikap Boa yang terlalu bertele-tele, ia tak punya cukup waktu lagi untuk menunggu lebih lama supaya tahu apa yang terjadi pada Baekhyun. Gemuruh di hatinya terlalu keras untuk lebih bersabar. Dan rasa khawatirnya tak bisa lagi ditunda.
Boa lantas terkekeh dengan manis sambil menjauh dari Yunho untuk kembali ke atas mimbarnya dengan posisi membelakangi Yunho.
"Putramu terlahir spesial," Boa memulai pembicaraan seriusnya, suaranya terdengar dalam dan Yunho mendengus atas kata 'spesial' itu, yang dia tahu Baekhyun itu berbeda, "takdirnya telah terlahir hari ini, Baixian ditakdirkan untuk menjadi mate dari alfa hebat kaum werewolf." Saat tubuh Boa berbalik ke arahnya di kejauhan, Yunho dapat melihat mata Boa dan mata tiara di kepalanya mengeluarkan cahaya biru yang terang. Ini bukan pertama kali ia melihatnya, namun tetap terasa menakjubkan. Inilah yang dimaksud sebagai sang penyampai pesan.
Takdir telah memilih putranya. Takdir telah menghantarkan putranya pada seorang alfa yang bahkan baru lahir 2 jam yang lalu. Dunia telah membuatkan jalan bagi Baixian. Dan semuanya dimulai sejak alfa itu teralhir ke dunia dengan tanda Phoenix di lehernya.
• Cherish The Memory •
"Aku tidak mau." Kalimat itu terus terulang dari Baekhyun tanpa bosan. Yang terlihat dimata Jaejoong dan yang lainnya hanyalah punggung kecil Baekhyun yang enggan untuk berbalik demi menatap mereka yang berada di ambang pintu.
"Xiao Xian, jangan menyiksa dirimu sendiri. Ayoㅡ"
"KUBILANG AKU TIDAK MAU! AKU TIDAK SUDI MELIHATNYA!" Jerit Baekhyun penuh kehisterisan, kedua telapak tangannya berusaha menutupi telinganya rapat-rapat meski itu berakhir sia-sia karena pendengarannya yang tajam. Kepalanya berputar dan sesuatu terasa menghantam itu hingga ia muak pada semua ini. 7 hari sudah terlewat sejak tanda itu muncul di dadanya. Dan sudah 7 hari berlalu dengan keterdiamannya yang menolak seluruh kenyataan yang ada.
Bagian dadanya bahkan beberapa kali mengeluarkan darah pekat vampire yang sedikit hitam saat Baekhyun berusaha menghilangkan tanda burung Phoenix disana dengan cara mencakarnya secara menggila. Meskipun ia tahu itu sia-sia, ia tetap melakukannya tak peduli saat mamanya menjerit-jerit memintanya untuk berhenti.
Telinganya telah tuli, matanya telah buta dan otaknya tak lagi dapat berpikir jernih akibat emosi yang menguasai dirinya dengan begitu kuat. Penolakan besar ia tunjukan secara terang-terangan. Namun seolah tak ada yang peduli, mereka semua berkata bahwa dewi bulan telah menyampaikan takdirnya.
Ini tidak adil.
Ini tidak masuk akal.
Kenapa? Kenapa harus aku?
Batinnya terus bertanya, namun tak ada jua yang berikan jawaban. Ia putus asa dan nyaris memohon untuk mati. Ini penghinaan besar baginya. Sudah cukup dengan ia yang terlahir berbeda, lantas apalagi yang takdir rencanakan untuk kehidupan menyedihkannya? Menjadi mate seorang alfa dari ras werewolf sungguh tak masuk akal, tak dapat di percaya dan mustahil.
Werewolf selalu memiliki mate dari bangsanya sendiri. Mereka memiliki 3 kasta; alfa, beta, omega. Kaum werewolf tak pernah memiliki pasangan diluar dari rasnya sendiri. Jadi merupakan hal yang mustahil saat ia menerima kenyataan pahit yang mengatakan bahwa ia adalah seorang mate dari seorang alfa calon pemimpin klan yang baru saja lahir. Ini gila dan diluar nalar.
"Aku tidak mau.. aku tidak mau.. tolong aku.." tubuh Baekhyun melemas, dan isakan kecilnya mulai terdengar saat telapak tangannya menutupi wajah dengan tulang punggung yang melengkung saat ia membungkuk penuh keputusasaan.
"Xiao Xian. Kami semua disini, jangan merasa kau sendirian." Kris dan Sehun berada di sebelahnya dengan cepat, merangkul bahu Baekhyun dengan hangat sementara Jaejoong hanya menyaksikannya sambil menangis dalam diam, masih di ambang pintu kamar Baekhyun.
"Sakit sekali, ge." Ini bukan kali pertamanya merasakan rasa sakit yang berdenyut di balik rongga dadanya dalam seminggu belakangan. Perasaan rindu yang tak ia pahami, denyutan sakit yang terasa meremas jantungnya, rasa panas di pembuluh darahnya, pening luar biasa yang menyerang kepalanya, semua itu begitu menyiksa dan membingungkan.
Semua orang berusaha membujuknya untuk pergi ke wilayah werewolf demi melihat alfa nya yang masih berusia 1 minggu. Namun ia menolak dengan sangat. Sedikitpun ia tak sudi mengakui bahwa ia adalah mate dari seorang alfa werewolf.
Berita mengenai ia yang menjadi mate dari anak pemimpin klan itu tersebar secepat angin di kalangan immortal. Semua immortal dari ras manapun telah mengetahui bahwa Baixian adalah mate dari seorang alfa kecil bernama Park Chanyeol.
Itu semakin membuat Baekhyun tertekan dan semakin ingin mengakhiri ikatan takdir di antara ia dan bayi werewolf itu.
"Aku benci dia. Kenapa dia harus terlahir? Kenapa anak sial itu harus ada? Akan kubunuh dia! Akan kuhancurkan!"
"Baixian!"
Tak hanya Baekhyun, Kris dan Sehun pun ikut tersentak saat suara Yunho bergema didalam kamar dengan penuh amarah. Pria 3 anak itu tiba-tiba muncul dengan kedua alis menukik serta wajah tegasnya yang dipenuhi emosi.
Wajah kerasnya perlahan melembut saat melihat butiran air mata yang mengalir di wajah putra bungsunya. Lantas ia berjongkok di depan Baekhyun, menggenggam kedua tangannya dengan lembut seraya menatap sepasang bola mata sehitam jelaga milik putranya.
"Dengar, aku sedang berusaha mencari penyelesaian dari masalah ini. Memang tidak akan mudah. Tapi aku harap kau tak menyiksa dirimu sendiri, kau harus bertemu dengan alfa itu. Kau menyakiti dirimu sendiri, juga menyakitinya. Apa kau tega menyakiti seorang bayi kecil yang tak berdosa?"
Kedua pasang bola mata hitam yang sama-sama memiliki iris merah terang itu menjalin kontak satu sama lain, berusaha membangun rasa percaya dan keyakinan. Baekhyun dalam isak tangisnya dan Yunho dengan ketegasannya.
"Kenapa harus aku, pa?" Suaranya melirih dengan teramat menyedihkan hingga Yunho merasa iba dan memeluk tubuh ringkih si bungsu berharganya itu dengan penuh kasih sayang.
Baekhyun telah melalui banyak hal sejak terlahir ke dunia yang kejam ini; dikucilkan, dihina, dipandang sebelah mata, dan diabaikan eksistensinya seolah ia tak pantas untuk hidup hanya karena ia terlahir sebagai hybrid. Tapi lelaki kecil itu dapat melewati semuanya meski semua itu tak pernah tak meninggalkan luka. Kini saat kedua kakinya dapat berdiri dengan kokoh tanpa cemoohan dari dunia, masalah baru menerjangnya dan membuatnya kembali jatuh ke lembah kesengsaraan. Kapan deritanya akan berakhir? Tak ada yang tahu.
"Cobalah untuk mengerti, cobalah untuk menerima. Dibalik semua cobaan hidupmu pasti ada yang Tuhan siapkan, sesuatu yang besar, sesuatu yang akan membuatmu bersyukur telah dianugerahi sebuah kehidupan, sesuatu yang akan membuatmu mengenang semua perjuangan kerasmu selama ini, sesuatu yang akan membuatmu bangga telah terlahir menjadi Baixian; putra papa dan mama."
Kelopak Baekhyun memejam, giginya saling beradu dalam usaha menahan tangis. Tak pernah sekalipun ia mengutuk pernikahan kedua orang tuanya yang telah membuat ia terlahir ke dunia ini. Dan tak pernah sekalipun ia ingin kedua orang tuanya berpikir ia menyesal telah terlahir ke dunia ini. Semuanya berharga baginya, semuanya begitu sempurna terkecuali takdir menyakitkan yang selalu datang menghampirinya.
"Jangan menyiksa dirimu lebih lama lagi. Aku berjanji, masalah ini tak akan berlangsung lama dan menyakitimu lebih dalam." Janji Yunho adalah sesuatu yang akan selalu Baekhyun percayai. Maka, ia mengangguk meski enggan dan memilih untuk menyerah pada egonya kali ini dengan pergi ke wilayah klan werewolf demi meredam rasa sakit di rongga dadanya yang sesungguhnya adalah sebuah rasa rindu yang tak tersampaikan.
Jadi sekarang ia berdiri disini, didalam hall sebuah rumah sebesar istana milik pemimpin klan Lupus; salah satu klan werewolf terbesar di Asia Timur dengan Park Seojoon sebagai pemimpinnya.
Kedua tungkai kakinya berdiri dengan lemah diatas lantai marmer yang bersinar itu beserta tangan-tangan Kris serta Sehun yang setia menopang tubuhnya. Denyutan di dadanya perlahan melemah dan menghilang sejak kakinya menginjak lantai rumah besar nan asing ini. Sesuatu yang tak dapat ia mengerti lagi-lagi terjadi padanya.
"Berani sekali sekelompok penghisap darah menginjakkan kaki di wilayah kami, dan tepatnya di rumahku." Sepasang kristal werewolf milik Seojoon menatap mata tajam Yunho dengan sama tajamnya.
Puluhan pengawal dengan cakar siaga mereka telah memasang kuda-kuda di sekeliling keluarga Yunho yang hanya berdiri disana tanpa kewaspadaan. Mereka datang untuk berdamai, demi putra kecil mereka, jadi tak apa jika mengesampingkan ego terlebih dahulu demi kepentingan buah hatinya.
"Tangisan anakmu yang memanggil kami kesini." Yunho dengan pendengarannya yang tajam nyatanya dapat mendengar suara tangisan dari bayi laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Park Chanyeol terlepas dari kenyataan bahwa bayi serigala itu berada sangat jauh dari tempatnya berdiri; Seojoon sengaja menjauhkannya dari mereka yang dia anggap sebagai predator tak berakal.
"Alasan yang sangat tak masuk akal."
"Jangan mencoba untuk mengelak, Park Seojoon. Putramu dan putraku memiliki ikatan yang tak dapat kau tiadakan. Berdamailah pada keadaan dan biarkan anakmu menghentikan tangisannya."
Rahang Seojoon mengeras, selaras dengan tatapan bengisnya yang terarah pada Yunho. Instingnya sebagai pemangsa kian bergelora kala bau khas dari para penghisap darah mulai memenuhi penciuman tajamnya, merangsek masuk melalui rongga pernafasan hingga ka merasa mual akan bau menjijikan itu.
"Berdamailah untuk putramu lalu kita cari solusi yang tepat." Sekali lagi Yunho mencoba untuk meyakinkan. Ia tahu Park Seojoon adalah kepala klan yang memiliki watak keras kepala yang begitu mendarah daging. Pendiriannya begitu kuat dan tak mudah goyah. Pemahaman dari leluhurnya yang mengatakan bahwa vampire adalah pemangsa tak berbelas kasihan telah tertanam sempurna di benaknya hingga sangat sulit baginya untuk mendengarkan perkataan Yunho tanpa mengindahkan tangisan putra semata wayangnya yang semakin terdengar meraung-raung seolah memanggil mate nya untuk mendekat.
"Persetan. Demi tujuh lautan aku tak akan sudi membiarkan makhluk berdarah hitam seperti kalian menemui putraku!" Dan Seojoon tetap pada pendiriannya. Matanya makin menyalak dengan geraman serigala yang mulai terdengar dari celah bibirnya. Sementara itu Jiwon berdiri di sampingnya dengan raut penuh iba saat melihat penderitaan yang ditanggung putra bungsu Yunho. Jiwon tahu betapa sakit dan menderitanya seorang mateyang tak bertemu dengan pasangannya. Apalagi jika di hadapkan oleh penolakan. Karena itu yang ia rasakan dulu, penolakan dari Seojoon. Dan Baekhyun dihadapkan dengan penolakan dari keluarga alfanya karena ini memang terdengar tak masuk akal mengingat Chanyeol yang baru saja berumur 1 minggu.
"Hentikan omong kosong ini. Tolong jangan egois dan lihat keadaan. Manusia saja bisa saling menghargai dan mementingkan apa yang seharusnya didahulukan dalam keadaan mendesak terlepas dari siapa mereka. Dan kita sebagai makhluk yang lebih kuat dari mereka lebih mementingkan ego sendiri? Dimana rasa malumu?" Kris berucap dengan tenang, kendatipun matanya menatap tajam Seojoon tanpa rasa segan. Hanya terlalu muak dengan keegoisan Seojoon yang merugikan putranya sendiri juga Baekhyun.
"Lancang!" Suara teriakan Seojoon nyatanya tak dapat menggentarkan Kris. Si sulung itu tetap kukuh mempertahankan apa yang diyakininya benar. Kondisi Baekhyun lebih penting ketimbang memperhatikan sopan santun.
"Jika kau tak mau melakukannya atas nama harga dirimu yang tinggi, setidaknya lakukan atas rasa hormatmu terhadap King of Korean Council yang dipegang ayahku."
Werewolf dan vampire memang terlibat perang dingin, tapi tak menjadikan itu sebagai sekat atas kewajiban mereka tunduk pada para abadi dari jenis lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Seperti halnya Seojoon yang hanya memiliki kedudukan sebagai kepala klan terhadap Yunho yang memiliki kedudukan sebagai raja dari para penghisap darah yang berdomisili di Korea.
Namun watak keras kepala itu nyatanya tak mudah untuk dibungkam hingga Jiwon terpaksa turun tangan dengan mengelus lengan suaminya menggunakan gerakan lembut. Alfa cantik dengan mata besarnya itu menatap Seojoon lekat-lekat, berusaha memberikan pengertian dari tatapannya hingga grand alfa itu sedikit luluh. Hanya seorang mate yang dapat meluluhkan alfanya. Itu adalah hukum alam yang berlaku dalam jenis mereka.
"Aku akan membawa anakmu menemui putraku. Hanya dia dan satu perwakilan dari kalian yang berjenis peri karena Seojoon tak akan mengizinkan penghisap darah melangkah lebih jauh didalam rumahnya." Jiwon berucap lembut dengan tatapan sayu nya, tak cukup bodoh untuk tak menyadari keberadaan 2 orang berdarah peri dengan rambut pirang mencolok mereka.
Lantas Sehun mengalihkan tatapannya pada Jaejoong yang berdiri dengan penuh kesedihan di samping Yunho; masih terlarut dalam kesedihannya atas keadaan Baekhyun yang tak masuk akal.
Jaejoong mengerti arti tatapan Sehun, jadi ia mengambil alih tubuh lemah Baekhyun yang bahkan tak kuasa untuk berucap dari rangkulan Sehun dan Kris. Beralih untuk mengikuti langkah Jiwon seraya memapah Baekhyun tanpa mengindahkan sorotan tajam dari mata Seojoon yang terus mengikuti langkah mereka sampai mereka hilang diujung lorong.
Jiwon membawa mereka berjalan melewati lorong lembab yang remang dengan beberapa lukisan dinding klasik yang Jaejoong tebak berasal dari jaman Romawi kuno.
Lantai yang mereka pijak begitu terasa dingin dan jauh dari hangatnya nafas kehidupan ras werewolf yang menandakan tempat itu tak banyak dihuni atau dilewati oleh kaum berdarah panas itu.
Langkah mereka terus berlanjut dan mulai menapaki satu persatu anak tangga beralaskan lantai granit yang mengkilap serta pegangan terali besi yang cantik dan penuh dengan nilai estetika. Park Seojoon sepertinya adalah tipe orang yang menghargai nilai-nilai estetik dari sebuah arsitektur hingga dekorasi rumahnya yang bergaya victoria itu dipenuhi dengan seni.
Semakin jauh mereka melangkah, semakin terdengar jelas pula tangisan keras dari bayi laki-laki milik Seojoon dan Jiwon. Dan semakin keras jua degupan jantung Baekhyun yang bertalu-talu seolah memanggil alfanya. Ini diluar kehendaknya dan tak bisa ia kendalikan. Nalurinya begitu mendamba untuk berdekatan dengan sang alfa, berbeda dengan keinginan dirinya yang tak sudi melihat bayi pembawa sial itu.
Mata Baekhyun memejam erat begitu merasakan euforia tak masuk akal dibalik rongga dadanya saat Jiwon dengan perlahan membuka pintu kayu setinggi 2 meter dihadapan mereka hingga ia tahu bahwa disanalah alfa kecil dengan tanda burung Phoenix itu berbaring.
"Kemarilah, nak." Tangan Jiwon terulur ramah padanya. Dan Jaejoong mengulurkan tangan Baekhyun yang masih enggan untuk semakin mendekat pada kotak bayi tempat Jiwon meletakkan putra kecilnya disana.
Lantas saat Jiwon menarik tangan dinginnya dengan lembut, Baekhyun dan tubuh lemahnya tak bisa melakulan apapun selain melangkahkan kakinya dengan gerakan lambat yang rapuh hingga matanya bertemu dengan sepasang mata berhiaskan jamrud kecil yang perlahan berhenti dari tangisnya.
Seolah ada daya tarik tersendiri diantara keduanya, mereka terus saling menatap dan Baekhyun merasa muak dengan dirinya sendiri yang tak bisa melakukan penolakan sebesar apapun ia ingin berpaling. Hukum alam berlaku disini saat seorang alfa bertemu dengan pasangannya. Tak ada satupun alfa yang dapat menolak mate nya setelah kontak mata terjadi. Itulah hukum yang berlaku bagi werewolf. Dan Baekhyun tak mengerti mengapa hukum alam itu juga berlaku untuknya yang tak sedikitpun memiliki darah werewolf.
Werewolf memiliki 3 golongan yang bisa disebut sebagai kasta; alfa, beta, omega. Alfa adalah mereka yang memikiki kedudukan tinggi serta memiliki darah noble, sementara beta adalah kalangan menengah dan omega hanyalah rakyat biasa yang tak memiliki kedudukan.
Setiap mate kaum werewolf umumnya berpasangan dengan kastanya sendiri, alfa dengan alfa, beta dengan beta, dan omega dengan omega. Meski begitu, ada beberapa kasus pengecualian dimana alfa bisa saja memiliki mate seorang beta atau bahkan omega.
Bagi alfa, memiliki mate dari kasta omega adalah sebuah penghinaan dan penurunan derajat karena omega tak memiliki kedudukan. Siklusnya selalu berjalan seperti itu. Tapi sekarang dunia di gemparkan oleh kasus Park junior dan Baekhyun, seorang bayi alfa yang akan menjadi grand alfa selanjutnya dengan seorang hybrid yang telah menjadi sorotan dunia immortal sejak kelahirannya 170 tahun yang lalu.
"Namanya Park Chanyeol, sayang. Lihatlah, mata hijau yang ia dapat dari ayahnya tengah menatapmu dengan begitu lekat seolah kalian telah mengenal lama."
Sekuat apapun ia mencoba menolak, sekuat itu pula ikatan takdir menariknya untuk semakin mendekat dengan bayi alfa yang terdiam menatapnya. Bahkan saat Jiwon mulai mengarahkan tangannya untuk menggenggam jemari mungil Chanyeol pun ia hanya bisa berteriak dalam hati tanpa bisa menolak. Matanya membelalak dengan wajah tegang saat ia berusaha menarik tangannya yang hampir bersentuhan dengan tangan Chanyeol. Namun semuanya sia-sia seolah ada tangan kuat tak kasat mata yang menarik tangannya untuk semakin mendekat.
Hingga pada akhirnya kulitnya yang dingin bersentuhan dengan kulit panas Chanyeol, menimbulkan debaran halus yang seolah menggelitik perutnya.
DEG DEG
DEG DEG
Suara degup jantungnya bahkan dapat ia dengar sendiri seolah suara itu adalah satu-satunya yang dapat ia dengar saat itu. Rasa sakit yang tak beralasan di hatinya bahkan hilang tak tersisa, tergantikan oleh perasaan hangat yang tak dapat ia pahami.
Bayi kecil itu bergerak dalam diamnya, masih dengan menatap Baekhyun tanpa sekalipun berkedip seolah Baekhyun adalah objek yang sangat berharga untuk dilewatkan. Mata beningnya yang sejernih air itu menatap lekat, berusaha berkomunikasi dengan Baekhyun yang masih bersikeras melakukan penolakan.
"Pertemuan pertama adalah yang dapat menghapus rasa sesak di dadamu, Baekhyun. Kau akan bertahan untuk beberapa tahun kedepan tanpa melihat Chanyeol." Karena Jiwon tahu, hybrid kecil yang unik itu tak dapat menerima takdirnya. Pertemuan pertama Baekhyun dengan Chanyeol bisa dikatakan sebagai obat yang akan tetap menjaga Baekhyun agar tak kesakitan saat berpisah dari Chanyeol. Jiwon tahu dengan betul bahwa Baekhyun sebetulnya tak ingin berjumpa dengan Chanyeol, jadi ia mengatakan bahwa pertemuan pertama ini akan menjadi obat penyembuhnya hanya untuk beberapa tahun kedepan sampai lelaki itu benar-benar terbiasa dan dapat menerima takdirnya.
• Cherish The Memory •
Detik berganti menjadi menit, menit berganti menjadi jam, jam terus bergulir mengganti hari demi hari hingga tahun-tahun yang sulit terlewatkan begitu saja.
Sudah 7 tahun berlalu sejak Baekhyun ditetapkan sebagai mate dari seorang werewolf yang baru lahir. Dan kini werewolf kecil itu telah tumbuh menjadi anak berusia 14 tahun dengan pertumbuhannya yang 2x lebih cepat daripada manusia.
Begitupun dengan Baekhyun yang telah jauh-jauh hari menyelesaikan studinya dan kini bekerja sebagai salah satu peneliti di Immortal's Research and Prevention Agency (IRPA).
Dengan isi kepalanya yang luar biasa serta masa magangnya sejak SMA, kini dia berada disana sebagai pekerja tetap dengan gelar profesor yang ia dapat di usia 'muda'nya.
"Apa yang kau lihat?" Baekhyun bertanya tanpa perlu berbalik hanya agar tahu apa atau siapa yang berdiri di belakangnya sejak beberapa saat yang lalu. Aura gelap dan semilir angin dingin yang selalu menyertai makhluk itu cukup untuk membuatnya lebih dari mengenal siapa pemilik dari kegelapan itu.
Kedua kakinya berdiri diujung pembatas atap gedung saat makhluk dengan hawa dingin di belakangnya mulai berbicara dengan sedikit menelengkan kepala, "seharusnya aku yang bertanya demikian."
"Kau tak perlu tahu apa yang sedang kulihat. Yang perlu kau tahu hanyalah nama-nama manusia yang hendak kau cabut nyawanya dan bagaimana cara mereka mati." Ucapan Baekhyun tak ayalnya membuat pria di belakangnya berdecih seraya memalingkan wajah dengan seringai tipis yang menjengkelkan.
"Kau masih sama dinginnya. Apa kau sedang memperhatikan alfamu dari jauh?" Sudut bibirnya sedikit terangkat saat ia berbicara dengan nada gurauan yang tak pantas.
"Aku bahkan tak sudi melihat wujudnya." Kedua tangan Baekhyun saling terkepal erat didalam saku jas lab yang masih ia kenakan. Kejadian paling menggemparkan itu nyatanya tak dapat terhapus dari ingatannya begitu saja. Apalagi saat denyutan nyeri di dadanya kembali terasa seperti 7 tahun silam. Tenggang waktunya berpisah dari sang alfa sudah semakin menipis.
"Apa sulitnya menerima takdirmu sendiri, pangeran Baixian?" Lantas pria itu berteleportasi dengan cepat hingga ia berada tepat di hadapan Baekhyun, melayang dengan kedua sayap hitamnya yang terentang sejauh 7 meter hingga membuat Baekhyun mendesis karena merasa ketenangannya terganggu dengan kehadiran makhluk di hadapannya.
Dialah Kai, salah satu malaikat pencabut nyawa yang Baekhyun kenal sejak 4 tahun yang lalu. Malaikat hitam dengan hawa paling dingin yang mengitarinya. Mereka mengatakan bahwa derajat Kai dalam kaumnya sama dengan seorang jenderal perang bagi manusia.
Mata Baekhyun bergulir ke arah Kai dengan lirikan tajam, setelahnya kembali beralih ke direksi lain saat ia mulai merasa muak dengan mata kelam Kai yang seolah menariknya untuk hanyut dalam kegelapan yang mencekam.
"Kau harus menemuinya. Dia jadi remaja yang tampan dan aku yakin sebentar lagi dia akan lebih tinggi darimu." Kai terkekeh dengan cara yang sangat menyebalkan. Pria itu sengaja mengolok Baekhyun dengan ketidakberdayaannya akan takdir alam meski semua olokan itu nyatanya hanyalah sebuah 'gurauan' yang ia anggap menyenangkan.
"Aku tidak mau tahu." Dan Baekhyun yang sudah benar-benar muak dengan lelucon Kai lantas berwujud kabur menjadi partikel cahaya yang transparan sebelum melesat dengan kecepatan cahaya meninggalkan Kai dan dengusan kecilnya disana.
Baekhyun pergi dari sana tanpa mau peduli, tanpa mau melihat, mendengar, atau bahkan sekedar tahu bahwa satu hati di luar sana terus mendamba akan kehadiran dirinya meski itu hanya dalam 1 detik pertemuan.
"Aku ingin bertemu dengan Baixian hyung, Dokter Lu." Remaja itu duduk di atas sofa di ujung ruangan, berbicara pada seorang dokter muda berambut pirang yang telah menjadi pemeran kakak dalam hidupnya selama ini.
"Bersabarlah sebentar lagi, Yeol. Ini hanya masalah waktu." Peri berjas putih itu lantas berbalik bersama dengan roda kursinya yang berderit samar, menatap remaja pubertas di sudut ruangan itu dengan sebuah tatapan lembut serta senyuman menenangkan yang selalu menjadi ciri khasnya.
Ia telah mengenal remaja itu sejak ia berpindah domisili ke Korea Selatan dan berakhir menjadi dokter pribadi keluarga Park Seojoon.
Park Chanyeol namanya, putra semata wayang dari Park dan kelak akan menjadi pemimpin klan yang luar biasa. Anak yang tumbuh dengan baik itu kini telah menjadi remaja berparas tampan dengan tingginya yang bahkan telah hampir melewati Luhan. Anak malang yang selalu menanyakan keberadaan mate nya.
"Kau bohong. Sampai kapan aku harus menunggu? Berapa lama lagi waktu yang harus kulalui agar bisa bertemu dengannya?" Chanyeol bertanya dengan lirih, kedua tangannya terkepal erat bersama tatapan dari sepasang zamrud nya yang terlihat penuh luka, "kenapa dia tidak mau menemuiku, dokter? Aku bahkan sudah tak sejelek dulu. Aku tidak lagi gendut. Semua perempuan di sekolahku bahkan mengatakan bahwa aku sangat tampan. Apa dia membenciku? Apa dia menolakku sama seperti yang ayah katakan?"
Luhan terhenyak, begitu tak menduga bahwa Park Seojoon akan mengatakan hal itu secara terang-terangan pada Chanyeol. Benar jika Baekhyun tak menginginkan Chanyeol seperti yang ia tahu. Tapi tidak benar jika Seojoon harus mengatakannya secara gamblang pada Chanyeol yang teramat masih muda.
"Jangan berbicara yang tidak-tidak. Sudah pernah kukatakan bahwa Baixian sangat sibuk. Dia seorang profesor di IRPA, waktu luangnya tidak banyak. Jadi jangan berpikiran bahwa dia tak menginginkanmu. Dia hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk menemuimu." Luhan memalingkan wajahnya dengan enggan karena rasa ibanya tak bisa mengijinkannya untuk terus berbohong dan berbohong lagi pada Chanyeol.
Anak itu sudah tumbuh menjadi semakin dewasa tiap harinya, dan selama itu pula Chanyeol sudah semakin mengerti tentang keadaan yang sebenarnya. Termasuk dengan alasan kenapa Baekhyun tak pernah menemuinya.
Lantas Chanyeol terdiam untuk beberapa saat, raut kecewanya jelas ia perlihatkan meski nyatanya Luhan memilih untuk sibuk dengan hal lain. Hingga akhirnya ia berdiri dengan kedua tungkai kakinya bersama kekecewaan yang senantiasa hinggap dibalik rongga dadanya.
"Terimakasih untuk waktunya, dokter Lu." Dan yang terakhir Luhan dengar hanyalah suara pintu ruangannya yang tertutup bersama dengan punggung tegap Chanyeol yang menghilang dibaliknya.
Chanyeol berjalan gontai di lorong rumah sakit, langkahnya terhuyung dengan suara seretan alas kaki yang menyedihkan seolah ia berjalan bukan atas kemauannya sendiri. Kelopak matanya menurun dengan tatapan yang jatuh ke lantai. Kedua tangannya jatuh tanpa daya begitu saja di samping tubuhnya.
Dari raut wajahnya, jelas semua orang dapat mengetahui bagaimana suasana hati seorang Park Chanyeol.
"Berhenti menanyakannya! Dia tak pernah menginginkanmu, Chanyeol!"
Lantas saat suara ayahnya bergema didalam pikirannya, kedua tangan Chanyeol saling terkepal erat dengan mata berkaca-kaca. Bagaimanapun usianya masih sangat muda untuk menghadapi situasi macam ini.
Adalah hal yang wajar saat seorang alfa menginginkan kehadiran matenya. Begitupun Chanyeol yang sangat mengharapkan kehadiran Baekhyun. Baekhyun-nya yang sudah sangat lama ia rindukan.
Jadi, dengan tekad serta rasa rindunya yang tak lagi bisa dibendung, Chanyeol pergi ke dermaga, memilih untuk berlari cepat diatas air demi mencapai sebuah pulau yang tak terbaca oleh satelit, pulau dimana disana adalah tempat riset dari IRPA; tempat Baekhyun mengabdikan dirinya sebagai seorang profesor.
"Akan kukejar kau sampai ke neraka sekalipun, Bae."
• Cherish The Memory •
"Tegangan listriknya terlalu tinggi. Coba dengan 300 volt." Baekhyun berucap seraya menggaruk pelipisnya yang sama sekali tak terasa gatal, "medannya saling bertolakan hingga menimbulkan reaksi yang tak setimbang. Coba berikan padaku daftar bahan kimia yang kau masukkan kedalamnya."
Mata hitamnya terlihat sayu saat kemudian kedua lututnya berbalik dan tungkainya berjalan cepat menjauhi kotak bening ditengah ruangan.
Tangannya menggapai gagang pintu besi dan memutarnya hingga engselnya yang sudah tua sedikit berderit dengan suara nyaring, meninggalkan beberapa juniornya didalam ruangan yang hanya berekspresi keruh saat lagi-lagi mereka tak berhasil menyelesaikan projek yang telah mereka janjikan pada senior mereka yang memiliki julukan otak dewa; Baixian.
Baekhyun dikenal sebagai pribadi yang cukup tertutup dan memiliki kebiasaan berbicara to the point, tak pernah bertele-tele. Kepribadiannya yang sulit ditebak membuatnya menjadi salah satu profesor muda yang disegani bagi semua kaum yang bekerja di IRPA.
Dia tak berlidah tajam, hanya saja ucapannya selalu benar telak tanpa bisa dibantah. Dia selalu membicarakan fakta, bukan opini.
Suara derap langkahnya yang pasti dan tanpa adanya keraguan selalu membuatnya menjadi sosok yang terlihat penuh kepercayadirian. Seperti gema dari sepatu kulit yang ia kenakan di lorong remang laboratorium saat ini.
Matanya menatap lurus kedepan dengan tatapan yang sulit untuk dimaknai. Kedua tangannya berayun seirama dengan langkah-langkah kaki jenjangnya. Rambut pirangnya yang berkilau bak tambang emas terkadang sedikit beterbangan kala pendingin ruangan menyapa helaian rambutnya dengan cara yang teramat lembut.
Jantungnya lantas kian berdetak semakin cepat bersama dengan langkahnya yang terus berjalan semakin jauh. Degupan itu terasa begitu keras seakan hendak merobek paksa dadanya. Namun ia abaikan itu meski ia jelas tahu ada sesuatu yang salah tengah terjadi padanya. Pada jantungnya.
Kepalanya mulai menoleh ke arah kanan saat telinga perinya mendengar beberapa derap langkah cepat dari arah sana ketika sepasang kakinya mulai menapaki persimpangan lorong.
Air mukanya bahkan tetap sama saat bibirnya mulai berucap pelan, menanyakan apa yang ia ingin ketahui dari seseorang yang berlari nyaris melewatinya. "Ada apa?" Hanya sebuah pertanyaan ringan yang dapat menjawab keingintahuannya.
"Seorang serigala muda memaksa ingin memasuki pulau. Dia membuat keributan di dermaga. 10 orang penjaga bahkan tak bisa menahannya."
Degupan itu semakin keras terasa dibalik rongga dadanya kala pendengarannya mendengar kalimat 'serigala muda' itu terucap. Perasaannya mengatakan bahwa itu adalah alfanya. Alfa yang telah lama tak ia temui karena keegoisannya. Namun rasionalitasnya mengatakan bahwa ia tak harus peduli. Jadi ia hanya mengangguk dan membiarkan pria itu pergi dengan cepat setelah ia tak lagi mempunyai hasrat ingin bertanya.
Bagaimanapun orang asing tak diperizinkan untuk memasuki pulau yang menjadi tempat penelitian IRPA. Bukan karena anak muda itu seorang werewolf alasan ia tak di izinkan untuk masuk, tapi karena anak itu orang asing yang tak memiliki kepentingan di IRPA. IRPA terbuka untuk kaum immortal manapun, tak terkecuali werewolf.
Setelah Baekhyun mencoba untuk menghilangkan pemikirannya tentang kemungkinan bahwa serigala muda itu adalah alfanya, ia kembali melangkah ke lorong bagian kiri, menyusuri lorong itu dengan langkah yang tetap sama pastinya hingga ia berakhir di ruangan pribadinya.
Tubuh hybrid nya lantas ia jatuhkan diatas kursi kerja dengan jas lab yang masih setia melekat di tubuhnya. Kepalanya menengadah ke atas, menatap langit-langit berwarna putih dengan lampu remang yang menjadi penerangan utama disana.
Didalam kepalanya kini terbayang berbagai permasalahan. Dan dari semua permasalahan itu yang paling dia benci adalah tentang bagaimana cara ia terlepas dari ikatan mate nya dengan anak serigala itu. Sudah 7 tahun berlalu dan tak ada satupun solusi untuk masalah itu. Kendatipun harus ia akui bahwa penemuan Yoochun tentang cairan yang dapat menghambat hasrat ingin bertemunya dengan sang alfa itu sedikitnya cukup membantu. Cairan itu membuat sesuatu di aliran darah serta saraf di otaknya bekerja lebih lambat dari kata normal hingga rasa sakit di sekujur tubuhnya tertahan sedikit lebih lama lagi dari tenggang waktu yang seharusnya ia tempuh agar bertahan tanpa pertemuan dengan alfanya.
Ini melelahkan, membuat seluruh pikirannya tertuju hanya pada itu. Ia merasa kehilangan semangat hidup jika masalah ini tak kunjung selesai. Malapetaka ini membuatnya harus menanggung beban yang berat.
Mata Baekhyun hampir terpejam lelap saat justru pintu besi ruangannya terbuka dengan kasar hingga sepasang kelopak sipit itu kembali terbuka secara paksa hanya untuk menatap tajam sosok pria yang berdiri di ambang pintu.
"Keadaan darurat, hyung." Pria itu berkata dengan mimik wajah panik hingga Baekhyun menegakkan tubuhnya penuh kewaspadaan.
"Apa yang terjadi?"
"Anak itu.. seseorang yang mengaku sebagai alfamu, dia mengamuk di gerbang masuk, memaksa untuk bertemu denganmu." Kim Hanbin namanya, seorang pria dari kaum shape shifter burung elang yang bergabung di IRPA pada bulan ke 2 tahun ini. "Kami bisa mengatasinya jika kau mengizinkan."
Tak ada yang berubah dari ekspresi Baekhyun, dia tetap tenang dan diam. Kelopak matanya berkedip lambat untuk beberapa saat seolah menegaskan bahwa tak ada yang perlu di cemaskan dari keadaan ini.
Helaan nafas beratnya mulai terdengar saat roda kursinya mengeluarkan suara gesekan pelan dengan lantai begitu ia berdiri penuh keterpaksaan seraya menatap Hanbin dengan tatapan yang masih sama.
"Aku akan menemuinya."
Itu adalah sebuah ultimatum yang mengejutkan karena sudah menjadi rahasia umum bahwa Baixian begitu menolak keras garis takdirnya dengan sang alfa dari ras werewolf.
"Kau yakin?"
Namun tak ada jawaban dari Baekhyun. Lelaki bersurai pirang itu justru hanya berjalan melewati Hanbin seolah lelaki itu hanyalah pajangan dinding yang tak menarik untuk dilihat.
Tak dapat disangkal bahwa degupan jantungnya yang semakin menjadi pun membuat perasaan tergelitik di perutnya juga kian semakin meresahkan. Namun kakinya sudah mantap untuk melangkah kedepan, menemui apa yang seharusnya ia hadapi sejak lama. Tak akan ada akhirnya jika ia terus menghindar dan lari dari takdirnya. Karena permasalahan ini ada bukan untuk dihindari.
Tak dapat di pungkiri pula bahwa amarah di hatinya juga belum hilang meski 7 tahun sudah berlalu. Keegoisannya terus menyalahkan kelahiran Chanyeol dan takdir sial yang dibawanya hingga ia terseret dalam lingkaran permasalahan yang tak masuk akal. Namun pada siapa ia harus marah? Karena Chanyeol sendiri tak bisa memilih di keluarga mana dan takdir seperti apa yang akan ia jalani saat ia terlahir.
Namun semua rasa marah dan kecewa yang tak berasalan itu ia telan bulat bulat, ia sembunyikan dengan apik dibalik raut wajahnya yang tenang. Karena ia adalah pemain opera yang handal, selalu begitu.
"Baixian, mau pergi kemana kau?"
"Maaf atas keributan ini, profesor Goo. Aku akan mengatasinya." Baekhyun membungkukkan tubuhnya dengan sopan saat pria tua yang menjadi kepala penelitian itu bertanya padanya. Lantas kakinya mulai melangkah lagi menuju ke gerbang utama dimana keributan yang telah menarik banyak perhatian penghuni pulau itu terjadi, tak peduli bahwa profesor Goo ingin bertanya padanya, yang harus ia lakukan saat ini adalah menghentikan Chanyeol dan semua tingkah kekanakannya.
Jantungnya semakin berdebar-debar dengan degupan yang menggila saat dengan cepat ia melangkah dan kini berdiri didepan gerbang masuk, dimana bentrokan antara serigala muda berbulu abu dan puluhan keamanan dari IRPA terjadi.
Chanyeol dalam wujud serigalanya yang mulai menyadari keberadaan mate nya mulai tenang dan tak lagi menggeram pada puluhan keamanan disana meskipun tak ada satu patah katapun yang terucap dari bibir mungil Baekhyun yang tak pernah berubah sejak dulu; cantik nan mempesona, selalu dapat membuatnya jatuh dan jatuh cinta lebih dalam lagi.
"Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan?" Suara tak bersahabat itu langsung menyapa telinga Chanyeol, disertai tatapan tajam dan mimik wajah yang tak menyenangkan. Semua itu sudah cukup menjelaskan bahwa Baekhyun tak menginginkan keberadaannya, tapi Chanyeol tak peduli. Yang ia perlukan saat ini hanyalah bisa melihat Baekhyun.
"Baixian hyung!" Remaja itu bertransformasi kembali menjadi lelaki tampan yang tinggi, kemudian menerobos keamanan dengan penuh semangat, nyaris menerjang Baekhyun dengan pelukan sebelum pria dewasa itu menatapnya semakin tajam seolah mengatakan bahwa ia tak boleh menyentuhnya sedikitpun.
"Ikuti aku." Punggung Baekhyun lantas berbalik memunggunginya, mulai berjalan menjauh dengan langkah-langkah cepat hingga mereka sampai di pesisir pantai yang cukup jauh dari dermaga. Saat sampai disana pun Baekhyun masih tetap memunggungi Chanyeol, memilih enggan untuk menatapnya hingga Chanyeol merasakan suatu penolakan yang menyakiti perasaannya. Jelas itu ia rasakan, namun ia selalu berusaha berpikir bahwa itu hanyalah pemikirannya saja. Terlepas dari semua itu ia yakin bahwa Baekhyun tak bermaksud mengabaikannya.
"Hyung, akuㅡ"
"Kau pikir ini lelucon?" Tubuh Baekhyun mulai berbalik menghadap Chanyeol seutuhnya, dengan tatapan tak bersahabat yang masih sama kerasnya.
Chanyeol terdiam untuk beberapa saat, cukup terkejut dengan reaksi Baekhyun. Namun selanjutnya ia kembali tersenyum lebar seolah tak ada beban di hidupnya, "aku sangat merindukanmu, hyung. Aku ingin bertemu."
Baekhyun mendengus pelan, memalingkan wajahnya penuh dengan perasaan muak yang mendarah daging. Ikatan sialan, batinnya berteriak penuh emosi. Saat melihat Chanyeol, rasa marahnya akan naik ke permukaan dan itu tak bisa ia kendalikan hingga hasrat ingin melenyapkan anak itu begitu kental mengalir di urat nadinya.
"Kau masih sama cantiknya seperti dulu." Hal itu Chanyeol ucapkan tanpa sadar.
Dan Baekhyun menoleh padanya dengan cepat, "apa yang kau maksudkan? Kau bahkan baru melihat wajahku dengan jelas sekarang."
"Kau mungkin tak mengingatku. Tapi aku tak akan pernah melupakanmu sampai kapanpun."
"Berhenti bicara selayaknya orang dewasa! Kau hanya anak berusia 7 tahun!" Tangan Baekhyun saling mengepal erat. Bagaimana mungkin takdir bisa mempermainkannua dengan sedemikian rupa. Mungkin masih masuk akal jika ia menjadi mate seseorang yang seusia dengannya. Tapi Chanyeol, Demi Tuhan dia hanya anak berusia 7 tahun yang terlihat seperti anak berusia 14 tahun sedangkan ia sendiri telah berusia 177 tahun.
"Apa yang salah denganmu, hyung? Kenapa kau tak pernah menemuiku selama ini? Apa benar yang dikatakan ayah jika kauㅡ" Chanyeol berharap apa yang ayahnya katakan adalah sebuah kebohongan, seperti yang Luhan katakan, "ㅡmembenciku?"
Ada jeda beberapa saat setelahnya, sepasang bola mata sehitam jelaga milik Baekhyun menatap sepasang zamrud milik Chanyeol lekat-lekat sebelum mulutnya terbuka untuk mengatakan suatu hal yang kejam, "aku memang membencimu. Aku bahkan ingin membunuhmu setiap saat."
Kalimat itu terucap begitu saja tanpa rasa bersalah. Rasa muak, kecewa, benci serta segala hal yang berkecamuk di dadanya membuat Baekhyun tega mengatakan hal-hal menyakitkan bagi serigala muda di hadapannya. Ia tak peduli lagi. Hidupnya sudah sulit hanya karena ia adalah percampuran dari 2 ras yang berbeda, keberadaan Chanyeol serta ikatan takdir yang dibawanya membuatnya membenci anak itu sampai ke tulang-tulang hingga hasrat ingin membunuh itu selalu ada setiap saat meski tak dapat dipungkiri juga bahwa desiran halus di hatinya dapat ia rasakan saat ia melihat paras tampan serigala muda itu. Perasaan itu alamiah, itu yang ia tahu dari hubungan mate ras werewolf.
"Aku tak pernah menginginkanmu sedikitpun, Park Chanyeol. Aku tak akan pernah sudi menjadi mate mu." Itu adalah kata-kata terakhir dari Baekhyun sebelum tubuh lelaki itu perlahan mengabur menjadi cahaya kecil dan menghilang seutuhnya dari pandangan Chanyeol. Meninggalkan Chanyeol dengan tatapan kosongnya beserta hatinya yang hancur menjadi serpihan tak bermakna.
.
Bersambung
.
