semua chara punya MASASHI KISHIMOTO
dan segala ke absurdtan cerita atau ke OOC'an hanya milik saya seorang(semoga Masashi - dono mengampuni)
cerita ini didedikasikan untuk diri saya sendiri(WTF) yang sangat KEGIRANGAN jika ada seseorang dengan umur yang jauh lebih tua, minim 20th lah dari umur saya, menyatakan cinta pada saya. tapi pada kenyataanya, saya tidak pernah ditembak seseorang dengan kireteria diatas.
=='' malah saya yang pernah nembak, berumur 41th, disaat umur saya 16th. dan hasilnya saya ditolak, namun tetep gencar deketin, beliau juga aslinya mau tuh sama saya, tapi berhubung gender kita sama(Tch..) dan segala aturan (shit bin bitch) masyarakat yang tak tertulis, saya gagal. hingga pada akhirnya beliau menikah, dan saya memaklumi.
=='' yak saya malah curhat(bodo amat)
selamat membaca!
Sasuke Uchiha, 5th .
Belum waktunya pulang, Kakak ku Itachi menjemputku dari taman kanak – kanak, dan sekarang aku sedang berada disebuah rumah yang sangat besar seperti rumah yang ada di buku dongeng si cantik dan si buruk rupa, meja panjang yang kulewati sesaat tadi buktinya, panjang, dengan banyak sekali kursi disana, banyak sekali lukisan dari awal aku memasuki kediaman ini.
"Nii – san, apakah kita akan bertemu si buruk rupa?" tanyaku heran, karena sejak tadi kakakku hanya menggandeng dan seperti tak pernah sampai pada tujuan.
"Sssttt. . . kita sudah sampai, mereka sedang bersedih, jangan berisik ya." Yang berada di hadapanku sekarang, banyak sekali orang dewasa berkumpul mengenakan pakaian hitam, ada ayah dan ibuku juga diantara mereka, aku berlari menghampiri ayah, memintanya menggendongku, saat aku sudah digendongan ayah, nampak jelas sekali ada seseorang berbaring di kasur besar seperti yang ada di buku dongeng, seluruh tubuhnya ditutupi kain putih, ada seseorang laki – laki sepertinya sedang menangis sambil memeluk orang yang sedang terbaring dengan seluruh tubuh tertutup, disampingnya juga ada seseorang seumuran Itachi nii – san yang jelas sekali menangis kencang seperti anak kecil, walaupun aku masih kecil, aku tak pernah mempermalukan diriku sendiri untuk menangis sekencang itu, dasar! Tak lama kemudian bisa kulihat Itachi menyelip dibalik kerumunan, lalu membawa laki – laki yang menangis tanpa malunya itu keluar dari kerumunan, tinggal satu orang yang masih saja sedari tadi terisak, hingga pada akhirnya orang yang tertutupi tadi dimasukan ke peti, lalu ntah dibawa kemana. Aku berganti digendong oleh Ibu, lalu ibu mulai bercerita sambil terus membawaku berjalan mengikuti kerumunan. Kata ibu orang yang badanya ditutupi tadi sudah meninggal, kata ibu lagi meninggal itu berarti sudah tidak bisa berjalan, makan dan tak bisa melakukan apapun, kata ibu orang yang seudah meninggal akan melanjutkan hidupnya di surga.
"Kenapa tidak diberi ciuman oleh pangeran saja? Seperti putri salju?" terlihat jelas Ibu menertawai pertanyaan yang baru saja kulontarkan, "Ini bukan cerita dongeng kan Sasuke." Ibu menciumi ku, aku hanya bisa tertawa kegelian, sekaligus sadar ibu juga sedang bersedih, wajahku basah oleh air matanya, sebagai anak yang baik, aku membiarkan itu terjadi dan terus tertawa kegelian.
Tanpa sadar aku sudah berada diluar istana, aku bisa melihat dengan jelas, karena kali ini ibu berada di barisan paling depan, ada lubang besar di hadapanku sekarang, ibu berjongkok dan menurunkanku ketanah tanpa melepaskan pelukanya dariku, lalu ada peti mati berwarna putih dimasukan ke dalam lubang di hadapanku, kali ini petinya terbuka, aku bisa dengan jelas melihat wanita cantik dengan rambut merah panjang sedang tertidur di dalam sana, memakai gaun berwarna putih, di hiasi bunga mawar merah seperti warna rambutnya di dalam sana, cantik sekali, benar – benar cantik.
"Okasaannn! Okasan .. hik hik. ." lagi – lagi orang yang dari tadi memeluk wanita cantik ini menangis, kali ini lebih keras, bahkan terus meneriaki okasan okasan! Huh? Okasan? Wanita cantik ini ibunya? Pantas saja orang ini sedari tadi memeluknya. Aku juga bisa melihat Itachi sedang memeluk laki – laki yang tangisanya lebih kencang dari yang satu ini, aku kembali melihat wanita cantik berambut merah dibawahku ini, apa semua yang sudah meniggal akan secantik ini? Tunggu dulu? Rambutnya merah? Lalu kenapa dua orang itu berambut kuning? Eh? Kuning? Kuning atau orange? Ntahlah, tangisan makin menjadi oleh kedua orang tersebut saat peti mati sudah ditutup kembali lalu dikubur di dalam tanah. Setelah selesai dan menabur bunga, ibu mengajaku keluar dari kerumunan. Orang – orang dengan pakaian hitam yang tadi berkumpul satu persatu pergi.
"Sasuke, ibu mau kebelakang dulu, kau tunggu disini jangan kemana – mana sampai ibu datang ya? Ingat jangan kemana – mana."
"Baiklah." Ibu menyuruhku duduk diam disebuah ayunan, pohon disini besar, berbagai bunga juga ada disini, rumah siapa ini? Rumah putri berambut merah tadi mungkin?
Srek
Srek
Srek
Aku menengok ke arah belakang dimana sumber suara berasal, ahh! Dia yang menangis sambil memeluk putri merah dikamar, dia terus berjalan, lalu berhenti, dan menaiki ayunan yang juga sedang kunaiki, tolol aku ketakutan tau! Wajahnya sangat suram! Ibu!
"Okaasan. . hik. .hik. ." Laki – laki ini malah menangis lagi, air matanya tumpah tanpa cela, walaupun takut aku akan mencoba melihat wajahnya, barang kali dia si buruk rupa, hehe!
Waaaaaww cantik sekali, bulu matanya panjang, air matanya juga indah.
"Hey. . jangan menangis lagi." Aku berjongkok dihadapanya, dan terlihat jelas dia terkejut, lalu menghapus air matanya.
"Jangan bersedih, aku akan menemanimu di istana ini, membawakanmu buah tomat kesukaanku setiap hari, lalu saat kau mati, aku akan menciumu dan kau bisa hidup kembali, semua putri – putri akan hidup lagi jika dicium oleh pangeran, ohh ya dan aku akan melindungimu juga dari penyihir – penyihir jahat, aku juga akan membahagiakanmu, jadi walaupun ibumu sudah tidak ada, aku akan menggantikanya."
Aku bisa melihat diatas wajahku dia tersenyum. Dia tidak setua ayah atau ibuku, tapi tidak seumuran juga dengan Itachi Niisan yang duduk di kelas 3 sekolah menengah.
Esoknya setiap sore aku selulu meminta diantar keistana itu, setiap hari menemaninya, kadang bersama Itachi niisan menginap disana, yang sebesar niisan bernama Menma, dan yang lebih tua bernama Naruto. Naruto ternyata adalah seorang pelukis, kata niisan umurnya sudah 25th, kata niisan dia juga sudah tidak bersekolah, dan bekerja, pekerjaanya itu melukis, dan lukisannya dijual. Apa karena orang tuanya sudah meninggal, dia jadi tidak bersekolah? Apa Naruto kekurangan uang sampai tidak bersekolah? Kalau begitu aku harus melakukan sesuatu, aku pangeran yang akan menjaganya, menjauhkanya dari kesedihan, hey! Jangan tertawa ya?! Tugas pangeran itu menjauhkan putrinya dari kesedihan kalian tau (=3=) .
Esoknya aku diantar oleh ayah menuju istana, aku sudah menyimpan 2 tabungan berbentuk kucing di dalam tas, walaupun aku berencana membeli gaun pengantin dari uang tabunganku untuk dewasa nanti, aku bisa menabungnya lagi, yang lebih penting sekarang Naruto harus bersekolah, agar dia tak bersedih. Aku berlari menyusuri istana yang sangat besar seperti biasanya, berlari ke lantai dua dimana biasanya Naruto sedang melukis sesuatu diruanganya.
"Sasuke!? Kenapa kau berlari?" Naruto tepat di hadapanku saat aku akan memasuki ruangan, dengan tanganya yang besar, dengan mudahnya dia menggendongku, setelah mengatur nafas, aku meminta diturunkan kembali, menggeledah tasku, dan menyodorkan 2tabungan kucing milikku padanya.
"Apa ini?"
"Ini tabunganku, kau pasti sedih tidak bisa bersekolah lagi, dan harus bekerja keras dengan melukis, makanya aku ingin kau bersekolah lagi, dan – "
"Hahaha, kau lucu sekali Sasuke! Aku tidak bersedih sama sekali kau tau?!" Naruto menggendongku sambil menciumi pipiku.
"Tapi? Aku akan bersedih jika tak masuk sekolah, jadi kupikir kau akan bersedih juga, tidak apa – apa gunakan ini, aku bisa menabung lagi."
"Hhhhh Sasuke. . baiklah akan kujelaskan, begini ya, Sasuke kau ada di taman kanak – kanak bukan? Lalu setelah itu sekolah dasar, setelah sekolah dasar, sekolah menengah seperti Itachi niisan dan Menma niisan, setelah itu menengah keatas, lalu setelah itu pergi ke perguruan tinggi, setelah perguruan tinggi kau tidak perlu bersekolah lagi, umm mungkin kau akan mengerti ini jika sudah dewasa."
"Unn baiklah, lalu siapa tante ini?" aku yang sudah penasaran sedari tadi akhirnya menanyakan juga siapa wanita berambut lavender yang sedang berdiri tak jauh dari ku dan Naruto sekarang.
"Ah. . ini. . um. . dia temanku." Ohh teman, kenapa dengan Naruto? Apa dia demam? Wajahnya memerah? "Kau demam Naruto?" Kutempelkan keningku ke kening Naruto(masih digendong Naruto).
Hari demi hari kembali berlalu, wanita berambut lavender dengan nama Hinata hampir setiap hari datang ke istana, bahkan kadang jika aku ke istana, Naruto tak ada di sana, dan para pembantu pasti mengatakan sedang pergi bersama Hinata.
Hinata neechan sangat baik, dia juga pemalu, tapi aku tau dia sangat baik terhadap Naruto, dia juga sangat baik kepadaku, sering menemaniku bermain jika Naruto sedang melukis, atau terkadang kita bertiga bermain bersama ke kebun binatang, ke taman bermain bahkan berbelanja bersama.
Skip time.
Sasuke 6th , sekolah dasar kls1
Minggu ini aku diajak keluar bersama oleh Naruto dan Hinata neechan, kesebuah toko dengan banyak sekali gaun pengantin disana.
"Hinata. . Hinata neechan, kau cantik sekali, kau akan menikah dengan siapa?" Hinata sedang mencoba baju pengantin yang sangat indah, berwarna putih, benar – benar seperti putri, Hinata neechan hanya tersipu malu dan makin membuatnya terlihat cantik.
"Waaahh Naruto, kau juga cantik, tapi kenapa kau tak mencoba yang seperti Hinata neechan?" Naruto baru saja keluar dari tempat ganti mengenakan setelah seperti pengantin pria.
"Sasuke, kau ini, sampai kapan kau menganggapku wanita? Dasar, kau tau Sasuke aku sedang sangat bahagia sekarang, ssaaaaangaaaaat bahagia!" Naruto memelukku erat sesaat, memang terlihat jelas sekali Naruto sedang bahagia, "memangnya kau habis mendapatkan apa?" Naruto melepaskan pelukanya dariku, lalu mendekati Hinata neechan.
"Aku mendapatkan ini, kita akan menikah bulan depan, maka dari itu aku sangat bahagia, hahaha!" Naruto memeluk Hinata neechan, mereka berdua terlihat bahagia, aku juga bahagia jika Naruto bahagia, pangeran harus membahagiakan putrinya lho, kalian masih ingat bukan?
Tapi apa ini? Kenapa dadaku sakit? Aku juga tidak tau kenapa, tapi yang jelas asal Naruto bahagia aku akan bahagia juga.
Setelah berbelanja dan makan siang bersama, sore hari aku diantar pulang, aku tak tau kenapa perasaanku terasa tidak enak, rasanya ingin menangis, tapi kenapa? Rasanya dadaku ini sakit, tapi kenapa? Aku tidak makan aneh – aneh hari ini.
Skip time
Makan malam di kediaman Uchiha.
"Okaasan, kenapa aku ingin menangis?" ayah, Itachii niisan, ibu setiganya berhenti melakukan kegiatan mereka masing – masing, ibu meletakan mangkuk makanya, lalu mendekatiku yang duduk di dekat ayah.
"Memangnya Sasuke sedang bersedih?" aku hanya menggeleng, karena memang tak ada hal yang membuatku bersedih, tunggu dulu? Saat di toko tadi, saat Naruto mengatakan dia sedang sangat bahagia, tunggu/ apa aku tidak suka dengan kebahagiaan Naruto?
"Okaasan, apa aku ini pangeran jahat?"
"Pfffttt… hahahaha!" Niisan tertawa sangat keras, hingga membuatnya berguling – guling dilantai, ayah juga terlihat sekali sedang menahan tawa.
"Kenapa Sasuke berfikir begitu?"
"Habisnya, tadi pagi saat Naruto mengatakan sedang sangat bahagia karena akan menikah dengan Hinata neechan, tiba – tiba saja dadaku ini terasa sakit, lalu aku ingin menangis, dan. . dan. . hhhhuuuuueeeee okaaasaaannn. . Sasuke. . Sasuke jahat!" Akhirnya akupun menangis kencang, masih bisa tertangkap olehku disela tangis, niisan berhenti tertawa, ibu memeluku dan mengelus rambutku mencoba menenangkan.
