No Good For You
.
.
Present by Ranflame
.
.
Park Chanyeol & Byun Baekhyun
.
.
Oh Sehun. Kim Jongin (kai). Do Kyungsoo (D.O). Kim Jongdae (Chen). Kim Minseok (Xiumin). Kim Joonmyeon (Suho). Zhang Yixing (Lay). EXO OT12's members'
.
.
Drama.Romance.Pluff.SongFict.
.
.
Chaptered
.
.
Disclaimer!
Fanfiction ini murni dari pikiran saya, jika ada kesamaan alur cerita bukanlah kesengajaan. Cerita milik saya (Seluruh Hak Cipta Dilindungi Undang – Undang), untuk kepentingan cerita karakter pemeran akan berubah sesuai alur.
Warning!
Typo bertebaran dimana – mana.
Boyslove! Do not like? Just leave!
Happy Reading, guys.
.
.
"Kan sudah ku katakan padamu, dia tidak baik untukmu, Yeol-ah!"
"Baek, ini sudah kekasihku yang kesekian yang kau katai tidak baik."
"Aku berkata apa adanya, Park."
"Lalu yang baik itu yang bagaimana, Byun."
"Ya seperti-"-aku "Mana ku tahu."
Ah. Pagi yang cerah, dimana mentari dengan bangga menyinari bumi serta desau sang angin yang menggelitik dedaunan hingga gemerisik terdengar. Disana, kedua putra adam tengah terlibat pertengkaran kecil, yang rutin mereka lakukan setiap paginya.
Bahkan burung – burung enggan bernyanyi secara bersahut – sahutan dan memilih pergi sepanjang keributan yang mereka ciptakan. Beberapa kali, pejalan kaki yang lain melempar pandangan jengah kearah mereka, yang sudah pasti mereka abaikan.
"Demi tuhan Baek, kau sebenarnya ingin membuatku melajang seumur hidupku, begitu?"
Pekikan tertahan terdengar dari si pemuda bersuarai sewarna perak, ia mengacak – acak surainya frustasi, sesekali melempar tatapan nyalang ke pemuda yang lebih pendek.
"Tck, jangan berlebihan Chanyeol." Dengusnya pelan, mengabaikan tatapan sengit yang kemudian ia dapatkan kembali.
"Soyoung adalah wanita baik – baik, dan aku menyukainya."
"Ya,ya,ya,ya. Aku sudah muak mendengarnya."
Pemuda yang lebih pendek memutuskan mempercepat langkahnya, tak lupa hentakan – hentakan keras yang memang disengaja, lalu disusul umpatan – umpatan kecil dari bibir merah mudanya.
"YA! BAEKHYUN! TUNGGU!"
"MATI SAJA KAU!"
Baekhyun menyahut dengan suaranya yang melengking tajam, mengacuhkan Chanyeol –pemuda yang sedari tadi bersamanya- yang tengah sibuk mengejar langkah cepatnya.
Ya. Merekalah Park Chanyeol dan Byun Baekhyun. Sepasang sahabat yang sedari kecil telah berteman, yeah, sehidup semati, begitu katanya. Mereka terkenal sebagai happy virus seantero bima sakti, bagaimana tidak, disitu ada Chanyeol dan Baekhyun maka disitu pulalah ada tawa yang meledak – ledak karena lelucon jenaka mereka.
Tetapi akhir – akhir ini ada sesuatu yang berbeda, walau salah seorang diantara mereka sama sekali tidak merasakannya. Yup! Baekhyun, ia telah menyalahi aturan dunia, dimana ia sudah jatuh pada pesona sang sahabat dan Chanyeol yang sama sekali tidak mengetahui hal tersebut membuatnya merasa bersyukur dan sedikit gusar.
Ia bersyukur karena ia sendiri enggan membuat persahabatan mereka hancur, dan kegusaran yang akhir – akhir ini ia rasakan disebabkan Chanyeol yang acapkali mengenalkan teman kencannya pada Baekhyun, yang mana berhasil membuat hatinya memanas saat itu juga; ia cemburu.
Dan sialnya, kali ini Chanyeol sudah berkencan lebih dari dua bulan. Bayangkan! Bagaimana merananya Baekhyun yang harus meladeni segala ocehan Chanyeol, seperti 'sooyoung itu begini' 'soyoung itu begitu' 'soyoung itu blablabla', di setiap harinya.
"Baekhyunie~"
Argh! Bisa gila Baekhyun lama – lama jika harus disuguhi aksi rengekan manja khas Chanyeol yang dilayangkan untuknya seorang.
"APA?"
Baekhyun menyahut, dengan delikan sengit juga mata berkilat penuh amarah, sedang Chanyeol hanya terkekeh pelan sembari mengusap leher belakangnya –yang baekhyun yakini tidaklah gatal.
"Kenapa sih kalian setiap hari bertengkar selayaknya sepasang kekasih?"
Bukan, tentu saja bukan salah satu diantara Chanyeol maupun Baekhyun yang berceletuk segamblang itu, melainkan Do Kyungsoo, pemuda yang terkenal dengan mata bonekanya, serta bibir berbentuk hatinya yang khas.
"Ey, kau ini bicara apa Kyungsoo-ya. Mana mungkin kami berkencan, lagipula kami ini sahabat, iyakan Baek."
Baekhyun yang awalnya merona mendapat label 'selayaknya kekasih' pun kini seolah tersentak, Chanyeol teramat pandai menyadarkan Baekhyun dari khayalannya, membuat pemuda bersurai coklat madu itu merasa hatinya diremas oleh tangan – tangan imajiner.
"Yeah, lagipula mana sudi aku berpacaran dengan dia."
Kyungsoo merotasi kedua bola matanya, pertanda bahwa ia telah bosan menyaksikan hal picisan seperti ini setiap harinya –dimana harinya bersambut riuh dengan perdebatan – perdebatan kecil antara Baekhyun dan Chanyeol.
"Begitu ya."
"Tentu saja begitu. Oh itu Sooyoung, aku duluan ya!"
Chanyeol berlari pelan menyusul sang pujaan hati, yang kerapkali dipanggil dengan nama 'Joy' oleh teman – teman sejawatnya. Meninggalkan Baekhyun yang menatap punggung lebarnya, sampai pemuda itu menghilang di belokan perempat jalan.
"Ku rasa kau harus menyerah Baek."
"Mau mati ya?!"
Kyungsoo mendesah frustasi, demi topi dan kaca mata, iapun telah muak melihat kelakuan pengecut Baekhyun yang enggan menyatakan perasaannya ataupun menyerah pada perasaan tersebut, Baekhyun hanya menunggu, menunggu hal yang tidak pasti –atau malah sudah pasti, dan ia yang tunggu bukanlah orang yang peka terhadap lingkungan, ya, dia menunggu Chanyeol -yang super duper tidak peka- menyadari perasaannya istimewanya tersebut.
"Demi celana tua kakek pelaut, Baek, ini sudah tahun kelima kau-"
"Ya,ya, aku tahu, jadi mau bagaimana lagi, tidak mungkinkan aku merusak persahabatan kami."
"Setidaknya kau harus tahu perasaannya tentangmu-"
"Sudah jelas Kyungsoo-ya, sangat jelas bahwa ia normal. Pernahkah kau lihat ia berkencan dengan lelaki? Tidakkan?"
Kyungsoo sebenarnya ingin memberi petuah – petuah yang selama ini ia paparkan ketika Baekhyun mulai mengeluh tentang 'perasaan terpendamnya' pada sang sahabat, namun kali ini agaknya sedikit berbeda, dimana Baekhyun menunduk lesu seolah seluruh energi kehidupannya telah terenggut beberapa menit yang lalu.
Padahal, Baekhyun adalah moodmaker terhandal bagi siapapun, iapun jarang menunjukkan sisi lemahnya pada orang lain. Kini, yang Kyungsoo sesali, ia telah membuat Baekhyun merasa terluka.
"Tak apalah, lagipula aku masih bisa tetap berada disisinya, menemaninya sampai nanti."
Baekhyun mengadah, menahan bulir liqiud asin yang telah membasahi kedua bola matanya yang indah, mengedip sekali saja, air mata itu sudah pasti berjatuhan tanpa seizinnya.
"Bekhyun-ah."
Jongdae menyapa, tangannya melambai diudara bebas tatkala netra coklat tuanya menangkap presensi Baekhyun serta Kyungsoo, tanpa menyadari betapa mendungnya wajah Baekhyun kala ini.
"Ya tuhan, kenapa kau jelek sekali pagi ini." Candanya,
"Mau ku tendang sampai kau melayang menembus langit, eoh?"
Baekhyun menyahut ringan, menghapus air mata yang telah lolos dengan cekatan, lalu menatap sengit kearah Jongdae sedangkan Jongdae hanya tertawa heboh dengan lengkingan suaranya yang memekakkan telinga.
"Ya tuhan. Jongdae tutup mulutmu atau aku akan minta Baekhyun menendang bokongmu!"
Jongdae langsung menutup mulutnya, mengunci rapat – rapat belah bibirnya lalu mengulas senyum kecil tatkala Kyungsoo dengan kejamnya mengancam Jongdae.
Oh ayolah, kawan! Tendangan Baekhyun itu tidak main - main sakitnya, bisa – bisa tulangnya retak jika terkena tendangan mautnya Baekhyun yang terkenal mematikan itu. Jongdae juga tidak mau di cap sebagai orang bodoh karena telah mengorbankan dirinya untuk ditendang oleh Baekhyun.
Oh teman! Siapa pula yang tak kenal Baekhyun, selain selera humornya yang benar – benar bagus, ia juga terkenal sebagai ketua klub hapkido di universitas mereka, yang artinya pria itu adalah yang terbaik diantara seluruh teman sekelompoknya.
"Maaf, maaf." Begitu cicitnya.
"Tck!"
Jongdae telah mengambil langkah seribu kala Baekhyun berdecih pelah, menyisakan ia dengan Kyungsoo yang memijat pelipisnya yang berkedut nyeri akibat tawa Jongdae yang tadi menyiksa indera pendengarannya.
"Baekhyunie, kau tahu, kau tidak bisa terus selamanya menyimpan perasaan itu."
"Aku tahu. Percayalah, ini pasti akan berakhir, sekalipun tragis."
.
.
61.04
.
.
Kala itu mentari sedang pongah, ia memamerkan sinarnya yang terang sehingga membuat partikel – partikel gas yang melayang di udara bebas menjadi panas dan menggigit kulit. Ah, tepat pukul 12 siang, ternyata.
Kala itu pula seorang putra adam tengah berjalan gontai –ia menggeret kedua tungkai kaki pendeknya dengan malas – malasan, oh, jangan lupakan gerutuan yang kerapkali terdengar dari belah bibir sewarna persiknya.
Dia –Byun Baekhyun- berulang kali mengusap kasar peluh yang menetesi wajah eloknya, barangkali ia merasa sangat gerah dan kepanasan, namun nyatanya langkah – langkah panjang yang ia ambil tak membuatnya kunjung sampai ke kafetaria terdekat dari kampusnya.
Sial. Batinnya.
Akhirnya, ia telah mendudukkan diri disalah satu meja yang berhadapan langsung dengan jalanan. Bersyukur kafe ini menyediakan pendingin ruangan, yang mampu membantunya menurunkan suhu tubuhnya yang ikut meninggi akibat cuaca diluar sana.
"Baekhyuniee. Kali ini pesan apa?"
Baekhyun menoleh. Menemukan Luhan –pemilik lulu's kafetaria- menyapanya hangat, dengan manik kocokelatannya yang selalu tampak berbinar –mirip sekali dengan rusa.
"Strawberry milkshake, tentu saja."
"Baek, ku pikir pipimu akan tumpah jika tidak segera berdiet."
"Luhan hyung~"
"Hahahaha. Aku serius, akan ku bawakan strawberry smoothie plus plain yougurt untukmu, dan jangan protes."
Baekhyun hanya mencebik bibirnya kesal, dalam hati ia mengumpat sesekali, padahal ia sudah mendampakan strawberry milkshake sejak melangkahkan kakinya keluar dari ruang kelasnya.
Hanya dengan membayangkan bagaimana kelembutan susu kental bercampur strawberry segar –oh, jangan lupakan krim vanila yang menggiurkan- masuk ke kerongkongannya yang kering saja sudah membuat Baekhyun harus menelan air liurnya berkali – kali, namun kali ini ia harus menahan segala hasratnya dikarenakan Xi Luhan.
Iya, Luhan. Pria bermata rusa itu dengan tidak tahu dirinya mengganti menu favorite Baekhyun tersebut dengan alasan takut – takut pipi indahnya itu akan tumpah? Ck. Yang benar saja.
"BAEKHYUNIEE"
Baekhyun terlonjak dari duduknya, mungkin tak hanya dirinya, karena salah seorang pelayan yang sedang mengantar pesanan pun ikut tersentak kaget dan hampir menumpahkan minuman yang ia bawa.
"BAEKHYUNIEE"
Suara dengan vokal baritone itu kembali menggema, tanpa menoleh pun Baekhyun tahu siapa orang yang tidak tahu diri dan tidak tahu tempat itu. Pasti Chanyeol, sahabatnya yang dungu tetapi berwajah rupawan –menurut Baekhyun.
Dengan segenap keyakinannya, Baekhyun enggan menoleh kesumber suara, karena demi patrick star, ia merasa sangat – sangat malu menerima teriakan tersebut.
"YA BAEKHYUNIEE"
"Diamlah, brengsek."
Akhirnya. Pada akhirnya Baekhyun memberikan respon berarti, kala pemuda bersurai perak itu tersenyum lebar -hingga memamerkan deretan giginya yang terawat dan rapi- tepat di hadapan Baekhyun.
Jika kau bertanya sebanyak apa rasa malu yang Baekhyun terima, mungkin Baekhyun akan dengan sangat senang hati menjawab 'setebal lemak di pipi – pipiku'
"Baekhyuniee."
"Apa Chanyeol? Apa? Demi tuhan! katakan apa yang ingin kau katakan."
Cukup. Baekhyun tengah dilanda dehidrasi berat dan sahabatnya terus – terusan merengek, selayaknya bocah satu tahun yang ingin menyusu pada ibunya, dan itu membuat Baekhyun diserang perasaan geram saat itu juga.
"Sooyoung." Cicit Chanyeol, sedikit gelagapan kala netra sewarna hazel Baekhyun menatapnya penuh selidik.
"Kenapa lagi dia?"
Baekhyun menyahut malas, memutar malas kedua bola matanya. Oh demi pak tua jacklin, pasti Chanyeol ingin berceloteh panjang lebar tentang kekasihnya –Sooyoung.
"Dia pergi bersama teman lelakinya."
"Kan sudah ku bilang dia tidak baik untukmu."
"Dia baik. Dia sangat baik, dia lucu, manis, dan penurut."
"Oh. Terdengar seperti anak anjing bagiku."
"YAK!"
Baekhyun mengangkat dagunya, seolah – olah menantang Chanyeol agar pemuda tinggi itu segera melancarkan aksi protesnya, namun tampaknya Chanyeol enggan memperkeruh suasana, ia hanya mendesah dalam lalu mendudukkan diri dihadapan sang sahabat.
"Tadaa~ smoothie rendah lemak khusus untuk Baekhyuniee."
Oh. Terimakasih. Luhan hadir diantara kebekuan atmosfer yang tercipta sejak empat puluh lima detik yang lalu, dengan ocehan riangnya yang mengundang malu bagi Baekhyun, bagaimana tidak? Bahkan kini Chanyeol tengah tertawa heboh tatkala mendengar ucapan Luhan.
"Rendah lemak?" Ulangnya tak kalah heboh, serta tangannya yang bebas menepuk – nepuk meja dengan kerasnya.
Luhan tetaplah Luhan. Pria berdarah china yang polos nan lugu, tak peduli seberapa banyak usianya telah bertambah, ia tetap simurni yang kelewat menggemaskan dengan segudang kejujurannya.
"Hm. Baekhyun harus berdiet. Kau setuju denganku bukan?" Sahutnya, sembari mengembangkan senyum manis.
"Ugh. Luhan hyung."
Baekhyun mengeluh, dahinya berkerut samar ketika Chanyeol semakin tergelak, ia tertawa, seperti meledak – ledak hingga membuat cairan asin –air mata- menggenang disudut matanya.
"Uh. Uh. Lucu sekali."
Chanyeol kembali tertawa, sesekali menyeka air matanya yang hampir berjatuhan. Hati kecilnya tergelitik, dan ia pula tak mampu menahan tawa jenakanya.
"Kau berdiet, Baek."
"Tidak! Jangan mengada – ngada!" Baekhyun menyahut dengan nada sengit, vokal tenornya agak meninggi.
"Aku yang menyuruhnya untuk berdiet, lihat pipinya, astaga, aku khawatir pipi ini ikut meleleh saat cuaca panas seperti ini." Keluh Luhan, menampilkan senyum maklum, seolah ia telah lama hidup untuk menghadapi seorang Byun Baekyun.
"Hyung~"
"AHAHAHAHAHA."
Jangan. Tolong jangan tanya siapa yang tertawa dengan suara menggelegar seperti itu. Karena, oh ayolah, siapapun tahu, itu masihlah satu pemeran dengan yang berteriak – teriak ketika memasuki kafetaria tersebut tadinya.
"Hentikan. Yak! Yoda!"
Baekhyun telah siap untuk mengamuk jikalau Chanyeol tak kunjung meredakan tawanya. Sedang Luhan telah meninggalkan mereka untuk menyambut pengunjung lain beberapa detik yang lalu.
"Baiklah baiklah."
Chanyeol menyudahi aksi 'mari tertawakan Baekhyun yang berdiet', menyeka sekali lagi kristal bening yang menumpuk disudut kedua matanya, agaknya napasnya pula ikut terengah – engah.
"Kau sangat sensitif Baekhyunie, ku pikir kau harus mulai berkencan."
"Ck. Aku tidak haus kasih sayang sepertimu."
"Tck. Baek, jangan menampik hal seperti ini. Kau membutuhkan seseorang yang memperhatikanmu."
"Tentu saja,-"-jika itu kau "aku tidak butuh."
"Cobalah buka hatimu Baek,"
Aku telah membukanya, dan hatiku terisi penuh oleh penuh. Pekiknya, membatin.
"Ah. Jika ku ingat – ingat, Taeyeon noona terlihat cocok jika bersanding denganmu."
"Dan dihari esok akan kau temukan mayatku tergeletak dipekarangan rumah-"
"Holyshit, siapa pula yang mampu membunuhmu?"
"YA! Kau pikir aku ini sekuat apa?!"
"Thor!"
"Sial kau."
"Tentu saja Baek, kau sangat ahli dalam ilmu bela diri, dan kau kuat. Ugh."
Chanyeol berlagak, menyontohkan kehebatan Baekhyun dalam ilmu bela dirinya, ekspresinya terlihat lucu dan itu mengundang tawa pelan dari Baekhyun.
"Ya, aku kuat, tetapi Kyuhyun hyung jauh lebih kuat!"
Baekhyun menyahut mantap, binar cemerlangnya menyala – nyala, berharap Chanyeol menangkap maksud dari ucapannya. Dan..
"Tidak mungkin, kau jauh lebih kuat."
"Tck, setidaknya katakan 'aku akan melindungimu kalau begitu.'"
"HAHAHA, bagaimana mungkin. Kau tidak memerlukan hal – hal semacam itu."
Chanyeol terkekeh kembali, tanpa menyadari air muka Baekhyun yang mengeruh. Baekhyun meloloskan desahan berat dari belah bibir merah mudanya, terasa menyesakkan tatkala Chanyeol lagi dan lagi mengingatkan dirinya, bahwa ia takkan pernah bersanding dengan pria itu, namun sialnya, Baekhyun pun tak mampu menahan perasaannya yang semakin membuncah.
Yeah. Aku sangat kuat. Bukankah begitu?
Oh, ini salahnya. Ia sendiri yang telah menanam perasaan semacam itu pada sang sahabat, dan tanpa tahu pula bahwa perasaan itu membunuhnya disetiap detiknya.
"Baek? Are you okay?"
Baekhyun tersadarkan, mengangguk pelan sebagai tanda bahwa ia baik – baik saja, tak lupa senyum seindah bulan sabit ia pamerkan, dan hal itu berhasil membuat Chanyeol merasa tenang, yeah. Walau kita semua tahu dia tidak.
"Kyungsoo-ya?"
Kyungsoo hadir dengan seluruh tekukan tajam diwajah rupawannya, serta sumpah serapah yang acapkali terdengar lolos dari bibir berbentuk hatinya. Ia bahkan mendudukkan bokongnya keras hingga terdengar bunyi 'bugh' yang teredam,
BRAK
"YA TUHAN!"
Baekhyun mendelik tajam kearah Chanyeol, cukup – cukup gebrakan meja yang Kyungsoo lakukan telah mengejutkan jantungnya, tetapi pula Chanyeol ikut berteriak seiring bunyi itu dengan alasan ikut terkejut.
"Demi tuhan, akan ku penggal kepala bocah hitam itu nanti."
Ah. Baekhyun tahu kemana arah bicara pemuda imut itu, Kyungsoo pasti tengah bertengkar dengan kekasihnya yang berkulit tan, walau Baekhyun tidak tahu masalah apa yang terjadi diantara mereka, namun yang pasti firasatnya menjadi tak enak.
"Dasar genit. Aku melihatnya berjalan dengan seorang gadis!"
"Tenangkan dirimu dulu, okay?-"
Baru saja Baekhyun meminta Kyungsoo meredam emosinya, pria yang menjadi pelaku hancurnya suasana hati Kyungsoo tampak melenggang santai menuju kearah mereka dengan seorang gadis yang mereka ketahui sebagai adik tingkat mereka.
"Terimakasih Kai sunbae. Kau baik sekali."
"Haha. Tidak, aku hanya melakukan tugasku, berlatihlah lebih keras Jennie-ya."
Begitulah sekiranya yang didengar oleh Baekhyun, dan dapat ia pastikan Kyungsoo pun dapat mendengar hal serupa. Dilihat bagaimana pemuda bermata boneka itu kini tengan meremat jemarinya hingga buku – bukunya tampak memutih.
"Dasar sialan kau Kim Jongin!"
Dan. Kyunsoo meledakkan amarahnya yang terpendam sejak beberapa menit yang lalu setelah sepersekon gadis itu undur diri dari Jongin, hingga Jongin yang masih berdiri tampak memucat dan melirik kearah Baekhyun, barangkali ia meminta sebuah pertolongan yang dibalasan gelengan pelan oleh Baekhyun.
Ya. Baekhyun menolaknya. Yang benar saja? Membantu Jongin? Dari amukan Kyungsoo? Huh! Tidak, terima kasih. Baekhyun masih sangat menyayangi nyawanya.
"Hyung, aduh dengar dulu penjelasanku."
Jongin mengaduh sakit ketika telinganya ditarik tanpa perasaan oleh Kyungsoo, sesekali pria berkulit seksi –katanya- merengek dengan ekspresi wajah yang memelas, namun nyatanya hal itu tidak sebanding dengan amarah Kyungsoo yang meletup – letup.
"Hyuckjae hyung memintaku mengajarinya menari untuk pementasan bulan depan."
"Siapa pula Hyuckjae itu!"
"Eunhyuck sunbae, kekasih Donghae sunbae."
Baekhyun dan Chanyeol meringis tatkala Kyungsoo melepaskan tarikannya dari telinga Jongin, ah, Jongin yang malang, telinganya bahkan memerah sekalipun kulitnya yang agak gelap seharusnya menutupi hal tersebut.
"Kyungie~ Jangan marah lagi, ya? Ya? Ya?"
"Uhm, Baek, ku pikir kita harus cari tempat duduk lain."
Chanyeol berucap ringan, tanpa berniat menyindir pasangan kekasih yang tengah sibuk dengan dunia mereka sendiri.
"Oh, kau sedang menyindirku?!"
Kyungsoo memberikan jitakan mautnya pada Chanyeol yang membuat Baekhyun ikut –ikutan merasa ngilu tatkala netra hazelnya menemukan Chanyeol yang merintih kesakitan akibat ulah Kyungsoo yang menurutnya anarkis tersebut.
"Hei, bukankah itu Joy?"
"Joy?"
Chanyeol serta Baekhyun menoleh, menelengkan kepala mereka kesisi yang dituju oleh jari telunjuk Jongin, dan disana, tampak Sooyoung-Joy- sedang bersenda gurau dengan kakak tingkat mereka –Yook Sungjae.
"Chanyeol hyung?"
Entah disengaja atau tidak, masalah teralihkan begitu saja, yang mana Kyungsoo pun agaknya melupakan emosi jiwanya kala tadi. Kini mata bulatnya menyaksikan bagaimana Chanyeol yang mengembangkan senyum lebar –tampak sangat terpaksa- dihadapan mereka.
"Ya tuhan, kenapa kalian memandangku seperti itu. Lagipula kalian tidak boleh menuding seseorang begitu saja bukan? Dan tak baik pula mengasihani seseorang lainnya tanpa alasan yang jelas."
Tanpa alasan yang jelas katanya? Baiklah. Baekhyun hampir kehilangan kedua bola matanya hanya karena ia melotot dengan spontan, terlalu terkejut dengan diksi yang baru saja keluar bebas dari belah bibir kissable Chanyeol.
Apa maksud sahabat bodohnya ini? Bagian mana yang tidak jelas?
Bahkan kini Baekhyun pun berkeinginan beralih profesi menjadi ahli bom, sehingga ia mampu merakit bom dan mengantarkannya melalui paket ke rumah Sooyoung sore nanti atau menjadi ahli racun, lalu mencampurkan racun buatannya pada minuman yang akan diminum Sooyoung saat ini.
Tidak. Tidak. Baekhyun mengusir jauh – jauh pemikiran psikopat yang baru saja terlintas dibenaknya.
Baekhyun hanya ingin sekedar bangkit dari duduknya, lalu membawa gelas berisi air minuman dan menyiramkannya ke atas kepala wanita tersebut. Biarlah, jika mereka mengatai Baekhyun mengambil peran wanita yang merasa dikhianati, toh, disini iapun ikut merasa terkhianati tatkala sang sahabat tampak muram karena ulah wanita tersebut.
"Baek, jangan lakukan hal yang tidak – tidak."
Kyungsoo berbisik sembari mengeratkan pegangannya pada tangan Baekhyun yang juga memegang erat gelas minumannya, seolah tahu betul apa yang dipikirkan oleh pemuda byun tersebut.
"Dia-"
Baekhyun yang menggeram langsung ditatap nanar oleh Chanyeol. Pria penyandang marga park itu berbicara melalui tatapan matanya, ia enggan Baekhyun terlibat dalam masalah percintaannya yang menyedihkan dan melihat itu Baekhyun pun urung melaksanakan niatan awalnya.
"Sudah ku katakan dia tidak baik untukmu." Ucapnya, dengan manik hazelnya yang berkilat – kilat.
"Tidak. Dia baik. Aku akan meminta penjelasannya nanti." Sahut Chanyeol, seiring senyum lebar terbit di paras tampannya.
Baekhyun menarik napasnya dalam – dalam, lalu menghembuskannya secara kasar hingga terdengar tidak menyenangkan, melalui itu pula ia menyalurkan kekesalannya. Kyungsoo yang menyadari hal itu segera mengalihkan topik pembicaraan menjadi hal – hal ringan yang terkadang diselingi lelucon renyah ala Jongin.
Walau tak sepenuhnya, Chanyeol ikut larut dalam perbincangan yang disengaja oleh Kyungsoo, namun berbeda hal dengan Baekhyun, ia sesekali menyorot tajam kearah Sooyoung melalui ekor matanya, mengamati wanita itu dengan awas.
"Siang ini panas sekali, seperti dineraka, yeah, walau aku tak pernah ke neraka." Celoteh Jongin, seiring keluhan tentang cuaca hari ini keluar dari mulutnya.
"Benar, ugh, aku hampir mati karena dehidrasi ditengah jalan." Sahut Kyungsoo, menyetujui keluhan Jongin.
"Kalian tidak tahu saja, pipi Baekhyun hampir meleleh karena terik matahari yang mengigit."
Chanyeol berceletuk dengan nada humornya yang kentara, sembari mengerling jahil pada sang sahabat yang disusul derai tawa dari Kyungsoo dan Jongin. Jongin bahkan tertawa heboh, seraya bertepuk tangan ala anjing laut.
"Apa? Yang benar saja, hahahaha."
"Ugh. Ku pikir kita tidak harus membahas ini."
"Hahahaha, bagaimana bisa- ahahaha."
Jongin yang tak mampu menyelesaikan rangkaian kalimatnya harus menerima kenyataan bahwa sebentar lagi akan ada bencana yang akan menerima dirinya, dimana kini Baekhyun telah berdiri dengan telinganya yang memerah, serta kepalan tangan yang telah terangkat keudara.
"YAK! KKAMJONG!"
"Ahaha, aduh, hyung, maafkan aku, hahahaha."
Ah. Jongin yang malang. Sekali lagi. Baekhyun memberi gelitikan mautnya pada daerah sensitif ditubuh Jongin tanpa memberi ampun, hingga pemuda tan tersebut hampir menangis dibuatnya.
"Ampun hyung, aduh ahahhahaa."
Mentari pun kadang merasa iri, bagaimana makhluk tuhan diciptakan dengan kaumnya yang ramai sedang ia tetap sendirian, walau telah menjadi pusat perputaran galaxy. Nyatanya, kecongkakkannya, tak mampu menarik perhatian seluruh makhluk bumi.
.
.
61.04
.
.
Malam telah larut, rembulan pun agaknya berselimut manja pada sang awan, angin turut pula berhembus pelan hingga menciptakan gemerisik dedaunan. Suasana yang menenangkan untuk berlayar ke pulau kapuk dan bermimpi sampai mentari kembali terbit di sebelah timur cakrawala.
Tetapi tidak dengan Baekhyun, pemuda byun tersebut tengah disibukkan dengan lampiran - lampiran tugasnya yang akan menjadi salah satu tiket untuk mengikuti ujian semester di hari senin, minggu depan. Dan hari ini adalah hari Jum'at, yang artinya ia hanya memiliki waktu kurang lebih dua hari lagi.
Sialan
Baekhyun lelah, ia sudah muak dengan tumpukan tugas yang walaupun telah ia cicil dari beberapa hari yang lalu tidak juga menunjukkan tanda – tanda akan selesai diwaktu dekat. Hatinya barangkali telah membusuk –ia terus mengumpat dalam diam- ketika otaknya dirasa terbakar akibat tugas – tugasnya tersebut.
Tok Tok Tok
Oh. Siapa pula -orang tidak tahu diri itu- yang bertamu di larut malam seperti ini? Tidak tahukah dia bahwa kini Baekhyun sangat ingin memakan orang hidup – hidup dikarenakan kewarasannya yang terus terkikis akibat terlalu lama bergelut dengan tugasnya yang tak kunjung usai.
Sialan, akan ku maki dia siapapun itu.
Baekhyun membuka pintu dengan setengah hati, hazel indahnya menangkap siluet sosok yang sangat ia kenali selama bertahun – tahun tengah berdiri tepat dihadapannya. Sosok itu tampak rapuh, sesekali suara isakan halus terdengar oleh membran timpaninya. Hal itu membuat niatan tak baiknya sejak awal memudar, digantikan oleh rasa iba.
"Chanyeol-ah?"
"Baekhyuniee."
Chanyeol yang menyadari Baekhyun telah membukakannya pintu langsung menghambur kepelukan sang sahabat, lalu menumpahkan segala bentuk emosinya dalam dekapan hangat Baekhyun.
"Ada apa denganmu? Kau terlihat berantakan."
"Hehe."
"Tunggu disini, akan kusiapkan air hangat dan makanan."
"Tidak. Jangan pergi."
Baekhyun terkesiap ketika Chanyeol kembali menarik lengannya, lalu mendekapnya lebih erat. Baekhyun hampir saja terbuai jika ia tidak ingat hal apa yang membuat pemuda bersurai perak tersebut datang padanya dengan keadaan berantakan seperti ini. Chanyeol pastinya ingin mengadu dengan bersedusedan, dan yang paling Baekhyun benci adalah Sooyoung adalah sumber tangisan tersebut.
"Aku hanya ke dapur dan tidak memakan waktu lama."
Baekhyun meringis dalam hati, ketika ia menemukan sang sahabat tengah meringkuk disofa hangatnya, hatinya turut tercabik – cabik melihat hal itu.
"Hey, Yoda?"
Chanyeol menoleh ke arah Baekhyun, manik kelamnya menatap Baekhyun lekat – lekat, tanpa binar yang selalu terpancar dari sana, meredup dan hampir padam.
"Kali ini ada apa?"
"Sooyoung menakhiri hubungan ini secara sepihak."
"Aku sudah-"
"Baek, kumohon."
"APA?!"
Baekhyun menyahut, nada suaranya melejit tinggi hingga membungkam Chanyeol dengan cepat, netra hazelnya menyorot Chanyeol dengan pandangan yang sulit diartikan, ada luka tersirat disana walau tertutup dengan letupan amarah yang kentara.
"DEMI TUHAN CHANYEOL! DEMI TUHAN! AKU SUDAH KATAKAN DIA TIDAK BAIK UNTUKMU!"
"DIA BAIK!"
"LALU KENAPA DIA MELAKUKAN INI PADAMU?!"
"AKULAH YANG TIDAK PANTAS BERSANDING DENGANNYA!"
Baekhyun tercekat, mata sipitnya membulat sempurna seiring ia tersadar maksud yang baru saja terlontar dari diksi Chanyeol. Pemuda bertubuh tinggi itu kembali tertawa hambar, merasa lucu kala dirinya tampak lebih menyedihkan dari seorang pecundang sekalipun.
"Yeollie?"
Baekhyun memanggilnya, dengan nama yang bahkan Chanyeol merasa asing ditelinganya, hal itu dikarenakan Baekhyun yang enggan melafalkannya sejak mereka beranjak dewasaa, tak tahu saja ia, bahwa saat itu pula lah Baekhyun menyadari perasaannya hingga ia merasa malu sendiri jika harus menyebutkan nama itu.
"Hey-"
"Dengar. Yeollie, dengarkan aku."
Baekhyun mati – matian menahan tangisnya, air matanya hampir saja menganak sungai jika ia tak segera mengingat bahwa Chanyeol kini sangat rapuh dan membutuhkan dirinya, maka dari itu ia harus menjadi sekuat tembok yang kokoh untuk melindungi sang sahabat kala itu juga.
Siapa yang akan menjadi sandaran bagi sahabatnya itu jika ia pun ikut runtuh? Siapa yang akan menenangkan sang sahabat jika ia terlalu lemah menghadapi badai semacam ini? Dan siapa pula yang akan memberikan kehangatan selayaknya rumah jika ia ikut pula terhanyut dalam arus mematikan ini?
Tentu saja tidak ada. Maka Baekhyun menguatkan dirinya sendiri, agar Chanyeolnya dapat bersandar dengan kehangatan yang Baekhyun beri agar ia merasa tenang.
"Dengarkan aku. Kau lebih baik daripada apa yang kau pikirkan. Dialah. Wanita itulah yang tidak baik untukmu. Kau terlalu baik untuknya. Dia tidak pantas mendapatkanmu."
Chanyeolnya adalah sosok yang kuat, harusnya begitu. Mereka telah tumbuh bersama, hingga segala bentuk kepribadian Chanyeol sangat dikenali oleh Baekhyun. Chanyeol bukanlah pria yang lemah, yang akan menangis jika terluka ataupun mengeluh jika disakiti.
Walau, sejak kecil Baekhyun lah sang jagoan yang melawan siapapun yang mengganggu mereka, tetapi bukan berarti Chanyeol menjadi manja dan cengeng. Baekhyun tahu itu. Chanyeol adalah anak lelaki yang periang, yang mampu menyimpan apik pergulatan batinnya tanpa ada yang mengetahui dibalik tawa hebohnya atau senyum kelewat lebarnya ia menyimpan beribu cerita sedih untuknya sendiri, atau yang seringkali ia bagikan dengan Baekhyun.
Saat tumbuh menjadi remaja – remaja yang manis, Chanyeol yang tubuhnya lebih tinggi dari Baekhyun berbalik melindungi Baekhyun, tak membiarkan siapapun melukai pemuda manis yang telah menjadi sahabatnya sedari balita itu, dan kala itu pula, Baekhyun merasakan gejolak – gejolak aneh dalam dadanya –jantungnya berdebar tak menentu, hingga rona kemerahan yang acapkali muncul dipipinya- ketika Chanyeol berusaha membuat dirinya merasa aman; ia telah jatuh cinta.
"Aku sudah katakan ini berulang kali hingga mulutku berbusa dan terasa kebas. Mereka itu tidak baik untukmu."
"Lantas-"
"Berhentilah mencari-"-dan lihat aku "Seperti soulmate di dunia fantasy werewolf, jika memang takdirmu, ia akan datang dengan sendirinya, jadi berhentilah berkencan dengan sembarang orang."
"Hiks. Baekhyuniee."
"Ssst. Aku disini, Yeollie, menangislah jika kau ingin."
"Dia wanita yang kejam."
"Benar. Seperti nenek sihir bukan?"
"Uhm."
"Sudah aku katakan. Dia tidak baik untukmu."
Baekhyun memberikan bahunya dengan sukarela untuk disandari oleh Chanyeol, mengizinkan sang sahabat meluapkan segala kesedihannya disana, perasaan terkhianatinya barangkali akan menguap jika Baekhyun memberikan segala bentuk kasih sayang tak kasat mata teruntuk Chanyeol seorang.
Ah. Baekhyun bahkan melupakan tugasnya yang membuatnya hampir setengah gila. Mengabaikan fakta bahwa hari esoknya yang akan semakin suram dengan setumpuk tugas yang masih belum terselesaikan olehnya.
.
.
61.04
.
.
To Be Continued(?)
.
.
Or Unpublish(?)
.
.
Hi. It's me, Ranflame.
I'm back, *screaming* with new project.
.
.
Tolong tinggalkan jejak membaca jika berkenan, saling berbagi itu indah.
Menerima segala bentuk saran dan kritik.
Terima kasih telah menyempatkan diri untuk membaca.
Love yeah. *wink*
.
.
