NOTE :

• Status Alpha, Beta dan Omega dalam cerita ini hanya sebagai identitas. Werewolf telah berevolusi sehingga raga mereka sepenuhnya adalah manusia dan tidak dapat berubah menjadi wujud binatangnya. Hanya insting yang bekerja, terutama ketika heat atau rut datang.

• Setiap Omega ditakdirkan untuk satu Alpha dalam ikatan mate, begitu pun sebaliknya. Hanya Beta yang tidak masuk dalam kategori ini.

• Feromon Alpha dan Omega mempunyai ciri khas masing-masing. Aromanya yang kuat terkadang bisa membuat pihak lainnya tunduk tanpa peduli status. Kecuali Beta yang hanya bisa merasakan auranya.

• Tanda mate akan muncul saat berusia 17 tahun, dengan bentuk berbeda pada setiap pasangan. Saat mate belum saling menemukan, tanda mereka hanya berupa goresan samar berwarna hitam pudar. Namun setelah saling menemukan satu sama lain, tanda di tubuh mereka akan mengeluarkan warna beragam.

• Ikatan mate bisa diputus dengan darah dari Alpha dan Omega yang di satukan bersama sumpah dari salah satu pihak untuk memutus ikatannya.

.

.

.


Book 1 : Baekhyun

Omega Baekhyun yang powerful, dingin dan tegas, memimpin perusahaan dengan cara yang otoriter. Ia memiliki wajah yang menawan dengan feromon yang memabukkan. Kekayaannya melimpah dan ia dipuja banyak kalangan. Hidupnya nyaris sempurna.

Meski begitu siapa pun tahu jika Baekhyun hanyalah Omega malang yang ditolak oleh Alpha-nya.

.

.

.

Lcourage Present

A ChanBaek Fanfiction

.

FULL MOON

.

For My Dearest Friend ByunB04

Happy Birthday Kawid

.

.

.

"Itu pasti karena sifatnya yang angkuh."

"Kalian tidak boleh melupakan wajah datarnya. Siapa yang peduli dengan tampang yang rupawan jika untuk tersenyum saja kau tidak bisa."

"Well, kurasa itu karena kakinya."

"Kau benar, hidupnya nyaris sempurna jika dia tidak memiliki masalah dengan kakinya."

"Mungkin itu sebabnya Direktur Byun ditolak oleh alpha-nya. Karena dia cacat."

"Sayang sekali, bukan? Dia harus bertahan sendirian selama bertahun-tahun."

"Tiga hari lagi usianya genap 31. Menurut kalian, apa dia akan terus hidup sendiri sampai tua?"

"Mungkin hanya sampai ia menghilangkan sifat angkuhnya. Dia terlalu jual mahal, padahal banyak Alpha yang menginginkannya."

.

.

.

Baekhyun mendengarnya.

Bagaimana para Omega itu berbisik. Pria atau wanita, semuanya sama saja. Mereka hanya iri dengan hidupnya yang nyaris sempurna.

Ya. Hanya nyaris.

Karena dari semua kesempurnaan yang dimilikinya, ada satu lubang besar yang membuat semua itu tak berarti.

Baekhyun adalah Omega yang ditolak oleh Alpha-nya.

Mereka benar.

Tapi alasannya bukan karena hal-hal yang telah disebutkan. Termasuk soal kakinya yang cacat.

Alasan utama Park Chanyeol menolaknya, tidak diketahui siapa pun. Termasuk mate-nya sendiri, Byun Baekhyun.

"Sebelah sini, Baekhyun-nim." Kim Jongdae, seorang Beta berusia 38 tahun yang menjadi sekretaris Baekhyun sejak 4 tahun yang lalu, menuntun sang Direktur yang lebih senang dipanggil Baekhyun-nim oleh bawahannya menuju titik utama pesta di depan sana.

Omega yang memiliki feromon beraroma seperti vanila dan lily itu pernah bilang jika panggilan Direktur terlalu kaku untuknya. Jadi ia meminta seluruh bawahannya memanggil dirinya Baekhyun-nim alih-alih Direktur.

Baekhyun mengikuti arahan sekretarisnya, mengabaikan tatapan lapar yang berusaha ditahan para Alpha, juga pandangan sinis dari Omega yang iri padanya. Padahal Baekhyun sudah berusaha menekan feromonnya sekuat tenaga, tapi aromanya yang memabukkan sungguh tidak bisa disamarkan. Bahkan di saat aula pesta penuh oleh para werewolf dengan feromon masing-masing, aroma vanila dan lily milik Baekhyun tetap tercium kuat sejak kedatangannya.

Mungkin itu sebabnya Baekhyun bisa melihat sosok sang tuan rumah pesta menghampirinya dengan tergesa.

"Direktur Byun. Terima kasih sudah datang. Maaf karena terlambat menyambut kedatanganmu." Kim Junmyeon menyapa Baekhyun dan menyampaikan permohonan maafnya.

Semerbak wangi cengkeh dan buah yang segar menyapa indra penciuman Baekhyun, membuatnya memberikan seulas senyum pada sosok Alpha yang menjadi rekan bisnisnya itu. "Tidak apa-apa. Kau harus menjaga mate-mu."

Junmyeon adalah Alpha yang keberadaannya tidak membuat Baekhyun terganggu. Dia berasal dari keluarga terhormat dan memiliki tata krama yang tinggi. Sikapnya juga bersahabat dan tidak pernah mengintimidasi. Yixing beruntung memiliki mate sepertinya.

"Aku merasa terhormat karena kau bersedia memenuhi undangan kami. Kudengar kau baru tiba setelah melakukan perjalanan bisnis ke China. Pasti sangat melelahkan."

"Aku tidak bisa melewatkan pesta ini, Direktur Kim."

Itu karena Yixing adalah sahabatnya. Baekhyun mengenal Omega berlesung pipi itu lewat dokter yang bertanggung jawab pada kondisi kakinya. Mereka jadi dekat setelah Baekhyun menjadikan Yixing dokter pribadinya juga. Dia membantu Baekhyun mencari supresan yang cocok untuk menekan heat-nya. Karena heat tanpa keberadaan Alpha itu sangat sulit. Apalagi saat dia adalah mate yang ditakdirkan untukmu namun memilih menolak kehadiranmu.

Dan Baekhyun menjalani penderitaan itu sendirian selama 12 tahun sejak pertemuan pertamanya dengan Chanyeol.

"Yixing pasti senang bertemu denganmu."

Suara Junmyeon memecah lamunan singkat Baekhyun. Untung saja dia adalah orang minim ekspresi sehingga Junmyeon tidak menyadarinya. "Kalau begitu, kuharap kau tidak keberatan jika kami sedikit berbincang."

Junmyeon refleks tertawa canggung saat mendengar kalimat Baekhyun barusan, ia lupa mengajaknya untuk segera menemui Yixing. "Astaga, tentu saja, Direktur Byun! Mari, ikut denganku."

Tanpa banyak bicara, Baekhyun mengikuti langkah Junmyeon menuju meja utama di mana Yixing berada. Omega dengan wajah berseri itu rupanya sedang mengobrol dengan mertuanya.

Ada sedikit basa-basi yang terjadi saat Baekhyun sampai di meja tersebut. Namun harus diakui jika itu bukanlah basa-basi yang tidak perlu. Karena orang tua Junmyeon adalah pribadi yang hangat dan disenangi banyak orang, seperti anaknya. Jadi tidak ada kalimat omong kosong yang terucap karena semuanya murni merupakan interaksi antara rekan kerja.

Saat tiba gilirannya menyapa Yixing, Omega itu terlihat begitu bahagia.

"Baekhyun, kau datang. Terima kasih banyak." Yixing memeluk sahabatnya erat, lupa dengan sesuatu yang berada di perutnya. "Kapan tiba? Kudengar kau harus ke China karena urusan mendadak."

Pelukan keduanya terlepas dan Baekhyun memberikan senyuman hangatnya. Samar ia bisa mendengar kesiap kaget di sekitarnya sebelum menjawab pertanyaan Yixing. "Sore tadi. Aku langsung bersiap dan pergi ke sini. Maaf sedikit terlambat. Dan..." Baekhyun menjeda ucapannya untuk menatap perut Yixing yang besar. "Kau sangat glowing, Ge."

"Oh, terima kasih, Baekhyun." Yixing tersenyum penuh haru mendengar Baekhyun memanggilnya Gege. Padahal itu adalah panggilan khusus jika mereka sedang berdua saja. "Sejujurnya aku mulai kesulitan berjalan."

"Kalau begitu kau harus banyak istirahat."

"Tentu, Junmyeon menjagaku dengan baik sampai pada tahap berlebihan."

"Dia menyayangimu." Baekhyun bisa memaklumi sikap protektif Junmyeon, mengingat ini adalah kehamilan yang begitu mereka tunggu setelah Yixing mengalami keguguran sebanyak 2 kali. Tak heran jika pesta baby shower ini pun digelar begitu meriah demi menyambut kelahiran cucu pertama keluarga Kim.

Yixing mengulum senyum singkat, tak berniat meneruskan topik ini demi menghargai perasaan Baekhyun. "Aku tahu. Ayo, kita duduk. Kau harus menyantap hidangan spesial dari Chef Do. Dia jadi koki utama di pesta ini."

Baekhyun mengangguk setuju. Namun sebelum mengikuti Yixing untuk duduk di meja utama, ia menoleh ke arah sekretarisnya dan menyuruh pria itu untuk menikmati pestanya juga.

.

.

.

Baby shower party yang digelar keluarga Kim hanya berlangsung hingga jam 10 malam lantaran Yixing tidak boleh terlalu lelah. Baekhyun bersyukur karena ia juga sangat kelelahan setelah mengejar jadwal pesawat dari China ke Korea dan langsung hadir di pesta tanpa istirahat. Jujur saja, jika bukan karena Yixing, Baekhyun pasti sudah pamit pulang.

"Baekhyun-nim, anda baik-baik saja?" Jongdae bertanya khawatir saat melihat kepala Baekhyun tertunduk dalam, sementara tangan lentiknya tengah memijit lututnya yang terasa nyeri. "Haruskah kita mampir ke rumah Dokter Kang?"

"Tidak perlu. Aku hanya perlu minum obat dan istirahat."

"Kalau begitu saya akan menjadwal ulang rapat esok hari."

"Kenapa? Aku tidak menyuruhmu melakukannya."

Jongdae meneguk ludahnya gugup, sesuatu seperti tertahan di tenggorokannya. "S-saya mengkhawatirkan anda, Baekhyun-nim. Beberapa hari ini jadwal anda sangat padat, target dan proyek menumpuk, anda juga harus bolak-balik memeriksa kantor cabang. Saya hanya akan merasa tenang jika anda menemui Dokter Kang lalu beristirahat di rumah."

Baekhyun berdecak seraya mengistirahatkan punggungnya di kursi mobil yang sedang ia duduki, kemudian menatap sekretarisnya yang duduk di depan di samping sopir. "Pergi menemuinya atau tidak, aku hanya akan berakhir dengan meminum obat pereda nyeri. Sama saja."

"Tapi Dokter Kang bisa memeriksa kondisi anda dengan akurat." Jongdae masih berusaha membujuk karena ia peduli. Tubuhnya bahkan sudah menghadap Baekhyun sepenuhnya, mencoba menyalurkan kepedulian lewat matanya. "Saya hanya tidak mau kejadian 3 tahun yang lalu terulang kembali. Sebagai sekretaris yang mengatur jadwal anda, saya sangat menyesal dan merasa gagal."

Mendengar penuturan sekretarisnya yang begitu frustrasi, Baekhyun hanya bisa mendesah pasrah. "Apa kau akan mengoceh terus seperti itu sampai aku menuruti salah satu permintaanmu?"

"Maafkan saya, Baekhyun-nim." Kepala Jongdae tertunduk, tak gentar meski Baekhyun telah menatapnya tajam.

"Rapat besok tidak bisa ditunda. Kau tahu sendiri."

"Maka dari itu saya menyarankan anda untuk menemui Dokter Kang. Anda harus menghadiri rapat dalam keadaan prima."

"Ini sudah malam, sekretaris Kim. Aku hanya akan mengganggu beliau."

Benar juga, batin Jongdae saat menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Sekarang sudah jam setengah 11 malam. Mereka menghadiri pesta sampai benar-benar selesai. Selain menemani Yixing di mejanya, atasannya juga memutuskan untuk berkeliling menemui klien atau kenalannya di dunia bisnis. Meski enggan, tata krama itu penting. Setidaknya Baekhyun harus menyapa beberapa orang penting jika tidak ingin gosip buruk mengenai dirinya semakin menyebar luas.

"Apakah anda akan memecat saya jika saya masih tetap bersikeras dan meminta anda memilih?"

Baekhyun mendesah pasrah. "Memangnya aku bisa apa tanpamu, Sekretaris Kim?"

Well, setidaknya itu adalah lampu hijau. Jadi dengan keberanian yang mati-matian dipupuknya, Jongdae meraih ponsel di saku jasnya untuk menghubungi Dokter Kang. Untungnya beliau sendiri yang menerima panggilannya.

Jadi malam itu mobil mereka mampir ke kediaman Dokter Kang agar Baekhyun bisa memeriksakan kondisi kakinya.

Jongdae terpaksa melakukannya karena pekerjaan Baekhyun yang menumpuk akhir-akhir ini. Ia tidak mau atasannya itu tumbang seperti dulu. Kejadian 3 tahun yang lalu sungguh menjadi mimpi buruk baginya, meski itu adalah tahun pertamanya mengabdi pada Baekhyun.

"Jangan terlalu lelah, Direktur Byun. Duduklah sejenak untuk mengistirahatkan kaki anda saat bekerja. Minum vitaminnya secara rutin. Dan cobalah untuk jangan terlalu bergantung dengan obat pereda nyeri."

"Baik, Dokter Kang. Maaf sudah mengganggu waktu istirahatmu."

"Sama sekali tidak." Wajah tua Dokter Kang tersenyum hangat untuk pasien kesayangannya itu. "Jangan sungkan, Direktur Byun. Hubungi aku jika ada masalah."

Berkat sikapnya yang kooperatif, Baekhyun pun bisa menghadiri rapat pemegang saham keesokan harinya. Mengingat betapa pentingnya pertemuan tersebut, tak heran jika mereka telah menjadwalkannya sejak jauh-jauh hari.

.

.

.

"Direktur Byun."

"Lucas." Baekhyun menyapa balik, meski tak menyangka bocah itu berani menghampirinya begitu rapat dibubarkan. "Senang melihat perwakilan Wong datang. Bagaimana kondisi ayahmu?"

Pria berstatus Alpha dengan tinggi menyerupai mate-nya itu mengulas senyum di bibir. "Sudah lebih baik. Dia menitip salam untukmu."

"Ah, syukurlah. Sampaikan juga salamku untuknya. Semoga beliau lekas sembuh." Meski memasang wajah datar andalannya, namun Baekhyun tulus saat mengharapkan kesembuhan pria tua yang belakangan ini tengah menyulitkannya. Setelahnya ia pun pamit undur diri karena pekerjaannya hari ini menumpuk. "Aku permisi."

"Tunggu, Baekhyun!"

Yang dipanggil tiba-tiba saja menghentikan langkahnya dan berbalik untuk menatap tajam sang lawan bicara. "Kita sedang bekerja. Tidak seharusnya kau memanggilku begitu." Hanya orang-orangku yang boleh memanggil namaku saat bekerja, batinnya menambahkan.

"Maaf, aku tidak sengaja." Lucas mengangkat kedua tangan sejajar dengan kepalanya begitu merasakan feromon Baekhyun membuat lututnya bergetar. Padahal dia adalah seorang Alpha yang seharusnya mendominasi Omega dan submissive seperti Baekhyun. Bukan malah sebaliknya.

"Apa yang kau inginkan?"

"Membicarakan kesepakatan kita."

Baekhyun mendengus tak suka. "Tidak pernah ada kesepakatan, Lucas. Jangan mengada-ada."

"Belum," sahut Lucas penuh percaya diri. "Cepat atau lambat kau akan mengambil kesempatan ini. Jadi daripada menundanya, lebih baik kita lakukan dengan segera."

"Sayangnya aku tidak berminat dengan penawaran yang kau berikan."

"Oh, ya? Kupikir itu adalah tawaran yang bagus, karena kita sama-sama diuntungkan. Kau bisa menguasai pasar China dengan bantuanku dan aku bisa hidup bahagia denganmu."

"Jaga mulutmu!" Baekhyun menggeram, menahan emosi di dadanya. "Aku tidak pernah menyetujui apa pun, bahkan tidak secuil pun menaruh minatku di sana. Jadi jangan pernah membahasnya lagi di depanku!"

"Tapi kau membutuhkanku, Direktur Byun!" teriak Lucas saat Omega mungil itu berbalik meninggalkannya. Suaranya yang menggelegar membuat langkah Baekhyun terhenti seketika. "Jangan munafik! Aku tahu kau sangat serakah hingga cara apa pun akan kau lakukan untuk memperluas kekuasaanmu di China. Aku adalah jalan pintasmu."

"Tuan Wong, dengan segala hormat, saya meminta anda meninggalkan tempat ini sekarang juga sebelum pihak keamanan datang untuk menyeret anda keluar secara paksa," tukas Jongdae penuh penekanan, mewakili Baekhyun yang mati-matian menahan amarahnya.

Lucas berdecih, mengabaikan ucapan Sekretaris Kim dan tatapan mengerikan yang terpancar dari kedua netra Baekhyun. "Mari kita saling jujur. Apa yang kau harapkan dari mate-mu? Dia tidak punya kekuasaan apa pun dan tidak akan pernah memilihmu. Kau hanya punya aku sebagai jembatanmu menuju kesuksesan. Akuilah itu!"

Fatal. Itu adalah satu-satunya kata yang terlintas dalam kepala Jongdae saat mendengar Lucas berkata demikian soal mate atasannya. Dan sialnya, yang bisa Jongdae lakukan di saat seperti ini hanya menahan tubuh Baekhyun yang berjalan ke arah Alpha keturunan China itu dengan amarah meledak-ledak.

Baekhyun tidak mengindahkan tarikan Jongdae di lengannya ataupun bawahannya yang mungkin saja menguping dibalik pintu saat sekretarisnya menyuruh mereka keluar. Yang ia pedulikan saat ini hanyalah menghancurkan Alpha tinggi di hadapannya hingga berkeping-keping.

"Kau tidak tahu apa-apa soal mate-ku. Jadi tutup mulut kotormu itu sebelum aku merobeknya."

"Kau juga tidak tahu apa-apa soal dia, Direktur Byun." Lucas menyeringai puas melihat amarah semakin menguasai Omega yang sedang menarik kerahnya saat ini. Dia terlihat sangat seksi dengan feromonnya yang manis dan memabukkan memenuhi ruang rapat.

Oh, andai Lucas bisa menarik leher jenjang itu untuk melumat bibir tipisnya yang selalu mengeluarkan kalimat pedas. Pasti sangat menyenangkan, batinnya girang.

"Hentikan omong kosongmu tentang kesepakatan di antara kita. Karena sampai aku mati pun, hal itu tidak akan pernah menjadi kenyataan." Baekhyun melepaskan cengkeramannya di kerah Lucas lalu melemparkan tatapan jijiknya sebelum berbalik meninggalkan pria itu bersama sumpahnya.

Bahwa sampai mati pun, Lucas tidak akan pernah menjadi Alpha-nya.

"Maafkan saya, Baekhyun-nim. Seharusnya sejak awal saya menjauhkan anda darinya."

Baekhyun tidak menjawab dan tetap melangkahkan kaki menuju ruangannya. Jongdae mengikutinya tanpa kesulitan meski pada setiap pijakannya ia merasa bisa roboh kapan saja. Karena Demi Tuhan! Feromon yang atasannya itu keluarkan bukan main-main aromanya. Padahal dia adalah seorang Beta yang tidak seharusnya terpengaruh oleh feromon Alpha maupun Omega.

Pria itu menyebutnya pesona alih-alih aura. Meski harus ia akui jika kali ini pesona tersebut sangat mematikan untuk orang-orang di sekitarnya.

Semua orang menyingkir memberi jalan saat Baekhyun melintas dengan sisa amarah yang tercetak jelas di wajahnya, juga dengan feromon yang menyebar ke mana-mana, membuat para karyawan beringsut mundur dan menjauh, menghindari aroma yang memabukkan itu sebelum lupa diri. Mereka tidak memiliki waktu untuk menikmati manisnya vanila serta lily yang bercampur memenuhi seisi gedung, karena setelah ini Baekhyun pasti akan membuat semua orang kesulitan. Mereka harus bersiap dengan kemungkinan terburuk, yakni evaluasi kerja tingkat tinggi yang berpotensi pemutusan kontrak kerja secara sepihak.

Oh, Baekhyun bisa melakukan apa saja saat ia sedang marah. Dan yang paling sering dilakukannya adalah membuat karyawannya merasakan neraka dunia lewat pekerjaan mereka.

.

.

.

Waktu terus berjalan dan Rabu pun tiba dengan cepat. Pagi hari di gedung utama kerajaan bisnis keluarga Byun, Baekhyun disambut oleh banyaknya karangan bunga yang memenuhi lobby kantor. Namun ia melewati semua itu tanpa menatapnya sedikit pun.

"Saya akan membuat daftar orang yang mengirimkan bunga hari ini. Termasuk semua kado yang anda terima."

Baekhyun mengangguk singkat, seolah tak peduli kesulitan apa yang dihadapi sekretarisnya saat melakukan tugas tahunan rutin ini. Suasana hatinya belum membaik sejak konfrontasinya bersama Lucas Senin lalu, maka dari itu ia memilih lebih banyak diam daripada harus melampiaskan emosinya pada orang yang tidak bersalah. Cukup hari itu saja ia membuat seluruh karyawannya kesulitan.

"Kau sudah menghubungi Chef Do?"

"Sudah, Baekhyun-nim. Chef Do berkata semuanya sudah disiapkan."

Baekhyun mengangguk puas. Tumben sekali ayahnya ingin makan malam di luar untuk merayakan ulang tahunnya. Padahal beliau tahu betapa Baekhyun tidak menyukai perayaan tahunan ini. Dengan dalih ingin mencicipi masakan Chef Do yang tengah naik daun, sang ayah pun berhasil memaksanya untuk memenuhi undangan tersebut.

"Jangan lupa hidangan spesialnya."

"Baik, Baekhyun-nim."

Ayahnya bilang Baekhyun harus tiba di restoran pukul 7 malam. Jadi sudah sejak jam 5 sore Baekhyun meninggalkan kantor, lalu pulang ke apartemennya untuk berganti pakaian. Ia mengenakan koleksi terbaru Alexander McQueen berupa kemeja putih dengan corak bunga berwarna hitam di bagian dada. Karena ingin menikmati suasana santai, Baekhyun pun memutuskan untuk tidak mengenakan jasnya dan mengganti celana bahannya dengan jeans hitam. Bahkan demi menambah kesan santainya, Baekhyun sampai menggulung lengan kemejanya sebatas siku dan membiarkan rambutnya jatuh secara alami menutupi kening. Malam ini Baekhyun tidak ingin menata rambutnya sedikit pun.

Lalu sentuhan terakhir untuk menyempurnakan penampilannya malam ini tentu jatuh pada koleksi jam tangannya yang mencapai ratusan juta.

Baekhyun telah siap.

Tapi saat dia turun ke basement, ternyata sekretarisnya masih ada di sana bersama sopirnya.

"Kenapa kau masih di sini?"

"Saya akan mengantar anda ke restoran, Baekhyun-nim."

Baekhyun memutar bola matanya seraya berdecak jengkel. "Tidak perlu. Bukannya tadi aku sudah menyuruhmu pulang?"

"Tapi saya masih belum selesai bekerja."

"Aku hanya akan makan malam dengan ayahku di restoran."

Jongdae menjawab terbata mendengar nada jengkel dalam kalimat yang diucapkan atasannya. "Ini... ulang tahun anda, Baekhyun-nim."

"Hm, lalu?"

"Saya ingin menemani anda hingga semua kegiatan anda selesai."

"Jongdae-ya..." Baekhyun memanggil sekretarisnya hanya dengan nama. "Justru karena aku sedang ulang tahun, kau bisa pulang cepat malam ini. Pergi temui keluargamu dan makan malam-lah bersama mereka." Baekhyun menjeda ucapannya dan beralih pada sopirnya yang berdiri di sisi pintu belakang mobil. "Kau juga, Minseok. Malam ini kalian libur. Jadi pulanglah! Biarkan aku menghabiskan hari ulang tahunku bersama ayah."

"T-tapi, Baekhyun-nim..."

"Aku akan baik-baik saja. Percaya padaku."

Jongdae dan Minseok saling menatap satu sama lain, tapi melihat Baekhyun sedang dalam mood yang baik, akhirnya mereka membiarkan atasannya itu berkendara sendirian menuju restoran.

"Selamat malam, Baekhyun-nim. Hati-hati di jalan. Dan... selamat ulang tahun."

Baekhyun memberikan seulas senyum untuk mereka sebelum benar-benar pergi. "Hm, terima kasih, Jongdae, Minseok."

.

.

.

Omega yang malam ini genap berusia 31 tahun itu berkendara dengan santai menuju restoran. Ia tiba di lokasi 5 menit sebelum janji temunya dengan sang ayah. Tapi Ketua Byun yang selalu tepat waktu ternyata memutuskan untuk datang lebih awal.

"Ketua Byun sudah tiba sejak 10 menit yang lalu, Direktur. Mari saya antarkan ke meja anda."

Baekhyun cukup terkejut karena ayahnya benar-benar datang lebih awal, tidak seperti biasanya. Ia jadi takut pria berusia lanjut itu sedang merencanakan sesuatu. Tapi begitu melihat senyumnya saat mengobrol dengan Chef Do di ruangan yang mereka pesan secara khusus, akhirnya Baekhyun mengerti.

Sepertinya sang ayah telah menjadi penggemar Chef Do sama seperti yang lainnya.

"Baekhyun, selamat ulang tahun, nak." Tuan Byun meraih tubuh puteranya untuk ia peluk begitu Baekhyun tiba di hadapannya.

Baekhyun sendiri membalas pelukan sang ayah dengan erat seraya menggumamkan rasa terima kasihnya. Chef Do yang melihat interaksi kecil mereka hanya bisa menarik senyum simpul.

"Selamat ulang tahun, Direktur Byun," ucap Chef Do dengan senyum cerahnya. "Silakan duduk. Menu pembuka akan segera diantar."

"Terima kasih atas waktu luangnya, Chef."

"Suatu kehormatan bisa memasak untuk kalian." Chef bernama lengkap Do Kyungsoo itu membungkuk sopan. "Kalau begitu, saya permisi dulu."

"Ya, silakan. Terima kasih karena sudah bersedia menemuiku di sini."

"Senang bertemu dengan anda, Ketua Byun."

Baekhyun menatap kepergian Kyungsoo dengan mata memicing, menilai sosok Omega yang lebih mungil darinya itu sambil mengetuk-ngetuk meja menggunakan jemarinya. "Dia manis. Dan hangat."

"Kau benar. Dia adalah salah satu Omega dengan feromon paling unik yang pernah kutemui. Aromanya seperti daun teh yang baru dipetik, segar namun ada kesan hangat dan cukup menyengat di hidung."

"Ginger," sahut Baekhyun tepat sasaran. "Beberapa Alpha yang memiliki aroma serupa adalah mereka yang mudah mengontrol emosinya. Kurasa Chef Do juga demikian. Tapi..."

"Kenapa, nak? Kau menemukan sesuatu yang lain?"

"Apa ayah akan menjadikannya papa baru untukku?"

"APA?!"

"Hahaha..." Baekhyun tertawa begitu lepas di depan ayahnya. Perlahan ia melepaskan topeng yang selama ini selalu menutupi sosok aslinya dari dunia luar. "Santai saja, Yah. Toh kalau pun benar, aku tidak akan marah. Begitu pun dengan ibu. Dia malah akan bahagia jika melihatmu bahagia."

"Astaga, nak! Apa yang kau bicarakan? Tidak ada yang bisa menggantikan tempat ibumu di hati ayah."

"Aku tahu," Baekhyun menghentikan tawanya. "Tapi kalau ayah sungguhan menyukainya, kupikir kalian tidak cocok. Bukankah dia lebih muda dariku?"

"Tentu saja! Dia baru 29, asal kau tahu. Dan jangan mengada-ada! Chef Do lebih cocok jadi putera bungsuku ketimbang jadi pasanganku." Ketua Byun membalas sengit, membuat Baekhyun kembali meledakkan tawa khasnya. Pria berusia 57 tahun itu pun akhirnya menyadari suasana hati putera semata wayangnya. "Kau terlihat bahagia malam ini, nak. Ayah senang."

Baekhyun yang telah menghentikan tawanya menatap sang ayah dan tersenyum hangat. "Aku sudah membuat keputusan, Yah."

"Hm, apa itu? Kau sudah mau membuka hatimu untuk Alpha lain?"

Baekhyun menggeleng.

"Lalu?"

"Aku siap memutus ikatan mate dengan Chanyeol."

.

.

.

_end of book 1_

.

.

.

A/N :

Empat atau lima kali rombak. Wow! Semoga tidak mengecewakan.

Untuk Upi yang juga lagi berulang tahun bareng Kawid, happy birthday sekali lagi buat kalian. Semoga hadiah kecil ini gak mengecewakan.

Lcourage - 030520