sigmame presents
Weird Doesn't Begin To Cover It
Sebuah fan fiction
::summary::
Chanyeol tidak menyangka bahwa ia akan bertemu dengan adiknya di sebuah kamar hotel yang sudah ia sewa untuk menikmati malam dengan seorang escort; dan sebagai kakak yang baik ia seharusnya membawa adiknya pulang namun karena ia adalah kebalikannya, maka ia menikmati tubuh menggoda itu.
::genre::
Romance Erotic Adult
::warning::
INCEST, NC-17
::::
Park Chanyeol | Byun (Park) Baekhyun – di sini Chanyeol dan Baekhyun adalah saudara kandung | Do Kyungsoo | ZiTao | Ninja!Jongin | Ninja!LuHan | Ninja!Sehun
::enjoy::
::disclaimer::
Cerita ini milik saya, jika ada kesamaan ide cerita maka itu kebetulan semata. Nama-nama yang digunakan dalam cerita adalah milki mereka masing-masing. Author hanya 'pinjem' nama.
Park Chanyeol sedang menunggu.
Pemuda berusia dua puluh lima tahun itu tengah menunggu dengan sabar di kamar hotel yang telah dipilihkan oleh Jongin; salah satu bawahannya di perusahaan, namun adalah sahabatnya yang teramat mesum. Ruangan tersebut tidak begitu luas – namun cukup bagus untuk ukuran love-motel, tujuan utama dari tempat seperti ini adalah untuk sekedar seks panas semalam sehingga fasilitas yang dibutuhkan untuk sebuah kamar hanyalah sebuah tempat tidur dan sebuah telepon yang dapat dihubungkan dengan operator penyedia jasa khusus di tempat ini. Berbeda dengan tempat yang biasa ia pilih karena kali ini si mesum berkulit eksotis Jonginlah yang mengurus segalanya; mulai dari memilihkan orang yang tepat untuk menemaninya malam ini hingga sampai ke urusan pembayaran; 50% dimuka, agak menyebalkan memang karena Chanyeol selalu membayar sesuai dengan pelayanan yang telah ia dapatkan namun karena ia percaya Jongin (anak itu rajanya urusan beginian, damn – bahkan Chanyeol merasa Jongin lebih menguasai tempat-tempat sex di kota Seoul dibandingkan dengan bagaimana menganalisis perkembangan proyek perusahaan mereka) maka pebisnis tampan itu menurut saja. Toh ia juga sangat lelah dan muak dengan urusan kantornya, ia butuh hiburan – sangat, oh-teramat sangat butuh hiburan.
Menjadi kepala bagian dari sebuah perusahaan besar memang sangat tidak mudah; ia terpaksa melepaskan urusan percintaannya – bukannya ia mengeluh atau bagaimana, hanya saja itu membuat Chanyeol agak sulit melampiaskan hasratnya dan pada akhirnya sekali seminggu ia akan mengunjungi suatu bar untuk menyewa orang yang dapat memuaskan birahinya. Seperti malam ini; jujur, tadi siang ia mendapat sial, kepala marketing marah habis-habisan dalam rapat utama dengan CEO dan setelah itu ia terpaksa merombak ulang rancangan proyek dari divisinya dalam waktu yang sangat singkat – Park Chanyeol rasanya mau mati saja. Jika saja ia tidak ingat bahwa ia melakukan ini demi adik satu-satunya; yang selalu menunggunya dengan senyum lebar di apartemen mereka ketika Chanyeol kembali dari perusahaan, maka ia pasti sudah berhenti sejak lama.
Well, berbicara mengenai adiknya, Chanyeol sangat merasa menyesal dengan keputusannya untuk menyetujui Jongin mencoba tempat jasa baru ini; sudah beberapa minggu Chanyeol pulang malam dan mendapati adiknya tidur di sofa ruang tamu menunggunya, tidak jarang ia bahkan melihat sang adik terlelap dengan beberapa buku tugas dan ponsel-nya yang ketika dibuka terpampang chat mereka berdua – Chanyeol memejamkan mata sambil mendesah berat begitu ia sadar ketika ia sampai di rumah nanti akan melihat pemandangan yang sama. Tapi ia adalah laki-laki dengan hormon yang susah diatur dan ia butuh seseorang untuk ia masuki saat ini – ya Tuhan, ia begitu frustasi. Ia pasti akan menebus kesahalahannya pada sang adik nanti setelah ia puas dengan escort yang telah ia sewa.
Omong-omong, kemana escort tersebut?
Kenapa begitu lama?
Chanyeol sangat terangsang, yang benar saja!
Dengan mata yang sudah sangat lebar (karena ia sudah sangat kesal menunggu begitu lama), ia melirik jam tangannya, alisnya bertaut begitu sadar ia sudah menunggu hampir setengah jam. What the—Chanyeol tidak pernah menunggu selama ini, dan penisnya sudah dari tadi minta disentuh, ingin memasuki lubang sempit dari pemuda yang sudah dipesan Jongin. Emosinya mulai naik – sial, lihat saja nanti jika dalam sepuluh menit pemuda itu tidak datang juga maka ia akan menuntut uangnya kembali, memaki-maki sang escort, lalu membantai Jongin yang pasti tengah memainkannya dan berdusta mengenai tempat tersebut.
Dan pintu kecil yang tertutup akhirnya terbuka.
Chanyeol seketika melompat dari duduknya, berdiri tegap, mata dengan cepat beralih ke sosok mungil yang masuk dengan mengenakan lingerie hitam – untuk pria karena Chanyeol itu gay, ok? – yang tampak begitu menggoda. Ia baru saja hendak melemparkan senyum nakalnya sebelum matanya membulat menyaksikan rupa pemuda yang ada di hadapannya tersebut – serasa mimpi, Chanyeol ingin sekali menepuk kedua pipinya dengan amat keras karena… yang benar saja!
Kenapa ia malah melihat orang yang begitu sangat ia kenal berada di depannya sekarang, bukan escort asing yang akan—
—Chanyeol menelan ludah begitu melihat betapa indahnya badan dari escort tersebut. Namun mulutnya masih menganga, rupanya sama persis dengan ekspresi wajah yang dipasang oleh lelaki yang lebih mungil itu. Ia tampak terkejut, mata sipitnya seakan ingin melompatkan manik hitam legam tersebut dan Chanyeol benar-benar tidak mengerti kenapa ia bisa melihat anak ini begitu mirip dengan adik kandungnya.
Ia mungkin baru saja memikirkan adik menggemaskannya, yang sangat innocent, begitu baik hati, sangat lembut dan sangat disayangi Chanyeol tetapi agaknya otaknya dan matanya tidak berfungsi dengan baik karena—orang dihadapannya ini begitu mirip dengan adiknya! Keadaan macam apa ini?
"Baekhyun?" Seolah-olah ia masih tidak percaya, Chanyeol bertanya dengan ragu, berharap pemuda itu bertanya balik dan bukanlah sang adik yang seharusnya tengah tidur di apartemen mereka dan—
Pemuda tersebut lalu menggigit bibir bawahnya – sial, itu sangat terlihat menggoda dan Chanyeol benar-benar ingin merengkuh tubuh itu lalu menghimpitnya di antara tubuh besarnya dan dinding kamar, menyetubuhinya dengan hebat hingga si escort hanya bisa mengingat namanya dan—"Chan-Chanyeollie hyung?"
Oh. Tidak.
Ya. Tuhan.
Chanyeol tertegun.
Demi Jongin dan seluruh koleksi sex-toys-nya.
Dia benar-benar Park Baekhyun! Park Baekhyun, adik kandung Park Chanyeol yang berusia dua puluh satu tahun yang seharusnya berada di kamarnya untuk mengerjakan paper managemen bisnis, salah satu mata kuliahnya, bukannya berada di kamar hotel berpakaian seminim ini dengan—huh, apakah itu eyeliner yang berada di sekitar mata adiknya itu? Dan, tunggu—apakah Baekhyun juga sengaja merubah gaya rambutnya untuk malam ini? Fuck, Baekhyun tampat begitu seksi—oh god, Park Chanyeol ingin rasanya membenci dirinya sendiri karena berpikiran seperti ini.
"Ya Tuhan!" Cicit Baekhyun segera memasang wajah panik. Chanyeol memperhatikan gerakan kikuk Baekhyun – adiknya itu memang akan selalu seperti itu ketika ia tengah gusar – ia menghindari bertatapan mata langsung dengannya dan segera beranjak ke meja yang berada di sebelah kasur, jemari lentiknya meraih gagang telepon dan menekan tombol-tombol dengan cepat. Mulutnya sedari tadi sibuk mengucapkan kalimat-kalimat tidak jelas dan Chanyeol sudah berpikiran semakin lanjut membayangkan jemari indah itu berada di bagian intimnya.
Holy shit, Chanyeol benar-benar sangat rendah.
Bagaimana bisa ia membayangkan Baekhyun memberikannya handjob?
"Halo? Kyungsoo-ah!" Suara Baekhyun bergetar, Chanyeol segera tersadar dari lamunannya namun matanya berkedip hebat dan jantungnya berdebar begitu melihat sang adik tengah menunduk membelakanginya – pemandangan yang menggairahkan itu segera membuat junior Chanyeol kembali berkedut, sial. Pantat adiknya itu sangat menggoda dan Ya Tuhan, Chanyeol mencoba bertahan dan mengingat-ingat kembali fakta bahwa mereka adalah sedarah. "Iya, ini aku. Bisakah kau menjemputku?" Baekhyun lalu melirik sang kakak yang tengah mentaap liar tubuhnya, ia segera memalingkan wajah dan mengubah posisinya, duduk di sudut tempat tidur menyampingi Chanyeol. "Tidak bisa?! Kenapa tidak?" Bentaknya agak kesal, Suaranya terdengar serak membuat aliran darah Chanyeol dengan deras menuju bagian bawahnya sehingga penisnya semakin membengkak.
Benar-benar tidak tahu malu, batin Chanyeol yang masih memilki pemikiran yang benar merutuk.
Sungguh bodoh, seharusnya bagian bawahnya sudah kembali lemas ketika sadar orang ini adalah Baekhyun bukannya malah membayangkan suara-suara erotis yang akan terlepas dari mulut mungil sang adik!
Tahan dirimu, Park! Dia adik kandungmu!
"Ini benar-benar gawat! Kejadiannya benar-benar tidak terduga dan aku akan menjelaskannya nanti! Yang jelas sekarang temukan seseorang, Soo! Siapapun!"
Chanyeol menjilat bibir bawahnya. Tahan, tahan, tahan, Park.
"Aku tidak mau tahu! Siapapun yang memiliki lubang yang dapat disetubuhi akan sangat bagus!"
Wow. Chanyeol terkesan – siapa sangka adiknya yang selama ini terlihat seperti orang tersuci yang ada di bumi bisa melontarkan kata-kata yang bisa dikategorikan 'kotor' seperti barusan?
"Ya Tuhan, aku tidak peduli! Carikan saja!"
Baekhyun bergerak leluasa sekarang, agaknya perkacapannya dengan orang di seberang yang bernama Kyungsoo itu membuat ia lupa bahwa Chanyeol tengah memperhatikannya, lelaki yang lebih tua tersebut menyaksikan bagaimana perlahan kain yang berada di tubuh sang adik melonggar dan memperlihatkan tubuh bagian atasnya. Ia baru saja hendak mengalihkan pandangan sebelum matanya mendapati benda mengkilap di nipple kiri Baekhyun.
Chanyeol menggeleng hebat.
Bagaimana bisa ia tidak tahu Baekhyun mempunyai tindik di puting kirinya?!
Kakak macam apa seorang Park Chanyeol tidak menyadari adiknya sendiri memasang tindik di bagian yang bisa dibilang private tersebut. Tapi ia lalu tertawa pelan, kakak macam apa yang membayangkan adiknya dan ia bersetubuh dengan panasnya di sebuah love-motel?
"Dia kakakku, Soo!" Suara Baekhyun kembali terdengar, begitu amat kesal sehingga ia tidak sadar telah menaikkan tone suaranya. "Bukan!" Chanyeol melihat adiknya itu membantah cepat. "Dia hyung-ku! Kakak kandung—tidak! Ya Tuhan, Ya! Do Kyungsoo!" Chanyeol tidak tahu persis apa yang bocah bernama Kyungsoo itu bicarakan, hanya saja ia yakin adiknya ini tengah bersiteru dengan orang tersebut dan jika Chanyeol boleh jujur… ia jarang sekali mendengar Baekhyun bertingkah seperti ini – Park Baekhyun selalu menjaga kalimat dan nada suaranya, ia pernah membawa teman kampusnya ke apartemen dan bahkan ia juga mendengar Baekhyun berbicara dengan nada manis pada temannya yang bernama Sehun (jika dia tidak lupa) itu.
Suara desahan frustasi terdengar dari lelaki yang lebih muda itu – Chanyeol menatap adiknya yang perlahan mulai tampak panik kembali. "Kyungsoo-ah! Kumohon—dia benar-benar kakakku demi Tuhan dia kakak kandungku, aku tidak bercanda." Baekhyun lalu meliriknya dan Chanyeol – si bedebah yang benar-benar tidak tahu malu ini – bukannya menatap adiknya dengan simpati malah melemparkan sebuah seringaian mesum. Baekhyun membelalakkan matanya. "Y—ya, Do K—Kyungsoo!" Pekiknya, kentara sekali ia tengah khawatir. "Kumohon carikan seseorang dan jemput aku!"
Chanyeol pantas masuk neraka karena ini tapi – hey, lihatlah bagaimana mengundangnya wajah ketakutan Baekhyun.
"Halo? Kyungsoo? J-jangan matikan sambungannya." Sejenak Baekhyun tidak bersuara. "YA! DO KYUNGSOO? Sialan!" Makinya kesal sebelum melempar gagang telepon itu kembali ke tempatnya dengan kasar, dengan harapan kosong ia membawa tangannya untuk menutup wajahnya sebelum ia dengan ragu melirik Chanyeol untuk kesekian kalinya malam itu. Dengan gugup ia lalu berdiri, menatap Chanyeol dengan mata berkaca-kaca, perlahan ia lalu menjilat bibir bawahnya yang merupakan satu kesalahan besar – Chanyeol menjadi benar-benar kehabisan akal.
"Aku bisa menjelaskannya." Ujar Baekhyun mencoba membuka percakapan, meski wajahnya masih tersirat sekali kegundahan dan ketakutan, ia tetap harus menjelaskannya. Chanyeol hanya diam menunggu. "A—aku… aku—Ya Tuhan, ini benar-benar memalukan." Jeritnya mengundang senyum singkat dari Chanyeol, Baekhyun tetap saja seperti Baekhyun yang ia kenal sebagai sosok yang terbilang cute – bahkan saat seperti ini, gelagaban begini, ia masih saja terlihat begitu manis dan menggemaskan.
Chanyeol ingin membuka mulutnya. Tetapi lidahnya kelu dan matanya masih saja dengan kurang ajar-nya menatap tubuh setengah telanjang adiknya ini.
"Ya Tuhan… aku tidak percaya ini terjadi. Aku—"
Suara telepon lalu memotong ucapan Baekhyun. Chanyeol yang belum bisa berhenti menikmati pemandangan indah dari tubuh Baekhyun hanya bisa melihat dan menyaksikan kembali adiknya duduk di ranjang dan mengangkat telepon dengan terlalu bersemangat. "Kyungsoo?!"
"YA TUHAN BAEK AKU BARU SAJA MENGHUBUNGI JONGIN"
Dan kali ini Chanyeol dapat mendengar dengan jelas sekali apa yang diucapkan dari sambungan seberang, ia tidak bisa menahan senyum melihat wajah Baekhyun saat menjauhkan telepon dari telinganya.
Agaknya Kyungsoo ini mengenal Jongin.
"DAN DIA MERESERVASI ATAS NAMA PARK CHANYEOL! DIA BENAR-BENAR KAKAKMU!"
"Kyungsoo, bisakah kau kecilkan—"
"DAN KAU BILANG KAU SUDAH LAMA MELIRIK TUBUH SEKSI KAKAKMU APA KAU GILA KAU BILANG MAU DIJEMPUT HUH?"
Baekhyun sontak melebarkan mata – begitu juga Chanyeol.
"Y—ya, Do Kyungsoo, kau—"
"KAU SELALU BILANG TIDAK TAHAN DENGANNYA DAN INGIN DIA MELAKUKANNYA PADAMU DAN SELALU MENYESAL BERKATA KAU ADIKNYA DAN—"
Dan Baekhyun lalu menutup teleponnya.
Dalam hati kecil si pemuda manis itu, ia berjanji akan membunuh Do Kyungsoo setelah ini.
Terdapat keheningan yang mematikan beberapa saat dan keduanya hanyut dalam lamunan masing-masing; Chanyeol yang masih saja tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan Baekhyun yang sudah tidak mau lagi hidup dan memilih untuk dikubur saja di saat yang sama. Pada akhirnya tetap saja namja cantik itu kembali menoleh pada sang kakak yang masih menatapnya dengan datar, seolah meminta penjelasan apa yang ia dengar – atau (dalam keinginan Baekhyun) tidak mengerti karena ia tidak mendengar dengan jelas ucapan Kyungsoo.
Keduanya diam.
Lalu suara deringan telepon terdengar.
"Ya?" Balas Baekhyun, lemah dan begitu berbeda dengan gaya bicaranya sebelumnya.
Begitu submissive.
Chanyeol menghela napas panjang – ia masih sadar dengan moral dan norma tetapi ia juga tidak bisa mengelak bahwa ia bertambah tegang melihat apa yang ada di depannya, dan lagi pula ia sudah membayar demi ini semua. Penisnya sudah berdiri tegak dan – well, Baekhyun juga sepertinya tidak keberatan jika ia mendorongnya ke atas ranjang lalu bergumul dalam percintaan yang panas.
"Tao bisa? Bagus! Iya, iya – Tao tidak masalah." Chanyeol mengerutkan keningnya mendengar kabar tidak mengenakkan tersebut. "Tao pasti mau dan Chanyeol pasti setuju—" shit, Chanyeol menggigit bibir bawahnya begitu mendengar Baekhyun mengucapkan namanya tanpa embel-embel 'hyung' seperti biasa.
So damn hot.
Dan anak ini mau membawa Tao atau siapalah namanya itu untuk menggantikannya?
Chanyeol lalu tersenyum licik.
Keputusan yang salah besar, Baekhyun.
"Baiklah, aku akan—" Chanyeol tidak ingin mendengar apa yang akan dilakukan adiknya itu karena ia sudah mengambil telepon dan menjatuhkannya sembarangan di lantai kamar yang tidak berlapis apapun itu – membuat suhu dingin malam begitu kontras dengan panas yang berasal dari birahinya.
"Kau tidak akan melakukan apa-apa, honey." Potong Chanyeol segera.
"H-hyung, aku bisa jelaskan! Kyungsoo tadi berbicara aneh dan dia—" Baekhyun menggigit bibir bawahnya lagi, pertanda ia tengah gugup dan ucapannya tidak benar sama sekali. Chanyeol sudah lama tahu dengan kelukan adiknya ini.
"Jadi…" mulai Chanyeol kembali, dibawanya jemari tangan Baekhyun menuju bibirnya sedangkan tangan lainnya ia bawa untuk mendorong tubuh mungil tersebut ke ranjang; membuat Baekhyun terduduk dengan Chanyeol kneeling di hadapannya. "…tubuh seksi kakakmu, huh?" Sambung Chanyeol sambil mengedipkan matanya sebelah, membuat Baekhyun menelan ludah payah. "Menyesal menjadi adikku, benarkah Baek?" Goda Chanyeol sebelum menurunkan badannya hingga ia dan adiknya itu sudah sangat dekat – nyaris tidak ada pembatas jika saja Chanyeol tidak berhenti memajukan wajahnya.
"A—aku…" Baekhyun berhenti sedetik begitu mendengar suaranya begitu parau. "Aku bisa menjalaskannya—a—aku.." ia lalu sontak menutup matanya meresakan jemari Chanyeol bergerak menarik jaring tipis dari lingerie yang ia gunakan.
"Kau apa, Baek?"
"H—hyung…"
"Iya, sayang?" Chanyeol bertanya pelan sebelum membenamkan wajahnya di potongan leher Baekhyun. Seolah-olah itu belum cukup, lelaki bermarga Park itu lalu memberikan gigitan-gigitan kecil di kulit sensitif Baekhyun; lelaki yang lebih mungil tersebut lalu mendesah pelan. Ia berharap Baekhyun akan kembali melakukan perlawanan dan meronta di pelukannya karena memang begitulah seharusnya yang terjadi, tetapi Chanyeol tidak menyangka situasi menjadi terbalik dimana adiknya tersebut lalu melepas dekapannya – Baekhyun bergumam 'fuck this' sebelum ia naik ke atas pangkuan Chanyeol dan menggunakan dua tangannya untuk mendorong tubuh Chanyeol hingga lelaki itu berbaring di ranjang.
"Salahkan tubuhmu, hyung." Ujar Baekhyun sembari mengeluarkan wajah yang sama sekali Chanyeol tidak pernah menyangka adiknya bisa lakukan. Dan apa-apaan ini dengan sikap aggressive yang tiba-tiba diperlihatkan oleh lelaki bertubuh kecil ini? Belum sempat Chanyeol sadar dari segala keterkejutannya, jemari cantik Baekhyun lalu menari di permukaan dada Chanyeol yang masih berbalutkan dengan kemeja dan jas yang begitu rapi – mata sipit itu memberikan sebuah tatapan penuh arti sebelum ia perlahan membawa mulutnya mendekati ujung dasi abu-abu yang dikenakan Chanyeol. "Aku selalu ingin melakukan ini…" desahnya pelan sebelum menjepit ujung dasi tersebut diantara bibir tipisnya.
Pemandangan ini membuat Chanyeol merasakan sesak di bagian selangkangannya.
Bagaimana tidak?
Dia adalah seorang lelaki yang mempunyai 'sesuatu' dengan lelaki-lelaki mungil dengan wajah malaikat; mereka yang memilki kemamuan untuk berwajah begitu tanpa dosa ketika menggodanya seperti ini adalah a big turn on untuknya. Terlebih lagi Baekhyun adalah lelaki tercantik yang pernah berada di atasnya, membelai dada bidangnya sembari menggigit dasinya dengan tatapan sayu.
"Baek—"
Chanyeol rasanya tersedak tanpa alasan yang rasional begitu ia melihat sang adik memberikan kedipan sebelum menaikkan wajahnya hingga ia meraih leher Chanyeol, tangannya lalu perlahan bekerja untuk melonggarkan simpul dasi si lelaki tampan itu sebelum akhirnya ia kembali menatap Chanyeol – wajah mereka sekarang berada di level yang sama dan Baekhyun sudah melepaskan dasi sang akak dari mulutnya.
"Tidak malu lagi, huh?" Tanya Chanyeol sedikit waspada.
Baekhyun tertawa simpul sebelum menggesekkan lututnya dengan tonjolan yang berada di antara dua paha Chanyeol. "Menurutmu?" Tantangnya – Chanyeol, seolah mengerti dengan undangan Baekhyun, segera melempar jauh-jauh logikanya ke luar jendela, diraupnya bibir tipis Baekhyun dengan cepat, memberikannya lumatan dan hisapan panjang sebelum ia berhenti untuk membawa dua tangannya di kedua pipi Baekhyun.
"Kau akan menjelaskan banyak hal setelah ini tapi untuk sekarang biarkan aku memasukimu, kau mengerti?"
Tidak ingin mendengar apapun lagi dan sudah tidak ingin membuang banyak waktu, Chanyeol segera mempertemukan bibir mereka kembali dalam sebuah ciuman; bibir tebalnya bergerak lincah di permukaan bibir lembut Baekhyun, menggodanya dengan sesekali menghisap bibir bawah sang adik, mengulumnya sebelum memberikan perlakuan yang sama dengan bibir atasnya. Baekhyun mengalah dan membiarkan instingnya membawanya untuk menikmati ciuman Chanyeol; jemarinya ia tenggelamkan di surai cokelat sang kakak sambil sesekali menjambak helai-helainya dengan sedikit lebih keras begitu gigi Chanyeol menyentuh permukaan bibirnya. Lenguhan pelan keluar begitu saja saat lidah basah dan hangat Chanyeol membelainya, mengirimkan permohonan untuk menerobos masuk yang segera dipatuhi oleh lelaki yang lebih muda itu – Baekhyun memiringkan kepalanya, memberikan akses yang sempurna untuk Chanyeol dalam melahap bibirnya, menelusuri rongga mulutnya dengan seksama, mengajak lidah mereka beradu dalam perang yang berkahir dengan kemenangan yang lebih tua – membuat Baekhyun bergetar hebat merasakan lidahnya dihisap rakus oleh lelaki jangkung tersebut.
Puas dengan reaksi yang ia dapatkan, Chanyeol lalu beralih untuk memberikan ciuman-ciuman singkat di sudut bibir Baekhyun dan ia tersenyum begitu mendengar lenguhan sang adik. Ia lalu melanjutkan dengan mengecup dagu hingga leher dalam Baekhyun, berhenti ketika ia menemukan titik paling peka dari lelaki yang lebih muda itu ketika sebuah desahan keras terdengar; Chanyeol segera menghujaninya dengan hisapan-hisapan yang sanggup meninggalkan tanda hingga esok hari. Tangannya segera beralih menuju benang-benang tipis yang bersatu dalam baju tidur tipis Baekhyun, bermain-main di sekitar pusar sebelum berhenti di daerah dada – ia tertawa begitu merasakan benda metal dingin yang menempel di nipple kiri yang baru beberapa menit barusan ia ketahui keberadaannya.
Baekhyun sedikit melonjak.
Chanyeol memainkan piercing-nya itu dan ia begitu tidak tahan saat seseorang memperlakukannya demikian. "Nakal sekali." Gumam Chanyeol yang hanya dibalas erangan. "Kau suka diperlakukan seperti ini, hmm?"
"I—iya." Jawabnya, berhasil mengeluarkan kata di antara desahan dan erangannya yang sudah mulai terdengar tidak sabaran.
Beberapa saat kemudian, setelah memastikan Baekhyun menjadi benar-benar vocal dengan desahannya, Chanyeol melepas kain tipis yang membaluti tubuh sang adik – membuat tubuh indah Baekhyun tampak begitu jelas di hadapannya. Lelaki berambut cokelat itu lalu merebahkan adiknya dengan perlahan di atas ranjang, membuat suara khas terdengar dari lantai yang bertemu dengan kaki tempat tidur yang bergesekkan, Baekhyun menutup matanya dan membuka mulutnya yang sudah merekah – sungguh pemandangan yang tidak ada tandingannya dengan apa yang telah ia lihat selama ini. Ia ingin sekali segera berada di dalam Baekhyun – merasakan betapa rapat dan nikmatnya lubang tersebut.
Sebenarnya jika ia pikirkan lagi, sudah beberapa bulan terakhir Baekhyun selalu menggunakan celana pendek yang terlalu 'kecil' untuk ukurannya – ia akan mendapati adiknya itu di dapur tengah menuangkan susu di mangkuk sereal dengan bagian balakangnya yang begitu tercetak jelas akibat celana-celana ketat tersebut. Chanyeol, ketika ia sudah merasa salah tergoda dengan bagian bawah sang adik, akan mengalihkan pandangan ke lemari es untuk mengambil air putih yang dapat membersihkan pikiran kotornya; sama sekali ia tidak sadar jika selama ini mungkin saja adiknya yang tidak terlalu innocent itu sengaja melakukan itu semua. Toh pengakuannya sudah sangat jelas, bukan?
Tubuh polos Baekhyun jauh lebih menggoda dibandingkan hanya menatap sekilas bagian belakang Baekhyun di pagi hari karena itulah Chanyeol segera memberikan ciuman-ciuman yang sama ia berikan di leher sang adik pada nipple kirinya – lidahnya bergerak jahil di piercing, mampu membuat Baekhyun mengangkat badannya karena sentuhan yang begitu mendadak dan memabukkan itu – ia sangat peka di puting kirinya, Chanyeol mencatat hal itu.
"Chanyeol hyung…" lenguh Baekhyun mendorong kepala Chanyeol lebih keras tanpa sadar.
"Sabar, sayang."
Lalu kepolak mata itu terbuka – memperlihatkan bola mata bening yang terlihat basah oleh lapisan tipis air mata, Baekhyun merasakan wajahnya menghangat dan ia yakin kedua pipinya sudah bersemu merah begitu matanya bertemu dengan mata hitam gelap miik Chanyeol. "Ahh—oh god…" desahnya begitu Chanyeol kembali memainkan dua tonjolan yang sudah sangat sensitif akan sentuhan di dadanya. "Chan—hmmph—" Chanyeol menelan desahan Baekhyun dengan menyatukan bibir mereka kembali, kali ini ciumannya lebih pelan namun mereka segera saling bermain lidah dan Baekhyun tenggelam dalamnya, ia memejamkan matanya kembali namun jemarinya mulai bergerak untuk melepas jas Chanyeol dan membuka kancil kemejanya.
"Hyung, berhenti aku—ahh…berhenti sebentar." Chanyeol berhenti seperti yang dipinta Baekhyun, ia hendak bertanya apakah tiba-tiba Baekhyun berubah pikiran dan berniat untuk menghentikan permainan mereka. "Kau sudah membayar. Aku seharusnya melayanimu, kau klienku." Ucapnya bangkit dan kembali duduk di pangkuan Chanyeol.
"Aku sudah tidak sabar, Baek. Aku—"
"Shh," Baekhyun menahan ucapannya dengan menempatkan telunjuknya di bibir tebal Chanyeol. "Lihat dan tonton saja aku untuk beberapa menit, hyung." Desahnya manja, ia tidak lupa menghadiahi Chanyeol dengan sebuah wink yang sukses membuat Chanyeol setuju tanpa bantahan lagi.
Segala dugaan Chanyeol mengenai adiknya yang tidak tahu apa-apa selain menjadi saudara yang baik itu segera hilang di saat yang sama ketika Baekhyun memberikan kecupan-kecupan ringan di sebuluruh wajah Chanyeol sementara tangannya sibuk melepaskan pakaiannya. Ia mulai dengan ciuman lembut di pipi Chanyeol, beralih ke leher sebelum kembali ke pipi bagian yang satunya hingga akhirnya ia berhenti lama di bibir Chanyeol – hanya menempelkannya sekilas sebelum mengulum cepat, melakukannya beberapa kali. Chanyeol membelai pelan kedua paha berisi Baekhyun saat lelaki mungil it uterus menikmati ciuman-ciuman singkat namun begitu addictive tersebut.
Baekhyun melepas ciumannya untuk mengamati tubuh half-naked Chanyeol; ia mengigiti bibirnya dan menatap mata Chanyeol dengan pandangan yang sudah benar-benar diterjemahkan dalam satu kata saja; birahi, yang membuncah-buncah dan Chanyeol mengerti. "I'm gonna fuck you so hard, babe." Ucap Chanyeol berat – tidak tahan.
"Lakukan saja, hyung."
"Aku—fuck!" Umpatnya.
Sebuah ciuman yang lalu berlanjut terus ke bawah – mulai dari leher, dada, perut, hingga menuju paha bagian dalam Baekhyun; ia sengaja meninggalkan junior Baekhyun yang sudah berdiri tegak dari tadi, dan segera menjilati kulit putih paha sang adik. Desahan-desahan lelaki lebih muda itu hanya semakin membuat Chanyeol semangat mengerjai adiknya itu; ia yang memang sudah tidak sabaran itu segera melepas ikat pinggangnya – ia lalu melebarkan kaki Baekhyun, matanya terkunci pada lubang kemerahan yang sudah terlihat begitu lapar ingin diisi tersebut. Belum sempat ia melepaskan seluruh pakaiannya dengan benar, Chanyeol sibuk dengan kegiatan barunya memberikan sentuhan ringan di permukaan hole Baekhyun; ia tersenyum puas merasakan kedutan-kedutan di bagian private tersebut.
"Annh~ Chanyeollie hyung unnh—ahh"
"So damn lewd." Ujar Chanyeol sebelum memasukkan satu jarinya; idak sadar ia mendesah pelan merasakan ketatnya lubang Baekhyun menjepit jarinya yang jika dibandingkan dnegan juniornya nanti tentu sangat berbeda. "Ketat sekali, Baek."
"L—lube…" ujar sang adik kepayahan akibat deru napasnya yang sudah sangat tidak beraturan.
"Tidak ada waktu untuk mengambilnya." Balas Chanyeol; ia tidak membawa satu botol pelumas pun dan agaknya Baekhyun tidak akan bisa mengingat dimana mereka menyimpan benda itu di dalam kamar ini dan Chanyeol tidak ingin menghabiskan waktu untuk menghubngi siapapun saat ini. Lalu sebuah ide terlintas di benaknya – well, mereka memang tidak mempunyai lube saat ini namun Chanyeol punya yang lebih baik.
Baekhyun segera mengeluarkan lenguhan hebat begitu merasakan benda hangat dan basah menyentuh bagian bawahnya, menggoda lubang sempitnya sebelum masuk menyapa dinding rektumnya yang sudah sangat haus akan sentuhan. Seketika bibirnya menganga begitu sadar Chanyeol tengah memberikannya rimming. "Ah—ahh, hyung! Kau tidak—ya Tuhan! Ahh—" Baekhyun menggigit bibirnya keras. Belum pernah seorang pun melakukan hal ini padanya dan rasanya begitu sangat nikmat dan ia rasanya diterbangkan ke puncak biahrinya, siapa sangka terekspos seperti ini justru membuat ia semakin terangsang. "K—kau tidak perlu melakukannya, hyung."
Chanyeol mengabaikan peringatan Baekhyun.
Dan sepuluh menit kemudian ruangan kecil tersebut diisi dengan suara desahan Baekhyun dan suara lidah basah Chanyeol yang bergerak keluar masuk lubangnya dengan cepat.
Lelaki bertubuh tinggi itu tertawa singkat mendengar lenguhan tidak setuju dari Baekhyun saat ia berhenti dan ia tersenyum melihat Baekhyun kembali mendesah pelan saat dua jemarinya menyelusup masuk ke lubang sempit itu. Ia men-scissor dengan perlahan dan mencoba memasukkan jarinya lebih dalam; sang adik seketika membuka matanya, Chaneyol merasakan jarinya menyentuh bagian tertentu di dalam tubuh Baekhyun yang mampu membuatnya kehilangan suaranya akibat mendesah panjang untuk malam ini.
"Tunggu, hyung!" Pekiknya saat ia melihat Chanyeol bersiap-siap melepas celananya.
"Kenapa, Baek?"
"Aku…" ia menelan ludah dan menghela napas payah. "…aku ingin mengulum milikmu."
Chanyeol segera memamerkan seringaiannya.
Tentu saja ia sangat setuju dengan ide menarik ini. Ia lalu membantu Baekhyun bangkit dan membimbing wajah cantik tersebut menuju gundukan besar yang ia punya; Chanyeol memang masih memakai celana dalamnya, namun itu tidak menjadi masalah karena Baekhyun sudah melepaskan seluruh kain yang menghalangi membernya untuk bersentuhan dengan bibir menggoda tersebut. "Oh, Baek." Chanyeol melenguh. Bibir Baekhyun terasa sangat menakjubkan di bibirnya, namun bibirnya jauh berkali lipat lebih nikmat membalut penisnya.
Kilatan di bola mata cokelat milik Baekhyun jelas menggambarkan bahwa lelaki yang bertubuh kecil itu juga menikmati apa yang ia lakukan, ia mengeluarkan suara-suara yang mampu membuat Chanyeol klimaks dengan lebih cepat sebelum memejamkan mata dan menurunkan kepalanya – membuat penis sang kakak masuk lebih dalam di dalam mulutnya. Chanyeol seketika menghentakkan pinggulnya sehingga kepala juniornya menyentuh pangkal kerongkongan Baekhyun, awalnya ia menyangka Baekhyun segera tersedak dan mengeluarkan batangnya namun pemuda itu justru mendesah keenakkan sambil mengedipkan satu matanya.
"Kau—" Chanyeol tidak dapat melanjutkan, jemari Baekhyun mulai bermain di dua bolanya dan lidah basah tersebut mulai menjilati permukaan penis Chanyeol. Tanpa nsadar Chanyeol mengerang.
Baekhyun menaikkan kepalanya, mengeluarkan member Chanyeol dengan sekali jalan, memberikan pijatan-pijatan dengan tangannya sementara matanya tidak lepas dari wajah lelaki yang lebih tua itu. Ia lalu kembali menunduk, dijulurkan lidahnya untuk mencapai kepala penis Chanyeol; diberikannya beberapa jilatan sebelum ia menghisap bagian atas organ intim tersebut. Tangannya tidak berhenti memberikan gerakan naik-turun di bagian bawahnya.
Sial.
Chanyeol kehabisan akal.
Lidahnya kelu. Permainan Baekhyun sangat menakjubkan – ia sungguh tahu bagaimana memberikan kenikmatan dalam sebuah blowjob, dan seketika kenyataan itu membuat Chanyeol terkesiap.
Baekhyun sepertinya melakukan ini sering, karena jika tidak bagaimana bisa ia mengetahui teknik-teknik seperti ini? Dan lagipula Baekhyun memang berada di sebuah tempat penyedia jasa one night stand, bukan?
Sadar dengan raut wajah Chanyeol yang mulai berubah, Baekhyun berhenti. "Kenapa hyung?" Tanyanya, sedikit keraguan berada di wajah manisnya; seolah takut ia melakukan sesuatu yang tidak menyenangkan bagi Chanyeol.
"Sudah berapa kali, Baek?"
"Eoh?"
Chanyeol menghelap nafas panjang. "Sudah berapa kali—ah bukan, sudah berapa lama kau bekerja di sini?" Tanyanya tidak sabaran. Baekhyun mengerjapkan matanya beberapa kali, seolah baru saja mendengar hal yang sangat aneh keluar dari mulut Chanyeol. "Katakan padaku, sudah berapa lama kau kerja sebagai pemuas nafsu seperti ini?"
"Ah…" mengerti, Baekhyun lalu menggigit bibir bawahnya – demi Tuhan, tolong hentikan itu, Chanyeol rasanya mau mati melihat tingkah laku menggoda yang tanpa sadar dilakukan Baekhyun tersebut. "Kau bilang akan membahas ini nanti dan—"
"Sudah berapa lama, Baek?" Potong sang kakak dengan suara yang lebih lantang.
"D—dua bulan."
Chanyeol menaikkan alisnya. "Kenapa kau melakukan ini?"
"I-itu karena… itu…"
"Kenapa?" Desak Chanyeol tidak mengerti kenapa adiknya melakukan hal ini; tiba-tiba saja ia merasa kesal dengan kenyataan Baekhyun sudah lebih dari sebulan melakukan hal ini. Adiknya itu sudah sangat akrab dengan hal seperti ini dan itu membuat Chanyeol merasa tidak nyaman. "Apa kau kesulitan dalam uang? Apakah kau menginginkan sesuatu untuk dibeli dan kau tidak mau memintanya padaku?"
"T—tidak! Bukan begitu!" Jawab Baekhyun cepat. "Kau memberikan uang yang sudah lebih cukup, hyung." Sambungnya lalu kembali menggigit bibirnya.
Mendesah pelan, Chanyeol sekarang mendekatkan wajahnya pada sang adik. "Lalu kenapa kau melakukan ini, Baekhyun?" Tanya pelan.
"Itu karena… karena… janji kau tidak akan tertawa setelah mendengarnya?" Chanyeol sedikit tersenyum sebelum ia mengangguk, sungguh wajah Baekhyun sangat manis. "Benar hyung tidak akan tertawa?"
"Tidak, sayang."
Chanyeol menyaksikan adiknya tersebut memerah; dan ia begitu menyukai keadaan ini. Dengan perlahan lalu dibawanya jemari panjangnya menuju wajah adiknya tersebut, dibelainya surai basah Baekhyun yang mulai menutupi keningnya. "Ini benar-benar memalukan…" ucap Baekhyun sedikit merengek dan Chanyeol langsung memberinya sebuah kecupan di bibir manis tersebut. "Itu karena aku… aku…"
"Kau?"
"Aku…"
"Katakan, Baek. Atau aku meninggalkanmu sekarang juga.
"Apa?! Meninggalkanku? Kau tidak bisa melakukan itu, hyung! Kau sudah menyewaku semalam penuh dan kamar ini telah dikunci Kyungsoo dari luar dan hanya bisa terbuka ketika kau sudah memberikan panggilan dan puas dengan service-nya. Lagipula aku tidak akan membiarkanmu pergi! Aku sudah lama sekali bersabar untuk tidak menerkammu saat berkeliaran dengan handuk saja di apartemen! Itu sangat menggangguku dan aku rasanya sudah gila dan aku lebih gila lagi karena aku tidak dapat mengendalikan nafsuku dan setuju bekerja di tempat ini karena aku tergoda denganmu—" Baekhyun berhenti berceloteh panjang. Tidak sadar ia justru sudah menceritakan hal dengan kata-kata yang berulang-ulang. "Hyung, a-aku…"
Chanyeol menantikan adiknya itu untuk berbicara lagi.
"Aku… aku ingin kau menyentuhku, hyung. Apa itu terdengar gila?"
Chanyeol tahu itu terdengar sangat gila; dan ia seharusnya mengangguk dan segera menghubungin Kyungsoo untuk membatalkan semua ini, sebelum akhirnya birahi kembali membuat akal sehatnya hilang.
"Aku… aku juga…" Baekhyun semakin terdengar bergetar. "Aku juga menyukai hyung." Ungkapnya pelan.
Itu tidak benar, Baekhyun.
Chanyeol ingin berkata demikian, ia tidak habis pikir kenapa Baekhyun bisa mengucapkan bahwa ia menyukai Chanyeol yang pasalnya adalah kakak kandungnya. Mungkin selama ini Chanyeol salah mengartikan tatapan Baekhyun padanya dan mungkin Baekhyun salah mengartikan perhatian yang ia berikan; mereka memang sudah sembilan tahun hidup berdua semenjak Chanyeol pindah ke kota untuk bersekolah meninggalkan orang tua mereka, Baekhyun yang saat itu masih kecil juga ikut karena ia tidak ingin berpisah dengan sang kakak dan akibatnya mereka memang sangat dekat satu sama lain. Tetapi perasaan Baekhyun itu salah dan bisa jadi adiknya ini beranggapan rasa sayangnya padanya adalah rasa suka.
"Aku—" Chanyeol tidak tahu harus berkata apa.
"Tidak apa-apa, hyung." Potong Baekhyun segera, ia lalu sedikit tersenyum. "Aku mengerti, kok. Sekarang jika kau mau aku akan menguhubungi Kyungsoo dan mencarikan orang lain sebelum terlambat." Ujarnya lemah, Chanyeol menatap adiknya itu yang mengalihkan pandangannya menuju telepon.
"Lalu kau?"
"Aku? Kurasa malam ini banyak pelanggan yang datang jadi aku mungkin akan dipindahkan ke kamar lain." Jawab Baekhyun singkat.
Dipindahkan ke kamar lain?
Chanyeol mengerutkan dahinya dalam diam.
Ia tidak suka itu.
Dan persetan dengan semua ini – ia sudah kepalang tanggung dan mereka sudah benar-benar polos dan berhenti bukanlah pilihan yang tepat. Namun lidahnya kaku dan membiarkan begitu saja adiknya berbicara di telepon dengan seseorang, beberapa lama sebelum perlahan Baekhyun bangkit – ia meraih sesuatu dari dalam sebuah lemari kecil yang Chanyeol tidak sadar berada di kamar itu dan mengeluarkan sehelai baju handuk yang segera menutupi tubuh kecilnya.
Park Chanyeol, ayolah. Kau orang dewasa di sini. Bicaralah, apapun itu!
Chanyeol sadar keheningan ini benar-benar sangat canggung dan ia tidak mengerti kenapa ia bisa terpaku seperti ini saja; namun sebelum ia berbicara ia harus mengerti apa yang ingin ia katakan – otaknya masih berpikir keras dan dalam saat yang bersamaan pintu kamar terbuka.
Seseorang yang berpakaian masih rapi (tidak menggunakan lingerie atau pakaian seksi lainnya) masuk, dan Chanyeol dapat melihat pemuda tersebut berbadan jauh lebih tinggi dari pada adiknya dengan kulit yang tidak jauh berbeda dengan Jongin. "Oh, Tao-ah." Baekhyun segera menyambut dan mendekati lelaki bernama Tao tersebut, ia seperti berbisik sesuatu dan dalam sekejap mata Chanyeol melihata diknya itu keluar dari kamar tanpa mengucapkan sepatah kata apapun padanya.
Keheningan kembali memuncak.
Dan Chanyeol tiba-tiba tidak merasa ingin menyentuh siapapun saat ini.
"Jadi… kau mau aku melakukan apa?" Tanya Tao dengan logat Cina di kalimatnya. Chanyeol mendehem pelan. "Kau… kau tidak ingin melakukannya, bukan?"
Dengan memejamkan mata, Chanyeol menggeleng lalu menjelaskan pada Tao bahwa ia tiba-tiba ingin pulang dan berpesan pada Tao agar menyampaikan bahwa ia tetap akan membayar penuh untuk pelayanan malam itu pada Kyungsoo. Ia akan megirimkan sejumlah uang besok pagi karena ia ingin segera menghampiri Baekhyun. "Jadi kamar mana yang akan dilayani berikutnya oleh Baekhyun?" Tanyanya pada lelaki berkantung mata tersebut.
"Ah? Baekhyun tidak bekerja, ia ingin pulang. Lagipula ia belum pernah melakukan ini sebelumnya." Tao tersenyum melihat Chanyeol yang memasang wajah bingung. "Maksudku, dia memang bekerja di sini. Tapi dia tidak pernah melayani full-service, ini yang pertama baginya karena Luhan tidak bisa hadir. Ia yang seharusnya melayanimu malam ini, Baekhyun biasanya hanya melayani sebatas di bar saja."
Lalu Park Chanyeol segera memasang pakaiannya kembali dengan cepat, meraih kunci mobilnya dan segera menuju tempat parkir.
Begitu sampai di apartemen, ia mendapati seluruh lampu belum menyala dan kamar Baekhyun terkunci dari luar. Adiknya itu belum sampai di rumah – pukul 23.46 dan Baekhyun masih saja belum menampakkan muka. Chanyeol menunggu, hingga ia terbangun di sofa pagi harinya… Park Baekhyun masih saja belum ada di kamar.
"Kemana kau, Baek…"
Ia lalu mendesah sebelum melirik note yang ada di ponselnya.
Jadwal Baekhyun: Senin pagi ada kelas akuntansi.
Ia mengangguk sebelum mengirimi Jongin pesan bahwa ia akan datang telat ke perusahaan untuk hari itu.
TBC
