Chanyeol X Baekhyun
Non-AU, Romance
.
.
Menghadapi spoiled-Baekhyun bukanlah perkara mudah. Chanyeol nyaris kehabisan penjelasan demi meyakinkan Baekhyun tentang betapa luar biasanya dia. Dalam usahanya melakukan itu, Chanyeol justru dibuat sadar tentang betapa ia telah jatuh teramat dalam pada cintanya untuk sang kekasih hati, tentang betapa dirinya akan selalu berhenti pada pesona dari malaikat kecilnya.
.
.
Playlist:
Corrine Bailey Rae – Like A Star
Suho – Self-Portrait
Baekhyun – On The Road
.
.
oOo
.
.
Chanyeol menyamankan posisi duduknya. Punggung ia sandarkan di kepala ranjang. Jarinya sibuk membawa layar peranti di tangannya bergulir, membaca sepintas deretan komentar yang memenuhi situs obrolan penggemar.
Konser penutup baru saja selesai. Menghabiskan waktu untuk mengistirahatkan badan dan pikiran tentu menjadi pilihan utamanya. Segala beban dan rasa lelah yang bertumpuk selama rangkaian tur terlepas dari bahunya mengingat ia dan EXO akan memasuki masa istirahat. Aktivitas tak akan sepadat sebelumnya dan itu tentu memberikan Chanyeol proyeksi akan kegiatan-kegiatan yang dapat ia lakukan untuk mengisi waktu tersebut.
Bunyi ayun pintu kamar mengundang Chanyeol mengangkat pandangan dari tablet di genggaman. Pintu kamar yang tadinya hanya terbuka sedikit kini didorong membuka lebih lebar. Ia mendapati Baekhyun berdiri di ambang sana dengan sebuah bantal di tangan kirinya.
"Baek?" Chanyeol mengangkat alisnya sembari mengamati lelaki berkaus putih itu mendekat dan merangkak ke kasurnya.
Baekhyun mengambil ruang di sisi Chanyeol, memaksa si tinggi bergeser dari posisinya. Begitu mendapatkan tempatnya, Baekhyun turut menyandarkan punggung ke kepala ranjang, memeluk bantal yang ia bawa lantas duduk terdiam begitu saja.
Chanyeol mengamati bagaimana Baekhyun hanya duduk menatap lurus ke depan tanpa berbicara sepatah kata. Wajahnya tampak seperti orang yang bisa jatuh tertidur kapan saja dengan rambut tak keruan namun Chanyeol tetap mendapati kekasihnya itu terjaga.
"Ada apa?" Chanyeol menyimpan peranti elektroniknya di sisi ranjang. Memiringkan sedikit badan ke arah lelaki di sampingnya.
Mengusap mata sekali, Baekhyun merapat pada Chanyeol. Ia menempatkan diri meringkuk di dada si tinggi.
"Ada apa, Baek? Kau tidak seperti biasanya." Chanyeol menyingkirkan bantal yang Baekhyun peluk demi merapatkan tubuh kecil itu dengannya. Usapan pelan ia berikan pada surai biru milik si lelaki Byun.
Baekhyun terlihat menyamankan posisinya. Mengulur tangan melingkari pinggang Chanyeol.
"Tidak apa-apa. Hanya capek saja."
Suara serak nan pelan dari Baekhyun akhirnya Chanyeol dengar. Anak itu masih betah menatap dadanya tanpa mau mengangkat pandangan.
Chanyeol mengkategorikan ini sebagai suatu yang tak biasa sebab Baekhyun memang tidak begitu sering berubah manja padanya. Itu sesekali terjadi, namun dalam frekuensi yang amat jarang. Mereka lebih sering menghabiskan waktu untuk mengobrol seperti biasa atau berbagi malam tanpa benar-benar menemui sikap Baekhyun yang serupa sekarang.
"Kalau begitu tidurlah." kata Chanyeol, membawa tubuh mereka berdua agar berbaring nyaman sempurna beralaskan bantal. "Atau kau ingin kunyanyikan lagu pengantar tidur?"
Mendengar leluconnya, Baekhyun tampak mendecih tak suka, "Jangan coba-coba. Suara mengerikanmu itu malah akan membuatku tidak bisa tidur."
Chanyeol terkekeh. Ia mulai merapatkan dekapannya pada lingkar bahu Baekhyun, membawa kakinya naik, menggunakan tubuh mungil itu sebagai gulingnya.
"Kau mencekikku, Park!" gerutu Baekhyun.
Chanyeol hanya menggumam tak peduli. Ia memejam, tersenyum kecil kala aroma Baekhyun semakin memenuhi indera penciumannya. Tubuh Baekhyun yang terasa kecil dalam rengkuhannya selalu terasa menyenangkan untuk dipeluk. Terlebih, mengingat bagaimana mereka tidak pernah bisa benar-benar melakukan itu selain di saat-saat seperti ini.
Seruan protes yang sempat disuarakan Baekhyun tidak benar dibarengi dengan perlawanan. Ia justru membenahi tangannya agar sempurna kembali melilit pinggang Chanyeol.
Beberapa waktu mereka biarkan berlalu tanpa konversasi. Hanya saling menyamankan diri di dalam pelukan yang mereka bagi. Dibanding semua bentuk kenyamanan lain, keduanya menemukan satu sama lain sebagai suatu keharusan demi mewujudkan nyaman itu sendiri.
"Chanyeol?"
"Hm?"
"Sudah tidur?"
"Menurutmu saja, sayang."
"Kau menangis tadi, Chanyeol." kata Baekhyun. Itu langsung saja berhasil membuat Chanyeol kembali membuka pejam matanya.
"Maksudmu?"
Baekhyun mengeluarkan suara seperti kuap kecil yang tidak tuntas. "Tadi, di panggung."
Chanyeol akhirnya mengerti. Baekhyun tengah membicarakan penutupan konser mereka. Dan, mungkin, janji yang pernah mereka sepakati tentang itu.
"Kau juga, 'kan," balas Chanyeol, mengingat-ingat bagaimana lelaki dalam dekapannya juga sempat tertangkap olehnya mengeluarkan air mata.
Baekhyun tidak langsung menjawab. Melainkan melonggarkan perlahan pelukan mereka dan merangkak naik agar wajah sejajar dengan yang lebih tinggi.
"Tidak secengeng dirimu," ejeknya, memindahkan kedua lengan melingkari leher Chanyeol dengan tetap membuat jarak agar dapat saling bertukar tatap.
Chanyeol menurunkan tangannya pada pinggang ramping Baekhyun. Menyamankan kembali posisi mereka. Ia menghela napas tak kentara,
"Ya, terserah saja. Aku tidak pandai menyembunyikan perasaan sepertimu, Tuan-Byun-yang-tidak-mudah-menangis," cibir Chanyeol pada akhir kalimatnya.
Itu mengundang tawa kecil dari bibir tipis milik Baekhyun.
"Tentu saja, aku 'kan pacar yang pengertian. Tidak sepertimu yang melanggar janji dengan menangis keras seperti itu." kata Baekhyun lagi. Jemari sebelah tangannya memainkan telinga lebar Chanyeol.
"Aku tidak menangis keras," Chanyeol menggerutu.
"Kau ya. Kau menangis seperti anak bayi,"
Sebenarnya Chanyeol hendak memprotes lagi, namun urung begitu melihat raut wajah Baekhyun yang sudah jauh lebih baik dari saat kedatangannya ke kamar Chanyeol.
"Maaf, kalau begitu." kata Chanyeol pada akhirnya. "Apa kau sebegitu inginnya memelukku?" tanyanya, merujuk pada garis waktu yang tengah mereka bicarakan—penghujung konser di mana video buatannya diputar di layar besar venue.
"Jangan menggodaku, Chanyeol. Kita sudah sepakat sejak lama soal itu," Baekhyun memberi tinju kecil pada bahu lelaki yang lebih tinggi.
Chanyeol tetawa kecil, merasa lucu melihat bagaimana Baekhyun terus menggerutu akan candaan yang ia lontarkan.
"Baik, baik. Kau juga seharusnya tahu betapa sulitnya bagiku menahan diri untuk tidak memelukmu saat melihat kau menangis meski sejenak. Jadi kita impas." kata Chanyeol. Punggung telunjuknya ia bawa membelai pipi gembil milik Baekhyun, menciptakan sensasi geli bagi si lelaki mungil.
Itu kesepakatan lama mereka. Saling berusaha, saling bertahan agar tidak melakukan sesuatu hal seperti menangis di atas panggung. Hanya agar mereka tidak saling merasa sulit menahan dorongan untuk saling pula memeluk menenangkan satu sama lain. Semua hal di antara mereka selalu tentang saling, tentang satu sama lain. Karena hanya dengan itulah, keduanya dapat saling menyokong dalam hubungan mereka.
"Kaubilang kau capek, Baek, kenapa tidak tidur?" tanya Chanyeol. Mata besarnya menatap penuh antisipasi pada manik sipit milik Baekhyun, meminta jawaban.
Sayangnya Chanyeol harus menyesal telah menanyakan hal itu, sebab ia kembali menemukan sorot sendu dari kedua mata cantik di hadapan wajahnya.
Lagi, mereka larut dalam keheningan. Chanyeol hanya bisa menunggu mengamati Baekhyun yang menggunakan telinga lebar miliknya sebagai pusat atensi, memberi sentuhan main-main dengan terkadang berpindah pada rambut pirangnya.
"Menurutmu.." Baekhyun mulai kembali membuka suara, dan Chanyeol terus memusatkan perhatiannya demi kelanjutan kalimat Baekhyun.
"..apa aku sudah melakukan yang terbaik?"
Chanyeol berkerut dahi. Ia tidak menangkap apa maksud kalimat itu.
"Apa maksudmu, Baek?"
Selepas itu, Baekhyun taunya kembali merapatkan tubuh mereka, memutus tatap Chanyeol dengan menenggelamkan diri kembali ke dadanya.
"Tentang solo dan debutku sebagai leader di unit gabungan." jelasnya singkat.
Chanyeol masih memutar otak tidak mengerti. Mengapa Baekhyun harus menanyakan hal seperti itu?
"Kau keren. Apa maksudmu?"
Chanyeol justru mendengar gerutuan lagi dari mulut kekasihnya.
"Jawaban macam apa itu." cebiknya.
"Aku tidak mengerti," Menghela napas, Chanyeol berusaha menemukan mata si lelaki mungil. Ia menarik pelan tubuh Baekhyun demi mempertemukan kembali wajah mereka. "Kau kenapa?"
Baekhyun tampak menggigit bibir. Enggan menatap Chanyeol. Kedua sipitnya jelas telihat risau. Chanyeol dibuat khawatir oleh pemandangan itu.
"Aku.. hanya takut," lirih Baekhyun. "Aku berdiri di atas panggung dengan posisi berbeda dari saat bersama para member.
"Tidak ada Suho-hyung yang mengendalikan semuanya, tidak ada Kyungsoo yang memarahiku, tidak ada Sehun untuk kuajak bercanda, dan.. tidak ada kau."
Chanyeol membiarkan tangannya memberi belaian sayang pada wajah sedih itu. Saat ini, Baekhyun benar-benar sempurna berada pada keadaan buruk. Chanyeol tahu betul hanya dengan melihat raut wajah yang anak itu tunjukkan.
Dan Chanyeol tahu, masih ada begitu banyak yang ingin Baekhyun ungkapkan. Maka dari itu Chanyeol menunggu.
"Aku berlatih keras agar dapat bernyanyi dan menari dengan lebih baik lagi. Aku berlatih keras untuk menempatkan diri sebagai pemimpin dari sebuah grup. Aku—"
Chanyeol dapat melihat bagaimana Baekhyun tercekat pada napasnya sendiri. Kedua manik cantik itu berkedip-kedip cepat berusaha menghalau sesuatu yang mungkin tengah mendesak ingin ditumpahkan.
Usapan yang Chanyeol berikan tidak cukup dirasanya. Lantas ia mendaratkan satu kecupan di dahi Baekhyun, dengan itu berusaha mengirimkan banyak rasa sayang untuk menenangkan sang kekasih.
"—aku takut kalau apa yang kulakukan tidak pernah jadi cukup baik," Satu isakan lolos dari bibir itu, namun Chanyeol dibuat takjub tentang bagaimana Baekhyun belum pula meloloskan barang satu tetes air mata.
"Aku seperti kehilangan pegangan, Chanyeol. Aku takut meski berdiri di atas panggung bersama banyak anggota,
"Tapi mereka bukan kalian,"
"Sayang," Chanyeol membawa Baekhyun ke dadanya. Ia menghela napas berat. Ia tidak tahu kalau Baekhyun punya beban emosional seberat itu.
Isak kecil dapat Chanyeol dengar, teredam oleh posisi mereka. Chanyeol yang pada dasarnya bukan lelaki yang kuat secara emosional, kini merasakan panas pada dua pelupuk matanya sendiri.
"Kau harus tahu betapa hebatnya dirimu," ucap Chanyeol, setengah berbisik pada sang kekasih di pelukan.
"Suara nyanyianmu semakin stabil dari hari ke hari. Jangkauan nadamu terus berkembang hingga taraf yang tidak kuduga. Kemampuan menarimu bahkan membuatku lupa kalau dulu kau sempat dicap penari yang payah.
"Melihatmu di panggung membuatku seperti 'wah, uri Baekhyun-ie telah berkembang begitu banyak,'.
"Kau juga harus tahu, kalau semua orang memuji segala kerja kerasmu. Sebab itu semua tampak jelas, sayang."
Chanyeol tidak berhenti memberi usapan lembut pada helai kebiruan milik lelaki dalam dekapan. Berharap segala yang dilakukannya mampu mengirimkan berton-ton kasih sayang yang ingin ia beri.
"Aku bahkan iri padamu," tambahnya.
Baekhyun ia rasakan bergerak dalam pelukannya. Chanyeol menangkap sinyal itu lantas membiarkan Baekhyun melepaskan pelukan mereka.
Detik berikutnya, Chanyeol menerima sebuah kecupan dalam di pipinya. Baekhyun mendongak dan menempatkan bibir tipisnya di pipi Chanyeol, lama sekali. Mengecupnya dalam seolah ingin meluapkan sesuatu besar melaluinya.
Chanyeol memejam, meresapi bagaimana kecupan itu terasa begitu membahagiakan hatinya. Meresapi bagaimana pikirannya terus berseru ribut tentang betapa ia menyukai sentuhan apapun bila itu berasal dari seorang Byun Baekhyun.
Beberapa waktu yang tak singkat, mereka terhenti pada kenyamanan sentuhan itu. Membiarkan semuanya terkomunikasikan melalui keheningan.
"Maaf telah merusak waktu istirahat kita," bisik sang kekasih mungil dengan suara seraknya setelah kontak mereka terlepas.
Sekilas, Chanyeol menghela napas. Antara menyayangkan kecupan menyenangkan itu telah berakhir, atau mengeluhkan matanya yang tiba-tiba ingin sekali menumpahkan air mata.
"Dan terimakasih telah memberiku kata-kata itu." tambah Baekhyun, serupa bisik lembut yang terdengar begitu merdu bagi telinga Chanyeol.
Chanyeol mengalihkan kedua lengannya untuk memeluk erat pinggang Baekhyun. Merapatkan kembali jarak di antara mereka.
Menatap sejenak wajah basah milik sang kekasih, Chanyeol lalu berbisik,
"Kiss me."
Si lelaki mungil tidak tampak memiliki keraguan apapun. Kedua telapaknya terangkat dan menangkup rahang Chanyeol. Mengusapnya lembut, lantas mempertemukan bibir mereka begitu saja. Ia memegang kendali, memimpin memberi lumatan lembut pada bibir tebal milik kekasihnya.
Chanyeol mengeratkan peluk lengannya pada pinggang ramping kekasihnya. Sepenuhnya membiarkan diri terhanyut pada apa yang sangat dia sukai. Bibir yang manis, aroma yang manis, perlakuan yang manis.
Segala tentang Baekhyun memaksanya berhenti pada dirinya seorang. Jatuh semakin dalam pada pesonanya, pada segala tentangnya yang indah bagai malaikat.
Saat tiba-tiba Baekhyun memutus tautan mereka, Chanyeol nyaris saja menggerutu ingin protes. Tetapi Baekhyun memberinya senyuman lembut, menatap penuh kasih sayang pada dirinya. Alih-alih benar memprotes, Chanyeol justru berbangga diri telah menjadi seorang beruntung yang menerima tatap itu.
"Kau juga harus secepatnya pergi solo," katanya pada Chanyeol.
Si tinggi melenguh tidak minat, "Aku lebih ingin berduet denganmu." rajuknya.
Mereka akhirnya menghabiskan malam dengan bertukar lebih banyak cerita lagi. Menghabiskan sebanyak mungkin detik yang dimiliki tanpa jeda. Saling berbagi pelukan dan ciuman, saling membiarkan diri semakin jatuh pada pesona satu sama lain.
Siapa yang butuh pengakuan dunia, bila mereka bisa saling memiliki di setiap malam yang tenang seperti saat ini?
.
fin.
.
.
Happy birthday to our precious-lovely-beloved beautiful man baekhyunee. Nothing to wish but the best for him.
Til now, he works hard to be better; to improve, to achieve. We won't have any idea how tired he is. He deserves more support. He deserves more love.
From this distance, please give him more support, as a soloist, subunit member, and ofc, as a part of exo. As he said, let's not think that we are far away from each other. Let's protect him to the fullest we could do from here. Let him know that he did great. Let him know that he is priceless.
May God bless him. Living his life with joy, doing what he want to do.
Sayang baekhyunee.
Dan tersoal member yang lainnya, saya bener-bener kehabisan kata buat mengekspresikan betapa saya sayang sama mereka. Saya pengen mereka melakukan apa yang mereka mau. Terserah, yang penting mereka bahagia. Saya nggak tega ngeliat gimana untuk menikahi orang yang mereka sayang aja, seperti chen, semuanya berubah jadi runyam. I would totally support their happiness.
Ah, sorry for too many words, ya. Saya kebawa sama tulisan saya sendiri:")..
Thanks for reading!
