What's Funny Between Us?

.

.

Yaoi! PedangxPedang, i own the plot but not the casts (of fucking course)

.

.

Enjoy

.

Baekhyun itu sayang Chanyeol. Baekhyun itu sangat sayang Chanyeol. Saking sayangnya, dia selalu mengganggu Chanyeol setiap hari bahkan di hari Minggu sekalipun. Setidaknya itu menurut Chanyeol. Tidak ada hal baik yang terjadi kalau kedua orang itu sudah bertemu. Bahkan guru-guru di sekolah pun tau itu dan tidak pernah menempatkan mereka dalam satu kelompok. Tapi kali ini berbeda. Pria yang sedang berbicara di depan kelas mereka kali ini adalah guru baru sekaligus pengganti wali kelas mereka yang lama karena wanita itu tengah cuti melahirkan. Dia tidak tau apa yang akan terjadi kalau menempatkan Baekhyun dan Chanyeol dalam suatu kondisi. Jadi saat dia mengumumkan pembagian kelompok dikelas mereka untuk tour minggu depan, seisi kelas cukup tercengang.

"Do Kyungsoo, Oh Sehun, Park Chanyeol, Luhan, Kim Joonmyun, dan Kim Jae–" lelaki itu terdiam, melihat kembali kertas yang berisi daftar nama murid didikannya, "Ralat, dan Byun Baekhyun."

"Kalian berada di kelompok 4 untuk tour kali ini." ujarnya penuh api semangat lalu kembali mengumumkan nama-nama murid di kelompok terakhir. Tanpa sadar kalau Chanyeol seolah akan menjatuhkan rahangnya ke lantai.

~oOo~

"Saem, kumohon. Aku benar-benar tidak bisa berada dalam radius kurang dari 3 meter dengan si perut babi ini."

"Hey!"

"Ahn Saem, kumohon."

Pria dipertengahan kepala 3 itu memijat pangkal hidungnya. Lelah menghadapi kedua bocah didepannya ini. "Apa kalian sepasang mantan kekasih yang putus dengan cara tidak baik?"

"Bukan!" teriak Chanyeol frustasi hingga melupakan tata krama dan sopan santun yang selalu diajarkan kedua orang tuanya. Anak itu membungkuk dalam karena menyesal dengan apa yang baru saja dia lakukan. Raut segan jelas terlihat di wajahnya sekarang.

"Park Chanyeol, bersikaplah dewasa. Aku tidak akan mengubah apapun yang sudah kutetapkan tadi. Kau dan Baekhyun tetap di kelompok 4."

Final. Itu ucapan final gurunya sebelum pergi meninggalkan kelas, menyisakan Baekhyun yang menatap polos kearah pintu dan Chanyeol dengan rambut berantakan yang sialannya membuat dia terlihat seperti anak berandalan yang sexy. Dan bengal. Tapi sexy. Dan menggairahkan. Dan bengal.

"Apa aku semengganggu itu?" tanya Baekhyun.

Chanyeol mendekat kearahnya, menekan telunjuknya ke dada Baekhyun dan menatap tajam anak itu. "Ya."

Baekhyun mengerucutkan bibir, menyingkirkan tangan Chanyeol dan menghentak langkah maju. Menantang lelaki yang jauh lebih tinggi darinya itu dengan tatapan. "Memang apa yang sudah kulakukan sampai membuatmu terganggu?"

Chanyeol mengusap wajahnya frustasi, sedikit mengerang lalu berdiri tegap dan semakin mendekat ke Baekhyun, yang tentu saja membuat anak itu harus mendongakkan kepalanya dan terus memaksa diri memasang tampang sangar itu walaupun dalam hati dia merasa ingin sekali menyembunyikan tubuhnya karena aura dominan Chanyeol benar-benar seperti mengintimidasinya. Seperti menelanjanginya dan Baekhyun merasa begitu kecil. Kecil, mungil, pendek, bantat–baiklah, cukup.

"Hari pertama kita bertetangga, kau menginjak tanaman yang sudah kutanam dengan susah payah!"

"Ahh... maksudmu jamur itu?"

"Fuck, Baekhyun! Itu sawi!"

Baekhyun mundur selangkah karena Chanyeol benar-benar berteriak didepan wajahnya. Anak itu bahkan bisa melihat gigi taring Chanyeol dengan jelas. "Jangan berteriak, kau jelek." cicitnya.

Chanyeol yang merasa sedikit bersalah–hanya sedikit–akhirnya berdeham dan menghela nafas panjang.

"Itu sawi." ulangnya lagi, sedikit lebih lembut.

"Baiklah, itu sawi." Baekhyun memainkan ujung dasinya dengan kepala menunduk. Yang mana membuatnya terlihat sangat mungil jika dibandingkan dengan Chanyeol. "Aku akan mengingatnya."

"Bagus."

Chanyeol menarik kursi untuk ia duduki dengan tampang seperti pengangguran yang hanya tersisa Surat Izin Mengemudi dan Kartu Kependudukan di dompetnya. Semua itu karena fakta bahwa Baekhyun akan berada didekatnya untuk selama seminggu. Dan tidak menutup kemungkinan kalau mereka harus berbagi kamar.

"Tapi Chanyeol, sawimu terlihat seperti jamur."

"Byun. Baek. Hyun."

"Baiklah, itu sawi." ujar lelaki yang lebih pendek.

~oOo~

Hari yang paling menyebalkan untuk Chanyeol pun tiba. Dengan ekspresi datar dia menghampiri kelompoknya. Mereka semua sudah disana termasuk Baekhyun. Anak itu sedang menatap bus yang akan membawa mereka ke villa nanti dengan antusias sembari mengunyah bekal roti isinya.

"Apa aku boleh duduk diatas sana?" tanya Baekhyun sesaat setelah Chanyeol berdiri disampingnya.

"Kalau mati yang kau inginkan maka, ya. Kau bisa duduk disana."

Baekhyun mendongak kearah Chanyeol dengan ekspresi memberengut, menyatakan ke lelaki tinggi itu kalau dia marah.

"Aku bercanda."

"Dan aku tidak tertawa."

"Itu karena otakmu tidak cukup pintar untuk mencerna candaanku."

Mata lelaki pendek itu memanas dan Chanyeol menyadarinya. Baekhyun berkaca-kaca dan berlalu dari sana tanpa menatap Chanyeol sedikitpun.

"Hhhh..." lelaki tinggi itu mendesah kasar, merasa bersalah karena sudah membuat Baekhyun yang jelas-jelas cengeng itu hampir menangis.

"Hey..." Chanyeol melangkah lebar untuk menyusul Baekhyun. Sebenci-bencinya dia dengan anak itu tapi dia tidak sampai hati untuk membuatnya menangis, oke? Chanyeol adalah lelaki jantan dan membuat anak umur 5 tahun menangis adalah suatu hal yang sangat amat memalukan untuknya. Baekhyun itu seperti anak usia 5 tahun. Kadang-kadang 3 tahun.

Dengan sigap dia masuk kedalam bus dan matanya langsung menangkap kepala berambut hitam legam itu duduk didekat jendela.

Chanyeol mengambil tempat disampingnya, dengan gesture santai dia bersandar di kursi itu. "Hey, pendek."

"Aku tidak pendek!" pekik Baekhyun membuat seisi bus menoleh kearah mereka. Tidak lama karena setelah mereka tau yang memekik adalah Baekhyun dengan Chanyeol disampingnya, mereka menganggap itu hal biasa. Selama itu tidak terlalu mengganggu maka terserahlah apa yang mau kedua idiot itu lakukan.

"Oke, oke... kau tidak pendek." Chanyeol mengalah, menghadapkan tubuhnya kearah Baekhyun sedangkan anak itu malah menempelkan keningnya di kaca jendela bus. Tidak merespon sama sekali.

"Baiklah, aku yang pendek."

Berhasil! Chanyeol bersorak girang dalam hati saat yang lebih mungil menoleh kearahnya–masih dengan wajah memberengut–lalu menunduk. Lelaki itu menaikkan alis heran, "Apa yang–auhh shit! Byun Baekhyun!"

Chanyeol menekan dadanya yang baru saja diseruduk Baekhyun dengan kepala yang menurut Chanyeol kopong itu. Rasanya cukup untuk membuatnya sedikit sesak.

"Ya! Kau pendek! Cabul! Idiot! Berambut Merah! Lubang hidungmu besar! Kau jelek!"

Baiklah, teriakan Baekhyun kali ini cukup mengganggu jadi guru mereka memutuskan untuk mengambil tindakan dengan cara menarik jambang Chanyeol cukup keras. "Berhenti mengganggu Baekhyun, Chanyeol! Bekerja samalah jadi perjalanan tour kita kali ini bisa sedikit tenang."

Dan Chanyeol sendiri menahan sakit sampai untuk meringis pun dia tidak sanggup. Rasanya pedas! Belum lagi dadanya yang tadi diseruduk Baekhyun masih cukup sakit. Ternyata kepala kopong itu cukup keras juga–pikir Chanyeol–.

Baekhyun melirik Chanyeol ketika guru olahraga mereka yang tambun itu sudah pergi, dia mengambil tangan Chanyeol yang sedang mengusap jambangnya yang tadi ditarik dengan ekspresi bersalah. Anak yang lebih pendek itu tidak berkata apa-apa, tapi Chanyeol bisa tau kalau Baekhyun merasa tidak enak padanya–dia yang berteriak, dan Chanyeol yang dimarahi. Jadi saat si manis itu meniup pelan jambangnya yang masih terasa perih, Chanyeol urung untuk balik memarahi Baekhyun.

"Perih.." adu Chanyeol.

Bibir Baekhyun melengkung kebawah dan dengan lembut dia mengusap-usap bagian yang Chanyeol bilang perih. "Impas." ujarnya dengan suara bergetar.

Chanyeol merotasikan matanya, jengah. Benar, sepolos apapun ekspresinya sekarang, semenggemaskan apapun, dia tetaplah Byun Baekhyun yang menyebalkan. Jadi setelah dirasa jambangnya tidak begitu berdenyut lagi, Chanyeol bangun dari kursinya, "Baik, urusanku selesai." dan melirik kesegala arah untuk mencari bangku kosong lain yang bisa dia duduki tapi–

"Hhh... fuck."

Semuanya sudah ada penghuninya dan Chanyeol terjengkang kebelakang karena bus mereka mulai melaju.

"Demi perutku yang sexy, Park Chanyeol! Duduk yang benar!" guru olahraga yang mengawasi mereka bersungut-sungut kesal. Tidak lebih kesal dari Chanyeol yang kembali mengambil tempat disamping Baekhyun dengan perasaan meradang.

"Oh Tuhan..." desahnya, mencoba bersabar. Ambil sisi positifnya. Setidaknya aroma Baekhyun tidak keras dan menusuk hidung seperti berkata "AKU DOMINAN!!"–Tidak. Dia lembut dan manis–tercium seperti campuran aroma strawberry, vanilla, dan aroma bayi yang lembut yang menjadi dominannya. Sangat kekanakan.

Tapi Chanyeol tidak akan mengelak kalau indra pembaunya seperti haus akan aroma itu. Sangat lembut. Sedikit mengesalkan karena itu aroma Byun Baekhyun tapi disamping itu, Chanyeol tetap menyukainya.

~oOo~

"Chanyeol..." Baekhyun mencicit pelan membuat Chanyeol yang baru saja akan tertidur kembali membuka matanya.

"Hmm?"

"Diluar hujan." Lapor Baekhyun.

"Lalu?"

Baekhyun melirik jendela bus yang sedikit berembun dengan background langit yang terlihat sangat gelap karena mulai mendung, "Benar-benar seperti tour kutukan" batin Chanyeol sementara dirinya mencoba sebisa mungkin untuk bersabar menghadapi Baekhyun. Demi Tuhan, matanya sudah sangat berat!

"Aku bisa melihat kilatan petirnya, itu menyeramkan."

"Byun Baekhyun, kalau begitu jangan dilihat." Chanyeol memiringkan tubuhnya untuk menghadap Baekhyun yang sekarang ini memang terlihat cukup pucat. "Tidurlah."

"Atau kau mau kita bertukar posisi? Aku duduk didekat jendela?" tawar Chanyeol lagi dan mendapat gelengan kepala dari Baekhyun. Si mungil itu mencari posisi senyaman mungkin dan mulai memejamkan matanya dengan erat, membuat Chanyeol menahan senyumnya. Bagus, argumen mereka tidak bertahan lama karena yang lebih pendek sudah lebih dulu menurut.

"Tidak apa-apa. Tidurlah..." lelaki tinggi itu mengelus alis Baekhyun dengan ibu jarinya untuk membuat Baekhyun berhenti mengerutkan keningnya, atau dalam kata lain, dia sedang mencoba membuat Baekhyun nyaman agar bisa tertidur.

"Good boy..." bisik Chanyeol saat perlahan dia mulai mendengar nafas teratur Baekhyun.

~oOo~

Hal pertama yang Chanyeol lihat saat membuka mata adalah wajah mengantuk Baekhyun meski anak itu sudah bangun. Sangat menggelikan jadi dia terkekeh pelan.

"Apa?" tanya Baekhyun sedikit ketus.

"Wajahmu mengingatkanku pada anjingku yang sembelit."

Baekhyun mengerang kesal, dia menapuk mulut Chanyeol dengan cukup kuat hingga lelaki itu bisa merasakan area bibir dan sekitarnya memanas.

"Kau..." geram Chanyeol. Memasang tatapan setajam mungkin jadi Baekhyun bisa tau seberapa pedas tapukannya tadi.

"Ya ya ya, anak-anak. Berhenti saling tatap dan segeralah keluar dari sini."–itu guru olahraga mereka, yang muncul ntah dari mana dan menarik kerah jersey Chanyeol. Membuat lelaki itu berdiri dan sadar kalo satu persatu teman-temannya mulai turun dari bus.

Rintik hujan masih turun diluar sana, jadi dengan insiatif dia menoleh ke Baekhyun dan memakaikan topinya ke anak itu. Chanyeol ingat kalau bibi Byun–ibu Baekhyun yang cerewet tapi baik itu–pernah bilang ke ibunya kalau si mungil bodoh ini cukup rentan sakit. Karena Chanyeol tau rasanya sakit saat sedang liburan sangatlah tidak menyenangkan, jadi biarkan dia berbaik hati.

Sedangkan yang lebih mungil tidak ambil pusing ataupun menanyakan maksud atas tindakan Chanyeol. Satu-satunya yang jadi masalah untuknya adalah diameter topi Chanyeol yang terlalu besar di kepalanya. Kepala yang sering Chanyeol sebut kopong atau tidak ada isi. Kadang saat sedang ujian, Baekhyun mengiyakan ucapan Chanyeol yang satu itu.

Baekhyun melompat turun dan menghampiri kelompoknya yang sudah lebih dulu bergerombol seperti ikan teri. Dan saat suara guru mereka melengking melalu pengeras suara, kelompok mereka dan beberapa kelompok ikan teri lain mulai berbaris seperti ikan sardine.

"Ekhem ekhem." Katakanlah guru mereka itu sedang melakukan testing. "Baiklah anak-anak... SELAMAT DATANG DI VILLA KEDAMAIAN!!" teriaknya penuh semangat dan direspon dengan "Uuuhhhh..." oleh seluruh murid yang ada disana. Setengahnya sedikit geli dengan nama Villa yang akan mereka tempati tapi tidak ingin mencela.

"Selama seminggu kedepan kita akan tinggal disini dan melakukan banyak kegiatan menyenangkan. Aku tidak akan menjelaskan apa saja kegiatan itu karena masing-masing dari grup kalian sudah memegang satu list kegiatannya."

Chanyeol merotasikan matanya jengah. Tidak bisakah mereka masuk dulu atau setidaknya berorasilah saat mereka sudah dipekarangan Villa? Rintiknya memang tidak deras, tapi kalau terlalu lama berdiri disini, mereka akan tetap basah.

Ah!

Chanyeol dengan cepat menoleh kearah Baekhyun.

Kan. Benar saja. Topinya yang berada dikepala anak itu sudah mulai basah.

"Baiklah kalian bisa pergi ke kamar kalian sekarang. Ingat! Kelompok yang memiliki campuran putra dan putri tidak bisa tidur sekamar bersama! Kalian boleh memilih roommate kalian dengan maksimal 6 orang!" tegasnya. Dan itu mengakhiri acara hujan-hujanan siang ini.

Chanyeol dengan sigap mengambil alih koper Baekhyun dari anak itu, dengan kopernya sendiri di tangan sebelahnya dan gitar di punggung. "Baek, cepat masuk." perintah yang lebih tinggi.

Baekhyun sedikit mengerjap sebelum akhirnya berlari kecil menuju Villa.

Junmyeon membantu Chanyeol membawa gitar yang berada di punggungnya setelah sebelumnya memberi tau anggota kelompoknya dimana letak kamar mereka.

"Aku bingung dengan kalian."

Chanyeol menoleh dengan pandangan bertanya karena kalimat Junmyeon, "Bingung kenapa dan kalian siapa?"

"Kau dan Baekhyun." ujarnya singkat lalu mulai berjalan santai menuju Villa dengan Chanyeol disebelahnya yang masih tidak mengerti juga. Bodoh dan tidak peka itu beda tipis. Setipis kain celana dalam para wanita.

Lupakan.

"Kau dan Baekhyun kadang seperti musuh, kadang seperti pasangan kekasih yang terlibat love hate relationship, kadang juga seperti sepasang kekasih yang sangat sangat sangat manis."

Chanyeol tidak menjawab. Dia hanya mengendikan bahu cuek lalu fokus membawa barang-barang itu ke kamar mereka.

Byun Baekhyun pindah kesebelah rumahnya saat dia berada di kelas 2 primary school. Chanyeol pikir menyenangkan karena dia mempunyai tetangga baru karena rumah sebelah itu sudah cukup lama kosong dan akhirnya Chanyeol tidak perlu khawatir kalau-kalau cerita seram yang sering kakaknya ceritakan tentang rumah itu sungguhan. Ditambah lagi, saat ia mengintip kearah rumah sebelah yang orang-orangnya sedang sibuk memindahkan barang dari dalam mobil, dia mendapati sesosok mungil dalam gendongan seorang pria dewasa tengah tertidur lelap. Untuk pertama kalinya, Chanyeol merasa dadanya seperti terhantam sesuatu dari dalam. Sangat aneh karena dia merasa jantungnya berdetak tidak wajar. Seperti saat ia masuk toko mainan dan bebas memilih satu kesukaannya dengan friksi yang jauh jauh lebih menyenangkan.

"Siapa itu?" gumamnya tanpa sadar dan meletakkan tangan kecilnya di jendela yang sedikit berembun. Tatapan mata dengan binar polos itu benar-benar terlihat begitu antusias hingga si pemilik tidak sadar kalau ayahnya sudah berdiri di belakang dan siap untuk mengangkat tubuh anak-anaknya dari sana.

"Baiklah jagoan, bangun pagi kalau ingin bertemu dengan teman barumu." Park yang lebih dewasa menggendong Park kecil yang mengerang protes. Tanda dia kesal karena kegiatannya diganggu. Tapi anak itu tidak banyak membantah. Dia hanya pasrah saat ayahnya membawa tubuhnya ke kamar mandi untuk menggosok gigi dan bersiap tidur.

Ayahnya benar. Dia harus bangun pagi dan melihat secara dekat sosok manis dengan hidung mungil mengkerut lucu itu.

~oOo~

Chanyeol terbangun saat aroma manis menyapa indra penciumannya. Seperti biasa, seperti pagi-lagi sebelumnya yang penuh dengan aroma sedap hasil karya dari tangan terampil ibunya di dapur. Setelah sedikit geliatan kecil, kakinya turun dari kasur dan berjalan sempoyongan keluar kamar untuk menyambut aroma manis itu. Dia duduk di meja makan dengan wajah mengantuk dan tepat berhadapan dengan beberapa cupcake hangat buatan ibunya. Hidung mungil itu mengendus tanpa sadar dan wanita di pertengahan kepala tiga yang sedang sibuk di dapur itu tertawa karena tingkah putra bungsunya. Nyonya Park dengan gemas mengecup hidung Chanyeol sebelum kemudian menyuruh anak itu untuk mandi.

"Kau akan mendapatkan cupcake itu kalau sudah wangi." ujarnya dengan nada jenaka dan Chanyeol tanpa pikir dua kali segera melesat ke kamar mandi. Dia tidak sabar untuk mengecap rasa manis dari kue buatan ibunya itu. Rasanya tidak kalah dari beberapa Cake Store kenamaan di kotanya. Buatan ibunya benar-benar lezat!

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Chanyeol segera menempatkan dirinya di meja makan untuk menagih janji sang ibu. Jadi dengan penuh perhatian wanita itu menyuguhkan beberapa cupcake untuk kedua anaknya dan juga secangkir kopi untuk suaminya. Tak lupa juga beberapa cupcake dan suguhan lain untuk menyambut tetangga baru mereka.

"Chanyeollie temani ibu ke rumah sebelah, hmm?" wanita itu dengan telaten merapikan rambut putranya. Karena memang anak itu langsung melesat pergi setelah selesai dengan urusan pakaian. Tanpa memikirkan rambutnya yang masih setengah basah dan berantakan.

"Hanya kita berdua?" Chanyeol menoleh kearah ibunya.

"Tentu. Apa perlu kita menyeret Kakek dan Nenek sekalian untuk menyambut tetangga baru?"–itu Park Yoora. Satu-satunya kakak Chanyeol dan sialnya dia cukup menyebalkan.

Tuan Park menggeleng untuk memperingatkan putri sulungnya agar memperhatikan ucapannya. Dia menjelaskan pada si bungsu kalau ayah dan kakaknya ini harus pergi sebentar untuk membeli keperluan rumah tangga yang sudah masuk dalam list bulanan yang dibuat pimpinan tertinggi dirumah mereka–ibunya.

Tuan Park memang tegas dan berwenang atas banyak hal. Tapi percayalah, keputusannya yang sudah bulat sebulat bulatnya itu bisa peang hanya karena bujukan elusan dari tangan sang istri.

Jadi setelah sarapan bersama dengan cupcake manis yang membuat Chanyeol kelewat bersemangat, dia dan ibunya segera beranjak untuk kerumah sebelah. Mengirim kudapan manis untuk tetangga baru mereka sekaligus sebagai ucapan–selamat datang dan mari saling bertetangga dengan baik tanpa saling memaki satu sama lain–.

Itu point nya.

Chanyeol yang terlihat paling antusias disini saat pintu bercat coklat kayu itu terbuka dan memperlihatkan seorang wanita yang dikiranya seumuran dengan sang ibu. Wanita itu masih memakai apron di tubuhnya.

"Hai bibi, aku Park Chanyeol. Dan ini ibuku Park Minyeong. Aku kesini membawa hadiah dari ibuku. Ada beberapa cupcake didalam sini dan rasanya sangat lezat." Chanyeol berucap tanpa berhenti dan segera menyodorkan kotak makan di tangannya. Wanita itu berlutut agar sejajar dengan Chanyeol dan menerima kotak dari anak itu dengan senyuman teduh. Sedangkan ibunya hanya memasang ekspresi tidak enak dibelakang.

"Hai Chanyeol. Terimakasih untuk kudapannya hmm? Panggil aku bibi Byun dan ayo masuk. Kami sedang membuat omelete." Ujar wanita itu dengan menirukan nada khas anak-anak yang Chanyeol lontarkan. Setelahnya dia berdiri dan menyambut Nyonya Park dengan ramah.

Saat Chanyeol mencapai area dapur, dia bisa melihat dua anak laki-laki sedang menatap penasaran ke tangan seorang pria yang Chanyeol yakin bahwa itu adalah Tuan Byun–sang ayah.

"Ini berudu."

"Waahh..." binar keduanya antusias. Memainkan katak belum jadi yang berada di tangan ayahnya dengan jari-jari mungil mereka.

Saat nyonya Byun masuk dan menaruh kotak berisi kudapan pemberian si tetangga baru, atensi ketiganya lenyap dari berudu itu. Dengan sigap satu-satunya lelaki dewasa disana menyingkirkan tangannya dari hewan kecil yang sering kali membuat istrinya berteriak itu lalu mulai beranjak untuk menyambut tetangga baru.

Lupakan segala urusan orang dewasa yang tengah berbasa-basi dan mari fokus dengan Chanyeol yang sedang ditawari susu strawberry oleh seorang anak yang lebih pendek darinya ini.

"Kau mau?" tawaran anak itu nampaknya bersifat memaksa karena dia langsung meraih tangan Chanyeol dan meletakkan kotak susunya disana. "Aku masih punya banyak."

Chanyeol mengangguk lalu mulai meminum susu pemberian si pendek.

"Namaku Byun Baekhyun. Kau?"

Ahh... jadi namanya Byun Baekhyun, batin Chanyeol. Anak lelaki itu meneguk susu yang membuat pipinya menggembung lalu tersenyum kecil untuk membalas pertanyaan Baekhyun.

"Aku Park Chanyeol."

Itulah pertemuan pertama mereka. Sore hari saat cuaca sedang sangat-sangat bersahabat, Nyonya Byun ganti menyambangi kediaman tetangga barunya itu dengan balas membawa kudapan. Sepertinya keduanya sudah sedikit banyak menemukan beberapa kecocokan yang membuat mereka bisa memulai topik pembicaraan. Terbukti dengan obrolan mereka yang terlihat bersahutan dengan antusias.

Sedangkan putra kecil keluarga Byun itu tengah memperhatikan beberapa polybag yang berisi jamur dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Siapa yang menanam ini?"

"Aku tentu saja." Sahut Chanyeol yang muncul ntah dari mana.

"Wahh... kau menanam jamurmu dengan baik.".

"Jam–apa??"

"Jamur." jemari kecil Baekhyun menyentuh ujung kepala jamur itu dengan bibir mengerucut.

"Itu sawi!"

Chanyeol kecil berkerut kesal karena sawinya disebut jamur.

"Tapi Chanyeol, itu jamur."

"Itu sawi! Sebentar lagi sawinya akan keluar setelah semua jamur-jamur itu pergi! Begitu kata ibuku!"

Dan terlibatlah perang sengit diantara dua anak laki-laki itu lantaran jamur dan sawi.

Chanyeol rasa dia tumbuh besar bersama Baekhyun disekitarnya. Anak itu memang menyebalkan untuknya tapi dia benar-benar tidak bisa mengabaikan Baekhyun. Semenyebalkan apapun anak itu atau sekeras apapun Chanyeol bilang kalau dia membencinya, Chanyeol tau, dalam hati dia tetaplah peduli dengan sosok mungil itu.

Teman kecilnya.

~oOo~

Baekhyun memeletkan lidahnya dengan jahil saat lelaki tinggi bermarga Park atau yang biasa dia panggil Park Fucking Chanyeol meletakkan kopernya tepat disamping ranjang Baekhyun, yang berada disebelah jendela. Persis disebelah jendela besar dan Baekhyun sangat menyukai itu.

"Terimakasih. Ini minuman untukmu dan Joonmyeon bilang ini adalah kasur kita berdua."

Chanyeol menatap Baekhyun yang sibuk menjajal keempukan kasur mereka dengan kedua bola mata nyaris keluar dari tempat. "Kau bercanda?!"

Baekhyun menggeleng. Anak itu menunjuk Chanyeol dan dirinya sendiri lalu membuat gesture tidur yang membuat Chanyeol benar-benar hilang kata. Ingin meledak, bukan dalam artian sebenarnya.

Saat hendak pergi untuk melayangkan protes pada pimpinan kelompok mereka, ternyata laki-laki pendek itu sudah berdiri diambang pintu lengkap bersama koper lain bawaannya. Tau kalau Chanyeol akan melayangkan protes, dengan cepat dia menyela. Masih banyak pekerjaan yang harus diurus dan berdebat dengan Chanyeol hanya akan membuang waktu berharganya.

"Tidak, tidak, tidak. Apapun itu yang akan kau katakan tentang tidak ingin sekasur dengan Baekhyun adalah tidak. Itu sudah diatur oleh panitia dan anak-anak lain tidak mau bertukar dengan siapapun untuk urusan ini."

"Oh ayolah..." erang Chanyeol frustasi.

Joonmyun mereka tidak terlihat peduli. Benar-benar tidak peduli karena menoleh untuk melihat wajah Chanyeol yang kusut pun tidak. "Kalau sudah selesai dengan urusanmu segeralah keluar untuk makan siang. Kau juga Baekhyun."

Baekhyun mengacungkan ibu jarinya dan terkekeh dikasur sementara Joonmyeon sudah keluar untuk mengurus hal lain. Hal yang lebih penting. Yixing misalnya?

Sungguh berat rasanya ditunjuk menjadi ketua kelompok padahal ini adalah tour, saat dimana harusnya kau bersenang-senang. Bukannya mengurus bayi-bayi cheetah hyper yang tidak bisa diam.

"Kenapa kau tertawa?"

Kekehan anak itu malah semakin menjadi. Tidak ingin membuat Chanyeol lebih kacau, dia menggeser posisinya dan memberikan ruang untuk Chanyeol di kasur mereka.

"Kemari. Disini nyaman." ujar si mungil itu lalu mengusakkan wajahnya ke bantal putih yang lembut. Untuk ukuran tour sekolah, penginapan mereka kali ini sudah lebih dari nyaman untuk ditinggali.

Chanyeol hanya menghela nafas saat melihat kelakuan Baekhyun, dia sedang mencoba berdamai dengan apapun keputusan yang tidak disukainya agar tour kali ini tidak terasa begitu menjengkelkan. Jadi dengan kasar dia merebahkan tubuh menjulangnya di kasur itu tepat disamping Byun Baekhyun.

"Humm...hngg..." gumaman kecil yang berasal dari Baekhyun jelas terdengar di telinga Chanyeol. Anak itu masih sibuk mengusakkan wajahnya di bantal.

"Wajahku dingin dan bantal ini membuatnya hangat."

"Mau lebih hangat?"

Baekhyun menoleh kearah Chanyeol, mengulum bibirnya kedalam–sedang berpikir–dan tidak lama menghantam kepala Chanyeol dengan bantal yang tadinya dia gunakan.

BUGH!

"Aw!"

"Kau pasti menyuruhku untuk memanaskan wajah didepan api kompor!"

Nyatanya itu benar. Jadi Chanyeol tidak melawan balik serangan Baekhyun dan hanya pasrah saat bantal itu menghantam wajahnya. Untungnya itu bantal, bukan sesuatu yang keras seperti jam weker–Baekhyun pernah memukulnya dengan itu, ngomong-ngomong.

"Hhhh..." lelaki tinggi itu bangun untuk duduk setelah sebelumnya menyingkirkan bantal dari wajahnya. Dia melirik Baekhyun yang masih tengkurap dengan kaki yang tidak berhenti menendang kecil. Menggemaskan.

Senyum kecil muncul di wajah tampan itu, lalu tanpa aba-aba Chanyeol meremat pantat berisi Baekhyun dengan tidak santai. Membuat si pemilik bokong seperti tersambar petir imajiner.

Niat ingin membalas tapi pelakunya sudah lebih dulu beranjak pergi dengan tawa menggelegar, "Ayo makan!"

"PARK CHANYEOL!!!!!"

Sementara itu Sehun yang baru akan menyuapkan soup ke mulutnya tiba-tiba kehilangan minat. "Tuhan... tidak bisakah aku makan dengan background suara yang sedikit lebih manusiawi?"

"Seperti desahan Luhan malam itu misalnya?" celetuk Jongin.

"UHUK!"

~oOo~

Chanyeol tidak bisa menyembunyikan wajah bodohnya saat melihat Sunbin–mantan kakak kelasnya dan juga taksirannya–muncul ntah dari mana. Duduk di salah satu kursi di ruang makan dan memegang sumpit yang sudah siap mengapit kimchi untuk dia masukan kedalam mulut.

Sedangkan Baekhyun yang berdiri disamping Chanyeol? Anak itu sedang sibuk kebingungan memilih tempat duduk karena Luhan dan Kyungsoo tidak berhenti menyuruhnya untuk duduk disamping salah satu dari mereka.

Pilihan berat.

Chanyeol tidak akan repot-repot menaruh perhatiannya pada Baekhyun saat dengan jelas ada satu tempat kosong disamping Lee Sunbin. Kursi itu seolah berkata "Duduki aku, bodoh. Duduki aku..."

Oke, Chanyeol ambil tempat disitu. Disamping Lee Sunbin. Jadi dia bisa melihat wajah gadis itu dari samping dan mengaguminya dalam diam.

Ya jelas dia tidak mungkin menyuarakan kekagumannya didepan semua bedebah ini, bukan? Akan terdengar cukup memalukan untuknya. "Kau cantik sekali Lee Sunbin!!!"

Oke, cukup.

"Hey..." sapa Sunbin saat Chanyeol mengambil tempat disampingnya, dan laki-laki itu hanya tersenyum tipis. Sangat tampan.

"Kau disini?" tanya Chanyeol berbasa-basi.

"Ya, tentu. Beberapa alumni lain juga datang. Sekalian reuni."

Chanyeol hanya mengangguk mengiyakan dengan tatapan mata tidak lepas dari gadis disebelahnya. Jelas Sunbin merasa sedikit gugup karena itu. Oh ayolah, tidak bisakah kalian makan sesegera mungkin dan berhenti saling bertatapan seperti adegan di drama-drama tontonan–

"Park Chanyeol." suara lemah dari arah depannya membuat Chanyeol menolehkan kepala hanya untuk mendapati tubuh Baekhyun hampir tiarap di meja makan sedangkan tangannya berusaha menggapai udang yang berada cukup dekat dengan Chanyeol tanpa membuat perutnya mengenai makanan lain dibawahnya.

"To-long ugh..." Oke, Baekhyun menyerah. Meja ini terlalu lebar. "Udang." si mungil menyebalkan itu menunjuk udang dengan saus merah didekat Chanyeol dengan sumpitnya.

"Kau bercanda?" geram Chanyeol.

Baekhyun mengerjap. Kenapa anak ini malah marah-marah? Dasar sinting. "Apa aku terlihat seperti sedang bercanda??"

Oh, ayolah... beberapa anak lain mulai merasakan hawa tidak enak dan memutuskan melahap makanan mereka dengan cepat. Jadi kalaupun meja ini berubah menjadi arena pertempuran, wajah, pakaian, atau rambut, atau bahkan setitik sel kulit mati ditubuh mereka tidak akan terkena cipratan makanan.

"Kau alergi udang, Byun Baekhyun." Chanyeol menekan semua kata yang diucapkannya agar makhluk menggemas–antah berantah itu mengerti.

"Aku tidak!"

"Kau iya."

Oke, semakin memanas. Anak-anak yang lain menambah kecepatan makan brutal mereka saat melihat Baekhyun mulai bangkit dari tempat duduknya. Jelas-jelas menentang Chanyeol. Dia bersiap untuk memutari meja untuk menjemput udang terkasihnya tapi urung karena Chanyeol malah menyembunyikan piring udang itu dibawah meja.

Oh Tuhan...

Beberapa anak disana tanpa sadar menahan nafas saat melihat Baekhyun mulai merengut dan menatap Chanyeol tepat di matanya.

"Sialan, Byun Baekhyun!" batin Chanyeol. Dia lemah untuk wajah lucu itu.

"Kau alergi udang, Byun." Chanyeol mencoba melembut. Dia bahkan menunjuk makanan lain yang tidak kalah enak. Berharap anak itu move on dari udangnya.

"Aku tidak."

"Hhhh..." Chanyeol mengusap alisnya dengan mata memejam erat. Mulai merasa frustasi karena makhluk pendek didepannya. "Aku jelas-jelas tau tentang alergimu. Kau akan sesak nafas kalau memakan ini, bodoh!"

"A-aku alergi udang yang ada kepalanya. Itu tidak ada kepalanya, jadi alergiku tidak akan kambuh."

Chanyeol menatap jengah pada Baekhyun dengan ekspresi "Seriously?" walaupun jelas terselip kilatan jenaka di matanya karena alasan yang diberikan Baekhyun. Itu menggemas–bodoh.

"Dengar, kau tidak mau kan orang tua mu menangis karena mendapati tubuhmu terbujur kaku hanya karena udang?" Chanyeol menaruh piring berisi udang itu kembali di tempatnya. "Dan saat pemakaman, orang-orang akan bertanya, kenapa anak ini meninggal?" Dia mengambil beberapa daging babi dan makanan lainnya dengan sumpit lalu menaruhnya di mangkuk nasi Baekhyun. "Lalu aku akan menjawab, karena dia bodoh dan memakan makanan yang jelas-jelas dia punya alergi terhadap itu. Lalu selamanya kau akan dikenang sebagai mayat bodoh."

Setelah menyelesaikan ucapannya, lelaki tinggi itu menunjuk Baekhyun dengan sumpitnya sementara yang lebih mungil masih merengut lucu, "Now sit the fuck down and eat your lunch, B."

Baekhyun mendengus, memutuskan untuk menyerah akan udangnya. Mungkin lain kali... lain kali.

"Tunggu aku, sayang." batin Baekhyun nestapa.

Dia memakan makanannya dengan diam dan mata yang sedikit berair–kesal setengah mati. Itu tidak luput dari penglihatan Chanyeol dan tanpa bisa dicegah, lelaki tinggi itu memutar otaknya, memikirkan cara untuk menghibur Baekhyun nanti.

Sementara yang lain sudah kembali makan dengan tenang, Sunbin malah mencuri tatapan ke pria disampingnya ini. Well, bukannya dia tidak tau kalau hubungan Baekhyun dan Chanyeol itu sedikit–banyak–menyebalkan, tapi ini pertama kalinya dia melihat secara langsung.

Oke, itu memang mengganggu. Cukup mengganggu. Tapi kenapa interaksi keduanya malah terlihat... lucu.

Perempuan itu melirik kearah Baekhyun yang masih merengut sembari memakan makanannya, dan saat dia mengalihkan pandangan kesamping, lelaki disebelahnya ini juga tidak pernah melepaskan tatapan dari Baekhyun. Sepertinya memastikan kalau si mungil memakan seluruh makanannya dengan baik.

Sunbin hampir tersedak ketika Baekhyun bertemu pandang dengan Chanyeol dan matanya malah berubah semakin berair. Dan dia berani bersumpah mendengar Chanyeol berbisik "Makan." disebelahnya. Lengkap dengan ekspresi yang makin melembut.

"Oh, gila..." desahnya, membuat salah satu teman yang duduk disampingnya menoleh.

"Kenapa?"

"They're cute. I'm a fan!" Sunbin sedikit memekik gemas dan Chanyeol sama sekali tidak menangkap itu karena si bodoh kelebihan kalsium itu sedang sibuk mengurus Baekhyun.

"Kau harus makan sayur kalau tidak ingin feses-mu keras." Itu Chanyeol, dengan Baekhyun yang hampir saja menusukkan sumpitnya ke lubang hidung lelaki itu. Beruntung meja ini lebar.

Beruntung.

~oOo~

TBC

~oOo~

Bacot:

Ya entahlah ya, gua juga gak tau kenapa bikin ff ini. Entahlah pokoknya.

Entah sekolah mana juga yang bikin tour jadi kayak acara camping gini, ntahlah. Nikmatin aja ya.

Terus... udah kayaknya itu aja bacot gua.