That Moment You Lie

by Gyoulight

.

.

.

.

CHANBAEK FANFICTION

GENRE: Marriage Life

RATING: T

.

.

.

.

Mobil hitam mulai menepi pada hunian sunyi di tengah pepohonan yang rimbun. Pagar kayu tak kalah menyambut saat gumpalan debu tertiup angin. Rumah mungil berdinding tua kini mulai nampak, kusam dengan rumput yang meninggi. Pagarnya jauh lebih lusuh. Penuh dengan rumput liar yang menjalar di sekitar. Tapi saat membuka pintu mobil, sosok di kursi penumpang tersenyum riang bagai melihat hunian baru penuh bunga.

Chanyeol yang kewalahan menurunkan koper berisi barang pindahan, hanya membiarkan putra kecilnya terdiam di kursi belakang mobilnya─enggan turun seperti yang papanya lakukan. Bocah kecil itu masih menggenggam mainan robotnya kala Chanyeol mulai membukakannya pintu. Nyatanya pria tinggi itu tengah mencoba untuk membujuk putra kebanggaannya turun untuk ikut membantunya. Tapi sekali lagi, wajah cemberutlah yang ia dapatkan dari wajah manis itu.

"Jack tidak mau tinggal disini," keluh wajah kecilnya merajuk. Matanya pun tidak pernah lepas dari rumah tua yang baru saja dilihatnya. Mirip sekali dengan papanya saat merajuk. Tapi Chanyeol mungkin tidak bisa mewujudkan keinginan putra kecilnya itu kali ini.

"Jack sayang papa, kan?" tanya Chanyeol mengusap surai putranya. Mencoba selembut mungkin untuk membuat anak itu mengerti. Dan tak lama, ia pun mendapatkan anggukan berat dari bocah itu. "Jack juga sudah janji akan membantu papa."

Mata Jack yang redup kembali menatap robot kecil di tangannya, seolah mengharapkan robot di genggamannya itu hidup, lalu menyelamatkannya dari putusan kedua orang tuanya.

"Jack ingin papa sembuh," ujarnya masih merajuk lucu. "tapi Jack tidak mau tinggal disini."

"Kenapa?" tanya Chanyeol tersenyum gemas. Matanya kembali mengawasi Baekhyun yang mulai membuka pintu. Hanya untuk memastikan suaminya baik-baik saja disana. "Disini bagus, daddy bisa mengajak Jack main ke danau setiap sore."

Jackson kemudian menatap mata bulat daddy-nya. Otak kecilnya bahkan tidak ingin bertanya mengapa kedua mata mereka bisa terlihat sama. "Apa benar papa akan cepat sembuh jika tinggal disini?"

Chanyeol mengangguk meyakinkan putra kecilnya. Tak butuh waktu lama baginya untuk mendapatkan pelukan sayang dari Jackson. Bocah kecil itu pun setuju untuk turun dengan tas mainannya. "Jack-nya daddy pintar sekali," puji Chanyeol untuknya.

Mendapati Baekhyun yang berlari ke arahnya, membuat Chanyeol segera bergerak menjemput suaminya. Nafas pemilik hatinya itu tersengal-sengal memandangi matanya yang hampir saja keluar. Lengannya digenggam, kuat sekali. Dan itu mengundang kekhawatiran besar pada diri Chanyeol. "Ada apa?!"

"Aku senang," ujar Baekhyun melompat memeluk suaminya sayang. Senyumnya begitu merekah. Chanyeol otomatis lega akan hal itu. Pria itu pun ikut bahagia ketika Baekhyun mulai bisa memeluknya tanpa rasa canggung seperti yang lalu. "Aku ingat tentang rumah kita. Aku ingat sekali!"

e)(o

Kehidupan baru mereka bermulai di rumah tua itu. Pagi yang hangat membuat Baekhyun selalu berlarian di dapur. Memasak sesuatu untuk keluarga kecilnya meski ia terkadang lupa bagaimana cara melakukannya. Ia kadang harus memanggil Chanyeol untuk sekedar menanyakan bahan apa yang harus ia masukkan untuk membuat omelet atau mie tumis China kesukaan Jack, dan hal kecil lainnya yang ia lupakan.

Baekhyun akan berlari kecil menuju kamar yang berbeda setelah berhasil memindahkan makanan ke dalam piring-piring saji. Ia tak lupa menyiapkan pakaian kerja untuk Chanyeol dan menyempatkan diri untuk memasangkan Jack seragam sekolahnya─seusai mandi bersama daddy tampannya.

Pagi Baekhyun kemudian menjadi sangat sibuk, tapi inilah yang paling ia sukai. Ia begitu bangga dapat mengurus keluarga kecilnya, merapikan tiap sudut rumah atau melakukan banyak hal lainnya. Ia kadang merindukan pekerjaannya di kantor. tapi Chanyeol bilang, ia harus berhenti bekerja karena harus fokus mengurusi Jackson. Dan tentu Baekhyun harus mempertimbangkan banyak hal, karena ia pun ingin menjadi sosok yang paling pengertian untuk keluarganya.

Chanyeol dengan sabar selalu membantunya mengingat hal-hal yang ia lupakan. Pria tampan bersurai hitam itu akan mendengarkan keluh kesahnya. Tidak pernah lelah Chanyeol membantunya mengingat.

Dulu mungkin Baekhyun sempat takut dengan sosok itu. Tapi perlahan, Chanyeol mulai menyadarkannya sesuatu, bahwa mereka selalu punya kehidupan yang baik. Dan juga, menunjukkannya seperti apa cinta yang mereka bagi satu sama lain.

Baekhyun tersenyum menatap putranya melahap habis sarapan buatannya. Anak itu ternyata begitu bahagia bisa mendapatkan sarapan buatan papanya setelah sekian lama bertopang pada seorang pelayan di rumahnya. Jackson pun tidak berhenti mengoceh saat bilang merindukan masakan papanya. Dan ajaibnya, keluhannya beberapa hari lalu tentang rumah, lenyap bagai ditelan bumi.

Jackson kini mulai menyukai rumah lama mereka. Berkat Chanyeol yang selalu sabar ketika putranya itu mengganggu mereka di setiap malamnya, hanya karena takut tidur sendiri.

Chanyeol tentu hanya bisa menerima ketika Jackson tertidur pulas di antara ia dan Baekhyun yang menahan rindu karena jarak. Tapi Baekhyun tentu akan menghadiahkan hal lain untuk suaminya di lain waktu. Seperti ciuman kecil atau beberapa kegiatan singkat saat sore. Mereka lalu berubah menjadi agen rahasia pintar untuk memata-matai putra kecilnya sendiri. Dan Chanyeol tidak pernah mengeluh pada setiap gangguan kecil di rumahnya.

"Apa kita harus pergi berlibur?" Tiba dimana Chanyeol akan angkat bicara soal rencana akhir pekan mereka. Ia selalu jadi pria penuh semangat saat libur. Tentu ini juga baik untuk merayakan kemajuan besar Baekhyun dalam mengingat kenangan mereka.

Baekhyun begitu riang menyetujui hal itu. Tak berbeda dengan Jackson yang mulai melompat-lompat memeluk daddy-nya. Chanyeol lalu menggendong putra kesayangannya itu dan menghadiahkannya ciuman di pipi. "Jagoan daddy sepertinya sudah besar," puji Chanyeol merapikan seragam putranya.

"Aku senang kita tidak canggung seperti kemarin," peluk Chanyeol pada pinggang suaminya. Baekhyun yang terkejut, hanya merona ketika bisikan berat Chanyeol mulai menerpa telinganya. Jujur, ia begitu merindukan Chanyeol dalam malam-malamnya. Sudah lama mereka tidak saling memeluk semenjak pindah.

Baekhyun masih mengawasi Jackson yang tengah mencoba mengikat tali sepatunya. Sambil membenarkan dasi suaminya, ia berjinjit mencuri ciuman selamat pagi miliknya. "Jackson sudah tumbuh besar. Dia tampan seperti daddy-nya."

Chanyeol tersenyum bahagia mendapatkan pujian dari suaminya. Ia juga sudah lama merindukan sosok itu, merindukan waktu berdua hanya dengannya.

"Maafkan aku yang membuatmu harus menempuh satu jam perjalanan untuk ke kantor," ujar Baekhyun lagi. Dan kali ini ia sempat merapikan kemeja suaminya.

Chanyeol mencium bibir tipis itu singkat, membelai sayang rambut kekasih hatinya. "Apapun akan aku lakukan untukmu." Baekhyun lalu berbalik meninggalkannya. Segera membantu Jackson yang membutuhkan pertolongan untuk mengikat tali sepatu barunya.

e)(o

Chanyeol kadang harus mengerti mengapa ia sering kelelahan. Menempuh sejam perjalanan, jatuh dengan tumpukan tugas kantor, lalu menjemput pulang putranya adalah sesuatu yang membuatnya sering berubah moody. Ia kadang menjadi sosok yang paling sensitif di meja rapat. Ia mengamuk, berargumen kasar dan juga sering membuat pegawainya takut. Tapi semua itu seringkali ia coba tahan saat ia bertemu dengan keluarganya yang berharga. Karena ia ingin Baekhyun mengingat bagaimana ia mencintai dirinya. Ia ingin Baekhyun ingat bagaimana cintanya yang terlupakan. Maka ia akan bekerja keras untuk membantu Baekhyun sembuh dari amnesianya.

"Kau tidak perlu setegang itu," ceramah sekertarisnya masuk dengan secangkir kopi. "Kau membuat mereka takut."

Chanyeol memijit pangkal hidungnya. Memejamkan matanya sejenak sebelum membuka dokumen yang lain di atas mejanya. "Mereka tidak bekerja dengan baik, tentu aku marah. Itu hal kecil yang pernah aku tugaskan pada mereka, tapi mereka tidak pintar melakukan refleksi."

Sekertarisnya mendekat padanya. Meraih pundaknya dan memberikan beberapa pijatan disana. "Kau tegang disini, Chanyeol. Santailah sedikit."

Chanyeol merasa bebannya terangkat kala tangan itu menemukan titik pegalnya. Ia cukup puas dengan bantuan dari sekertarisnya. Selalu.

"Bagaimana dengan Baekhyun?" tanya sekertarisnya penuh senyum.

"Dia mulai mengingat banyak hal," jawab Chanyeol mengangguk kecil. Dan entah, mengapa jawaban kecil itu sampai membuatnya tersenyum sumbringah.

"Itu baik," puji sekertarisnya. Namun perlahan tangan itu mulai mengalung di lehernya. Mendekatinya, lalu berbisik di telinga. "atau mungkin tidak?"

e)(o

Chanyeol pulang dengan Jackson yang tertidur di mobil. Pria itu kadang harus menggendong Jackson hingga masuk ke kamarnya. Tanpa membuat anak itu terganggu karena mencoba membuka seragamnya. Baekhyun datang menyambutnya dengan sebuah pelukan hangat. Wajah lelah Chanyeol kadang membuatnya semakin prihatin. Ingin rasanya ia membantu, tapi dengan tetap tidak ingin pindah dari sini membuatnya kadang merasa tidak benar.

"Kau kelelahan," tutur Baekhyun menyentuh wajah suaminya yang lusuh. "Apa kita harus kembali?"

Chanyeol menggeleng. Ia naik ke ranjangnya lalu menjatuhkan kepalanya pada bantal. "Kantor hanya sedang kacau," keluhnya menekan kening yang berkerut.

Baekhyun ikut meringsut naik ke ranjangnya, mulai melepas dasi dan arloji suaminya yang mengikat. Alih-alih selalu berubah murung setiap kali mendapati Chanyeol kehabisan tenaga seperti ini. "Maafkan aku."

"Bukan salahmu," balas Chanyeol menariknya mendekat. Pria itu lantas memeluk suaminya erat ketika tubuh mungil itu terjatuh di atas tubuhnya. Dan Chanyeol pun sangat ahli untuk menghujani Baekhyun dengan ciuman-ciuman kecilnya. "Kau mirip Jack kalau cemberut seperti itu."

Baekhyun terkikik kecil ketika mendengarnya. Mata bulan sabitnya kini menatap sepasang hazel itu dalam ketika ia mencoba menyibak poni suaminya. Yang kemudian ia sendiri tenggelam tanpa ingin selamat dalam lautan rindu.

Chanyeol pun tak kalah memuja betapa cantik suaminya itu. Membuatnya selalu bersemangat dan juga rindu di waktu yang sama. "Aku merindukanmu," bisik Chanyeol menelisik kesunyian jarak yang keduanya bagi. Pun seperti diberi sebuah mantra, senyum manis Baekhyun membuat segala lelah di tubuh Chanyeol segera hilang bagai buih.

"Aku juga," jawab Baekhyun tak kalah berbisik. Memastikan pintu kamar mereka terkunci, Chanyeol pun segera menjatuhkan tubuh Baekhyun ke sampingnya. Tangannya lalu bergerak untuk mengukung suami mungilnya di bawah sana.

"I love you," tuturnya sebelum turun menjemput ciuman panjangnya.

e)(o

Saat menyatakan cinta pada Baekhyun, Chanyeol kadang bisa merasa bimbang sendiri. Ia juga mengatakan cinta yang lain pada sekertarisnya secara diam-diam. Tapi entah mengapa, kini rasa itu tidak pernah semendebarkan cintanya pada Baekhyun.

Helena tentu tidak akan menyerah akannya. Sekertarisnya itu tidak pernah perduli jika ia mencintai yang lain selain dirinya─asal Chanyeol selalu ada untuknya. Tapi semenjak kecelakaan Baekhyun terjadi, Chanyeol seperti harus berpikir dua kali saat Helena menawarkannya menginap di suatu malam.

Chanyeol kadang merasa berdosa. Ia harusnya tidak mengecewakan Baekhyun di semua sisi. Ia punya suami yang sempurna dan putra yang tampan, entah bagaimana bisa ia mengiyakan ajakan sekertarisnya yang juga tak kalah cantik menggodanya.

Di malamnya yang lain, saat pekerjaannya menumpuk dan harus lembur, Helena menemaninya semalaman di kantor. Tenggelam dalam sofa berdua dengan tubuh saling memeluk. Helena pun membawakannya sebotol pil misterius, tak lupa menjelaskan kegunaan benda itu dengan senang hati. Dan Chanyeol pikir itu akan sangat bagus untuk Baekhyun.

"Kau membutuhkanku," bisik Helena di telinganya. Sekertarisnya itu dengan nyaman bersandar dalam pelukannya. "Aku ingin kita selalu seperti ini."

Chanyeol tidak meresponnya. Kehilangan kata-katanya sendiri, dan juga akal sehatnya ketika jemarinya kembali membelai pipi halus itu. Menyentuh wajah cantiknya lalu menciumnya dalam banyak kekosongan hati. Entah, ia pun tidak mengerti, mengapa sekalipun ia tidak bisa menghilangkan Baekhyun dari pikirannya sejak tadi.

e)(o

Akhir pekan yang singkat adalah waktu dimana Baekhyun libur dari tugas-tugasnya. Tidurnya masih panjang dengan seluruh tubuh ditutupi selimut. Sama dengan Jackson yang masih malas untuk turun dari kamarnya.

Sedangkan Chanyeol harus bangun lebih dulu, mengecup kening suaminya yang tertidur pulas. Tak lupa mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, kemudian turun untuk mengambil tugas Baekhyun.

Segelas susu ia bawa menuju kamarnya. Meletakkannya di atas nakas dan menempelkan note kecil di sisi depannya. Ia pun melakukan hal yang sama pada Jack sebelum turun mengambil wajan. Berkutat di dapur dengan sangat hati-hati, tanpa suara untuk tidak membangunkan dua orang yang berharga di rumahnya.

Namun cicitan burung di dekat jendela membangunkan Baekhyun untuk mencari sosok suaminya yang hilang. Tangannya yang mungil meraba sisi ranjangnya yang dingin. Dan ia benar-benar tidak menemukan sosok Chanyeol dimanapun, selain segelas susu di atas nakas. Alih-alih Baekhyun tersenyum lalu menjemput gelasnya. Meminumnya dengan pelan di tepi ranjangnya, lalu nyaris mengabaikan tubuhnya yang tidak dilapisi pakaian.

Baekhyun pun segera mengambil pakaian santainya, lalu turun dengan gelas kosong. Ia menemukan Chanyeol berkutat di depan kompor. Terlihat membuatkannya sesuatu hingga aroma masakan mulai tercium menggoda di inderanya. Baekhyun yang iseng, diam-diam meraih pinggang kokoh suaminya dan selalu berhasil mengejutkannya.

"Kau mengagetkanku," tutur Chanyeol hampir membuang isi wajannya. Wajahnya pura-pura kesal lalu menarik hidung Baekhyun gemas. Sedangkan Baekhyun hanya terkikik geli. Ia pun mencoba menagih ciuman selamat paginya tapi Chanyeol terlalu sibuk untuk mengerti.

"Mana hadiahku?" tanya Baekhyun bermanja-manja. Bergelanyut dalam pelukan manis yang ia buat sendiri.

"Ku rasa Jack jauh lebih dewasa dari papanya," kekeh Chanyeol yang begitu paham keinginan suaminya. Tapi ia ingin sedikit membuat Baekhyun kesal. Ia ingin lihat bagaimana suaminya itu merajuk lucu. "Semalam tidak cukup?"

Baekhyun mencebik. Ia mencubit lengan Chanyeol dengan wajah merona. Chanyeol kemudian mematikan kompornya. Merasa sudah selesai dengan seluruh pekerjaannya, ia pun menarik lengan mungil yang mencoba menjauh darinya itu.

Baekhyun sempat terkejut saat ia sudah diangkat dan dipindahkan ke atas pantry. Perlakuan tiba-tiba suaminya itu tentu selalu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

"Dimana harus ku letakkan hadiahku?" bisik Chanyeol menguncinya. Tangan kekarnya ia letakkan di samping Baekhyun. Mencegahnya melarikan diri barang sedetik.

Baekhyun hanya tersenyum kala ia mencoba menarik leher suaminya. Menunduk ia menempelkan dahinya dengan Chanyeol. "Dimana pun, aku tidak keberatan," jawabnya.

Chanyeol yang terprovokasi lalu menjemput ciuman paginya. Memangutnya lembut bagai melodi indah di pagi hari. Baekhyun pun tidak kalah menyambut pagutan itu dengan penuh damba. Ia mengalungkan lengannya nyaman pada leher Chanyeol. Sedikit menekannya untuk semakin memperdalam rutinitas mereka.

Belum sempat tangan Chanyeol menyusup ke dalam kaos suaminya, buru-buru Baekhyun turun dan mendorongnya. Mereka kemudian menemukan Jack dengan kantuknya turun ke dapur. Mata polosnya menyipit saat menemukan kedua orang tuanya berdiri di dekat kulkas. Berdiri patung dengan tanda tanya besar di kepala.

Baekhyun lebih dulu mendekat, lalu mengambil gelas kosong yang dibawa putranya. "Good morning, baby." Ia mencairkan suasana dengan memberi putranya kecupan selamat pagi. Tak lupa membenarkan surainya yang sedikit berantakan.

Chanyeol yang baru saja menggaruk kepalanya, hanya bisa mengambil piring-piring kosong di rak untuk memindahkan nasi goreng buatannya hati-hati. Dan ia baru bisa bernafas lega kala Jack tidak bertanya tentang apa yang dilakukannya di dapur dengan Baekhyun sepagi ini.

"Baiklah, sarapan sudah siap," seru Chanyeol mendekat ke meja makan. Ia tentu disambut riang oleh Jackson. Tidak disangka, putranya itu akan sangat menyukai menu sarapan paginya.

Chanyeol hanya bisa tersenyum canggung saat menemukan Baekhyun tersenyum di sampingnya. Suaminya itu begitu mengkhawatirkan Jackson hingga lupa pada sarapannya sendiri.

"Kita akan pergi ke pantai hari ini," tutur Chanyeol mencoba mencairkan keheningan yang menguasai keluarga kecilnya. Jackson pun berteriak 'hore', kompak dengan Baekhyun. Kedua orang itu tersenyum senang, dan entah bagaimana bisa ikut menular padanya.

Tiba-tiba senyum Chanyeol sirna kala matanya menatap gelas kosong di sampingnya. Ia tidak bodoh untuk mengetahui bahwa gelas itu adalah gelas susu yang ia berikan pada Baekhyun pagi ini. Hatinya kemudian berubah menyempit saat mengetahui Baekhyun telah meminum habis susu buatannya. Tanpa sisa.

e)(o

Suatu malam, Chanyeol kembali tenggelam dalam meja ruang kerjanya. Tumpukan kertas berserakan di dekatnya. Lampu temaram masih menyala menemani. Chanyeol pun terganggu saat laci mejanya dibuka. Mengambil paksa map hitam yang menyangkut disana, ia tidak sengaja menumpahkan setumpuk pil ke lantai. Chanyeol yang menyesal memilih berjongkok menggenggam pil-pil itu, lalu menatapnya kosong.

Hatinya berubah mendung menghitung jumlah pil yang semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Ia kemudian mengembalikan obat itu ke dalam lacinya sebelum sebuah suara berisik mengganggu malam panjangnya. Chanyeol mau tak mau berlari gusar menemukan arah sumber suara. Kaki telanjangnya menemukan Baekhyun terduduk di lantai bersama pecahan vas di atas lantai.

Tak lama Jackson pun terbangun dan memeriksa apa yang terjadi. Jackson berlarian di dekat Chanyeol ketika daddy-nya itu meraih tubuh Baekhyun yang lemah penuh sakit. Putra kecilnya tak bisa menahan tangis ketika menyaksikan papanya berteriak memegang kepalanya. "Jack, ambilkan obat papa," seru Chanyeol menyentuh lengan putranya. Dan tanpa menunggu, Jackson pun dengan sigap berlari meninggalkannya.

"Baekhyun, Baekhyun," panggil Chanyeol mengguncang tubuh tak berdaya itu. Jantungnya lantas terpompa dengan sangat keras. Hatinya penuh sakit ketika menyaksikan Baekhyun bergerak kesakitan. "Baek, berhenti mengingatnya. Berhenti─"

Baekhyun masih mengerang menahan sakit di kepalanya. Tubuhnya tak berhenti bergerak menghantam tubuh Chanyeol yang memeluknya. Wajah Baekhyun yang malang itu kemudian penuh pucat. Peluhnya bahkan tumpah membasahi surainya.

Chanyeol masih memohon, lupa bagaimana darah mulai mengalir di kakinya. Tergores oleh pecahan vas di lantai. Tak lama, Chanyeol kemudian menerima obat yang dibawakan Jack dengan tergopoh-gopoh. Putra kecilnya itu kembali berlari, cepat-cepat mengambil segelas air.

Chanyeol kemudian memasukkan pil-pil itu ke dalam mulut Baekhyun, tidak perduli bagaimana Baekhyun bergerak menyulitkannya. Jackson yang masih menangis segera menyerahkan segelas air pada daddy-nya. Malam itu, Jackson menyaksikan bagaimana papanya menumpahkan air yang dibawanya, lalu memuntahkannya dengan malang.

e)(o

Chanyeol hanya bisa duduk di tepian ranjangnya setelah melewati masa-masa menegangkan itu. Ia mengusap sisa bulir-bulir peluh yang membasahi keningnya. Dan tak lupa menenangkan Jackson yang masih menangis di pelukannya. Putra kecilnya itu tentu terkejut dengan apa yang dilihatnya malam ini. Maka ia mengelus punggung itu dan tak berhenti mengatakan Baekhyun akan baik-baik saja.

Sebuah kedamaian di wajah Baekhyun lalu menohok hatinya yang sunyi. Ia menyalahkan dirinya sendiri ketika ia mengingat bagaimana ia menuangkan isi pil hijau dari laci kerjanya tiap dua hari ke dalam gelas susu Baekhyun. Ia tidak tahu jika obat itu memberikan efek samping yang menyakiti Baekhyun-nya seperti ini.

Tapi entah, jauh di dalam hatinya, Chanyeol tetap merasa yakin bahwa inilah jalan terbaik yang harus ia ambil jika ia menginginkan Baekhyun selalu di sisinya.

Chanyeol yang sudah penuh dengan dosa, tiba-tiba saja berpikir mengapa ia menghianati keluarga kecilnya. Menghianati Baekhyun dan Jackson, serta memberikan suaminya itu obat untuk membatasi ingatannya. Ia berubah menjadi seorang bajingan sejak Baekhyun tahu jejak perselingkuhannya dengan Helena. Ia ingat betul bagaimana pria manis itu mengamuk dan mengambil mobil lamanya. Mengemudikannya dengan gila hingga membuat mobil itu terguling di mulut terowongan.

Chanyeol terpejam ketika mengingat memori pahit yang dulu sempat membuatnya hidup dalam kegelapan. Ia pun teringat bagaimana Baekhyun bertarung dengan hidupnya di meja operasi. Hampir mati, bahkan koma berminggu-minggu. Dan yang paling membuatnya tertekan adalah Jackson yang jatuh sakit karena merindukan papanya.

Chanyeol benar-benar seorang bajingan karena merasa lega dengan Baekhyun yang bangun dengan kondisi pikiran kosong. Tidak mengingat apapun yang terjadi padanya, bahkan tidak mengingat bagaimana pertengkaran hebat mereka pernah terjadi.

Selama ini Chanyeol hanya berusaha mengingatkan Baekhyun akan indahnya cinta mereka saat bersama. Bagaimana warna kehidupannya menghias dengan kehadiran Jackson sebagai tambahannya. Dan Chanyeol hanya berharap semua kenangan indah itu cukup untuk membuat Baekhyun ingat tentangnya. Ia tidak ingin Baekhyun ingat tentang dosa yang sudah ia perbuat.

Lalu dengan egoisnya ia menaruh sesuatu dalam minuman suaminya, hanya untuk membuatnya berhenti mengingat sesuatu yang berusaha dibuangnya.

"Daddy, apa papa akan baik-baik saja?" tanya Jack serak, entah yang keberapa kalinya.

Chanyeol lalu mengelus wajah buah hatinya dengan Baekhyun itu. Memberinya pelukan sayang sebelum meninggalkan Jack beristirahat di kamar kecilnya. "Papa orang yang kuat. Dia akan baik-baik saja." Diraihnya selimut lembut itu untuk putranya. Menyelimutinya dengan nyaman lalu mengecup keningnya. "Good night, baby."

e)(o

Keesokan harinya, dengan keteguhan hati, Chanyeol menghampiri meja Helena. Mengembalikan pil-pil yang diberikan sekertarisnya itu demi cintanya pada Baekhyun. Ia lalu memutuskan untuk meninggalkan Helena yang selama ini menemaninya melalui masa-masa sulit. Memutuskan untuk berhenti berhianat di belakang suaminya. Karena ia akhirnya sadar, bahwa hanya Baekhyun-lah yang ia cintai di hatinya.

"Kau membutuhkanku, Chanyeol," tutur sekertarisnya berdiri di hadapannya. Mencoba menggapainya untuk membuatnya berubah pikiran.

"Aku mencintainya," ucap Chanyeol semakin menjauh. Menghindari Helena yang semakin gencar mengejarnya. "aku harusnya tahu itu."

"Kau hanya mencintaiku, Chanyeol. Kau membutuhkanku," jelas Helena tidak mau tahu. Ia bersih keras bahwa cintanya dengan Chanyeol ada karena sebuah rasa saling membutuhkan. "Baekhyun tidak bisa memberimu kebahagiaan seperti yang aku berikan. Dia terlalu sibuk dengan dunianya."

Chanyeol menghempaskan tangan Helena yang meraihnya. Ia akhirnya merasa jengkel jika Baekhyun direndahkan oleh seseorang yang tidak mengenalnya dengan baik. "Jangan datang lagi padaku, atau kau dipecat!"

"C-chanyeol," panggil Helena tak percaya. Mata cantiknya kini penuh dengan linangan air mata. "aku bahkan selalu melakukan apapun yang kau minta. Kau harusnya sadar bahwa kau hanya mencintaiku."

"Tidak, Helena. Aku tidak pernah mencintaimu," balas Chanyeol yang kemudian meninggalkan Helena yang masih bergeming di ruangannya.

e)(o

"Chanyeol, mengapa aku bisa kecelakaan?" Baekhyun berbicara lembut dengan lengan yang masih mengalung pada pinggang Chanyeol. Mendengar itu, ia semakin bersembunyi pada surai halus suaminya. Mengecupnya dalam sambil berpikir apa yang harus ia katakan.

"Chanyeol, kau sudah tidur?" tanya Baekhyun mendongak mencari wajah suaminya.

"Jangan mengingatnya, nanti kepalamu sakit," ujar Chanyeol lembut mengembalikan Baekhyun ke dalam pelukannya. "Jackson sangat khawatir padamu."

"Aku hanya penasaran." Baekhyun menatap dada bidang suaminya lalu mengecupnya lembut. "Apa kita bertengkar?"

Chanyeol berubah membatu ketika pertanyaan itu sampai padanya. Ia menggigit bibirnya sediri, tidak siap jika Baekhyun berhasil mengingat semua masa lalu kelamnya. "Ya, kita bertengkar. Aku menyuruhmu berhenti bekerja karena kita memiliki Jackson."

"Dan aku tidak mau?" tanya Baekhyun melepaskan pelukannya. Ia malah jatuh memandangi pahatan wajah suaminya yang penuh lelah. Dan Chanyeol mengangguk dengan senyum kecilnya.

Baekhyun berubah sedih. "Aku pasti jahat sekali sampai Tuhan menghukumku."

"Jangan mengingatnya, hanya ingat masa bahagia kita, okay?" Chanyeol meraihnya kembali ke dalam pelukan.

Baekhyun lalu mengangguk patuh. Ia berpikir, memang sudah saatnya ia harus memperbaiki hubungannya dengan Chanyeol. Ia harusnya tidak menyusahkan suaminya lebih jauh lagi.

Sesuatu yang lain kini mulai ia rasakan di perutnya. Lambungnya tiba-tiba terasa seperti penuh hingga kerongkongan. Baekhyun lalu melepaskan lengan Chanyeol yang memenjarakannya. Mencoba mengatur nafasnya yang tersendat, kemudian sesuatu yang tak kalah buruk ialah, ia merasakan sesuatu yang hendak melesak di kerongkongannya.

"Are you okay?" tanya Chanyeol menyusulnya turun dari ranjang. Dengan piama kusutnya ia segera berlari ke dalam kamar mandi.

"Baek!" Panggilan panik itu akhirnya bisa didengar Baekhyun ketika ia berhasil memuntahkan seluruh isi perutnya. Chanyeol ikut berjongkok di belakang. Menyangganya hati-hati sambil memijat lembut tengkuknya. Entah, Baekhyun seperti pernah merasakan hal ini sebelumnya. Seperti déjà vu.

Sebuah memori lama kemudian hadir saat ia menatap manik Chanyeol yang gemetar. "Chanyeol apa kita harus pergi ke dokter?" tanya Baekhyun memegang perutnya yang bergejolak. Mata sembabnya mengerjap lucu menyaksikan Chanyeol penuh kebingungan.

"Kau merasa sakit? Dimana?" Chanyeol semakin panik. Tangannya memeriksa kening Baekhyun lalu memegang bahu suami pucatnya begitu erat. "Apa ini karena kepalamu sakit lagi?"

Baekhyun menggeleng menggenggam jemari Chanyeol. "Aku rasa, Jackson akan punya adik," gumam Baekhyun begitu lugu.

Entah bagaimana Chanyeol mematung untuk waktu yang lama saat mendengarnya. Dan tiba saat Baekhyun menyentuh kembali perutnya yang bergejolak, Chanyeol akhirnya memeluknya dengan penuh linangan air mata.

"Kita akan memeriksanya besok," tutur Chanyeol penuh haru.

e)(o

Chanyeol menjadi orang yang paling bahagia ketika mengetahui janin di dalam rahim Baekhyun baru berumur tiga minggu. Ia tertawa lega, tanpa henti memeluk suami kecilnya. Baekhyun pun sama senangnya saat merasakan ada kehidupan baru di dalam perutnya. Tuhan rupanya kembali memberikannya hadiah besar. Sebuah kepercayaan untuk menjaga satu nyawa lagi.

Baekhyun menjadi lebih bersemangat dalam melakukan semua hal. Ia kembali ke dalam rutinitasnya yang biasa ia lakukan. Tapi ia juga sangat senang ketika Chanyeol ikut membantunya. Mencegahnya untuk bekerja terlalu banyak dan juga selalu membuatnya merasa dijaga.

Setiap pagi, Baekhyun akan mendapatkan morning sickness yang membuat Chanyeol ikut terbangun. Suami tampannya itu dengan setia menemaninya melewati masa beratnya, menggenggam tangannya dan membopong tubuh lemahnya kemanapun, hingga ia sendiri merasa dicintai begitu besar. Dan ia bangga memiliki Chanyeol yang terus berada di sisinya.

Namun masa menyebalkan kadang membuat Baekhyun merepotkan suaminya. Baekhyun berubah moody dan begitu sensitif dalam banyak hal. Ia kadang mudah menangis atau marah pada hal kecil. Tapi itu tidak membuat Chanyeol menyerah. Ia tetap sabar, terlebih ketika pria jangkung itu harus menyanggupi banyak hal demi keinginan suami tercintanya.

Kehamilan Baekhyun yang semakin berkembang semakin membuatnya sulit. Ia kadang kehilangan selera makan karena mual. Chanyeol pun kehabisan akal untuk membuat Baekhyun mengisi perutnya. Maka pria itu bergegas ke dapur, membuat segelas susu untuk pengganti makan malam suaminya.

Tapi saat Chanyeol memasuki kamarnya, ia menemukan Baekhyun menangis memegang kepalanya. Dengan segera ia mendekat, lalu meletakkan segelas susu itu sembarangan di atas nakas. Tak perduli susu itu mulai tercecer, hampir saja tumpah. "Ada apa?" tanyanya panik.

"Kepalaku," lirih Baekhyun menggapai suaminya. Chanyeol buru-buru membawa tubuh lemah itu ke dalam pelukan. Rasa khawatir pun kembali menghantuinya. Selama ini ia sudah tidak pernah lagi menaruh obat aneh itu ke dalam minuman Baekhyun. Lantas ia berpikir keras, apa penyebabnya jika bukan karena obat itu?

"Aku mengingat sesuatu." Baekhyun kembali membisikkan sesuatu dalam sakitnya. Tangisannya kemudian semakin menjadi. "Siapa dia, Chanyeol?"

Mata Chanyeol membola. Jantungnya berpacu semakin cepat. Mungkinkah Baekhyun mengingatnya? Mengingat masa lalu paling buruk dalam hidupnya?

Baekhyun lalu melepaskan pelukannya. Tubuhnya bergetar, sesenggukan. Wajahnya pun memerah dalam tangis. "Kau bahkan menggenggam tangannya," sambung Baekhyun terisak. "Siapa dia?"

"Baek─"

"K-kenapa kau berbohong padaku?"

Malam itu lalu menjadi malam yang panjang bagi Chanyeol dan juga Baekhyun. Dimana hanya ada tangisan pecah Baekhyun di ranjangnya dan Chanyeol yang tidak berdaya memunggunginya.

.

Tenggelam dalam kubangan dosa yang dibuatnya sendiri.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

.

Lagi gabut, dan kangen nulis.

Kali ini twoshot. So, kepadamu yang menemukan ff ini bisa tekan favorite dan follow untuk menemukan update. Aku mohon review juga untuk bahan belajarku.

Thank You.