Endless Night

CHANBAEK ONESHOOT FANFICTION

By : Yummy Beoyeo


Purnama bersinar terang, nampak gagah dengan warna keemasan yang sempurna. Malam ini langit nampak indah dengan jutaan bintang menghiasi. Meskipun dinginnya musim gugur tak menyurutkan pria tampan itu untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Jendela ruangan dilantai dua itu, Chanyeol buka lebar-lebar. Membiarkan angin malam masuk ke dalam pori-porinya. Dingin, namun tak sampai membekukannya.

Mata tajam dan sekelam langit malam itu menatap hamparan dedaunan yang gugur, disapu oleh seorang pelayan yang sudah renta. Hari sudah malam, namun nampaknya pelayan tua itu enggan menyudahi pekerjaannya.

Cerutunya ia hisap lagi, mengisi paru-parunya dengan asap tembakau yang nikmat. Ia mendesah pelan, sekaligus mengembuskan asap yang dihirupnya.

Detik jarum jam bergaung pelan, lebih tiga puluh menit ia menunggu. Namun seseorang itu tak kunjung masuk.

Tak apa, seberapa lama pun, Chanyeol siap menunggu. Lagipula, orang itu tak akan mampu pergi kemanapun. Tak akan sanggup pula bocah itu kabur, jika tak ingin Okiya ini dihancurkan.

Pintu bergeser pelan. Chanyeol enggan menengok, sebab hanya ada satu orang yang diperbolehkan masuk ke ruangan ini.

Saat tak ada suara langkah kaki lagi, Chanyeol berbalik. Matanya begitu terpana dengan keindahan yang tak pernah dia dapatkan dari manapun. Hanya di Okiya milik Nyonya Byun ini.

Ia berdecak, menggulirkan bola matanya atas bawah untuk menilai seseorang yang tengah berdiri tegap. Orang itu berbalut kimono berwarna merah dengan motif bunga yang membuat kulit putihnya bersinar. Rambut panjanganya yang biasa Chanyeol lihat terkuncir, kini di sanggul sederhana, tapi tentu saja tak mengurangi kecantikan yang ada padanya.

"Kenapa lama sekali?" Chanyeol bertanya.

Tatapan tajam yang dihunuskan pemuda di hadapannya tak membuatnya takut sedikitpun. Malah, Chanyeol terserang gemas.

"B-butuh waktu cukup lama untuk mempersiapkan ini semua," suaranya terbata, bukan karena takut. Lebih kepada menahan kesal di hatinya.

Harga dirinya dipermainkan. Ia tak sepantasnya memakai pakaian seperti ini. Ibunya akan marah besar jika mengetahuinya.

"Duduk," titah pria itu. Suara berat yang khas membuatnya semakin kesal.

"Untuk apa?"

Pria yang sudah lebih dulu duduk melirik sebentar, "untuk membuatmu lebih tenang."

Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat, emosi dihatinya semakin menyeruak. Keinginan untuk membunuh pria itu meningkat hingga seratus persen.

"Kenapa kita tidak cepat-cepat melakukannya saja, Tuan? Bukankah kau hanya singgah sebentar? Kurasa lebih cepat lebih ba-"

Tak

"Aku hanya memintamu untuk duduk, Baekhyun."

Lewat aura seram dan kejam yang pria itu keluarkan membuat Baekhyun tak berkutik, rumor-rumor menakutkan menghampiri benaknya. Bagaimana pria ini pernah membunuh kekasihnya sendiri karena terlalu cerewet.

Baekhyun melangkahkan kakinya. Menghampiri pria itu dan duduk diseberangnya. Terhalang oleh meja kecil yang berada diantara keduanya.

Hening menyapa, Baekhyun enggan bicara lagi. Matanya hanya memperhatikan orang yang ada di depannya meneguk sake di tangannya, kemudian menuangnya lagi ketika gelas keramik tersebut telah kosong.

Bukankah seharusnya itu tugasnya? Menuangkan sake ke gelas keramik seperti para geisha milik ibunya lakukan?

"Kau tak perlu melakukannya. Itu bukan tugasmu."

Baekhyun mendengus, ya, itu memang bukan tugasnya. Jadi seharusnya, melayani pria itu untuk semalam suntuk juga bukan tugasnya.

"Kenapa memilihku?" Hazel indah menatap sosok tampan dihadapannya.

"Ibuku punya lusinan geisha yang sanggup melayanimu sampai puas. Aku mungkin tak akan mampu memuaskanmu." Lanjutnya lagi.

Chanyeol masih meneguk sake-nya. Matanya tak pernah lepas dari sosok rupawan di depannya, "karena kau lebih cantik dan lebih menarik."

Ucapan itu membuat Baekhyun tertegun. Dia sudah sering mendengar orang-orang bergunjing tentang wajahnya. Mereka bilang, wajahnya terlalu cantik melebihi wanita. Bahkan, dulu pernah ada seorang tamu yang malah memesan dirinya untuk dijadikan teman minum. Ibunya tentu saja menolak, anak semata wayangnya adalah lelaki. Dan wanita yang tak lagi muda itupun juga tak membiarkan anaknya terjun ke dunia seperti ini, meski kakeknya adalah lelaki pertama yang menjadi geisha.

Tapi pria ini memaksanya melakukan hal ini. Agar Okiya ini tetap berjalan, agar ibunya senang. Agar senyuman diwajah ibunya tidak luntur. Baekhyun rela, melepaskan segala kewarasannya untuk bermalam bersamanya selama satu malam.

"Minum," pria yang Baekhyun ketahui bernama Chanyeol menyodorkan segelas sake padanya. Baekhyun berdehem, ia tak terbiasa minum sake. Toleransinya pada minuman beralkohol itu amat rendah. Terakhir kali Baekhyun mencoba meminum sake, dia hampir memperkosa Sehun-adik sepupunya. Untung saat itu Sehun berteriak memanggil sang Ibu, wajah ketakutan remaja itu bahkan masih jelas diingatannya.

Baekhyun meraih gelas keramik dengan ukiran cantik itu dengan tangan gemetar, meneguknya langsung dan mengernyit begitu rasa asing itu meluncur di kerongkongannya.

Sedangkan Chanyeol hanya mendengus geli melihat reaksi orang didepannya. Mulutnya bergumam 'pemula' dan langsung diberi tatapan sinis.

Hening menyapa lagi, kali ini Chanyeol meminum sake-nya sendirian, enggan membuat pemuda didepannya mabuk, karena masih ada hal penting yang harus mereka lakukan. Menghabiskan botol kedua yang sudah tersedia.

Matanya melirik ke depan. Melihat sosok lelaki cantik yang sudah nampak sayu, padahal baru minum segelas sake.

Tangannya terulur untuk mengelus permukaan halus pipi yang sekarang berwarna kemerahan. Dulu Chanyeol pernah berkhayal dalam tidurnya, bahwa suatu hari nanti ia dapat melihat dengan jarak dekat sosok lelaki yang dulu memberinya roti saat ia kelaparan. Ia hanya ingin berterima kasih, lewat sepotong roti itu, ia bisa berjuang untuk hidup. Ia dapat lebih kuat dari sebelumnya. Bahwa karenanyalah ia bisa seperti ini. Ia ingin melihat lagi senyum terindah yang dulu pernah dia lihat.

Sedangkan Baekhyun bergidik saat jari-jari kasar itu merabai wajahnya. Hangat. Baekhyun menyandarkan wajahnya pada telapak tangan lebar itu. Baekhyun mengerjap, begitu ia mendapati jemari itu tak lagi mengelus permukaan kulitnya.

Antara hazel coklat dan jelaga hitam saling bertatapan. Membunuh hening yang menguasai diantara mereka. Ini perasaan Baekhyun saja atau memang suhu udara diruangan ini meningkat?

Baekhyun kegerahan ketika hanya ditatapi sebegitu tajamnya oleh Chanyeol. Chanyeol bergerak, memindahkan meja kecil yang menjadi penghalang itu kesamping.

Ia merangkak pelan mendekati Baekhyun yang masih bergeming. Hanya bola matanya saja yang bergerak. Membingkai wajah mungil itu dengan kedua tangannya.

"T-tuan,"

"Baekhyun, Baekhyun, Baekhyun." Baekhyun berdehem lucu menanggapinya.

"Kenapa kau sangat cantik?"

"Eung? Tidak tahu, tanya saja pada ibuku." Chanyeol mendengus geli mendengar jawaban itu.

Chanyeol menyatukan dahi mereka, memangkas jarak yang sebelumnya tersisa. Menghirup aroma lavender dari tubuh Baekhyun.

Baekhyun sendiri sudah gemetaran. Ia yang belum pernah merasakan hal seperti ini, jelas merasa sedikit takut. Matanya menatap kedua mata bulat yang tertutup itu. Baekhyun merasa merinding luar biasa kala pria itu mengecup dahinya.

Dengan mata yang masih tertutup, Chanyeol kembali mencium dahi Baekhyun. Kecupannya turun, melalui batang hidungnya, ujung hidungnya lalu berakhir di dagu lancip lelaki itu.

Chanyeol memberi jarak. Tangannya masih setia bertengger di pipi lelaki yang lebih muda darinya. Menatap lekat sepasang hazel yang memporak-porandakan akal sehatnya.

Kepala Chanyeol turun, bertahan di bawah dagu lelaki itu. Ia menghirup napas dalam-dalam, mengisi indera penciumannya dengan wangi harum kulit Baekhyun. Menenangkan, namun menggairahkan.

Sedangkan Baekhyun hanya mampu mencengkeram kain kimononya. Kecupan-kecupan sebelumnya membuatnya mati kutu. Ia buta hal seperti ini, ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Ia senang, entahlah. Hatinya berdebar dan mulutnya seperti ingin tersenyum lebar.

Setelah puas mengisi paru-parunya dengan aroma Baekhyun. Chanyeol kini menurunkan kepalanya, mengecupi di sepanjang leher jenjang yang lelaki itu punya. Melukis kulit bersih itu dengan bibirnya. Ia terlena, tak pernah ia temukan kulit sebegini halusnya.

Baekhyun melenguh untuk pertama kalinya, tengkuknya merinding sebab bibir tebal itu terus menginvasi batang lehernya. Matanya terpejam, menikmati pelecehan yang diterimanya. Lenguhannya kian bertambah.

Chanyeol berhenti hanya untuk mendapati lelaki-nya bernapas dengan susah payah. Matanya mulai liar menatap bibir sang lawan main. Belahan tipis itu Chanyeol usap pelan. Lembut menyapa ujung jemarinya. Kemerahan itu membuatnya tergoda.

Hidung bangirnya ia bawa ke sudut bibir milik Baekhyun. Mengendusi bagian itu bak anjing mengendus daging. Mencium sudut bibir itu sampai membuat Baekhyun hampir terisak.

Chanyeol mencium bibirnya.

Pria ini mencium bibirnya!

Lembab bibir tipis itu menyapa bibirnya. Chanyeol menekan bibirnya semakin dalam, dilepas, kemudian dicium lagi. Ia suka, suka bagaimana bibir ini sekarang hampir membuatnya gila. Bibirnya mulai mencium dari sudut ke sudut. Menjilat, menghisap, kemudian digigiti bagian bawahnya.

Mengikuti nalurinya, Baekhyun membuka mulutnya tatkala pria itu menggigit bibirnya. Ia menggeliat resah, saat tiba-tiba telapak tangan besar itu sudah menggapai tengkuknya.

Baekhyun melenguh hebat saat lidah pria itu masuk ke dalam mulutnya. Menjelajahi keseluruhan mulutnya Kemudian menggelinjang ketika benda kenyal itu menjilat langit-langit mulutnya.

"Mmnh..."

Bersamaan dengan itu, tusuk sanggul yang mengikat rambutnya dilepas. Rambutnya tergerai, indah. Tangan Chanyeol semakin turun, meremas bahunya lalu meraba punggungnya. Baekhyun merasa geli, tatkala telunjuk pria itu mengelus garis tengah punggunya. Dari bawah keatas. Kemudian menaruh lagi kedua tangannya di sisian wajahnya.

Tangan yang sebelumnya meremas kain kimononya sendiri itu, kini mulai berani. Menapak di dada bidang milik sang pejantan. Mengelus, sesekali meremat, tapi tindakan begitu saja hampir membuat Chanyeol kelepasan.

Jemari lentik yang masih setia di dadanya itu, Chanyeol genggam. Mengalungkannya di lehernya sendiri. Agar Chanyeol lebih bebas, bebas merabai setiap inci kemolekan tubuh itu.

Tangannya meluncur ke pinggang, menerka-menerka seberapa seksi bagiann itu jika tanpa penghalang. Diremas, kemudian di elus. Desahan pertama keluar setelah itu.

"Aah...Tuan."

Chanyeol gerah hanya dengan panggilan itu. Kepalanya mulai pusing dan dia hanya ingin segera cepat-cepat menuntaskan semuanya. Jas hitam yang masih melekat di tubuhnya dia lepas. Pria itu tak memakai apapun lagi dibalik jas hitamnya, hingga menampilkan kulit pucat kecoklatan yang sangat jantan.

Baekhyun terpana sebentar, terutama bagaimana tubuh itu berbentuk sangat sempurna. Bahunya, lengan, perut, hingga tulang selangkanya yang membuat iri. Pasti butuh bertahun-tahun untuk membuat tubuh seperti itu

"Babe,"

Telunjuk Chanyeol membawa dagu Baekhyun untuk menatapnya. Ia menyatukan lagi dahi mereka, dan Chanyeol berdehem begitu merasa badannya di raba oleh tangan halus.

Chanyeol kembali membawa wajahnya untuk dibenamkan di leher Baekhyun. Menjilat sensual, sesekali menggigit kecil. Baekhyun merintih, terutama ketika ia merasa lehernya basah karena lidah.

Tangannya yang sudah bertengger di leher milik pria itu, kini mencari pelampiasan atas rangsangan yang diterimanya. Jemarinya mulai naik meremat sebagian rambut belakang sang pejantan. Ia menggigit bibirnya, menahan dirinya untuk tak bersuara lebih keras.

Chanyeol mulai meraba bagian depan tubuh lelaki itu. Terutama bagian dadanya melengkung kegelian. Ibu jarinya mencari, setitik tonjolan kecil di dada rata itu. Meskipun rata, Chanyeol berani bersumpah bahwa lelaki itupun tak kalah menariknya dengan para wanita diluaran sana.

Benda itu menegang dengan sangat, jempol dan telunjuknya mencubit bagian itu gemas. Baekhyun menggeleng, ingin berkata 'tidak' pada rangsangan yang diberikan. Tangannya berusaha menggapai tangan Chanyeol yang masih asik memainkan putingnya.

Bosan dengan puting Baekhyun, Chanyeol kembali meraba. Kali ini bagian bawah tubuh mungil itu yang menjadi sasaran. Tangannya apik menyibak belahan pada kimono lelaki itu. Mempertontonkan sepasang kaki kurus dengan paha sekal dan kenyal.

"J-jangan, hiks." Baekhyun menahan laju tangan itu yang semakin liar.

"Sshh, kenapa, hm?" Mata Chanyeol menatap sepasang sipit itu yang sudah berair.

"Kau takut?" Anggukan diterima Chanyeol.

"Jangan takut, sayang. Aku akan melakukannya dengan perlahan." Ucapnya sembari menghapus air mata yang menetes.

Baekhyun tertegun pada betapa lembutnya perilaku pria itu saat menenangkannya. Amat berbeda dengan keseharian pria itu yang sering Baekhyun lihat di jalanan.

Tukang rusuh. Pria itu tak akan segan-segan mengokang pistolnya jika ada yang macam-macam. Atau menghunuskan pisau kecil jika ada yang sesuatu yang tak disukainya.

Tukang pukul itu di takuti. Begitupun Baekhyun yang sebenarnya menaruh takut padanya. Jika ada kesempatan Baekhyun bertemu dengannya di jalanan, maka Baekhyun akan menghindar, memutar arah lewat manapun asal tak menjumpai kekejaman pria itu.

Karena Baekhyun tak tahu saja, bahwa pria itu menghadang jalan, hanya untuk mencuri perhatian si kecil.

Jantungnya bertalu melihat betapa lembutnya tatapan bola mata hitam itu. Menghapus bulir demi bulir air matanya yang tetap nakal.

Pandangannya beralih pada bibir tebal pria itu yang berwarna sedikit gelap. Baekhyun menelan ludah, apalagi ketika pria itu mendesis untuk menenangkannya. Jantugnya bertalu makin cepat. Baekhyun hilang akal, apalagi setelah ciuman pria itu yang begitu mengesankan.

Tangannya menggapai wajah pria itu, lalu mencium bibirnya dengan tergesa. Ia tidak mengetahui apakah ciumannya sudah benar atau tidak.

Chanyeol sendiri merasa terkejut karena serangan yang tiba-tiba itu. Bibirnya menyeringai, sebab ciuman lelaki itu terkesan terburu-buru.

"Pelan-pelan, sayang."

Baekhyun merengek sebab elusan di punggungnya semakin intens. Ia kewalahan, dan entah bagaimana caranya ia merasa kemaluannya sudah berkedut.

"B-buka, buka, buka~" ucapnya sembari menuntun tangan pria itu pada bagian sabuk yang mengikat pakaiannya.

Chanyeol tersenyum geli, melihat lelaki mungil itu yang sudah tidak sabar. Apalagi sebelumnya lelaki itu menolak permintaannya.

Untuk itu Chanyeol meraih tubuh itu, menggendongnya bak pengantin. Lalu merebahkannya di atas futon yang sudah tersedia.

Mereka bertatapan lagi, gairah yang menggebu terpancar di mata masing-masing.

Chanyeol membuka *obi* yang berada di dada lelaki itu kemudian membuangnya. Tangannya bergetar ketika bersiap untuk menyibak kimono itu. Chanyeol menelan ludah, matanya tak bisa lepas melihat bagaimana tubuh itu telanjang itu hampir membuatnya gila.

"Tuhan..." Chanyeol bukan umat yang taat beragama. Tapi kini, dia mempercayai Tuhan.

Baekhyun menggigit bibir bawahnya resah. Angin malam yang berembus ke dalam ruangan tak ia hiraukan. Badannya masih terasa panas karena tatapan pria itu pada tubuhnya.

Ia merengek, telapak tangan kasar pria itu meraba pinggul telanjangnya. Mengelusnya, kemudian merematnya dengan kedua tangannya.

Chanyeol membawa wajahnya pada perut rata lelaki itu. Menjilat garis tengah pusar dari bawah ke atas. Tatapan beralih pada kedua puting yang sudah menegang. Ia haus, bisakah kedua puting itu meredakan dahaganya?

"Aakkh...mmnh.."

Baekhyun tak kuasa menahan desahan, apalagi saat kedua putingnya kini disedot bergantian. Kedua kakinya bergerak gelisah, tangannya menjangkau belakang kepala pria itu untuk ia remas.

Lehernya mengejang, begitu dirasanya ada rabaan halus di sekitar kemaluannya. Baekhyun malah berusaha menghentikan tangan itu.

Chanyeol marah, mengira bahwa Baekhyun baru saja menolak sentuhan tangannya. Tangan yang berusaha menghentikan remasannya itu ia bawa ke atas kepala. Kemudian mencengkeramnya dengan satu tangannya.

"Hhh.."

Chanyeol mejilat keseluruhan tubuh indah itu. Berawal dari tulang selangka yang begitu menggairahkan, berakhir di perpotongan pinggul yang menawan.

Tangannya kemudian meremas lagi kejantanan si mungil yang sudah menegang tak keruan. Baekhyun hanya bisa mendesah dan merengek. Pergelangannya tidak bisa digerakan, tangannya hanya bisa mengepal kuat tanpa bisa melampiaskan.

Precum keluar sedikit demi sedikit, dan remasan Chanyeol pada bola kembarnya semakin menjadi-jadi. Dan ketika Baekhyun hampir mencapai pelepasannya, pria itu membalikan badannya.

Pinggulnya dinaikkan dan kimononya yang masih tersangkut dilepas. Tangannya gemetar ketika memegang pantat indah itu.

Sial, sial, sial.

Ini indah sekali, Chanyeol tak bisa berhenti untuk menggoyangkan buntalan lembut itu. Di kecupnya benda kenyal itu, di remas, kemudian dijilati kesuluruhan bagian itu.

Disibaknya pantat Baekhyun, telunjuknya bermain dilubang kemerahan milik si mungil. Baekhyun hanya mampu mendesah terutama ketika jari jemari pria itu memanjakan lubang senggamanya. Pantatnya semakin meninggi, semakin mencari kenikmatan dari sebuah jari.

"Ha'kkh...aahh..."

Pelepasan pertama Baekhyun keluar hanya karena jari tengah Chanyeol. Chanyeol tergelak, tak percaya bahwa lelaki dibawahnya baru saja keluar karena ia tak sengaja menyenggol prostatnya.

Chanyeol membuka celananya. Memperlihatkan kejantanannya yang rupawan. Benda itu menegak, dengan urat-urat menonjol seksi.

Baekhyun yang mendengar suara resleting terbuka lantas menengok. Ia tak bisa mengatasi rasa terkejutnya melihat ukuran tak biasa sebuah kejantanan. Benda besar itu, apakah akan muat dalam lubangnya?

Chanyeol mencolek sisa-sia pelepasan milik Baekhyun. Mengoleskannya di batang kelelakiannya. Tangan kirinya memegang pinggul Baekhyun, mengelusnya lembut untuk menenangkan lelaki mungil itu. Tangan satunya bersiap memasukkan kesejatiannya.

Chanyeol memasukkannya perlahan. Menikmati bagaimana kesejatiannya di perat oleh lubang sempit itu. Baekhyun sendiri merasa kesakitan. Rasanya panas dan perih. Ia berteriak saat Chanyeol telah masuk seluruhnya.

Chanyeol menunggu, untuk membuat Baekhyun terbiasa dengan benda yang ada didalam tubuhnya. Mulutnya bergumam menenangkan, tangannya mengelus punggung telanjangnya.

Chanyeol bergerak setelah tak lagi mendengar isakkan Baekhyun. Perlahan ia menekan, hampir keluar, lalu masuk kembali.

"Ahh..."

Desahannya menggema di seluruh ruangan. Rintihannya menjadi lagu paling syahdu yang didengar. Chanyeol menggila, Baekhyun hilang waras.

Dua-duanya menikmati persatuan tubuh mereka. Tumbukkannya makin cepat, ciumannya makin dalam.

Tubuh mereka basah karena keringat. Mereka kepanasan padahal diluar orang-orang menggigil kedinginan. Baekhyun mengerang, matanya semakin berair. Ia bangkit dari telungkupnya, memegang kepala pria di belakangnya kemudian meminta ciuman. Chanyeol tak menolak, diciumnya bibir tipis yang menebal itu. Tangannya begerilya apik di dada Baekhyun. Memainkan tonjolan keras serupa kerikil yang tertempel disana. Sesaat sebelum dia menemui pelepasannya, Chanyeol membalik keadaan.

Tubuhnya dibawa bersandar pada dinding kayu. Menetralkan napasnya yang tak teratur. Bibir Baekhyun ia cium lagi sebelum kembali menghentakkan kejantanannya.

Namun kali ini Chanyeol dibantu Baekhyun.

Lelaki dengan tubuh mungil itu menggerakkan badannya. Tangannya berpegangan pada paha Chanyeol. Kemudian menaik turunkan tubuh telanjangnya. Matanya terpejam, mulutnya menganga keenakan. Lubang pantatnya kelaparan. Dan kini telah menemukan makanannya.

Keduanya mengerang, kepala Chanyeol terlempar kebelakang. Tangannya mencengkeram erat pinggul Baekhyun. Air maninya keluar begitu banyak.

Mereka terengah, Baekhyun menyandarkan tubuhnya pada Chanyeol. Lubangnya masih berkedut dan kelelakian pria itu juga masih mengeluarkan sari patinya.

"Aku mencintaimu," kata Chanyeol dengan mata terpejam.

"H-hah?"

Chanyeol melotot. Sial, dia lupa bahwa Baekhyun tidak tahu kalau dia menyukainya sejak lama.


TAMAT