STRONG FATHER
Disclaimer
Naruto : masashi kishimoto
Highschooldxd : ichie ishibumi
Dan karakter lain dari anime lain
Rate : M
Genre : family, humor, romance, fantasy
Pair :
Naruto U x Big Harem
(Great Red x Kholkikos x Katerea x Serafall x Grayfia x Arturia x Yasaka x Asuna x Mereoleona x Shirahoshi x Albedo x Freya x Hancock x Chisato x Remia x Robin) x (Kalawarner x Izanami x Gabriel x Hestia x Tiamat x -- )
(Menma x Raynare x Akeno) (Gray x Kuroka) (Minato x Koneko)
Warning : fic ini hasil pemikiran sendiri, banyak kesalahan, kata tidak baku, typo, gaje, alur berantakan.
"Hello" : orang bicara
"Hello" : orang membatin
"Hello" : monster bicara
"Hello" : monster membatin
.
Peringatan sebelum membaca, chapter ini mungkin banyak typo dan kata yang kurang dan kesalahan ketik karena saya terlalu malas untuk meneliti lagi.
.
Chapter 45
.
"Siapa kau."
Ucapan dingin seseorang dari belakang Naruto yang mengalungkan pedang ke leher Naruto.
Harus tenang, jangan panik. Itu yang harus dilakukan oleh Naruto. Ia tak merasa takut sama sekali atas ancaman seperti itu.
"Huh..."
Hanya helaan nafas yang keluar dari mulut Naruto. Dengan tenang Naruto berkata. "Aku hannyalah orang yang tersesat, dan ingin berteduh disini," ucapnya santai.
"Jangan bohong! Katakan. Siapa kau sebenarnya?" ucap orang tersebut membentak.
Sebuah senyuman Naruto tampilkan. "Kau ingin mengetahui siapa diriku? lalu siapa kalian?" ucapnya kepada seseorang di belakang Naruto. Tapi Naruto tau kalau bukan Cuma orang yang berada di belakang dirinya, tapi ada beberapa orang yang mengelilinginya.
"Kau--"
"Meliodas."
Suara lain terdengar di gelapnya ruangan gua tersebut selain orang yang berada di belakang Naruto. Tiba-tiba bola kristal sebesar bola Takrau menyala, dan kini ruangan gua tersebut menjadi terang.
Tampak jelas sekarang, ternyata Naruto sedang dikepung oleh beberapa orang. Yaitu Merlin, Ban, Growther dan Elizabeth yang berada di belakang Meliodas yang mengalungkan pedangnya di leher Naruto.
Dan entah kenapa Meliodas melebarkan mata terkejut. Karena ada sosok Cloningan Naruto yang mengalungkan Kunai cabang tiga di masing-masing mereka yang mengepung.
*Tap! Tap! Tap! Tap!
Terdengar suara langkah kaki dari lorong gua, sontak Meliodas langsung menoleh ke arah sumber suara dan masih dengan mengalungkan pedangnya di leher Naruto.
"Aku datang dengan damai, jika kalian ingin kekerasan. Maka aku juga akan bertindak keras," ucap seseorang dari lorong gua.
*Tap!*
Dan orang tersebut akhirnya sampai pada pintu ruangan tempat mereka berada. Hal itu membuat mereka yang mengepung Naruto tambah melebarkan mata terkejut, Karena yang mereka lihat adalah wujud yang sama dengan Naruto.
*Pofh!*
Naruto di hadapan Meliodas meledak menjadi kepulan asap tebal. Sontak Meliodas langsung menatap tajam Naruto yang berada di pintu lorong gua.
"Turunkan senjatamu, kita bisa bicara baik-baik," ucap Naruto yang ditatap Meliodas.
Melihat sekeliling, tak ada pilihan bagi Meliodas karena teman-temannya disandera. Ia menuruti ucapan Naruto. Dengan perlahan pedang yang digenggam Meliodas diletakkan di atas lantai gua. Hal itu membuat Naruto tersenyum, lalu berkata.
.
"Jadi, kita mulai dari mana?"
.
.
.
#Skip 1 bulan
.
Satu bulan berlalu, banyak hal yang terjadi. Dari Naruto yang sudah mengenal akrab mereka dan tau identitas mereka.
Seperti Meliodas. Yang Naruto tau, Meliodas adalah keturunan iblis lama sebelum era Lucifer. Dia selamat dari perang antar iblis yang pada saat itu Lucifer yang merebut kekuasaan Raja Iblis. Akan tetapi pada saat itu Meliodas malah membantu Lucifer, karena pemikiran Meliodas sejalan dengan Lucifer. Yaitu tidak suka dengan cara berkuasa Raja Iblis, walau nyatanya Raja Iblis adalah ayahnya.
Lalu Elizabeth, Dia adalah Malaikat pertama ciptaan sang Tuhan yang memiliki banyak anugerah. Tapi sayang, Elizabeth diberi kutukan Reinkarnasi setiap dia tau identitasnya sebagai Malaikat. Dia dikutuk seperti itu karena dia mencintai seorang iblis, yaitu Meliodas. Dan sekarang Elizabeth sudah tak perlu cemas akan kutukannya itu, karena kutukan tersebut telah dikengkang oleh segel khusus ciptaan dari Naruto. Dan karena itulah membuat Meliodas dan Elizabeth begitu menghormati Naruto.
Selanjutnya Merlin. Dia adalah keturunan dari penyihir terkuat di Belialuin, dan dia tersesat di tanah Underword. Ceritanya ia sedang meneliti mantra barunya dan malah menciptakan portal yang menyedotnya sampai ke tanah Underword. Dan kini Merlin sedang meneliti mantra untuk bisa kembali ke tanah manusia. Merlin sangat akrab dengan Naruto, karena Merlin tertarik meneliti kekuatan milik Naruto yang bisa menciptakan segel-segel tertentu.
Kemudian Ban. Dia manusia yang memiliki masa lalu yang kelam. Yatim piatu, preman jalanan itulah dirinya. Suatu ketika Ban mendengar sebuah kisah tentang Air Abadi yang dapat membuat si peminum hidup Abadi. Ban yang waktu itu rasa ingin taunya tinggi, ia mencarinya dengan bekal sebuah hutan di suatu daerah yang konon menjadi sarang para peri. Ban pun membuktikannya dan menemukannya. Tanpa curiga dia minum air tersebut dan tiba-tiba dia pingsan. Dan akhirnya setelah sadar dirinya berada di hutan Underword. Untuk keabadiannya memang nyata, itu telah terbukti waktu pertama Ban bertemu dengan Meliodas, sedikit pertempuran dan luka-luka Ban mampu beregenerasi. Dan sekarang Ban memanggil Naruto Shisho, Karena Naruto yang mampu membuat luka-luka Ban tak bisa beregenerasi cepat, saat Sparring bersama Naruto melawan Ban dan Growther. Ban di serang dengan cepat tanpa henti oleh Naruto, sehingga dirinya tak mampu untuk melawan balik dan tumbang.
Yang terakhir Growther . Dia adalah sebuah Boneka yang berjiwa ciptaan seorang iblis dari bangsanya Meliodas. Karena sang pencipta Growther memiliki masalah dengan Raja Iblis, ia berpihak pada Meliodas dan membantunya. Dan kini penciptanya Growther telah tiada, tapi sebelum tiada, pencipta Growther telah mentransfer semua kekuatan sekaligus menciptakan sebuah perasaan di diri Growther. Sehingga kini Growther memiliki perasaan layaknya mahkluk lainnya walau dirinya boneka. Growther juga memanggil Naruto Shisho, karena waktu Sparring bersama Ban melawan Naruto. Growther mencoba untuk masuk ke dalam pikiran Naruto untuk mengendalikan Naruto. Tapi itu gagal, karena pada saat itu Growther benar-benar di buat takut dan merinding. Pasalnya ia melihat sosok monster mengerikan di dalam tubuh Naruto. Yaitu Kurama, Kyubi ekor sembilan yang mengintimidasi Growther dan menghalangi tindakan Growther.
*Tap! Tap! Tap! Tap!*
Terdengar suara langkah kaki di dalam lorong-lorong gua. Yaitu Naruto dan Meliodas yang nampaknya sedang melangkah menuju suatu ruangan dalam gua tersebut.
"Katana itu milik Liebe-Sensei, bahkan aku tak bisa mengangkatnya," kata Meliodas, nampaknya ia telah memberitau sesuatu kepada Naruto.
Naruto yang mendengar perkataan Meliodas hanya mengusap dagunya. "Hmm... Apa mungkin di dalam Katana itu ada penghuninya?" pikir Naruto.
Karena tak ingin memikirkan hal-hal yang repot, Naruto menoleh ke arah Meliodas. "Tapi aku boleh mencobanya kan, Meliodas?" kata Naruto meminta.
"Boleh," balas singkat Meliodas. "Jika kau bisa mengangkatnya dan mengendalikannya. Katana itu menjadi hak milikmu. Dengan kata lain, Katana itu telah di wariskan kepadamu dari Liebe-Sensei. " sambungnya memberitau, membuat Naruto pun mengangguk mengerti.
*Tap!*
Langkah mereka pun berhenti, dan kini mereka berada di depan sebuah pintu gua berbentuk lingkaran yang terbuat dari lempengan batu. Dan nampak jelas jika pintu batu itu disegel, karena ada beberapa lambang aneh yang menghiasi pintu batu tersebut.
Meliodas menempelkan telapak tangannya di batu tersebut, tiba-tiba lambang aneh yang terdapat pada batu bercahaya terang dan menyilaukan. Hingga tak lama kemudian cahaya itu meredup, kini jelas terlihat batu yang menutupi ruangan dalam gua menghilang.
Dan kemudian Meliodas melangkah masuk diikuti Naruto di belakangnya.
*Tap!*
Mereka berdua berhenti tepat di tengah ruang gua tersebut. Tampak jelas di hadapan mereka, ada sebuah Katana berkarat yang menancap di batu. Dan Naruto tau jika Katana itu beraura gelap sesuai apa yang ia rasa.
Meliodas menunjuk Katana tersebut. "Inilah Katana milik Liebe-Sensei. Dia adalah jendral iblis yang paling ditakuti oleh seluruh iblis. Bahkan ayahku, Satan-sama mengakui kekuatan besarnya. Tapi sayang, Liebe-Sensei juga ikut tersegel waktu perang dulu, dan hanya Katana ini yang tersisa," jelas Meliodas menjelaskan.
"Hmm... Jadi begitu ya?" gumam Naruto mengerti, dan Meliodas mengangguk mengiyakan.
"Boleh aku mencobanya, Meliodas?"
"Silahkan saja, Naruto-san."
Naruto pun mendekati katana tersebut. Ia memegang ganggang Katana tersebut, lalu matanya dipejamkan untuk merasakan kekuatan yang mengalir dari katana tersebut.
.
.
#Mindscape On
.
*Tes!*
Suara tetesan air terdengar. Kini Naruto berada di situ, di tempat yang minim cahaya dan berdiri di atas genangan air.
"Hebat. Ada yang bisa masuk jauh ke dalam sini,"
Tiba-tiba suara berat terdengar di gelapnya tempat itu. Seketika Naruto menoleh ke depan, karena ia tau sosok yang tersamarkan oleh gelapnya ruangan itu ada di hadapannya.
Hingga tak berselang lama kemudian, tepat di hadapan Naruto samar-samar mulai menampakkan sosok bayangan hitam bersayap dengan dihiasi sepasang bola mata merah mengintimidasi, tapi Naruto sama sekali tak takut dengan tatapan mata itu.
"Hebat, hebat," mahkluk itu tertawa senang, dan matanya melirik ke belakang Naruto. "Sosok yang penuh kebencian kekal,"
Kurama hanya mendengus mendengarnya, ia tau jika ucapan mahkluk itu untuk dirinya, sedangkan Naruto hanya biasa-biasa saja mendengarnya.
Setelah mengobservasi Kurama dengan teliti, tatapan mahkluk itu beralih kepada Naruto.
"Apa yang kau inginkan sehingga menemuiku? Bahkan kau mampu menembus Kekkai bawah sadarku yang sulit untuk ditembus, bahkan Satan-sama tak mampu menembusnya," tanya mahkluk itu, dan mahkluk itu sebenarnya cukup terkejut karena ada yang mampu menembus alam bawah sadarnya itu.
"Sebelum kuberitau, setidaknya beritahu namamu terlebih dahulu," kata Naruto.
"Namaku?" mahkluk itu menunjuk dirinya sendiri. "HAHAHAHAHA... lucu sekali, seseorang yang bisa masuk kesini bahkan tak tau siapa diriku, Hahaha... baik-baiklah akan kuberitau, aku Liebe sang Jendral tertinggi bangsa Satan," ucap mahkluk itu dengan bangga memperkenalkan dirinya.
"OOOO..." dan Naruto langsung ber-O-ria, lalu menoleh ke belakang ke arah Kurama. "Namanya jelek banget ya Kurama,"
"Yap," singkat Kurama.
*Twict!"
Perempatan muncul di kepala Liebe, ucapan Naruto terasa menghina bagi Liebe. Baru kali ini bagi Liebe bertemu sosok yang berani menghinanya, bahkan dulu bagi Liebe, Satan-sama tak pernah menghinanya. Dan sekarang ada yang menghinanya di hadapannya langsung sehingga membuat dirinya kesal.
"Sialan! Berani sekali kau menghinaku!" bentak Liebe, bersamaan dengan dirinya yang menciptakan sebuah Katana berkarat di hadapannya.
Sedangkan Naruto dan Kurama hanya biasa saja saat melihat Liebe menciptakan Katana, Naruto malah tersenyum tipis. "Pantas saja bangsamu kalah dalam perang dulu melawan Lucifer, bahkan sekarang kau sudah dikatakan kalah dariku," ucap Naruto santai.
"Apa maksudmu?" tanya Liebe sambil menatap tajam Naruto, dan Katananya perlahan mengeluarkan Aura hitam pekat.
"Permainan emosi, sekuat-kuatnya seseorang yang tak mampu mengontrol emosinya, dia bukanlah orang kuat. Tapi orang yang lemah di antara yang lemah," jelas Naruto memberitau, dan entah kenapa Aura di Katana Liebe semakin ganas keluarnya dan Liebe semakin menatap tajam Naruto. "Aku telah melihat semua tentangmu sejak aku masuk kesini, termasuk masa lalumu. Dan lebih baik kau jujur saja, bahwa selama ini kau hanya menginginkan sebuah ketenangan tanpa adanya konflik antar bangsa yang merepotkan bukan?"
Entah kenapa Liebe terdiam dalam batinnya. Ucapan Naruto sangatlah benar bagi Liebe bahwa hal itu benar-benar keinginan Liebe, sebuah ketenangan yang selama ini Liebe cari.
Kini tatapan Liebe berubah menjadi tatapan biasa, dan Aura ganas yang keluar dari Katana Liebe juga perlahan memudar entah karena apa. Dan sekarang Liebe hanya bingung saat melihat Naruto mengulurkan tangan kanannya.
"Kita memiliki keinginan yang sama, sebuah perdamaian seluruh bangsa di dunia ini tanpa konflik yang merepotkan siapa saja."
Liebe kini tersenyum. "Menarik, apa kau mengajakku untuk menguasai dunia?" tanya Liebe menebak.
"Teman dan saudara, aku hanya menginginkan sebuah pertemanan yang suatu saat akan menjadi saudara,"
Liebe semakin tersenyum mendengar jawaban dari Naruto, kemudian Liebe menerima uluran tangan Naruto. "Baiklah, aku akan menyaksikan bagaimana caramu mendamaikan seluruh bangsa di dunia ini," kata Liebe masih dengan senyumannya.
"Ya, aku berjanji akan mendamaikan seluruh bangsa di dunia ini," ucap Naruto yakin.
"Aku pegang omongannya," kata Liebe, dan mendapat anggukkan kepala oleh Naruto. Setelah itu, jabat tangan mereka di lepaskan.
Naruto menoleh ke arah Kurama. "Apa kau senang Kurama? Sekarang kau memiliki teman di dalam tubuhku," ucap Naruto sambil cengengesan yang menurut Kurama cengengesan Naruto terkesan menjijikkan.
"Senang? Berteman dengan mahkluk jelek ini?" kata Kurama sambil menunjuk Liebe, dan Liebe langsung menatap tajam Kurama. "Jangan ngimpi Gaki," sambung Kurama langsung memalingkan wajahnya.
"Apa kau bilang Rubah Buluk!" ucap Liebe tak terima.
Kurama langsung balik menatap tajam Liebe. "Hati-hati he iblis Abstrak, kalau kau tak mau kena Bijuudamaku," balas sengit Kurama.
"Kau pikir aku takut denganmu ha!"
"Sialan!"
*Set!*
*Bagh! Bugh! Bagh! Bugh! Bagh! Bugh!...*
Dan akhirnya perkelahian fisik tanpa kekuatan antara Kurama dan Liebe tak bisa di hindari. Saling pukul, membanting, menendang terus mereka lakukan. Walau nyatanya Liebe jauh lebih kecil ketimbang Kurama, tapi hal itu tak membuat Liebe menyerah, bahkan bisa dikatakan jika kekuatan fisik mereka seimbang saat ini.
Sedangkan Naruto yang melihat perkelahian Kurama dan Liebe pada awalnya dibuat Sweatdrop, tapi sekarang ia tersenyum senang saat melihat tampang semangat Kurama saat ini, Naruto sebenarnya tau, jika selama ini Kurama merasa bosan sendirian di dalam tubuhnya, mungkin Kurama senang karena mulai sekarang dirinya tak sendirian di dalam tubuhnya.
Menghiraukan itu semua, sekarang Naruto memilih untuk memejamkan matanya dan berkonsentrasi untuk kembali sadar.
.
#Mindscape off
.
.
Dengan perlahan, Naruto membuka matanya kembali. Sedangkan Meliodas hanya dibuat bingung tak mengerti sejak tadi Naruto memejamkan matanya hingga kini sudah terbuka kembali.
Meliodas menjadi tambah bingung dan tak mengerti ketika melihat Naruto tiba-tiba tersenyum tipis. "Apakah ada sesuatu, Naruto-san?" tanya Meliodas.
"Hmm... kau akan tau sebentar lagi. Ngomong-ngomong Meliodas, apakah Katana ini boleh kucabut sekarang?" ucap Naruto seraya sambil memegangi ganggang Katana tersebut.
"Silahkan Naruto-san, jika kau mampu dan bisa," Meliodas mengangguk menyetujui.
Naruto hanya tersenyum mendengar ucapan Meliodas yang nampak seperti tidak akan percaya jika Katana itu bisa dicabut, tapi hal itu belum tentu bagi Naruto.
Dengan persiapan yang sudah matang, dengan perlahan Naruto mulai mencoba mencabut Katana berkarat yang menancap di batu itu.
*Srek...*
Meliodas nampak melebarkan mata terkejut saat melihat Katana itu dicabut dengan perlahan oleh Naruto begitu mudahnya bagaikan mencabut bulu keteknya. Hingga lama-kelamaan Katana itu mulai keluar sepenuhnya dan tercabut sempurna dengan entengnya oleh Naruto. Meliodas masih melebarkan mata tak percaya. "Bagaimana bisa?" Kejut Meliodas tak percaya.
Sedangkan Naruto malah tersenyum dan tiba-tiba mengulurkan Katana tersebut kepada Meliodas. "Apa kau ingin menggunakannya, Meliodas?"
Meliodas tersentak. "Ah tidak Naruto-san, karena kau berhasil mencabut Katana milik Liebe-sensei, maka Katana itu sudah sepantasnya menjadi milikmu," ucap Meliodas menolak.
"Baiklah, jika kau tak masalah," angguk Naruto.
*Pofh!*
Katana di genggaman Naruto menghilang menjadi kepulan debu putih. Meliodas tak ingin tau itu, yang pasti Meliodas sudah tau jika itu tehnik milik Naruto yang bisa memindahkan dan menyimpan benda apa saja dimana pun berada.
"Ngomong-ngomong Naruto-san, boleh kubertanya?"
"Boleh," Naruto menoleh ke arah Meliodas.
"Bagaimana caramu bisa mencabut Katana itu dengan mudah?"
Senyum tipis tercetak jelas dari bibir Naruto. Kemudian Naruto mendekati Meliodas dan menepuk bahunya. "Mungkin aku dan Senseimu memiliki kesamaan," ucapnya membuat Meliodas sedikit berpikir tak mengerti. "Sudahlah tak perlu kau pikirkan, lebih baik kita keluar. Aku mau melanjutkan penelitianku tentang ruang dan waktu bersama Merlin," sambung Naruto, dan membuat Meliodas mengangguk.
Kemudian mereka berdua pun melangkah keluar dari ruangan tersebut, hingga sampai di persimpangan lorong gua, mereka berpisah. Naruto melangkah ke kanan dan Meliodas melangkah ke kiri.
.
.
#Skip 2 jam kemudian
.
Berantakan, itu yang bisa dijelaskan dengan situasi ini di ruangan tempat Naruto dan Merlin berada. Dengan tumpukan gulungan yang memenuhi meja serta ada yang berserakan di lantai. Bahkan Naruto yang duduk di hadapan meja saja sampai tak terlihat orangnya karena saking tingginya tumpukan-tumpukan gulungan hasil uji coba rumus perpindahan dimensi yang baru-baru ini Naruto teliti bersama Merlin.
Sedangkan Merlin berada di meja satunya tepat di depan meja yang Naruto tempati, ia juga sedang memilih sebuah gulungan milik Naruto yang ingin ia teliti, Sebab Merlin sangat tertarik dengan kanji-kanji segel ciptaan Naruto, sehingga ia dengan antusias menelitinya sekaligus belajar agar bisa.
Disaat Merlin memilih-milih gulungan, ada satu gulungan kecil berwarna merah yang belum pernah ia lihat, sehingga membuat Merlin tertarik melihatnya.
Merlin mengambil gulungan itu, lalu menoleh ke arah Naruto. "Shisho-kun, ini gulungan apa?" tanyanya sambil menunjukkan gulungan yang ia ambil.
"Mana?" Naruto mendongkrakkan kepalanya untuk melihat apa yang ditunjukkan oleh Merlin. Tapi sayang, gulungan-gulungan di hadapannya yang menggunung membuat Naruto tak dapat melihatnya.
Merlin yang mengetahui pandangan Naruto terhalang oleh tumpukkan gulungan berinisiatif untuk melangkah ke arah Naruto, dan berdiri di samping Naruto sampil menunjukkan gulungan yang ingin ia perlihatkan kepada Naruto. "Ini, Shisho-kun,"
"Ooo ini," kata Naruto setelah tau apa yang ingin diperlihatkan oleh Merlin. "Coba kulihat," sambungnya meminta gulungan yang berada di tangan Merlin, dan Merlin langsung menyerahkannya.
"Kau tau Merlin, gulungan ini berisi suatu kenangan masa laluku yang masih kusimpan sampai saat ini," ucap Naruto sambil membuka gulungan kecil tersebut, dan di dalam gulungan tersebut terdapat sebuah tulisan kanji rumit yang kecil dan membentuk sebuah lingkaran dan bintang di tengahnya.
Merlin memiringkan kepalanya tak mengerti. "Masa lalu Shisho-kun? Memang apa isinya Shisho-kun,?" ucapnya penasaran.
"Sepasang mata,"
*Pofh!*
Tiba-tiba tercipta kepulan asap pada tanda kanji setelah Naruto usap. Merlin terus memperhatikan asap itu, hingga tak berselang lama asap pun menghilang, kini di atas tanda kanji itu memperlihatkan sebuah tabung kecil transparan yang di dalamnya terdapat cairan hijau dan sepasang bola mata dengan pupil merah dan pola tiga tomoe mengelilingi pupil tersebut.
Rasa penasaran Merlin kembali memuncak, pasalnya dirinya belum pernah melihat mata seperti itu, Merlin pun memberanikan diri untuk bertanya. "Itu mata apa Shisho-kun?"
"Ini adalah mata Sharingan," kata Naruto sambil mengangkat perlahan tabung tersebut. "Di dimensiku, mata ini memiliki kekuatan yang sangat besar, dan hanya para Uchiha yang memilikinya," sambungnya dengan sedikit memberitau kehebatan mata yang ada di hadapannya kepada Merlin.
Sontak hal itu malah membuat Merlin tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang mata itu, Merlin kembali bertanya. "Jika hanya para Uchiha, kenapa Shisho-kun memilikinya?"
Tiba-tiba Naruto mendongkrakkan kepalanya, menerawang jauh menembus langit-langit ruangan. Naruto sedikit teringat seorang pria paruh baya berwarga Uchiha yang selalu Naruto sebut paman. Uchiha Fugaku, ayah dari Uchiha Itachi dan Uchiha Sasuke yang sekarang ini terlintas di kepala Naruto. "Huh..."
Merlin memiringkan kepalanya kembali saat melihat Naruto tiba-tiba menghela nafas. "Panjang ceritanya Merlin," ucap Naruto setelah sesaat terasa berat dalam perasaannya, dan sudah sedikit mulai tanang sekarang.
Tapi Merlin belum puas mendapat jawaban seperti itu dari Naruto, ia ingin jauh lebih tau tentang mata itu, sehingga Merlin kembali bertanya. "Tolong ceritakan kisahnya Shisho-kun, Plieeeeeeese..."
Seketika Naruto langsung Sweatdrop melihat puppy eyes Merlin yang menurut Naruto itu terlalu aneh dilihat. Tapi Naruto sedikit menghela nafas karena Merlin terus memasang wajah memohon seperti itu, Naruto cukup tau kalau Merlin itu penasaran dan ingin tau segalanya. "Hah... baiklah-baiklah, akan kuceritakan," pasrah Naruto.
Seketika Merlin langsung tersenyum semringah karena senang, ia langsung memposisikan duduk di pinggiran meja dengan kaki disilangkan tepat di hadapan Naruto. Sedangkan Naruto sendiri harus dengan kuat mentalnya sebagai pria normal saat melihat paha halus Melin di hadapannya tepat. Naruto sedikit memalingkan wajahnya, Naruto sangat yakin jika Merlin sangat niat menunjukkan pahanya di hadapannya, karena itu sudah jadi kebiasaan Merlin akhir-akhir ini terhadapnya.
.
.
.
#Flashback On
.
#Dimensi Elemental Nation
#6 tahun sebelum berpindah dimensi
.
*Srek... Srek... Srek...*
Langkah demi langkah Naruto tapaki, ia panik dan rasanya ingin berlari dan melompat secepat mungkin untuk keluar dari hutan yang dekat dengan desa Amegakure. Tapi hal itu tidak bisa Naruto lakukan, selain karena kehabisan Chakra karena tak mendapat bantuan Chakra dari Kurama yang sedang hibernasi 2 tahun, ia juga membawa beban yang tak mungkin harus ditinggalkan. Karena Naruto sedang memapah Fugaku yang terluka parah.
Misi yang Naruto jalani bersama Fugaku untuk menyelidiki gerak-gerik mencurigakan organisasi Akatsuki tidak berjalan dengan lancar tadi. Mereka ketahuan, dan akhirnya pertempuran pun tak bisa dihindari.
Walau nyatanya, Naruto dan Fugaku sanggup untuk melawan ninja Amegakure. Akan tetapi semua berubah setelah munculnya sosok ninja dengan mata Rinnegan.
Mata Sharingan Fugaku tak berefek pada sosok itu. Terlebih lagi, sosok ninja itu bisa menyerap Chakra pada Naruto dan Fugaku, sehingga membuat Naruto dan Fugaku terluka parah, tapi yang paling parah adalah Fugaku karena terus mengaktifkan mata Sharingannya dan selalu berusaha untuk melindungi Naruto.
Terus mencari peluang sekecil mungkin dalam pertempuran dengan ninja tersebut. Akhirnya Naruto dan Fugaku bisa melarikan diri dikala ada kesempatan.
Walau sebenarnya Naruto bisa saja untuk berteleport langsung ke desa Konoha, tapi Chakra yang ia miliki tak mencukupi dan akhirnya mereka lebih memilih lari dan kabur sejauh mungkin mencari keselamatan.
Dan sekarang lah Naruto, terus memapah Fugaku yang terluka parah untuk bisa keluar dari hutan tersebut, ekspresinya panik, tak ada ketenangan sama sekali.
"Naruto," Fugaku berucap lirih.
"Bertahanlah paman, sebentar lagi kita bisa keluar dari sini," Naruto tak menoleh, pandangannya terus lurus ke depan, ia sudah menghiraukan segalanya, pikirannya hanya terus memikirkan bagaimana carannya ia dan Fugaku bisa keluar dengan selamat dari hutan itu.
"Naruto,"
Fugaku kembali berucap lirih, dan itu sukses membuat Naruto menghentikan langkahnya. Dan kemudian Naruto mendekati sebuah pohon besar dan merebahkan Fugaku di sana.
Tapi saat tiba-tiba Naruto hendak mengambil sebuah obat luka di kantong tas kecilnya, tangannya dihentikan oleh Fugaku, dan Naruto seketika menoleh ke arah Fugaku dengan penuh tanda tanya tak mengerti maksud pencegahan dari Fugaku yang disertai dengan gelengan kepala pelan.
"kau pergilah dahulu, paman akan mencegahnya," ucap pelan Fugaku.
"Ta-tapi paman, kau sedang terluka. Mana mungkin aku meninggalkanmu," bingung Naruto, ia cukup tak mengerti maksud perkataan Fugaku kepadanya.
Dan Naruto semakin tambah bingung ketika Fugaku tersenyum tipis dan mengambil sebuah gulungan kecil dari balik bajunya. "Jika salah satu dari kita tak selamat, maka misi ini gagal. Kau masih muda dan masih memiliki kehidupan yang lebih panjang lagi," ucap Fugaku dengan senyuman.
Seketika Naruto melebarkan mata terkejut. Naruto adalah seorang Anbu, jadi istilah sekecil pun ia harus paham dan mengerti. Dan, Naruto cukup tau jika Fugaku hendak ingin mengorbankan dirinya agar Naruto bisa selamat dan melaporkan misinya.
"Hiks.." air mata tak sanggup Naruto bendung lagi. "Tidak paman, kau juga harus selamat. Bibi sedang mengandung, dia pasti menanti kepulanganmu," tolak Naruto sambil terisak.
Naruto sempat terbayang. Jika hanya Naruto saja yang selamat dari misi ini, apa reaksi yang akan ditampilkan oleh Mikoto Uchiha selaku orang yang Naruto panggil bibi sekaligus istri Fugaku? Pasti itu sebuah pukulan berat bagi Mikoto, apalagi saat ini kandungan Mikoto sudah 9 bulan, lebih tua kandungan Mikoto ketimbang Kurenai selaku istrinya yang umur kandungannya baru 8 bulan. Dan jika itu terjadi, pasti Mikoto akan mengalami Shok berat. Sungguh Naruto tak kuat membayangkan.
Tapi, isakan penolakan Naruto tadi malah dibalas senyuman oleh Fugaku. "Aku percaya padamu, kau pasti akan melindungi bibimu, Itachi dan adiknya Itachi nanti. Jadi ambillah." ucap Fugaku sambil menyodorkan gulungan di tangannya.
Tak ada respon dari Naruto yang malah menunduk sedih, tangan Fugaku berinisiatif meraih tangan Naruto dan menyerahkan gulungan tersebut. Dan Naruto hanya bisa menggenggamnya dengan lemas seakan tak berdaya untuk menerima gulungan itu
Lagi-lagi Naruto harus melebarkan mata terkejut saat tiba-tiba Fugaku mencongkel matanya sendiri. "Mataku ini akan sangat berbahaya jika jatuh di tangan musuh. Maka akan lebih aman jika kau bawa ini juga dan serahkan kepada bibimu agar dia bisa melihat dan mendengar ucapan terakhirku saat dia menatap mata ini," kata Fugaku sambil menyodorkan matanya kepada Naruto.
Berat tangannya mengangkat, bagaikan mengangkat beban berton-tonan sekarang Naruto rasakan. Tapi apa boleh buat, ini sudah menjadi resiko bagi Shinobi yang menjalankan tugasnya.
Lebih baik mati dari pada menjadi tawanan musuh, rela mati mengorbankan diri demi keberhasilan misi.
Semboyan Shinobi yang telah di ajarkan dari Akademi ninja membuat Naruto harus menguatkan mental sekuat baja.
Tangan Naruto mulai bergerak, terangkat dengan penuh getaran ragu yang luar biasa. Hingga akhirnya tangan Naruto pun mencapai tangan Fugaku, dan seketika Fugaku tersenyum. "Tolong lindungi mereka untukku,"
Seketika detak jantung Naruto berdetak sangat cepat. Detak jantung ini bukan detak jantung seseorang yang sedang semangat dan menghasilkan rasa senang, tapi ini detak jantung yang paling tidak diinginkan manusia yang memiliki jantung, sebuah detak jantung karena sebuah rasa kesedihan. Itu sangat tidak enak, rasanya bagaikan terkena runtuhan bulan dari langit.
Air mata terus mengalir dari mata Naruto, ia masih berat untuk menegakkan tubuhnya, ia masih tak tega harus meninggalkan Fugaku sendirian di situ.
"Itu di sana!"
Tapi suara teriakan seseorang membuat Naruto menoleh dengan cepat ke belakang. Jauh di sana, Naruto memfokuskan penglihatannya setelah tadi diusap air matanya dengan baju lengannya, di sana Naruto melihat tiga Shinobi Amegakure sedang melompat menuju ke arahnya yang diperkirakan dua menit lagi mereka sampai di tempat Naruto dan Fugaku.
"Maafkan aku paman," ucap Naruto sambil berdiri.
"Pergilah, biar orang-orang yang berteriak tadi paman yang tangani," ucap Fugaku sambil tersenyum.
Tak ada balasan dari Naruto, ia hanya diam, tapi jika dilihat dari dekat lagi, bekas air mata di pipinya tadi kini kembali mengalir air dari mata.
*Wush! Tap! Wush! Tap! Wush!*
Naruto langsung melompat ke atas pohon, dan langsung melompat dari batang pohon satu ke yang lainnya menuju arah luar hutan sambil terisak.
*Duarrrrrrrrr!"
Genap sejauh 120 meter Naruto menjauh, suara ledakan pun terdengar. Naruto tau itu ledakan apa, itu adalah suara ledakan dari puluhan kertas peledak yang tersimpan di balik baju Fugaku sesuai rencana yang apabila para ninja Amegakure mendekat, maka dalam seketika Fugaku akan mengaktifkan kertas peledaknya agar ninja Amegakure ikut mati bersamanya, dan Naruto bisa selamat sampai Konoha tanpa hambatan lagi.
Naruto tak berani menoleh ke belakang, Naruto tak kuat melihatnya. Orang yang selama ini Naruto anggap paman telah mengorbankan dirinya demi dirinya selamat dari misi. Hal itu mampu membuat Naruto tak bisa untuk berpikir dan terbayang akan ke depannya, ia hanya fokus untuk terus melesat menuju desa Konoha.
#Skip Time
Setelah menempuh perjalanan panjang selama 3 jam tanpa istirahat, akhirnya Naruto sampai di desa Konoha.
Sambil terus menahan sesuatu yang Naruto tahan sejak tadi, kini ia sedang melompat dari atap rumah warga ke rumah warga lainnya, tujuannya hanya satu, yaitu gedung yang paling besar di bawah tebing yang dihiasi patung wajah Hokage.
Sedangkan di dalam bangunan yang Naruto tuju, atau lebih tepatnya di ruangan khusus Hokage, di situ terdapat 4 orang memenuhi ruangan tersebut. Dengan Minato selaku Yondaime yang duduk menghadap banyak dokumen-dokumen di mejanya, Irene sedang mengandung 6 bulan sedang asik bercengkerama ria dengan Kurenai yang kondisi perutnya sedang membuncit, dan satu lagi sosok anak kecil 8 tahunan yaitu Erza yang ikut-ikutan bercengkerama ria dengan Irene selaku ibunya dan Kurenai.
"Nee-san, apa aku boleh menyentuh perutmu?" kata Erza kepada Kurenai
Kurenai hanya tersenyum mendengar ucapan Erza, ia tau bahwa Erza pasti sangat penasaran dengan kondisi perutnya saat ini, sehingga Kurenai mengangguk menyetujui. "Boleh kok, Erza-Chan," ucap Kurenai.
Erza tersenyum lebar, ia mulai mendekatkan tangannya ke perut Kurenai. "Hati-hati sayang, di dalam perut itu ada keponakanmu lo," Irene sedikit memperingati.
"Um," dan Erza pun mengangguk, kemudian kembali mendekatkan tangannya ke perut Kurenai dengan hati-hati lalu mengusap pelan perut Kurenai. "Wah... apakah keponakanku sudah bangun di dalam sini?"
"Hihihi... sebentar lagi juga bangun Erza-chan, tinggal menunggu beberapa bulan lagi," kata Kurenai.
"Wah... aku jadi tidak sabar menunggunya,"
Sedangkan disisi lain, Minato hanya tersenyum senang melihat canda ria istrinya dan menantunya, dan pemandangan itu mampu membuat rasa lelah dan pusing dirinya sebagai Hokage hilang seketika saat melihat mereka.
*PYARRRRRRRRR!*
*Brugh!*
Semua yang ada di dalam ruangan Hokage terkejut saat tiba-tiba kaca ruangan itu pecah dibentur sesuatu, tapi bukan itu yang mereka kejutkan, melainkan apa yang menyebabkan kaca itu pecah.
"Naruto!/Sochi!/Naru-kun!/Nii-chan!"
Kejut mereka semua dengan mata yang terbuka lebar karena tau siapa sosok yang sekarang tergeletak tak berdaya di lantai setelah membentur kaca. Yaitu Naruto yang langsung pingsan setelah menabrak kaca tadi.
Minato langsung bergegas mendekati Naruto, begitu juga yang lainnya. Mengecek kondisi putranya, dan setelah selesai Minato kemudian menghela nafas.
"Apa yang terjadi dengan Naru-kun? Apa dia baik-baik saja Tou-san?" tanya Kurenai cemas.
Minato kemudian menoleh ke arah yang lainnya. "Naruto hanya kelelahan, aku akan membawanya ke rumah sakit sekarang," balas Minato berbohong, karena sebenarnya dia cukup tau kondisi putranya sekarang karena dia yang mengeceknya.
Kemudian Minato memapah Naruto. "Lebih baik kalian menyusul saja dengan jalan kaki, karena menggunakan Shunshin ataupun teleport akan membahayakan kandungan kalian," sambung Minato membuat Irene dan Kurenai mengangguk mengerti.
*Sring!*
Seketika Minato langsung menghilang dengan jurus teleportnya membawa Naruto, dan seketika Irene, Kurenai dan Erza bergegas keluar dari ruangan Hokage.
.
.
.
#Skip Tengah Malam
.
"Emmmmhhh..."
Naruto mengerang, dia mencoba membuka matanya. Dan setelah matanya benar-benar terbuka, dia langsung menyadari jika ruangan yang dia tempati adalah di salah satu kamar rumah sakit karena bau-bau obat tercium jelas di hidungnya.
"Kau sudah bangun, Nak." ucap Minato tepat berdiri di samping kanan ranjang Naruto berbaring.
Seketika Naruto langsung menoleh ke arah sumber suara. "Apakah aku sudah lama tertidurnya, Tou-san?" tanyanya memastikan.
"Hanya 8 jam," singkat Minato, dan entah kenapa Naruto melebarkan mata terkejut. "Huh..." seakan sudah tau keterkejutan putranya, Minato menghela nafas. "Kau jangan cemas, aku memberitau Kaa-sanmu dan Istrimu jika kau hanya kelelahan dan mereka sudah kusuruh pulang," ucap Minato menjawab keterkejutan putranya.
"Huh... syukurlah mereka tak mengkhawatirkanku," ucap lega Naruto.
Tiba-tiba Minato menatap serius Naruto. "Jadi, bisa kau jelaskan dengan jelas tentang misinya? Dan kenapa Fugaku tak kembali ke Konoha?" tanya Minato serius.
Seketika Naruto menunduk, pertanyaan dari ayahnya memang berat untuk dijawab, tapi Naruto harus menjawabnya sekarang. "Paman tewas," ucap Naruto lirih, dan itu sukses membuat Minato terdiam melebarkan mata karena terkejut. "Ada enam shinobi yang memiliki mata Rinnegan, kami didesak dan paman Fugaku mengorbankan dirinya demi keberhasilan misi," lanjutnya masih dengan nada lirih.
*Bruk!*
Minato langsung duduk, kemudian memijit kepalanya pusing. "Akatsuki benar-benar organisasi berbahaya," ucap Minato sambil menunduk.
"Ya..." singkat Naruto, kemudian juga memegang kepalanya frustasi seperti ayahnya. "Se-setelah ini, a-apa yang harus kukatakan tentang paman Fugaku kepada bibi Mikoto, bibi pasti kecewa dan membenci keluarga kita," ucapnya frustasi.
*Puk!*
Tiba-tiba Naruto merasakan ada yang menepuk pundaknya, dan Naruto langsung mendongkrakkan kepalanya menatap ayahnya yang menepuk pundaknya. "Kau hanya perlu mengatakan dengan jujur, percayalah bahwa setiap perkataan jujur bisa menghilangkan rasa takut pada diri kita," ucap Minato menasihati putranya.
Kegelisahan Naruto sedikit hilang atas nasehat ayahnya, dia mengangguk paham atas ucapan ayahnya. "Terima kasih Tou-san," ucap Naruto.
Minato kemudian menegakkan tubuhnya. "Kalau begitu, Tou-san mau pulang. Mengabari Kaa-sanmu dan Istrimu bahwa kau telah siuman, mereka pasti senang," ucapnya.
Naruto tiba-tiba langsung duduk. "Aku juga mau pulang, aku sangat anti bau-bau obat disini," ucap Naruto mencoba turun dari ranjangnya.
"Huh..." Minato menghela nafas, dia hanya pasrah atas keras kepala putranya yang tak memikirkan kondisi tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya. "baiklah, kau tunggu di depan, Tou-san akan mengurus administrasinya," ucapnya sambil melangkah keluar ruangan dan Naruto hanya mengangguk saja.
Setelah itu, Naruto pulang dengan Hiraishin ayahnya setelah mengurus administrasi rumah sakit. Rumah Naruto dan rumah orang tuanya memang berpisah, tapi tak berjauhan sehingga Minato lebih memilih berjalan kaki untuk pulang setelah mengantar putranya.
Naruto tersenyum saat memasuki kamarnya, melihat Kurenai yang tertidur pulas agak serong, dan perut buncit Kurenai membuat rasa lelah Naruto hilang seketika.
Naruto melangkah menuju ranjangnya, membenarkan posisi tidur Kurenai, kemudian Naruto mengusap perut Kurenai dan mencium singkat perutnya itu. "Otou-san pulang," ucapnya kepada perut buncit Kurenai, dan pastinya dengan nada pelan agar Kurenai tak bangun dari tidurnya. Setelah itu Naruto berbaring di samping Kurenai dan langsung tertidur.
.
.
.
.
#Skip Pagi
.
Sayup-sayup di pagi hari, mata Kurenai berdenyut dan mulai membuka matanya. Walaupun terasa susah karena kondisi perutnya, Kurenai mulai terbangun dari tidurnya dan duduk.
Disaat tangannya menopang di samping tidurnya, Kurenai merasakan sesuatu yang berbeda, seketika dia langsung menoleh ke samping tidurnya.
Kurenai cukup terkejut karena tak disangka bahwa yang dia sentuh itu adalah suaminya yang masih tertidur. Tangannya perlahan bergerak menyentuh bekas luka di dahi suaminya.
"Ya ampun, pasti misinya sangat berbahaya," gumam Kurenai.
Cukup lama Kurenai mengusap bekas luka di dahi Naruto, dia tiba-tiba tersadar. "Ah aku harus membuat sarapan untuknya, Naru-kun pasti kelelahan," gumamnya lalu beranjak dari ranjangnya dan keluar kamar menuju dapur dengan susah payah dan hati-hati, kondisi perutnya membuatnya harus serba hati-hati ketika mau melakukan apa pun.
.
.
#Skip Rumah Mikoto, Siang
#Ruang Tamu
.
Siang ini setelah Naruto menjelaskan hasil misi kepada istrinya dan meminta izinnya tadi pagi, kini Naruto sedang duduk Seiza di ruang tamu dan berhadapan dengan Mikoto. Sedangkan Mikoto dari tadi dibuat bingung atas reaksi Naruto yang diam menunduk sejak 10 menit yang lalu.
"Ehem," Mikoto berdehem, membuyarkan lamunan Naruto. "Jadi Naru-kun, kau datang kesini ingin menyampaikan apa?" tanya Mikoto.
*Deg!*
Naruto tersentak, dia kemudian menggigit bibir bawahnya karena apa yang ingin Naruto ucapkan itu sangat berat dirasa. Walau begitu, Naruto sudah tak bisa lagi mundur dan mengurungkan niatnya, dia mencoba untuk kuat mentalnya.
"Maaf bibi," ucap Naruto lirih.
"Maaf? Untuk apa Naru-kun?" bingung Mikoto.
Naruto semakin kuat menggigit bibir bawahnya, kotak kecil yang berada di pangkuannya dia genggam sangat erat.
Kotak kecil itu memang kecil hanya 6cm persegi, tapi tangan Naruto bergetar saat mengangkat kotak itu, seperti mengangkat bebang berpuluh-puluh Ton rasanya.
Hingga beberapa saat kemudian akhirnya kotak itu bisa terangkat dan ditaruh di atas meja, kemudian Naruto mendorong kotak tersebut ke hadapan Mikoto. "Maaf bibi, hanya ini yang bisa kusampaikan," ucapnya tanpa menoleh ke arah Mikoto karena dirinya masih menunduk.
Bingung memang apa maksud dari Naruto, tapi Mikoto cukup penasaran dengan kotak tersebut sehingga Mikoto meraih kotak pemberian dari Naruto. Dia buka perlahan kotak tersebut dan seketika itu pula raut wajah Mikoto berubah, matanya melebar dan mulutnya dibekap dengan tangan kananya.
Mikoto sangat terkejut saat melihat isi kotak tersebut yang ternyata berisi tabung kecil yang dipenuhi cairan hijau muda. Tapi bukan itu yang membuat Mikoto memasang wajah terkejut, melainkan apa yang ada di dalam tabung tersebut yang ternyata ada sepasang mata Sharingan.
"A-apa maksudnya ini, Naru-kun?" Mikoto tak ingin berburuk sangka atas apa yang dilihatnya, akan tetapi perasaannya mengatakan bahwa mata itu berkaitan dengan suaminya.
"Semua ada di dalam mata itu," ucap Naruto dan tetap stay menundukkan kepalanya karena dia takut melihat ekspresi orang di hadapannya.
Mikoto hanya bisa diam, dia merubah menjadi mata Sharingan dengan tiga tomoe, kemudian menatap sepasang bola mata yang berada di tabung tersebut. Dia ingin memastikan dan berharap bahwa apa yang dia pikirkan itu salah.
.
"Hiks... hiks... hiks..."
Seperkian detik tiba-tiba suara isak tangis Mikoto terdengar di telinga Naruto sehingga membuat Naruto semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Mata Sharingan tiga tomoe telah berubah menjadi Mangekyo Sharingan bermotif bunga mawar yang terus mengalirkan air mata dengan deras tanpa hambatan melintasi pipi putihnya dan jatuh ke lantai. Apa yang dilihat oleh Mikoto tadi adalah pesan terakhir suaminya yang mengatakan 'Aku tak bisa menemanimu lebih lama, tolong lindungi dan sayangi anak-anak kita,' ucapan yang sangat jelas terdengar tadi di telinga Mikoto, dan sekarang bagi Mikoto sudah tak bisa menyangkal prasangka buruknya, semua telah terjadi dan dia tidak bisa merubahnya.
"Maaf bibi, semua karena aku," Naruto kembali berucap lirih dan masih menundukkan kepalanya.
*Srek!*
Mikoto tiba-tiba beranjak dari duduknya dan melangkah pergi ke kamarnya sambil terisak tanpa menjawab ucapan Naruto. Sedangkan Naruto sendiri mengeratkan genggaman tangannya, dia berpikir bahwa Mikoto membencinya dan Naruto hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri dalam batinya atas insiden kematian suami Mikoto.
"Aaaaaarghh!"
Lamunan Naruto pun buyar ketika mendengar teriakan Mikoto dari dalam kamarnya, seketika Naruto langsung beranjak dari duduknya dan melangkah dengan cepat ke kamar Mikoto.
Naruto hanya bisa melebarkan mata terkejut setelah sampai di kamar Mikoto, disitu Naruto melihat Mikoto tersimpuh dan merintih kesakitan sambil memegangi perutnya, serta bercak darah yang mengalir di kaki Mikoto membuat Naruto bertindak cepat dan menggendongnya.
"Apa yang terjadi Okaa-san?" kejut Itachi di ambang pintu saat melihat ibunya digendong oleh Naruto.
Naruto langsung menoleh ke arah Itachi. "Itachi! Kau bereskan rumah, Nii-san akan membawa Kaa-sanmu ke rumah sakit, nanti kau menyusul," ucapnya.
"Hai, Naruto Nii-san," angguk cepat Itachi dan kemudian bergegas pergi.
*Sring!*
Dan Naruto langsung menghilang bersama Mikoto di gendongannya menuju rumah sakit Konoho.
.
.
#Skip Rumah Sakit Konoha
#Ruang Persalinan
.
Di depan ruang persalinan Naruto hanya bisa diam menunduk hampir 10 menit karena cemas akan seseorang yang berada di dalam ruangan dan menunggu dokter yang menangani persalinan Mikoto keluar dari ruangan.
*Krieeeeet!*
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang dokter perempuan, seketika itu pula Naruto langsung berdiri dan menghadap sang dokter.
"Bagaimana dok? Apa bibi baik-baik saja?" cemas Naruto.
"Huh..." sang dokter menghela nafas, dia cukup tau siapa orang yang berada di hadapannya, siapa lagi kalah bukan Namikaze Naruto putra tertua Yondaime, semua orang pasti sudah tau. "Mereka semua baik-baik saja Naruto-sama," ucap sang dokter.
"Huh... syukurlah," nafas lega pun akhirnya keluar dari mulut Naruto. "Boleh aku masuk dok?"
"Boleh," angguk sang dokter.
"Terima kasih," ucap Naruto kemudian membuka pintu ruangan dan sang dokter melangkah ke ruangannya. "Oh ya dok," panggil Naruto tepat di ambang pintu.
Sang dokter menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Naruto. "Ada apa Naruto-sama?" tanyanya.
"Untuk semua biaya administrasi bibi Mikoto semuanya aku yang tanggung," kata Naruto.
"Um," angguk sang dokter.
Setelah itu Naruto kembali ke niat awalnya untuk masuk ke ruangan dan sang dokter kembali melangkah menuju ruangannya.
Di dalam ruangan Naruto tak bisa melangkah lebih dekat lagi ke arah ranjang Mikoto yang terbaring bersama sosok bayi di sampingnya, kakinya terlalu berat untuk melangkah.
"Maafkan aku bibi, semua salahku. Seandainya aku lebih kuat, paman Fugaku pasti ti--"
"Sudahlah Naru-kun, semua sudah menjadi takdirnya dari Kami-sama, kita tak bisa mencegahnya," ucap Mikoto memotong ucapan Naruto dan tanpa menoleh ke arah Naruto karena dia sedang mengusap lembut pipi bayi yang tertidur di sampingnya. "Bibi tak menyalahkanmu," sambungnya.
Naruto hanya bisa terdiam mendengar ucapan Mikoto. Walau Mikoto mengatakan tak menyalahkannya, itu tak membuat Naruto merasa lega, karena Naruto masih menyalahkan dirinya sendiri.
"Okaa-san!" tiba-tiba Itachi berteriak di pintu membuat Naruto dan Mikoto menoleh ke arahnya.
Itachi langsung menghampiri ibunya dengan cepat. "Apa Okaa-san baik-baik saja?" tanyanya begitu cemas terhadap ibunya.
Sedangkan Mikoto yang melihat kecemasan anaknya kepadanya hanya bisa tersenyum. "Okaa-san baik-baik saja," ucapnya menenangkan Itachi. "Oh ya Itachi, apa kau tak mau menyapa Otoutomu?" sambungnya.
Itachi pun langsung menoleh ke arah bayi di samping ibunya. "Wah... siapa namanya, Okaa-san?" tanya Itachi tersenyum senang mengabaikan bahwa tadi dia begitu cemas terhadap ibunya.
"Namanya Sasuke," kata Mikoto memberitau.
"Hello Sasuke, ini Aniki," senang Itachi menyapa adiknya dan mendapatkan sebuah respon gerakan menggeliat dari bayi yang bernama Sasuke, sontak hal itu membuat Mikoto dan Itachi senang melihatnya.
Menghiraukan sebuah kebahagiaan seseorang, disisi lain Naruto hanya bisa berdiri diam memandang mereka dan sesekali tersenyum tipis melihatnya. Tapi yang pasti, pikiran Naruto entah kemana perginya, dia sedang memikirkan bagaimana caranya untuk melindungi Mikoto dan anak-anaknya sesuai Amanat dari mendiang Fugaku terhadapnya tanpa harus melalaikan keluarganya sendiri. Naruto akan memikirkannya setelah ini.
.
.
Dan setelah itu Naruto memutuskan untuk berhenti dari kesatuan Anbu dan memilih menjadi guru pembimbing. Menjadi guru pembimbing yang beranggota Itachi, Shishui dan Erza. Dan pastinya setelah meminta usulan kepada ayahnya dan persetujuan istrinya, akhirnya Naruto bisa menjadi guru pembimbing untuk Itachi. Hal itu beralasan bagi Naruto untuk memperdekat jarak pengawasan keluarga Mikoto. Dan untuk mata Fugaku, Uchiha Mikoto menyerahkannya kepada Naruto, karena dia percaya bahwa Naruto mampu untuk menjaga mata itu.
Tapi dibalik perhatian Naruto kepada keluarga orang lain, itu adalah awal yang akan berakhir kehancuran keluarga sendiri. ada seseorang yang mengawasinya, yaitu Asuma Sarutobi. Dia menyerigai jahat tindakan Naruto tanpa diketahui oleh siapapun.
.
#Flashback Off
.
.
"Seperti itulah ceritanya," ucap Naruto setelah 30 menit menceritakan masa lalunya tentang Mata Sharingan yang berada di tabung kecil yang ia genggam.
Sedangkan Merlin nampaknya paham dengan cerita dari Naruto, dia menganggukkan kepalanya mengerti dan kemudian beranjak dari duduknya. "Nampaknya mata itu sangat penting bagi Shisho-kun? Jadi aku akan meneliti yang lainnya saja," ucapnya pasrah.
"Ya, ini sangat penting bagiku," balas Naruto tanpa menoleh ke arah Merlin.
Kemudian Merlin melangkah ke sisi lain, memilih gulungan-gulungan yang lain untuk diteliti olehnya. Sedangkan Naruto kini malah menerawang mata Sharingan di tabung tersebut dengan pemikiran yang jauh melintasi antar Dimensi. "Semoga mereka baik-baik saja," batinnya kepada seseorang di Dimensi Elemental Nation.
.
.
.
End.
.
Yo! Apa kabar semuanya? Ah pasti semuanya baik-baik saja.
Untuk chapter ini saya hanya bisa mengatakan 'Maaf' karena telah membuat kalian menunggu lama Updatetannya. Dan untuk Arc Skip Time ini saya buat alur cepat agar bisa dengan cepat kembali ke alur normalnya.
Oh ya, jika ada yang bertanya 'Kenapa Naruto tak menggunakan mata Sharingan dari awal saja?' maka jawabannya adalah 'Karena mata sharingan itu belum di cangkokkan ke mata Naruto sampai sekarang,' oke Cuma itu si, semoga ngak ada pertanyaan kek gitu.
Oke itu saja, See you next chapter.
