Chapter 4. :
Those who don't show themselves.
kepulan asap mebumbung tinggi, menutupi area sekitar tempat dimana gauna hard 1.0 menghantamkan tinjunya tepat pada rias, sona, tsubaki dan akeno berada.
angin bertiup kencang, menghempaskan asap itu, dan memperlihatkan gorilla yang meninju tanah yang dia pijak, namun tertahan oleh sebuah pedang besar yang ditutupi oleh kain putih.
"kuat seperti biasa heh", ucap kisame dengan senyuman yang memperlihatkan gigi gigi runcingnya.
rias, sona, tsubaki dan akeno perlahan membuka mata mereka, lalu menatap sosok yang berada tepat di depan mereka, menahan tinju gorilla itu dengan pedang besarnya.
"siapa...dia?", belum terjawab pertanyaan yang terlontar dari rias, tiba tiba dari langit itachi terjun dengan kecepatan tinggi, mengeluarkan pedangnya, lalu berputar bersiap membelah gorilla itu menjadi dua, namun karena memiliki kepintaran, gorilla itu meloncat mundur menghindari tebasan mematikan dari itachi.
DUARR...
"ahahaha, kau meleset itachi baka", teriak deidara dari atas langit, berdiri di punggung burung besar berwarna putih menyerupai merpati.
menghiraukan Deidara, itachi berlari kearah gorilla yang sekarang bersiap menyemburkan api dari mulutnya.
GROAARR...
api seukuran bus tercipta, melaju cepat kearah itachi, dengan sigap dia meloncat keatas, menghindari api itu, melayang di udara, lalu berucap,
"sekarang, sasori", tiba tiba, dari setiap gedung yang terbengkalai, keluar kawat kawat menjulur kearah gorilla itu, tidak ingin tertusuk, gorilla itu kembali menghindar dengan meloncat mundur, namun dibelakangnya kisame sudah bersiap dengan pedang besarnya yang dia hunuskan kearah gorilla itu,
"heh, berakhir disini kesenangan nya, kingkong",
JRASSHH...
tebasan kisame berhasil membuat gorilla itu terbagi menjadi dua bagian, darah memuncrat deras disetiap sisi bagian tebasan itu, memenuhi tubuh kisame dengan darah.
rias, sona, tsubaki dan akeno hanya bisa menatap tak percaya sebuah keindahan yang terpapar didepannya, membunuh gorilla yang tidak diketahui classnya dengan mudah, dan kerja sama yang terbilang baik dimata mereka.
"ahh...aku iri dengan pria itu, karena bisa bermandikan darah segar gorilla menyebalkan itu", ucap akeno dengan getaran tubuhnya menahan nafsu, dan itu sukses membuat tiga wanita yang berada disana menatap dirinya dengan blank.
"kerja bagus kisame, dan sepertinya kau harus kembali berendam di kamar mandi", ucap datar itachi melihat sahabatnya itu bermandikan darah,
"yahhh...mau bagaimana lagi, aku selalu kebagian momen seperti itu, heii kalian, kemarilah", deidara turun terbang rendah, sasori keluar dari dalam gedung terbengkalai itu, mereka berdua menghampiri itachi dan kisame.
"jadi, siapa kalian ini?", ucap sona, yang sekarang sudah berada tidak jauh dari empat lelaki itu, tentu di belakang sona ada rias, tsubaki dan akeno yang sudah bersiap dengan senjata mereka masing masing.
"tenanglah nona nona, kami berada dipihak kalian hm", ucap deidara santai, dengan melipat kedua tangannya didepan dada, yang membuat empat wanita itu menatapnya tak suka,
"benarkah?", ucap sona memastikan,
"tentu", ucap itachi,
"baiklah, kalau begitu, bisa kalian perkenalkan diri kalian? mengingat, kalian terlihat tidak terpaut jauh dari segi umur", ucapan sona sukses membuat keempat laki laki itu saling menatap satu sama lain, mengangguk, lalu menatap keempat wanita itu.
"aku itachi uchiha, gold rank",
"kisame hoshigaki, gold rank",
"aku deidara, silver rank hm",
"sasori",
ada rasa sedikit tidak percaya dari sona, mengingat dirinya saja hampir terbunuh oleh gorilla itu yang notabenenya congueror rank, namun diselamatkan oleh gold rank yang terpaut jauh itu.
"jangan bercanda, kami Congueror dan diamond rank disini, mana mungkin kalian bisa melawan makhluk itu dalam sekejab, siapa kalian ini ha?", teriak rias tak terima, karena dirinya yang notabenenya congueror rank, bisa tersaingi oleh gold rank.
"kami adalah akatsuki, rias ojou-sama", ucap tiba tiba konan yang sekarang berada tepat dibelakang keempat wanita itu.
DEG...
Akatsuki, siapa yang tidak mengenal nama itu, sebuah nama kelompok yang tidak tau didirikan oleh siapa dan untuk apa, yang terdiri dari sepuluh murid yang tidak diketahui siapa identitas mereka, hanya menjadi bayang bayang di kalangan siswa/i. setiap siswa/i yang arogan dan selalu menindas yang lemah secara berlebihan, akan menghilang keesokan harinya, dan di meja orang yang hilang itu, selalu ada kertas dengan logo awan merah dan nama akatsuki tertera dibawah awan itu, dan sejak saat itu, akatsuki selalu menjadi sebuah teror bagi mereka yang nakal.
sona tidak percaya dengan apa yang dia dengar, rias menutup mulutnya dengan kedua tangannya, keringat mengalir membasahi pipi tsubaki dan akeno. saat ini, di hadapan mereka, berdiri sosok yang selalu mereka takutkan, selalu mereka hindari, namun... mereka datang sendiri, menunjukkan sosok siapa sebenarnya akatsuki ini.
"tenanglah, kami berada dipihak kalian, dan berada disekolah yang sama, Britania", ucap konan yang sekarang berjalan melewati keempat wanita yang menegang karena hawa yang terpancar dari konan, lalu berhenti tepat di depan keempat lelaki itu.
"kami disini hanya melakukan sebuah misi, dan karena kebetulan kami melewati jalur ini, dan melihat kalian yang terancam, kami sedikit membantu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan", konan berucap dengan lembut, agar tidak terjadi suatu kesalahpahaman diantara mereka.
"ehem... baiklah, aku percaya apa yang kau katakan, konan-san, terima kasih atas bantuannya", sona berucap tenang dengan menaikkan sedikit kacamatanya,
"sama sama, sona-san", sedikit membungkuk, menerima ucapan terima kasih dari sona, melihat hal itu, sona melakukan hal yang sama, diikuti ketiga temannya, walau terlihat rias enggan melakukannya.
"kalau begitu, kami akan melanjutkan perjalanan, kalian mau ikut?", tsubaki memberanikan diri, untuk mengajak mereka dalam perjalanannya,
"terima kasih atas tawarannya shinra-san, tapi maaf, kami tidak bisa ikut dengan kalian" ucap konan dengan sedikit nada tidak enak,
"ahh begitu, baiklah, kalau begitu kami permisi" setelah mengucapkan kalimat itu, sona membungkuk sedikit lalu menaiki mobil yang terparkir di pinggir jalan, menaikinya, diikuti ketiga temannya, lalu pergi menuju tujuan mereka, meninggalkan kelima akatsuki yang sekarang sedang melihat laju mobil tersebut.
"hati hati dijalan senpai senpaiku yang cantik", lambaian deidara dengan semangat,
"sekarang, apa?" sasori yang dari tadi diam akhirnya berucap, dan itu menarik perhatian keempat lainnya,
"tetap seperti misi, ikuti mereka sampai tujuan, setelah itu kembali kesekolah, dan berhati hatilah dengan identitas kalian, aku tidak tau apa yang akan terjadi pada kita jika adik itachi mengetahui kalau identitas kita terbongkar", perintah konan dengan berjalan menuju kegelapan yang tercipta karena sinar matahari yang tertutupi oleh gedung gedung, diikuti oleh empat orang lainnya.
"bukan adik dari itachi yang aku takutkan, namun dia", gumam pelan kisame.
.
*Tamozawa villa, Nikko, Jepang.
villa tamozawa, peninggalan seorang kaisar pada masa perang dunia dua, villa yang besar dan megah, yang masih terawat hingga sekarang, menjadi suatu kebanggaan bagi distrik 15 yang sekarang masih mempertahankan kemanusiaan di saat saat wabah gauna menyebar di dunia.
keindahan yang dimiliki oleh bangunan ini, telah digantikan oleh jeritan dan darah yang menjadi hiasan bagi siapa saja yang melihat, pembantaian yang dilakukan oleh dua orang saudara, kepada sesama mereka, manusia.
"nii-chan, aku sudah selesai mengirim mereka kealam sana, apakah kau sudah menyelesaikan bagianmu?", lee fay berujar dengan riang, sembari memutar mutarkan tombak yang berlumuran darah.
"hahh...dua sisimu itulah yang selalu membuat nee-chan, ayah dan ibu repot lee fay", dan hanya senyuman jenaka sebagai balasan atas apa yang arthur ucapkan.
menatap dingin tiga orang yang sekarang sedang ketakutan dihadapannya, mengangkat katananya, arthur menebaskan kearah salah satu dari tiga orang itu,
JRASHH...
dan sukses membuat dua bagian manusia yang terbelah menjadi dua, darah berceceran dengan isi yang berhamburan di lantai, membuat dua orang itu menatap ngeri apa yang terjadi pada temannya.
"bisa kalian jelaskan, maksud dari tragedi ini, dan...pembunuhan dua orang siswa satu orang siswi yang kalian lakukan?", keringat mengalir deras di kepala dua orang itu, saat arthur mengatakan kalimatnya,
"a..aku tidak tau apa apa sung...",
JRASHH...
kalimat yang terjeda karena kematian datang menjemput, dengan kepala yang mengelindir kearah kaki arthur, menganggkat kakinya dan tak segan menginjak kepala itu hingga hancur, dan memuntahkan darah.
"dua telah gugur, terakhir dirimu, bisa kau jawab pertanyaanku nee, prof. dr. akihiro kanou?", menjambak rambut putih akihirou, menariknya agar dia bisa menatap langsung mata arthur yang sekarang sudah berubah warna menjadi kuning emas.
"ji..jika aku mengatakan semuanya, apakah kau a..akan membiarkanku hidup?", harap kanou untuk kehidupannya, dan senyuman bahagia tercipta di wajahnya setelah melihat anggukan arthur.
"beberapa tahun yang lalu, kami menemukan parasit di dalam hutan kematian, entah parasit dari mana asalnya, akhirnya kami membawanya ke laboratorium pusat di luar negeri",
"apa nama lab itu kakek? hihihi", lee fay bertanya dengan suara menyeramkannya,
" a... Ambrella, ".
lee fay berhenti tertawa, dan arthur mengeratkan tangannya pada pegangan katana milikinya,
"ambrella adalah pusat dari riset makhluk yang tidak dikenal, kami sepakat menganggap parasit itu adalah makhluk luar bumi, karena saat menemukannya, parasit itu berada di tengah tengah kawah berukuran sepuluh meter. singkat cerita, kami meriset parasit itu, mengambil sel sel nya, dan eksperimen pun diturunkan, manusia menjadi bahan dasarnya.
kami menyuntikan sel parasit itu kedalam tubuh mereka, dan mengejutkannya, kami menyuntikkannya pada tubuh seorang lansia dan dia kembali pada umur mudanya", jeda kanou menarik nafasnya,
"kembali muda?, maksudmu?..." anggukan kanou menjadi jawaban bagi pertanyaan arthur.
"benar, abadi, saat itu kami akhirnya menemukan celah untuk menjadi kaya raya, dan memproduksi masal sel itu kepenjuru dunia, termasuk jepang, tempat kelahiranku. awalnya tidak ada yang terjadi, semua normal, mereka menjadi muda kembali, namun...tragedi terjadi, sel yang disuntikan perlahan bereaksi, berubah menjadi parasit yang memakan dan mengubah organ dalam mereka, dan akhirnya terciptalah gauna, musuh yang sekarang sedang melanda dunia ini". jelas panjang kanou pada arthur, yang sekarang justru menjambak lebih kuat rambut kanou hingga membuat kanou meringis menahan perih.
"sialan, berarti... yang disuntikkan pada tubuh kami adalah hal yang sama pada mereka ha? JAWAB AKIHIRO", sentakan di akhir kalimat arthur membuat lee fay sedikit khawatir akan mental kakak tercintanya itu.
"u..untuk ap..apa yang disuntikkan pada kalian... itu sudah menjadi sempurna sebagaimana mestinya ahk..dan i..itu tergantung sebanyak apa dosis sel yang disuntikkan pada diri kalian ahk...", arthur melepaskan jambakkannya, melangkah kedepan halaman villa itu, menatap langit gelap yang ditaburi oleh bintang bersinar.
"terima kasih atas informasi yang telah kau berikan, itu sangat berguna bagi kami... tidak, bagi masa depan dunia ini lebih tepatnya", arthur berbalik menghadap kanou yang sekarang sedang susah payah untuk berdiri.
"lalu...bisa kau jelaskan, mengapa kau membunuh tiga orang dari sekolah kami?", kanou menegang saat kalimat keluar dari mulut arthur, keringat mengalir di pelipisnya, badannya bergetar tak karuan karena ketakutan,
"me...mereka telah me.. mengetahui na..nama pemimpin ambrella, lebih tepatnya...nama aslinya", tombak sedikit lagi melubangi lehernya, saat ini lee fay menghunuskan senjatanya, menatap datar kanou yang sekarang semakin hebat ketakutan,
"beritau kami, siapa namanya...kakek?", menekan sedikit tombaknya, sedikit darah keluar dari leher kanou.
"a...aku tidak bisa memberitahu kalian",
"mengapa?",
"a...aku tidak tahu siapa namanya",
arthur berbalik, membelakangi lee fay dan kanou, lalu menatap kembali bintang yang sekarang terhalangi oleh awan di malam hari,
"selesaikan lee fay",
"t..tunggu, apa maksudnya ini? bukankah kau tidak akan membunuhku setelah apa yang aku sampaikan?",
" lebih tepatnya, nama aslinya, kau berucap demikian bukan?", pupil kanou mengecil, ketakutan akan kematian menghampiri dirinya,
"andai saja kau tidak berbohong, kau akan ku biarkan hidup, kanou akihiro",
JRASHH...
"fuahhhh, akhirnya selesai, nee nii-chan, kita apakan seluruh mayat ini?", lee fay bertanya sembari melihat sekeliling, menatap puluhan mayat berserakan di seluruh ruangan villa.
"biarkan saja, lalu... hancurkan dinding distrik 15, Nikko", perintah arthur pada adiknya, yang membuat lee fay sedikit membulatkan matanya,
"ta...tapi nii-chan, di sini, di nikko masih banyak manusia yang hidup, mereka tidak tau apa apa soal ini?", lee fay berusaha untuk merubah apa yang akan di lakukan oleh kakaknya ini.
tiba tiba, di halaman villa tamozawa, keluar sosok zetsu yang sekarang sedang menatap arthur dan lee fay dengan senyuman, berbeda dengan reaksi yang diberikan arthur yang nampak tenang, dan lee fay yang terkejut.
"zetsu? kenapa kau disini? bukankah kau sedang melakukan misi?", tanya lee fay dengan tetap keterkejutan masih berada di mimik mukanya,
"ya... dan misiku adalah menghancurkan dinding distrik 15 dan membawa kalian kembali ke sekolah", pupil lee fay mengecil, mendapatkan jawaban yang diberikan oleh zetsu untuk dirinya,
"ja...jadi ini bukan keinginanmu nii-chan?", anggukan kecil menjawab semua pertanyaan yang berada pada benak lee fay,
"ini perintah langsung dari sasuke senpai, hilangkan belas kasihan, biarkan mereka mendapatkan penderitaan ini, dan biarkan mereka (akihiro dkk) mendapatkan pertanggungjawaban atas mereka (orang orang nikko) yang tewas",
arthur melangkah mendekat kearah zetsu, berbalik lalu mengulurkan tangannya kepada lee fay.
lee fay terdiam, perasaan campur aduk melanda hatinya, membayangkan penderitaan yang akan dialami oleh orang orang nikko yang tidak tau apa apa soal ini.
"inilah dunia lee fay-chan, kekejaman manusia akan selalu mendominasi permukaan, dan perasaan keadilan akan tetap di dasar laut yang dalam", ucap arthur lembut pada lee fay.
pada akhirnya, lee fay menerima uluran tangan arthur, memeluk kakaknya erat, tumbuhan tiba tiba mengurung mereka, dan perlahan masuk kedalam tanah, sebelum mereka masuk ketanah seutuhnya, hal yang terakhir di dengar oleh lee fay adalah sebuah ledakan yang bergemuruh dan jeritan orang orang yang tidak berdosa.
.
.
"sepertinya distrik 15 sudah berhasil di rebut oleh para gauna",
"begitukah? lalu bagaimana dengan kanou akihiro, orochimaru?",
"kemungkinan dia mati, karena meteran denyut jantung yang aku pasang di tubuhnya tidak menunjukkan sedikitpun detakan", jawab orochimaru dengan senyum yang terpampang di wajahnya,
"itu bagus, setidaknya satu persatu orang orang yang mengetahui diriku mati, dan dengan begitu, tidak akan ada yang tau siapa diriku"
"pendiri ambrella memang menyeramkan hm", gumam Orochimaru sembari melihat orang itu tertawa keras hingga terbahak bahak.
"cepat atau lambat, semuanya akan tetap terjawab".
.
*Distrik 20, Kyoto, Jepang.
gerbang dinding besi itu terbuka, satu unit mobil dengan beberapa darah memenuhi body mobil itu, melaju perlahan dan terparkir rapi.
yasaka, pemimpin dari kyoto, sudah menyambut kedatangan mereka, empat orang dari sekolah britania, sekolah yang dimana di idam idamkan oleh anaknya, kanao.
pintu mobil terbuka, memperlihatkan pemuda yang di tunggu tunggu oleh dirinya,
"selamat datang di kyoto, bagaimana perjalanan kalian? apakah menikma...", ucap yasaka dengan senyum menawannya yang perlahan memudar, dengan pupil yang mengecil, saat melihat empat sosok yang dia tunggu, penuh akan luka dan darah yang mengalir, sobekan daging, dan sayatan yang dalam hingga memperlihatkan tulang yang di balut oleh daging itu.
"ap..apa yang... MEDISS!!!", tanpa menunggu lama, para medis datang berhamburan saat mendengar teriakan yasaka, membawa mereka kerumah sakit kyoto, menerima penanganan pertama.
pikiran beban bertumpuk di kepalanya, yasaka tidak menyangka akan seperti ini jadinya, semua di luar ekspektasi nya, tidak menyangka bahwa hal seperti ini akan terjadi.
pintu ruangan operasi terbuka, memperlihatkan dokter yang pucat pasi,
"yasaka-sama" panggil dokter itu lesu, yasaka langsung menghampiri dokter itu, dan bertanya,
"bagaimana kondisi mereka dokter? jawab?" dengan menggenggam kedua bahu dokter itu.
dokter menjawab dengan perlahan, dan setelah selesai, yasaka jatuh berlutut, kakinya lemas dan air mata mengalir deras di pipinya.
issei perlahan membuka matanya, hal yang pertama dia lihat adalah atap berwarna putih, perlahan berusaha menggerakkan badannya, namun sakit yang melanda dia rasa.
"akhirnya kau bangun idiot, dan jangan paksakan dirimu yang lemah itu", pujian vali sukses membuat urat kekesalan muncul di dahi issei,
"cih, hanya karena dirimu bisa duduk, bukan berarti kau pun lemah seperti diriku, bodoh", vali naik pitam karena sapaan yang keluar dari mulut issei, aliran listrik mengalir di antara mereka, dan kiba yang melihat itu di sebrang kasur pasien hanya biss tersenyum kaku.
"tunggu vali, etto...anda siapa?", vali menatap tak percaya kearah issei, entah karena bodohnya atau memang idiotnya, dia bahkan tidak habis pikir, issei tidak tau siapa wanita yang sekarang berdiri di antara mereka bertiga,
"aku yasaka, pemimpin dari distrik 20 kyoto, jepang, salam kenal, issei-kun", perkenalan diri yasaka sukses membuat issei pucat pasi karena menahan keterkejutannya, dan itu membuat vali harus menahan tawanya akibat muka konyol yang di berikan oleh issei.
"selamat datang di kyoto, kalian berhasil sampai dengan selamat, walau hal yang harus kalian rasakan adalah terbaring di rumah sakit", ucap yasaka dengan sedikit membungkukan dirinya, membuat tiga lelaki itu salah tingkah dibuatnya.
"ahaha...itu bukanlah suatu masalah eheh ya... yasaka-sama, oh, maaf sebelumnya yasaka-sama",
"ya issei-kun? ada apa?",
"dimana temanku raiser?", pertanyaan itu sukses membuat hawa ruangan menjadi suram, issei dilanda kebingungan akibat hawa yang tiba tiba berubah ini, menatap kiba yang hanya menundukkan kepalanya, menoleh kearah vali yang sekarang sedang mengepal kuat, lalu menatap yasaka yang perlahan air mata jatuh di pipi mulusnya.
"sebenarnya...apa yang terjadi?", pertanyaan kekhawatiran issei menjadi, sesuatu yang dia takutkan perlahan mendesir di dalam dirinya, saat menerima sebuah fakta, fakta yang dimana ingin rasanya dia anggap ini sebuah mimpi, yang suatu saat nanti dia akan terbangun dari mimpi itu.
"temanmu, raiser Phoenix,... sudah tiada".
.
.
.
*Twentt Young Emperors Members. :
- Ophis. Supreme Rank / Top 1,
- Naruto Uzumaki. Supreme Rank / Top 2,
- Sasuke Uchiha. Congueror Rank / Top 3,
- Sona Sitri. Congueror Rank / Top 4,
- Hinata Hyuga. Congueror Rank / Top 5,
- Rias Gremory. Congueror Rank / Top 6,
- Akeno Himejima. Diamond Rank / Top 7,
- Tsubaki Shinra. Diamond Rank / Top 8,
- Kuroka Toujou. Diamond Rank / Top 9,
- Vali Lucifer. Diamond Rank / Top 10,
- Issei Hyoudou. Gold Rank / Top 11,
- Shikamaru Nara. Gold Rank / Top 12,
- Raiser Phoenix. Gold Rank / Top 13,
- Kiba Yuuto. Gold Rank / Top 14,
- Neji Hyuga. Silver Rank / Top 15,
- Ravel Phoenix. Silver Rank / Top 16,
- Xenovia Quarta. Silver Rank / Top 17,
- Saji Genshirou. Silver Rank / Top 18,
- Koneko Toujou. Silver Rank / Top 19,
- Rock Lee. Bronze Rank / Top 20.
